Anda di halaman 1dari 24

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

P3A MAKMUE BEUSARE KEGIATAN P3-TGAI


TAHUN ANGGARAN 2019

Nama Kegiatan : Program Percepatan Peningkatan Tata Guna Air Irigasi


Hasil (Outcome) : Meningkatnya Kinerja Jaringan Irigasi persawahan
Daerah Irigasi Krueng Baru
Jenis Kegiatan : peningkatan pada jaringan irigasi Persawahan Daerah
Irigasi Krueng Baru
Indikator Kinerja Kegiatan : Peningkatan luas layanan jaringan Irigasi dengan
peningkatan pada jaringan Irigasi Krueng Baru
(primer/sekunder/tersier) dan bangunan Saluran.
Jenis Keluaran (Output) : Jaringan Irigasi yang Irigasi yang diperbaiki/
direhabilitasi/ ditingkatkan
Volume Keluaran (Output) : 264,35 Meter
Satuan Ukur Keluaran (Output) : 45 ha

I. LATAR BELAKANG
Dalam rangka mendukung program kedaulatan pangan dan upaya peningkatan
kemampuan ekonomi serta kesejahteraan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat
petani dalam perbaikan, rehabilitasi dan peningkatan jaringan irigasi secara partisipatif di
wilayah pedesaan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat melalui Direktorat
Jenderal Sumber Daya Air melaksanakan Program Percepatan Peningkatan Tata Guna Air
Irigasi (P3-TGAI).
Perbaikan, rehabilitasi dan peningkatan jaringan irigasi secara partisipatif merupakan
bagian dari pemberdayaan masyarakat petani secara terencana dan sistematis untuk
meningkatkan kinerja pengelolaan jaringan irigasi. Proses Pemberdayaan dimulai dari
perencanaan, pelaksanaan konstruksi, pengawasan, pengelolaan jaringan irigasi dengan
melibatkan peran serta masyarakat sebagai pelaksana kegiatan.
Pelaksanaan P3-TGAI yang meliputi tahap persiapan, perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan dan evaluasi agar memperhatikan kebutuhan, kesulitan dan aspirasi setiap orang
baik laki-laki dan perempuan, termasuk lansia, kelompok disabilitas dan berkebutuhan
khusus lainnya, sehingga tercipta kesetaraan dan keadilan gender. Untuk itu akses partisipasi,
kontrol dan manfaat harus dibuka seluas luasnya pada seluruh kelompok masyarakat di setiap
tehapan.
Kegiatan dilaksanakan sesuai dengan usulan prioritas yang telah disusun melalui proses
musyawarah desa. Selain itu, pemberdayaan masyarakat petani juga bertujuan untuk
memperkuat dan meningkatkan kemandirian masyarakat petani dalam kegiatan pengelolaan
jaringan irigasi.
Untuk itu pada Tahun 2018 P3A Makmue Beusare dilaksanakan kegiatan P3-TGAI
dengan melaksanakan peningkatan jaringan irigasi pada Daerah Irigasi Krueng Baru Desa
Meunasah Sukon Kecamatan Lembah Sabil Kabupaten Aceh Barat Daya yang berupa
Peningkatan Jaringan Irigasi.

II. MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN


a. Maksud Kegiatan
Menumbuhkan partisipasi masyarakat petani dalam kegiatan peningkatan jaringan irigasi
sesuai dengan kebutuhan dan berdasarkan prinsip kemandirian.

b. Tujuan Kegiatan
Meningkatkan kinerja layanan irigasi desa pada Daerah Irigasi Krueng Baru

c. Sasaran Kegiatan
1. Pemberdayaan P3A Makmue Beusare dalam kegiatan teknis peningkatan jaringan
irigasi pada Daerah Irigasi Krueng Baru
2. Peningkatan jaringan irigasi untuk mengembalikan kondisi dan fungsi saluran
dan/atau bangunan irigasi seperti semula secara parsial pada Daerah Irigasi Krueng
Baru
3. Peningkatan jaringan irigasi untuk perbaikan jaringan irigasi guna mengembalikan
fungsi dan pelayanan irigasi seperti semula pada Daerah Irigasi Krueng Baru
4. Peningkatan jaringan irigasi untuk meningkatkan fungsi dan kondisi jaringan irigasi
yang sudah ada atau kegiatan menambah luas areal pelayanan pada jaringan irigasi
yang sudah ada dengan mempertimbangkan perubahan kondisi lingkungan daerah
irigasi pada Daerah Irigasi Krueng Baru.

III. DASAR HUKUM


a. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 3046);

b. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5587);

c. Peraturan Presiden Repubik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan


Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Peraturan Presiden Repubik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 5);
d. Peraturan Presiden Repubik Indonesia Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 16);
e. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.05/2015 tentang Mekanisme
Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah Pada Kementerian Negara/Lembaga
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1340), sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 173/PMK.05/2016 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.05/2015 Tentang
Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah Pada Kementerian
Negara/Lembaga (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1745).

f. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2011 tentang Pedoman


Pelaksanaan Kegiatan Kementeriaan Pekerjaan Umum yang Merupakan Kewenangan
Pemerintah dan Dilaksanakan Sendiri (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 724);

g. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 12/PRT/M/2015


tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi (Berita Negara Republik
Indonesi Tahun 2015 Nomor 537);

h. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 14/PRT/M/2015


tentang Kriteria dan Penetapan Status Daerah Irigasi (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 638);

i. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 15/PRT/M/2015


tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Nomor 05/PRT/M/2018 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2018 Nomor 466);

j. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 30/PRT/M/2015


tentang Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 869);

k. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 20/PRT/M/2016


tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016
Nomor 817);

l. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor


263/KPTS/M/2018 tentang Penetapan Daerah Irigasi Penerima Program Percepatan
Peningkatan Tata Guna Air Irigasi Tahun Anggaran 2018; dan
m. Surat Edaran Direktur Jenderal Sumber Daya Air Nomor 05/SE/D/2018 tentang
Pedoman Umum Program Percepatan Peningkatan Tata Guna Air Irigasi (P3-TGAI)
Tahun Anggaran 2018.

IV. PENERIMA MANFAAT


Adapun penerima manfaat dari kegiatan P3-TGAI adalah anggota P3A Makmue Beusare dan
masyarakat petani, sebagai berikut :
1. Manfaat terhadap petani : 65 KK
2. Pengembalian fungsi layanan semula 45 ha, menjadi 50 ha
3. Penyerapan tenaga kerja 651 HOK (hari orang kerja)
4. Meningkatkan keterampilan dalam perbaikan jaringan irigasi, rehabilitasi jaringan irigasi
atau peningkatan jaringan irigasi.

V. LOKASI PEKERJAAN
Kegiatan peningkatan jaringan irigasi ini akan dilaksanakan pada daerah Irigasi Krueng
Baru dengan luas 45 ha pada desa Meunasah Sukon kecamatan Lembah Sabil kabupaten
Aceh Barat Daya provinsi Aceh (disertai dengan sketsa lokasi).

VI. BIAYA YANG DIPERLUKAN


Dalam implementasi kegiatan P3-TGAI yang akan dilaksanakan oleh P3A tersebut dibutuhan
dana total sebesar Rp.195.000.000,- (Seratus Sembilan Puluh Lima Juta Rupiah).

VII. PELAKSANA PEKERJAAN DAN PENANGGUNG JAWAB


Pelaksana kegiatan P3-TGAI secara swakelola adalah P3A Makmue Beusare Desa Meunasah
Sukon Kecamatan Lembah Sabil Kabupaten Aceh Barat Daya Provinsi Aceh
Penanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan P3-TGAI secara swakelola adalah :
a. Ketua : Jamali
b. Bendahara : Kaswita
c. Sekretaris : Dedi Safrianda
d. Tim Perencana : M. Muktari dan Chairul Razikin
e. Tim Pembelian Bahan : Hasanusi dan Fahrizal Usman
f. Tim Pelaksana : Sukardiman. S dan Usman. G
g. Tim Pengawas : Alimin dan Nasrul
VIII. STRATEGI PENCAPAIAN KELUARAN
1. Metode Pelaksanaan (Swakelola)
Dalam pelaksanaan pekerjaan swakelola fisik akan direncanakan, dilaksanakan dan
diawasi sendiri oleh P3A dengan memperhatikan kualitas masukan (bahan, tenaga, dan
alat), kualitas proses (tata cara pelaksanaan pekerjaan), dan kualitas hasil pekerjaan.
Apabila terjadi perubahan pekerjaan di luar RKP3A yang disepakati maka harus
dicantumkan dalam berita acara, ketidaksesuaian hasil pekerjaan dengan rencana teknis
yang telah ditetapkan harus dibongkar dan disesuaikan.
Pelaksanaan konstruksi fisik akan diawasi oleh Tim Pengawas dengan pendampingan
TPM. Pekerjaan konstruksi fisik dilaksanakan dengan memperhatikan ketentuan
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang berlaku.

2. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan P3-TGAI


Tahapan pelaksanaan kegiatan P3-TGAI yang akan dilaksanakan P3A Makmue Beusare
adalah sebagai berikut :
A. Tahap Persiapan
a. Pelaksanaan sosialisasi P3-TGAI di tingkat masyarakat
b. Pelaksanaan musyawarah desa I
c. Pengajuan usulan calon penerima P3-TGAI kepada PPK

B. Tahap Perencanaan
a. Survei perbaikan, rehabilitasi atau peningkatan jaringan irigasi
b. Pelaksanaan Musyawarah Desa II untuk menentukan prioritas kegiatan
c. Penyusunan RKP3A
d. Usulan RKP3A kepada PPK

C. Tahap Pelaksanaan
a. Penandatanganan Pakta Integritas dan SPKS
b. Pelaksanaan perbaikan, rehabilitasi atau peningkatan jaringan irigasi
c. Pelaporan kemajuan pekerjaan dan dokumentasi

D. Tahap Pengawasan
Pengawasan pekerjaan swakelola dilakukan oleh P3A mulai dari persiapan sampai
akhir pelaksanaan pekerjaan, yang meliputi pengawasan administrasi, pengawasan
teknis, pengawasan keuangan.
E. Tahap Akhir
a. Pelaksanaan musyawarah desa III dalam rangka melaporkan hasil pekerjaan dari
P3A kepada masyarakat desa
b. Pembuatan laporan penyelesaian pelaksanaan kegiatan P3-TGAI kepada PPK
c. Pembuatan surat pernyataan penyelesaian pelaksanaan kegiatan P3-TGAI
kepada PPK (SP3K) P3-TGAI)
d. Penyerahan hasil pekerjaan dari P3A kepada PPK
e. Pemeliharaan pekerjaan P3A

3. Jadwal Waktu Pelaksanaan Kegiatan P3-TGAI

IX. WAKTU PENCAPAIAN KELUARAN


Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan dalam pelaksanaan kegiatan
P3-TGAI adalah 90 (Sembilan Puluh) Hari Kalender atau terhitung ditandatanganinya
PKS.
Demikian Kerangka Acuan Kerja ini dibuat dan dipergunakan sebagaimana mestinya.

Meunasah Sukon, 09 Agustus 2019


Dibantu, Dibuat,
Tenaga Pendamping Masyarakat Tim Perencana

( DHUYUFUR RAHMANI, ST. MT ) ( M. MUKTARI )

Disetujui, Diusulkan,
Kepala Desa Meunasah Sukon Ketua P3A MAKMUE BEUSARE

( HAMDANI HASAN )
( JAMALI )
SPESIFIKASI TEKNIS

Spesifikasi teknis ini disusun oleh P3A berdasarkan jenis pekerjaan yang akan
dilaksanakan, dengan ketentuan sbb:
1. Tidak mengarah kepada merk/produk tertentu, tidak menutup kemungkinan
digunakannya produksi dalam negeri;
2. Semaksimal mungkin diupayakan menggunakan standar nasional (SNI);
3. Metoda pelaksanaan harus logis, realistik dan dapat dilaksanakan;
4. Jadual waktu pelaksanaan harus sesuai dengan metoda pelaksanaan;
5. Harus mencantumkan macam, jenis, kapasitas dan jumlah peralatan utama minimal
yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan;
6. Harus mencantumkan syarat-syarat bahan yang dipergunakan dalam pelaksanaan
pekerjaan;
7. Harus mencantumkan syarat-syarat pengujian bahan dan hasil produk;
8. Harus mencantumkan kriteria kinerja produk (output performance) yang diinginkan; dan
9. Harus mencantumkan tata cara pengukuran dan tata cara pembayaran.

Pasal - 1
PEKERJAAN PERSIAPAN

1.1. Lokasi Pekerjaan


Lokasi pekerjaan yang meliputi pekerjaan perbaikan jaringan irigasi/rehabilitasi jaringan
irigasi/peningkatan jaringan irigasi (pilih salah satu), dapat dilihat pada gambar-gambar
Sket Lokasi yang terlampir pada Rencana Kerja P3A/ GP3A/IP3A.

1.2. Ruang Lingkup Pekerjaan.


Pelaksanaan pekerjaan ini meliputi pekerjaan persiapan (pengukuran, meng-angkut,
mendatangkan dan mengadakan bahan-bahan yang diperlukan, meng-adakan tenaga
kerja), pekerjaan tanah, pekerjaan pasangan dan melaksanakan pekerjaan sampai selesai.

1.3. Jalan Masuk


Jalan masuk ke dan melalui wilayah kegiatan dapat menggunakan jalan-jalan setempat
yang ada yang berhubungan dengan Jalan Raya yang berdekatan dengan lokasi kegiatan
dan tetap berpegang pada semua peraturan dan ketentuan hukum yang berhubungan
dengan penggunaan alat angkutan umum.
1.4. Gambar-gambar
1. Gambar-gambar Pekerjaan Tetap
(a) Umum
Semua gambar-gambar yang disiapkan oleh P3A/GP3A/IP3A haruslah gambar-
gambar yang sesuai dengan yang tercantum dalam Rencana Kerja
P3A/GP3A/IP3A yang telah disetujui Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan
Satuan Kerja BWS/Satuan Kerja Operasi dan Pemeliharaan SDA.

(b) Gambar-gambar Pelaksanaan/Gambar Kerja


P3A/GP3A/IP3A harus menggunakan gambar-gambar SPKS sebagai dasar untuk
mempersiapkan gambar-gambar pelaksanaan. Gambar pelaksanaan itu dibuat
lebih detail untuk pelaksanaan pekerjaan.
2. Gambar-gambar yang sebenarnya terbangun/terpasang (as-built drawing)
Selama masa pelaksanaan,P3A/GP3A/IP3A harus menyiapkan dan menyimpan satu
set gambar yang dilaksanakan paling akhir untuk tiap-tiap pekerjaan. dan sejauh
gambar tersebut sudah dilaksanakan dengan benar hendaknya dicap “sudah
dilaksanakan”.

1.5. Standar.
Semua bahan dan mutu pekerjaan harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan dari Standar
Normalisasi Indonesia (SNI).
Bila ada pasal-pasal pekerjaan yang tidak ada Standar Indonesia, maka dapat dipakai
Standar lain yang disetujui oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).

1.6. Program Pelaksanaan dan Pelaporan.


1. Rencana Kerja
Untuk keperluan pencairan dana Tahap Pertama sebesar 70%, P3A/GP3A/IP3A
harus menyerahkan Rencana penggunaan dana P3-TGAI sebesar 70% dari nilai
Surat Perjanjian Kerja Sama.
2. Program Pelaksanaan
P3A/GP3A/IP3A harus melaksanakan Program Pelaksaan dengan mengguna-kan
bar-chart yang memperlihatkan kegiatan sebagai berikut:
i) Tanggal dimulainya pekerjaan
ii) Tanggal selesainya pekerjaan
iii) Waktu yang diperlukan
iv) Jumlah dan kualifikasi tenaga kerja, jumlah dan jenis bahan dan
peralatan
3. Laporan Kemajuan Pelaksanaan
Untuk keperluan pencairan dana Tahap Kedua sebesar 30%, P3A/GP3A/IP3A harus
membuat Laporan Kemajuan Fisik sekurang-kurangnya 50% yang dilampiri Catatan
Harian, Laporan 2 (dua) Mingguan dan Laporan Bulanan. Bentuk / Format laporan
sesuai dengan contoh.
1.7. Bahan dan Perlengkapan
1. Umum
P3A/GP3A/IP3A wajib menyusun rencana penyediaan bahan dan perleng-kapan
konstruksi yang diperlukan dalam pelaksanaan sesuai dengan standar dalam jumlah
yang cukup.
2. Bahan Pengganti
Apabila bahan tersebut tidak tersedia di pasaran maka dapat digunakan bahan
pengganti, yang dalam hal ini P3A/GP3A/IP3A wajib mendatangkan bahan
pengganti yang ditentukan tersebut.
3. Pemeriksaan Bahan dan Perlengkapan
Pemeriksaan Bahan dan Perlengkapan sesuai dengan ketentuan yang tercantum
dalam Rencana Kerja dimana P3A/GP3A/IP3A wajib memberikan penjelasan yang
menyangkut perlengkapan dan bahan sesuai dengan spesifikasi.

1.8. Survey dan Pengukuran Pekerjaan


1. Bench Marks
Untuk survey dan pengukuran pekerjaan dipakai Bench Mark atau titik tetap dan
titik ketinggian sesuai ketentuan yang berlaku dan disetujui dalam peta & data
Bench Mark. Bench Mark lain dan titik referensi yang terlihat pada Gambar
diberikan kepada P3A/GP3A/IP3A sebagai referensi.
2. Permukaan Tanah Asli untuk Tujuan Pengukuran
Muka tanah yang terlihat pada gambar akan dianggap benar sesuai dengan Rencana
Kerja P3A/GP3A/IP3A. Sebelum memulai pekerjaan tanah, P3A/GP3A/IP3A wajib
mengukur dan mengambil ketinggian lokasi pekerjaan, dengan menggunakan Bench
Mark atau titik referensi yang ada.
3. Peralatan untuk Pengukuran
P3A/GP3A/IP3A harus menyediakan dan memelihara peralatan pengukuran. Alat
dan perlengkapan itu harus baik dan wajib diganti jika hilang atau rusak.

1.9. Pekerjaan Sementara.


1. Umum
P3A/GP3A/IP3A wajib bertanggung jawab terhadap perencanaan, spesifikasi,
pelaksanaan dan semua pekerjaan sementara dengan sebaik-baiknya.
2. Lapangan Kerja
Lapangan kerja yang digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan harus sudah bebas
daribiaya pembebasan tanah. P3A/GP3A/IP3A sedapat mungkin melaksanakan
pekerjaan sementara pada lokasi yang sesuai gambar.
3. Kantor sementara di lapangan
P3A/GP3A/IP3A tidak dilarang menyediakan dan memelihara kantor sementara di
lapangan yang dilengkapi alat-alat sekurang-kurangnya 20 m2 serta satu toilet dan
kamar mandi bilamana diperlukan.
4. Pekerjaan Pengeringan selama Pelaksanaan
Pengeringan air harus dilakukan selama pelaksanaan pekerjaan saluran, drainase
dan bangunan. P3A/GP3A/IP3A harus memasang, memelihara semua pipa dan
peralatan lain yang diperlukan untuk pengeringan air agar lokasi pekerjaan bebas
dari air sehingga pekerjaan konstruksi dapat dilakukan sesuai dengan syarat-syarat.
Kisdam, semua tanggul atau pengeringan air sementara harus segera dibongkar atau
diratakan sehingga kelihatan baik dan tidak mengganggu kelancaran aliran air
setelah pekerjaan perbaikan bangunan dan saluran selesai. Apabila dalam
pelaksanaan pekerjaan pengeringan diperlukan pompa, P3A/GP3A/IP3A harus
menyediakannya.
5. Pengalihan sementara dari Saluran Irigasi yang ada
P3A/GP3A/IP3A tidak diperbolehkan mengganggu saluran irigasi yang ada selama
pelaksanaan pekerjaan. P3A/GP3A/IP3A wajib mengerjakan pekerjaan pengalihan
sementara pada saluran irigasi yang ada sebelum melaksanakan pekerjaan saluran
serta bangunan yang terkait.

1.10. Keamanan dan Keselamatan Kerja.


1. Umum
Semua keamanan dan keselamatan kerja yang diperlukan selama pelaksanaan
pekerjaan, di antaranya pengaturan kesehatan, pembersihan lapangan, bahan peledak
dan bensin, pemagaran sementara, keamanan dan pencegahan kebakaran, boleh
dilaksanakan dan dijaga oleh P3A/GP3A/IP3A.
2. Sistem Pengawasan Keamanan
P3A/GP3A/IP3A dapat mengatur sistim pengawasan keamanan serta organisasinya.
Sistim pengawasan keamanan diatur sesuai dengan kapasitas peralatan dan tenaga
yang cukup guna menghindari kecelakaan dan kerusakan terhadap manusia dan
barang milik yang bersangkutan. Sistim pengawasan keamanan harus
dilaksanakan sesuai hukum/peraturan yang berlaku di Indonesia.
3. Peraturan Kesehatan
P3A/GP3A/IP3A wajib mengusahakan kawasan kerja dalam keadaan bersih dan
sehat serta melengkapi/memelihara kemudahan dalam penggunaan tenaga yang akan
dipekerjakan di suatu tempat.
4. Pencegahan Kebakaran
P3A/GP3A/IP3A harus melakukan pencegahan terhadap kebakaran pada atau sekitar
lapangan kerja dan harus menyediakan peralatan secukupnya.

1.11. Dokumentasi dan Foto


P3A/GP3A/IP3A harus menyerahkan foto untuk laporan progress pekerjaan.
Minimum tiga gambar harus diambil pada tiap lokasi yang memperlihatkan keadaan
sebelum mulai pekerjaan, keadaan dalam tahap konstruksi dan keadaan telah selesai.
Foto-foto pada tiap lokasi harus diambil dengan arah yang tertentu dan tetap dalam
ketiga-tiganya keadaan tersebut diatas dengan latar belakang yang mudah dipakai
sebagai tanda dari lokasi tersebut.
Ketiga gambar untuk tahapan itu harus diletakkan dalam album disertai dengan tanggal
pengambilan, dan penjelasan secukupnya.

Pasal – 2
PEKERJAAN TANAH

I. PEKERJAAN PEMBERSIHAN
2.1. Pembersihan
1. Semua kawasan di sekitar jalur yang dipandang perlu, wajib dibersihkan dari segala
pohon-pohon, semak-semak sampah dan bahan lain yang mengganggu dan
bahan-bahan itu harus dibuang.
2. P3A/GP3A/IP3A wajib membongkar akar-akar, kemudian menimbun lobang dan
memadatkannya.
3. P3A/GP3A/IP3A dihimbau untuk memulai pembersihan jauh sebelum pekerjaan
pembangunan dimulai.

II. PEKERJAAN GALIAN TANAH


2.2. Galian pada Pondasi Bangunan
1. P3A/GP3A/IP3A wajib menjaga agar galian bebas dari air selama masa
pembangunan. Cara menjaga galian bebas dari air, pengeringan dan pembuangan air.
2. P3A/GP3A/IP3A wajib menjamin adanya peralatan di lapangan yang standby setiap
waktu dan cukup guna menghindari terputusnya kontinuitas pengeringan air.

2.3. Bahan Hasil Galian


1. Diharapkan bahwa semua bahan hasil galian cocok dipakai untuk pembuatan tanggul.
Bahan timbunan yang akan digunakan tersebut harus dipadatkan dan diusahakan agar
kadar airnya mencukupi dengan cara menyiram atau cara-cara lain yang cocok.
2. Dalam hal tanah yang baik dari hasil galian tidak mencukupi untuk pembuatan
tanggul, maka tambahan tanah dapat diambilkan dari daerah pengambilan yang lain.
3. Bahan hasil galian yang mengandung tonggak-tonggak, akar-akar, dan bahan-bahan
lain yang mengganggu dan bahan galian yang tidak diperlukan untuk penimbunan
kembali, penanggulan serta bangunan lain harus dibuang di lokasi pembuangan.
2.4. Borrow Area (daerah asal bahan)
1. Bahan timbunan yang diperlukan dapat diambilkan dari borrow area yang sudah
disepakati dan telah teruji kecocokan bahannya.
2. Sebelum penggalian dilaksanakan, permukaan tanah harus dikupas dari
tanaman-tanaman termasuk akar-akarnya. Permukaan tanah harus dikupas sampai
kedalaman 0,15 m, untuk sementara tanah kupasan ditimbun dan ditempatkan
disekitar borrow area.
3. Setelah selesai penggalian, P3A/GP3A/IP3A wajib meninggalkan daerah tersebut
dalam keadaan rapi, termasuk semua pekerjaan tanah yang diperlukan untuk
mencegah penggenangan air didaerah tersebut. Apabila borrow area terletak pada
sawah atau tanah tegalan, tanah yang dipakai untuk timbunan tidak boleh melebihi
kedalaman 0,5 m dan setelah semua penggalian selesai, daerah tersebut bisa dipakai
kembali untuk pertanian, termasuk hal-hal yang menyangkut pengairan dan drainase
dari daerah tersebut.
5. P3A/GP3A/IP3A wajib menggali, memuat, mengangkut, membuang, mem-bentuk
dan memadatkan bahan-bahan timbunan tersebut sesuai dengan ukuran yang
tercantum dalam gambar.
2.5. Penggalian Saluran dan Pembuangannya
1. Penggalian saluran harus sesuai dengan dimensi yang ada pada gambar.
2. Tanah galian dari saluran, baik salurn sekunder, pembuang dan saluran jalan harus
ditempatkan disepanjang tanggul saluran atau jika terdapat kelebihan galian, harus
diletakan di tanggul lain yang memerlukan tambahan timbunan.
3. Kelebihan galian yang tidak dibutuhkan untuk pekerjaan tanah harus dibuang di lokasi
pembuangan yang terpisah, di luar pekerjaan tanah.

2.6. Longsoran di Talud


P3A/GP3A/IP3A wajib menjaga dengan sangat hati-hati dan mengambil tindakan
pencegahan yang diperlukan, untuk mencegah terjadinya longsoran bahan disamping
galian dan tanggul. Dalam hal terjadinya longsoran P3A/GP3A/IP3A wajib
memperbaiki semua pekerjaan tanah dan kerusakan yang bersangkutan.

2.7. Luas Penggalian


P3A/GP3A/IP3A wajib mengusahakan luas penggalian tanah sekecil mungkin.

III. PEKERJAAN TANGGUL


2.8. Tanggul
1. Tanggul-tanggul untuk saluran sekunder, tersier maupun saluran pembuang, dapat
dibentuk dengan bahan galian tanah dari saluran tersebut. Bila diperlukan tambahan
tanah untuk timbunan, maka dapat diperoleh dari borrow area atau lokasi lain.
2. Tanggul untuk saluran di atas tanah asli harus dibuat rapat air, dan tidak boleh ada
tanda-tanda rembesan sesudah diisi dengan debit maximum.
3. Tanggul tersebut dan tanggul yang dipakai sebagai jalan tani atau jalan masuk harus
dibentuk seperti yang telah diuraikan diatas.
4. Bahan timbunan dihampar horizontal dan ketebalan merata secara ber-lapis-lapis,
dan tiap lapis tidak boleh mempunyai ketebalan lebih dari 0,15 m.
5. Pemadatan harus dilaksanakan dengan mesin penggilas, mesin pemadat, mesin
penggetar atau cara teknis yang lain.
6. Timbunan di atas tanah asli di belakang bangunan baru harus dipadatkan
sebagaimana yang telah diuraikan diatas. Apabila tidak ditentukan lain, maka semua
tanggul saluran harus mempunyai kemiringan sesuai dengan gambar
7. Bahan-bahan basah dari hasil penggalian saluran yang sudah sesuai, dapat
digunakan untuk pembuatan tanggul. Adapun bahan yang kebasahannya melebihi
batas kadar air optimum tidak boleh langsung digunakan.
P3A/GP3A/IP3A wajib merencanakan operasi pembuatan tanggul dengan
mempertimbangkan kemungkinan perlunya penundaan penimbunan, pen-campuran
dengan bahan-bahan kering, prosedur-prosedur lain atau kombi-nasinya.

2.9. Penyiapan Tanah


1. Penggalian saluran atau saluran pembuang yang hasilnya akan dipakai untuk bahan
timbunan harus bersih dari segala kotoran dan tumbuh-tumbuhan termasuk
akar-akarnya.
2. Sebelum mulai menimbun permukaan tanahnya harus dikupas/digali sampai
kedalaman yang lebih besar dari retak-retak tanah yang ada, paling tidak sampai
kedalaman 0,15 m. Kadar air dari tanah galian harus selalu dijaga, baik dengan cara
pengeringan alam ataupun pembasahan dengan alat semprot.
3. Bila oleh sesuatu sebab pelaksanaan penempatan dan pemadatan terpaksa terhenti,
maka permukaan timbunan harus digali kembali dan kadar airnya diperiksa sebelum
pelaksanaan pemadatan dilanjutkan.

2.10. Tambahan untuk Penurunan Tanah


P3A/GP3A/IP3A wajib memperhitungkan tambahan pengisian timbunan tanggul, guna
mengatasi adanya pemadatan sendiri (setlement) dan penurunan akibat pemadatan
tanah timbunan.

2.11. Pemadatan pada Timbunan


1. Tanggul-tanggul dan timbunan/urugan yang direncanakan harus dihampar dalam
lapisan setebal 15 cm. Operasi penggalian material yang direncanakan untuk tanggul
atau urugan yang akan dipadatkan harus dikerjakan sedemikian rupa sehingga
material tersebut berada dalam keadaan baik waktu ditempat-kan. Bagian dari
tanggul saluran harus dibangun dari material yang baik dan cocok dalam
menghasilkan kekedapan (impermeabilitas) dan stabilitas.
2. Sebelum dan selama operasi pemadatan berjalan, material harus berkadar air
optimum sesuai dengan yang diperlukan untuk maksud-maksud pemadatan,
kelembaban harus merata pada setiap lapisan. Jika kelembaban kurang dari ukuran
optimum, pemadatan tidak boleh dilanjutkan dan kelembaban haarus ditambah
dengan memerciki air dan mengolahnya di tempat pemadatan.
Jika kelembaban melebihi batas maksimum yang diizinkan, pekerjaan pemadatan
tidak boleh dilanjutkan sampai material tersebut menjadi lebih kering dengan
mengolahnya dan mencampurnya dengan bahan-bahan kering lainnya, atau cara
teknis yang lain.
3. Material yang dipadatkan harus ditimbun dengan lapisan setebal tidak lebih dari 15
cm sebelum dipadatkan dan pengamparan material tersebut harus dibuat sedemikian
rupa sehingga tanah yang dipadatkan homogen, bebas dari kantong-kantong, dan
cacat-cacat lainnya.
4. Pemadatan dengan tenaga manusia.
a. Material yang akan dipadatkan harus dibuat dengan lapisan-lapisan horizontal
dengan tebal tidak lebih dari 15 cm dengan alat penumbuk dengan tangan
beratnya tidak kurang dari 15 kg serta jarak jatuh bebas (graving fall) untuk
melaksanakan pekerjaan harus 30 cm.
Material harus dipadatkan sampai kepadatan yang diinginkan tercapai. Penumbuk
tangan (hand tamper) boleh dibuat dari besi atau beton, penggunaan kayu atau
batang kelapa tidak diijinkan.
b. Tenaga wanita dan anak-anak dibawah umur 16 tahun disarankan untuk tidak
digunakan dalam kegiatan pemadatan.

IV. PEKERJAAN GEBALAN RUMPUT


2.12. Ketentuan
1. Tanggul harus ditutup dengan gebalan rumput seperti ditunjukan dalam gambar.
2. Daerah yang ditutupi rumput adalah permukaan-permukaan:
a. Selebar 0.30 m pada kedua tepi tanggul bagian atas.
b. Lereng dalam dari saluran mulai tepi atas sampai 0.2 m di bawah muka air
rencana untuk saluran tanah dan sampai tepi atas pasangan untuk saluran
pasangan.
3. Lereng luar saluran dari tepi atas sampai kaki tanggul.
2.13. Pegangan untuk Gebalan
Crucuk-crucuk bambu atau kayu harus dipakai untuk memasang gebalan rumput.
Ukuran dari crucuk-crucuk tadi paling tidak panjangnya 30 cm untuk yang dari bambu
atau kayu dengan diameter 2-3 cm.

V. PEKERJAAN JALAN TANI


2.14. Umum
Jalan tani harus tersedia pada tempat seperti terlihat pada gambar. Jalan tani ini
ditempatkan di atas salah satu tanggul dari saluran atau kadang-kadang pada jalur lama
yang dekat dengan saluran

2.15. Pekerjaan Tanah


Pekerjaan tanah harus dikerjakan sama dengan untuk pekerjaan tanggul. Tubuh jalan
dibentuk dengan kemiringan 1 : 40 keluar saluran. Apabila konstruksi jalan tidak
dikerjakan sesudah pekerjaan tanah selesai, maka muka tanah harus dikupas/tanah
humus dibuang setebal 0,15 m' dan dipadatkan kembali sebelum konstruksi jalan
dipasang. Pemadatan jalan tani dilaksanakan seperti halnya dengan pemadatan pada
tanggul.
Pasal – 3
PEKERJAAN BETON

2.1. Semen
Semen yang dipakai dalam pekerjaan harus semen Portland dari perusahaan yang sudah
dikenal yang secara umum memenuhi Standar Nasional Indonesia NI-B dan Pasal 3.2.
NI-2. Tipe semen lain dapat digunakan untuk keperluan khusus jika benar-benar memang
diperlukan.

2.2. Bahan Batuan & Pasir


Bahan batuan untuk beton dan adukan harus memenuhi Standar Nasional Indonesia NI-2
serta PUBI.
1. Pasir diambil dari sungai atau tambang pasir yang ada di sekitar lokasi kegiatan.
Penambahan bahan lain seperti pasir dari batu pecah dapat dilak-sanakan, apabila
pasir yang ada tidak memenuhi gradasinya
2. Semua pasir yang dipakai untuk beton harus pasir alam dengan mempunyai modulus
kehalusan butir antara 2 sampai 3.
3. Pasir dan kerikil harus bersih dan bebas dari gumpalan tanah, bebas bahan-bahan
organik tanah dan lain-lain yang dapat merusak beton.
4. Bahan batuan (kerikil) harus memenuhi persyaratan gradasi dari ukuran nominal pada
umumnya.

2.3. Air
Air yang dipakai untuk membuat, merawat beton dan adukan beton harus dari sumber
yang pada umumnya digunakan, sesuai dengan Standar Nasional Indonesia dan PUBI.
Pada waktu penggunaan, air harus bebas dari bahan-bahan yang bisa mengotorkan air.

2.4. Tulangan
1. Tulangan baja untuk beton harus sesuai dengan gambar dan memenuhi Standar
Nasional Indonesia NI-2.
2. Pada waktu pengecoran beton, tulangan harus bersih dan bebas dari kerusakan, sisik
gilingan dan karat yang lepas. Batang-batang baja yang telah dibengkok, dapat
diluruskan atau dibengkokkan lagi untuk dipakai.

2.5. Penyimpanan Bahan Bangunan


1. Semua semen harus disimpan dalam gudang tidak terpengaruh oleh cuaca.
2. Lantai dari gudang harus dinaikkan di atas permukaan tanah untuk mencegah
pengisapan air.
3. Penggunaan semen harus menurut urutan pengiriman.
4. Tiap-tiap jenis bahan batuan pasir dan kerikil maupun batu merah, kapur dan batu-
batu harus disimpan dalam petak yang terpisah atau di halaman yang tanahnya
ditutup dengan tutup yang keras dan bersih, bisa kering sendiri dan dilindungi dari
pencampuran dengan tanah atau benda-benda lainnya yang merusak.
5. Tulangan baja harus disimpan jauh dari tanah dan diganjal untuk mencegah perubahan
bentuknya.

2.6. Komposisi/Campuran Beton


1. Beton merupakan adukan dari semen portland, pasir kerikil/batu pecah air, semuanya
dicampur dalam perbandingan volum yang serasi dan diolah sebaik-baiknya.
2. Untuk beton mutu BO campuran yang biasa untuk pekerjaan non struktural dipakai
perbandingan volum dari semen portland, terhadap pasir dan agregat kasar tidak boleh
kurang dari 1 Pc:3 Psr:5 Krk.
3. Untuk beton mutu B1 dan K 125, campuran nominal dari semen Portland, pasir dan
kerikil/batu pecahan harus digunakan dengan perbandingan volume 1 Pc:2 Psr:3 Krk
atau 1 Pc:1½ Psr:2½ Krk.

2.7. Perlengkapan Mengaduk


P3A/GP3A/IP3A harus menyediakan peralatan dan perlengkapan adukan beton yang
mempunyai ketelitian yang cukup untuk menetapkan dan mengawasi jumlah dari
masing-masing bahan pembentukan beton.

2.8. Pengadukan
1. Bahan-bahan pembentukan beton sebaiknya dicampur dan diaduk dalam mesin
pengaduk beton yaitu "Portable Mixer" selama sedikitnya 1 1/2 menit sesudah semua
bahan (kecuali untuk air dalam jumlah yang penuh) ada dalam mixer. Beton harus
seragam dalam komposisi dari adukan ke adukan. Dalam pekerjaan mencampur
adukan beton, air harus dituangkan lebih dahulu. Pengadukan yang berlebih-lebihan
(lamanya) yang membutuhkan penambahan air untuk medapatkan konsistensi beton
yang dikehendaki sebaiknya dihindari.
2. Pencampuran secara manual diperkenankan apabila pada lokasi-lokasi tertentu
Portable Mixer tidak dapat dipergunakan.
Untuk mempermudah pencampuran ini P3A/GP3A/IP3A akan membuat tempat
adukan yang licin, rata dengan luas 2 m2, dibatasi dengan parapet setinggi 10 cm.

2.9. Pengecoran
1. Beton tidak boleh dicor sebelum semua pekerjaan cetakan, baja tulangan beton,
pemasangan instalasi yang harus ditanam, penyekangan dan pengikatan dan
penyiapan-penyiapan permukaan yang berhubungan dengan pengecoran telah siap
lebih dulu.
2. Sebelum dilakukan pengecoran, seluruh permukaan cetakan tempat penge-coran,
lantai kerja harus bersih dari air yang menggenang, reruntuhan atau bahan lepas.
Permukaan-permukaan dengan bahan-bahan yang menyerap dengan rata hingga
kelembaban (air) dari beton yang baru dicor tidak akan diserap.
3. Permukaan beton lama yang akan dilapisi dengan beton baru harus dalam keadaan
bersih dan lembab sebelum dilapis dengan adukan beton yang baru.
Pembersihan harus berupa pembuangan semua kotoran, beton-beton yang mengelupas
atau rusak, bahan-bahan asing yang menutupinya..
4. Alat-alat yang digunakan untuk pengangkutan beton harus sedemikian sehingga beton
dengan komposisi dan kekentalan yang diinginkan dapat dibawa ketempat pekerjaan
tanpa adanya pemisahan dan kehilangan bahan yang menyebabkan perubahan nilai
slump.
5. Setelah permukaan disiapkan baik-baik, permukaan dimana beton baru akan dicorkan
harus dilapisi dengan penutup yang terbuat dari adukan semen (air semen). Adukan
harus dihamparkan merata dan harus rata juga pada permukaan yang tidak beraturan.
Beton harus segera dicor saat adukan yang masih baru (fresh).
6. Setiap lapisan beton harus dipadatkan sampai kepadatan yang mungkin. sehingga ia
bebas dari kantong- kantong kerikil, dan menutup rapat-rapat pada semua
permukaan-permukaan dari cetakan dan material yang diletakan. Dalam pemadatan
setiap lapisan dari beton, kepala, alat penggetar harus mengenai bagian atas dari
lapisan yang terletak dibawah.

2.10. Waktu dan Cara-cara Pembukaan Cetakan


1. Waktu dan cara pembukaan dan pemindahan cetakan harus dikerjakan dengan
hati-hati untuk menghindarkan kerusakan pada beton.
Segera sesudah cetakan-cetakan dibuang, permukaan beton harus diperiksa dengan
hati-hati. Permukaan-permukaan yang tidak beraturan harus segera diperbaiki.
2. Umumnya diperlukan waktu minimum dua hari sebelum cetakan dibuka untuk
dinding-dinding yang tidak bermuatan dan cetakan-cetakan samping lainnya; tujuh
hari untuk dinding-dinding pemikul dan saluran serta 14 hari untuk dek-dek
jembatan.

2.11. Perawatan (Curing)


1. Semua beton harus dirawat (cured) dengan air seperti ditentukan disini.
2. Beton harus tetap basah paling sedikit 14 hari terus menerus (segera sesudah beton
cukup keras untuk mencegah kerusakan) dengan cara menutupnya dengan bahan
yang dibasahi air atau dengan pipa-pipa berlubang-lubang, penyiram mekanis, atau
cara-cara yang disetujui yang akan menjaga agar permukaan selalu basah. Air yang
digunakan dalam perawatan (curing) harus memenuhi maksud-maksud
spesifikasi-spesifikasi air untuk campuran beton.

2.12. Mengawasi dan Mencampur Bahan


1. P3A/GP3A/IP3A harus membuat secara akurat perbandingan dari beton berdasar
ukuran volume.
2. Air harus ditambah pada bahan batuan, pasir dan semen didalam mesin pengaduk
mekanis, banyaknya harus menurut jumlah paling kecil yang diperlukan untuk
memperoleh pemadatan penuh.
4. Bahan-bahan harus dibalikkan paling sedikit dua kali dalam keadaan yang kering,
dan paling sedikit tiga kali sesudah air telah dicampurkan, sampai campuran beton
mencapai warna dan kekentalan yang sama.
P3A/GP3A/IP3A harus merencanakan tempat dari alat pencampur dan tempat
bahan-bahan untuk memberi ruang kerja yang cukup.

2.13. Cetakan (Bekisting).


1. Cetakan dapat dibuat dengan berbagai bentuk, bidang-bidang, batas-batas dan
ukuran dari beton yang diinginkan sesuai gambar.
2. Cetakan untuk mencetak beton dapat dibuat dari logam, lembaran plywood, papan
kayu yang dipress atau dari papan yang dipress halus, dalam keadaan baik
sebagaimana dikehendaki untuk menghasilkan permukaan yang sempurna.
3. Semua cetakan harus dibuat teguh, alat-alat dan usaha-usaha yang sesuai dan cocok
untuk membuka cetakan-cetakan tanpa merusak permukaan dari beton yang telah
selesai sebaiknya sudah tersedia. Sebelum beton dicor, semua material untuk
mempermudah melepaskan cetakan harus sudah siap. Penggunaan minyak cetakan
harus berhati-hati agar tidak kontak dengan besi beton yang mengakibatkan
kurangnya daya lekat.
5. Semua cetakan harus betul-betul teliti dan aman pada kedudukannya sehingga dapat
dicegah terjadinya pengembangan atau lain gerakan selama penuangan beton.

2.14. Tulangan
Daftar Bengkokan.
P3A/GP3A/IP3A disarankan menentukan sendiri kebutuhan-kebutuhan akan tulangan
baja yang tepat untuk dipakai dalam pekerjaan ini sesuai dengan gambar-gambar dan
spesifikasi. Daftar bengkokan berikut ketelitiannya harus dicheck sendiri oleh
P3A/GP3A/IP3A. Batang-batang dengan garis tengah 20 mm atau lebih harus
dibengkokan dengan menggunakan mesin pembengkok. Ukuran pembengkokan harus
sesuai dengan Standar Nasional Indonesia NI-2.
Bentuk-bentuk tulangan baja harus dipotong sesuai dengan gambar.

2.15. Penulangan.
Tulangan baja ditempatkan dan dipasang dengan tepat pada kedudukan yang
ditunjukkan dalam gambar, harus ada jaminan bahwa tulangan itu akan tetap pada
kedudukan itu pada waktu pengecoran beton. Pengokoh, ganjal dan tali pengikat harus
dipasang dengan kuat. Ganjal dibuat dari beton yang dicor. Ganjal dari besi, jepit dan
kawat pengikat harus berkwalitas sama dengan bahan tulangan beton dan tebal selimut
harus dibuat sesuai dengan spesifikasi.

Pasal – 4
PASANGAN BATU
I. UMUM
4.1. Batu Kali/Batu Gunung
Batu yang dipakai pada pekerjaan ini, seperti pasangan batu kali atau batu gunung
disarankan merupakan batu yang bersih dan keras, tahan lama dan homogen, bersih dari
campuran besi, noda-noda, lubang pasir, cacat atau ketidak-sempurnaan lainnya.

4.2. Bata
1. Semua bata sebaiknya baru dan bermutu baik, keras, utuh dan dibakar dengan baik,
sama ukurannya, kuat, lurus dan tajam sudut-sudutnya.
2. Contoh dari bata harus diserahkan kepada P3A/GP3A/IP3A untuk mendapat
persetujuan. Tiap-tiap kiriman batu bata ke tempat kerja, harus sama mutunya dengan
contoh. Batu bata yang diantar ke tempat kerja harus dibongkar dari kendaraan
dengan tangan dan dijaga supaya bata-bata tidak menjadi patah.

4.3. Adukan (Campuran)


1. Adukan untuk pasangan batu kali terdiri dari P.C dan pasir dengan perbandingan isi 1
PC : 4 Pasir.
2. Adukan yang dipakai untuk pasangan bata menurut perbandingan isi harus terdiri
semen 1 PC : 4 pasir untuk pekerjaan biasa, dan semen 1 PC : 3 Pasir untuk pasangan
kedap air.
Pasir harus sama dengan yang dipersyaratkan untuk pekerjaan beton pada pasal 3.02.
Pasir harus mempunyai gradasi dan kakasaran yang memungkinkan untuk
menghasilkan adukan yang baik.
4. Semen harus memenuhi persyaratan dari standar Indonesia N.I. 20.
5. Air yang dipakai untuk membuat adukan harus air yang baik yang memenuhi pasal
3.03.
6. Cara dan alat yang dipakai untuk mencampur haruslah sedemikian rupa sehingga
jumlah/volum dari setiap bahan adukan bisa ditentukan secara tepat.
7. Adukan harus dicampur sebanyak yang diperlukan sedangkan adukan yang tidak
dipakai selama lebih dari 30 menit harus diolah kembali bila hendak dipergunakan
lagi.

4.4. Kerikil Landasan (Gravel Backing)


Kerikil landasan sebaiknya merupakan kerikil sungai yang bersih, keras dan tahan lama
atau pecahan batu dengan gradasi baik, dari 50 mm sampai 100 mm.

4.5. Saringan Kerikil


1. Saringan kerikil dengan pembagian butir tertentu harus terdiri dari bahan yang
mengandung silikat, bersih keras dan tahan lama serta bebas dari lapisan yang
melekat, seperti tanah liat. Bahan saringan tersebut tidak boleh meng-kandung besi
belerang, batu bara, mika, batu lempung atau bahan-bahan lainnya yang berpori atau
rapuh.
2. Kerikil merupakan butiran yang bulat dan mempunyai pembagian butir sedemikian
sehingga memenuhi syarat-syarat beton cor.

4.6. Saringan Pasir


Saringan pasir pada umumnya sesuai dengan ketentuan Standar Nasional Indonesia
untuk bahan batuan halus, tetapi harus merupakan pasir kasar dan mudah dilalui air.

4.7. Penyimpanan Bahan


Semen dan pasir untuk adukan wajib disimpan seperti yang disyaratkan pada Pasal 3.08.
Kapur dan semen merah disimpan di dalam kotak, di atas beton atau lembaran logam
atau lantai kayu untuk mencegah tergenang dari air, dan juga harus dilindungi dengan
atap atau penutup yang tahan air.
4.8. Penyelesaian Sambungan
Sambungan yang kelihatan harus disiar rata dan halus dengan adukan 1 PC: 3 Pasir pada
waktu pekerjaan sedang berlangsung, untuk menjaga agar keseragaman warna lebih
terjamin, dan sambungan yang tidak kelihatan harus diisi rata dengan adukan.

II. PASANGAN BATU KALI


4.9. Ukuran Batu
1. Pasangan batu sebaiknya dari batu yang dipecah dengan palu, sehingga kalau
dipasang bisa saling menutup.
2. Setiap batu disarankan berukuran antara Ø 10 cm - Ø 20 cm atau kira-kira ⅔ dari tebal
pasangan batu kali. Batu yang lebih kecil ukurannya dapat dipakai sebagai bahan
pengisi pasangan.

4.10. Alas dan Sambungan


1. Sebelum dipakai batu untuk pasangan harus seluruhnya dibasahi lebih dahulu dan
diletakkan dengan alas tegak lurus pada arah tegangan pokok.
Setiap batu harus diberi alas adukan, semua sambungan diisi padat dengan adukan
pada waktu pekerjaan berlangsung. Tebal adukan tidak lebih dari 50 mm lebarnya,
serta tidak ada batu berimpit satu sama lain.
2. Pasak sebaiknya jangan disisipkan sesudah semua batu selesai dipasang.

4.11. Pipa Peresapan


Tembok-tembok penahan, pasangan miring dan tembok-tembok kepala harus
dilengkapi dengan suling-suling.Suling-suling dibuat dari pipa PVC dengan diameter
25-50 mm dan paling tidak satu buah untuk setiap 2 m2 permukaan.
Setiap ujung pemasukan dari suling-suling harus dilengkapi dengan saringan. Saringan
ini bisa terbuat dari kerikil dan pasir serta pada bagian terluar ditutup dengan ijuk.

4.12. Perlindungan Perawatan


Dalam cuaca yang tidak menguntungkan P3A/GP3A/IP3A harus melindungi dan
merawat pekerjaan pasangan batu yang telah selesai sama seperti yang ditentukan untuk
merawat beton. Pekerjaan pasangan jangan dilaksanakan pada saat hujan deras atau
hujan yang cukup lama yang bisa mengakibatkan adukan larut. Adukan yang larut
karena hujan harus dibuang dan diganti sebelum pekerjaan pasangan dilanjutkan.
Pekerja tidak dibolehkan berdiri diatas pasangan batu atau pasangan batu kosong yang
belum mantap.

4.13. Urugan Kembali dan Urugan di belakang pasangan batu


Sebelum mengurug kembali pada bagian muka pasangan yang tidak kelihatan,
pasangan batu tersebut harus dilapis kasar dengan adukan, 1 semen : 4 pasir setebal 20
mm. Bahan urugan sebaiknya terdiri atas pasir yang kasar dan mudah dilalui air.

III. PLESTERAN
4.14. Pekerjaan Plesteran
Dinding dan lantai lama maupun baru yang terbuat dari pasangan bata/batu kali harus
diplester dengan adukan 1 PC : 3 pasir. Campuran pekerjaan plesteran harus
memenuhi persyaratan untuk bahan dan campuran pada pasal 4.03.
Pekerjaan Plesteran dikerjakan 1 lapis sampai jumlah ketebalan 1 @ 1.5 cm dan
dihaluskan dengan acian air semen.

4.15. Pekerjaan Siaran


Sebelum pekerjaan siaran dimulai semua bidang sambungan diantara batu muka harus
dikorek sebelum ditutup dengan adukan. Permukaan harus dibersihkan dengan
memakai kawat dibasahi. Adukan untuk siaran harus campuran 1 PC : 3 pasir.
Pekerjaan siaran dapat dibedakan atas:
a. Siaran Tenggelam (masuk kedalam ± 1 cm).
b. Siaran rata (rata dengan muka batu)
c. Siaran Timbul (Timbul Tebal 1 cm lebar 2 cm kecuali ditentukan lain sama
pekerjaan siaran harus siaran timbul).

IV. PEKERJAAN PERLINDUNGAN


4.16. Penyiapan Permukaan Tanah untuk Lantai Kerja
P3A/GP3A/IP3A harus menyiapkan permukaan galian tanah untuk pondasi dengan
lapisan lantai kerja menurut ukuran yang ditentukan. Kemudian penyaringan kerikil
ditempatkan diatas permukaan tanah tersebut dengan ketebalan sesuai gambar agar
permukaan dapat rata dan sejajar dengan permukaan lantai kerja.

4.17. Lantai Kerja Batu Kosong


P3A/GP3A/IP3A harus menyediakan dan meletakkan lantai kerja batu kosong, terdiri
dari batu pecah kasar sedemikian sehingga semuanya sesuai gambar. Batu harus diberi
landasan pasir dan diletakkan pada dasar alamiah sedemikian, sehingga permukaan
yang telah selesai merupakan bidang yang benar-benar rata.

4.18. Bronjong dan Matras


P3A/GP3A/IP3A harus membuat bronjong kawat dan menempatkannya sesuai gambar,
termasuk penyiapan permukaan tanahnya. Batu untuk bronjong dengan ukuran
antara 15 cm hingga 25 cm. Batu yang dipakai dipilih berbentuk bulat.
Bronjong kotak dan bersusun harus mempunyai batas pemisah bagian dalam dengan
bahan kawat dan bentuk anyaman yang sama. Batas pemisah ditempatkan sedemikian
membentuk matras berukuran 2 m x 0.60 m. Hubungan antara bronjong atau matras
harus terikat erat dengan kawat pada ujung-ujungnya sehingga menjadi satu kesatuan.
Bronjong untuk penahan tanah harus ditempatkan bagian yang bersinggungan dengan
tanah diberi lapisan filter kerikil, geotextile atau lapisan ijuk. Pengerjaan bronjong
harus sesuai dengan Standar Nasional Indonesia PBUI-1982.

4.19. Pekerjaan Plesteran


Permukaan dinding dan lantai dari pasangan batu kali yang ada maupun yang baru
Wajib diplester dengan adukan 1 Pc : 3 Ps. Adukan untuk pekerjaan plesteran harus
memenuhi persyaratan untuk bahan dan campuran. Pekerjaan plesteran dikerjakan
secara 2 lapis sampai ketebalan 2 cm. Sebelum diplester, bidang dasar harus dibuat
kasar dan bersih. Pekerjaan plesteran harus rata, lurus, rapi dan halus.Setelah pekerjaan
plesteran cukup kering, kemudian harus dipelihara dengan siraman air secara rutin

Meunasah Sukon, 09 Agustus 2019


Dibantu, Dibuat,
Tenaga Pendamping Masyarakat Tim Perencana

( DHUYUFUR RAHMANI, ST. MT ) ( M. MUKTARI )

Disetujui, Diusulkan,
Kepala Desa Meunasah Sukon Ketua P3A Makmue Beusare
( HAMDANI HASAN ) ( JAMALI )

Anda mungkin juga menyukai