PENDAHULUAN
1
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa peran fisioterapi pada pasien
PPOKsangatlah bermanfaat, maka dari itu penulis ingin mempelajari lebih lanjut
tentang metode penanganan fisioterapi pada kasus Penyakit Paru Obstruksi Kronik
(PPOK) eksaserbasi akut.
2
1.4 Manfaat
a.Memperluas pengetahuan tentang kondisi PPOK eksaserbasi akut dan bagaimana
proses penatalaksanaan fisioterapinya.
b.Menambah informasi pada fisioterapi pada khususnya dan kepada tenaga media pada
umumnya.
3
BAB II
PEMBAHASAN
PPOK adalah kondisi ireversibel yang berkaitan dengan dispnea saat aktivitas
dan penurunan aliran masuk dan keluar udara paru-paru (Bruner dan Suddarth, 2011).
2.1.2 Klasifikasi
Penyakit yang termasuk dalam kelompok penyakit paru obstruksi kronik adalah sebagai
berikut :
1. Bronchitis kronis
a. Definisi
Bronchitis kronis merupakan gangguan klinis yang ditandai dengan
pembentukan mucus yang berlebihan dalam bronkus dan termanifestasikan
dalam bentuk batuk kronis dan pembentuk sputum selama 3 bulan dalam
setahun, paling sedikit 2 tahun berturut-turut. (Bruner dan Suddath, 2002).
b. Etiologi
Terdapat 3 jenis penyebab bronchitis yaitu :
1) Infeksi : stafilakokus, sterptokokus, pneumokokus, haemophilus
influenzae.
2) Alergi
3) Rangsang : misal asap pabrik, asap mobil, asap rokok, dll.
c. Manifestasi klinis
1) Peningkatan ukuran dan jumlah kelenjar mukus pada bronchi besar,
yang mana akan meningkatkan produksi mukus.
2) Mukus lebih kental
3) Kerusakan fungsi chilliary sehingga menurunkan mekanisme
pembersihan mukus. Oleh karena itu, “mucochilliary defence” dari
paru mengalami kerusakan dan meningkatkan kecendrungan untuk
terserang infeksi. Ketika infeksi timbul, kelenjar mukus akan menjadi
hipertropi dan hiperplasia sehingga produksi mukus akan meningkat.
4) Dinding bronchial meradang dan menebal (seringkali sampai 2 kali
ketebalan normal) dan mengganggu aliran udara. Mukus kental ini
bersama-sama dengan produksi mukus yang banyak akan menghambat
4
beberapa aliran udara kecil dan mempersempit saluran udara besar.
Bronchitis kronis mula-mula mempengaruhi hanya pada bronchus
besar, tetapi biasanya seluruh saaluran nafas akan terkena.
5) Mukus yang kental dan pembesaran bronchus akan mengobstruksi
jalan nafas, terutama selama ekspirasi. Jalan nafas mengalai kollaps,
dan udara terperangkap pada bagian distal dari paru-paru. Obstruksi ini
menyebabkan penurunan ventilasi alveolar, hypoxia dan asidosis.
6) Klien mengalami kekurangan oksigen jaringan : ratio ventilasi perfusi
abnormal timbul, dimana terjadi penurunan PaO2. Kerusakan ventilasi
dapat juga meningkatkan nilai PaCO2.
7) Klien terlihat cyanosis. Sebagai kompensasi dari hipoxemia, maka
terjadi polisitemia (overproduksi eritrosit). Pada saat penyakit
memberat, diproduksi sejumlah sputum yang hitam, biasanya karena
infeksi pulmonary.
8) Selama infeksi klien mengalami reduksi pada FEV dengan peningkatan
pada RV dan FRC. Jika masalah tersebut tidak ditanggulangi,
hypoxemia akan timbul yang akhirnya menuju penyakit cor pulmonal
dan CHF.
2. Emfisema
a. Definisi
Perubahan anatomis parenkim paru yang ditandai pelebaran dinding alveolus,
duktus alveolaris dan destruksi dinding alveolar (Bruner dan Suddath, 2002).
b. Etiologi
1) Faktor tidak diketahui
2) Predisposisi genetic
3) Merokok
4) Polusi udara
c. Manifestasi klinis
1) Dispenea
2) Trakipnea
3) Inspeksi : barrel chest, penggunaan otot bantu pernapasan
4) Perkusi : hiperresonan, penurunan fremitus pada seluruh bidang paru
5) Auskultasi bunyi napas : krekles, ronchi, perpanjangan ekspirasi
6) Hipoksemia
7) Hiperkapnia
8) Anoreksia
9) Penurunan BB
10) Kelemahan
5
3. Asthma bronchiale
a. Definisi
Suatu penyakit yang ditandai dengan tanggap reaksi yang meningkat
dari trachea dan bronkus terhadap berbagai macam rangsangan dengan
manisfestasi berupa kesukaran bernafas yang disebabkan oleh penyempitan
yang menyeluruh dari saluran nafas (Bruner dan Suddarth, 2002).
b. Etiologi
1) Alergen (debu, bulu binatang, kulit, dll)
2) Infeksi saluran nafas
3) Stress
4) Olahraga (kegiatan jasmani berat)
5) Obat-obatan
6) Polusi udara
7) Lingkungan kerja
8) Lain-lain (iklim, bahan pengawet)
c. Manifestasi klinis
1) Dispnea
2) Permulaan serangan terdapat sensasi kontriksi dada (dada terasa berat)
3) Wheezing
4) Batuk non produktif
5) Takikardi
6) Takipnea
2.1.3 Etiologi
Secara keseluruhan penyebab terjadinya PPOK tergantung dari jumlh partikel
gas yang dihirup oleh seorang individu selama hidupnya. Partikel gas ini termasuk :
a. Asap rokok
1) Perokok aktif
2) Perokok pasif
b. Polusi udara
1) Polusi di dalam ruangan - asap rokok - asap kompor
2) Polusi di luar ruangan- gas buangkendaraan bermotor- debu jalanan
c. Polusi di tempat kerja ( bahan kimia, zat iritasi, gas beracun )
d. Infeksi saluran nafas bawah berulang
6
2.1.4 Patofisiologi
Saluran napas dan paru berfungsi untuk proses respirasi yaitupengambilan
oksigen untuk keperluan metabolisme dan pengeluaran karbondioksida dan air
sebagai hasil metabolisme. Proses ini terdiri dari tiga tahap, yaitu ventilasi, difusi dan
perfusi. Ventilasi adalah proses masuk dan keluarnya udara dari dalam paru. Difusi
adalah peristiwa pertukaran gas antara alveolus dan pembuluh darah, sedangkan
perfusi adalah distribusi darah yang sudah teroksigenasi. Gangguan ventilasi terdiri
dari gangguan restriksi yaitu gangguan pengembangan paru serta gangguan obstruksi
berupa perlambatan aliran udara di saluran napas. Parameter yang sering dipakai
untuk melihat gangguan restriksi adalak kapasitas vital ( KV ), sedangkan untuk
gangguan obstruksi digunakan parameter volume ekspirasi paksa detik pertama
( VEP 1 ), dan rasio volume ekspirasi paksa detik pertama terhadap kapasitas vital
paksa ( VEP 1/KVP )
Faktor risiko utama dari PPOK adalah merokok. Komponen-komponen asap
rokok merangsang perubahan pada sel-sel penghasil mukus bronkus. Selain itu, silia
yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia.
Perubahan-perubahan pada sel-sel penghasil mukus dan silia ini mengganggu sistem
eskalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus kental dalam jumlah
besar dan sulit dikeluarkan dari sakuran napas. Mukus berfungsi sebagai tempat
persemaian mikroorganisme penyebab infeksi dan menjadi sangat purulen. Timbul
peradangan yang menyebabkan edema jaringan. Proses ventilasi terutama ekspirasi
terhambat. Timbul hiperkapnia akibat dari ekspirasi yang memanjang dan sulit
dilakukan akibat mukus yang kental dan adanya peradangan.
7
2.1.5 WOC
8
2.1.6 MANIFESTASI KLINIS
Batuk merupakan keluhan pertama yang biasanya terjadi pada pasien PPOK.
Bantuk bersifat produktif, yang pada awalnya hilang timbul lalu kemudian berlangsung
lama dan sepanjang hari. Batuk disertai dengan produksi sputum yang pada awalnya
sedikit dan mukoid kemudian berubah menjadi banyak dan purulen seiring dengan
semakin bertambahnya parahnya batuk penderita.
Penderita PPOK juga akan mengelihkan sesak yang berlangsung lama,
sepanjang hari, tidak hanya pada malam hari, dan tidak pernah hilanh sama sekali, hal
ini menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas yang menetap. Keluhan sesak inilah
yang biasanya membawa penderita PPOK berobat kerumah sakit. Sesak dirasakan
memberat saat melakukan aktivitas dan pada saat mengalami eksaserbasi akut.
Gejala-gejala PPOK eksaserbasi akut meliputi :
a. Batuk bertambah berat
b. Produksi sputum bertambah
c. Sputum berubah warna
d. Sesak nafas bertambah berat
e. Bertambahnya keterbatasan aktivitas
f. Terdapat gagal nafas akut pada gagal nafas kronis
g. Penurunan kesadaran
9
2. Analisi gas darah
Pada bronchitis PaCO2 naik, saturasi hemoglobin menurun, timbul sianosis,
terjadi vasulkonstriksi vaskuler paru dan penambahan eritropoesis. Hipoksia
yang kronik merangsang pembentukan eritropoetin sehingga menimbulkan
polisitemia. Pada kondisi umur 55-60 tahun polisitemia menyebabkan jantung
kanan harus bekerja lebih berat dan merupakan salah satu penyebab payah
jantung kanan.
3. Pemeriksaan EKG
Kelainan yang paling dini adalah rotasi clock wise jantung. Bila sudah terdapat
kor pulmonal terdapat deviasi aksis ke kanan dan Pepulmonal pada hantaran II,
III, dan Avf. Voltrase QRS rendah di V1 rasio R/S lebih dari 1 dan V6 rasio R/S
kurang dari 1. Sering terdapat RBBB incomeplat
4. Kultur sputum, untuk mengetahui petoge penyebab infeksi.
5. Laboratorium darah lengkap
2.1.7 Komplikasi
1. Hiposemia
Hiposemia didefinisikan sebagai penurunan nilai PaO2 kurang dari 55 mmHg,
dengan nilai 1 rasi oksigen <85%. Pada awalnya klien akan mengalami perubahan
mood, penurunan konsentrasi dan pelupa. Pada tahap lanjut timbul ceanosis.
2. Asidosis respiratory
Timbul akibat dari peningkatan nilai PaCO2 (hiperkapmia). Tanda yang muncul
antara lain : nyeri kepala, vatique, lhetargi, dizzines, tachipnea.
3. Infeksi respiratori
Infeksi pernapasan akut disebabkan karena peningkatan produksi mukus,
peningkatan rangsangan otot polos bronchial dan edema mukosa. Terbatasnya
aliran udara akan meningkatkan kerja nafas dari timbulnya dispnea.
4. Gagal jantung
Terutama kor-pulmonal (gagal jantung kanan akibat penyakit paru), harus
diobservasi terutama pada klien dengan dispnea berat. Komplikasi ini sering kali
berhubungan dengan bronchitis kronis, tetapi klien dengan enfisema berat juga
dapat mengalami masalah ini.
5. Cardiac distritmia
Timbul akibat dari hiposemia, penyakit jantung lain, efek obat atau asidosis
respiratori.
6. Status asmatikus
Merupakan komplikasi mayor yang berhubungan dengan astma bronchial. Penyakit
ini sangat berat, potensial mengancam kehidupan dan seringkali tidak berespon
terhadap therapi yang biasa diberikan. Penggunaan otot bantu pernafasan dan
distensi vena leher seringkali terlihat.
10
2.1.8 PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan PPOK adalah :
1. Memperbaiki kemampuan penderita mengatasi gejala tidak hanya pada fase
akut, tetapi juga fase kronik
2. Memperbaiki kemampuan penderita dalam melaksanakan aktivitas harian
3. Mengurangi laju progresivitas penyakit apabila penyakitnya dapat dideteksi
lebih awal
11
2.1.9 ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Biodata
2. Riwayat kesehatan
Keluhan utama
Riwayat kesehatan dulu
Riwayat kesehatan keluarga
4. Pemeriksaan fisik
Objectif
a. Batuk produktif/nonproduktif
b. Respirasi terdengar kasr dan suara mengi ( whezing ) pada kedua fase
respirasi semakin menonjol
c. Dapat disertai batuk dengan sputum kental yang sulit dikeluarkan
d. Bernapas dengan menggunakan otot-otot napas tambahan
e. Sianosis, takikardi, gelisah, dan pulsus paradoksus
f. Fase ekspirasi memanjang disertai wheezing ( di apeks dan hilus )
g. Penurunan berat badan secara bermakna
Subjektif
Klien merasa sukar bernapas, sesak dan anoreksia
Psikososial
Bronkodilator
Kortikosteroid
Pemberian oksigen
Beta agnosis
12
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
13
bronkospasme, air dengan kriteria : batuk efektif
trapping ) Status d. Tingkatkan
Destruksi alveoli mental aktivitas
dalam batas e. Terapi
Ditandai dengan normal oksigen
Dyspnca Bernapas f. Monitoring
Confusion,lemah dengan respirasi
Tidak mampu mudah g. Monitoring
mengeluarkan secret Tidak ada tanda vital
Nilai ABGs sinosis
abnormal (hipoksia Pao paco
dan hiperkapnea) dalam batas
Perubahan tanda vital normal
Menurunnya Saturnasi O
toleransi terhadap dalam
aktivitas rentang
normal
3. Ketidakseimbangan nutrisi : Status nutrisi intake a. Manajemen
Kurang dari kebutuhan cairan dan makanan cairan
tubuh yang berhubungan gas dengan skala... b. Monitoring
dengan : (1-5) setelah cairan
Dispnea fatique diberikan perawatan c. Status diet
Efek samping selama ...hari d. Manajemen
pengobatan dengan kriteria : gangguan
Produksi sputum Asupan makan
Anoreksia, makanan e. Manajemen
nausea/vomiting adekuat nutrisi
-dengan f. Kolaborasi
Ditandai dengan : skala...(1-5) dengan ahli gizi
Penurunan berat Intake cairan untuk
badan per oral memberikan
Kehilangan massa adekuat, terapi nutrisi
otot, tonus otot jelek dengan g. Konseling
skala...(1-5) nutrisi
Dilaporkan adanya
Intake cairan h. Kontroling
perubahan sensasi
adekuat nutrisi
rasa
dengan dilakukan untuk
Tidak bernafsu untuk
skala... (1-5) memenuhi diri
makan, tidak tertarik
pasien
makan
Status nurisi intake i. Terapi menelan
nutrien gas dengan j. Monitoring
skala (1-5) setelah tanda vital
diberikan perawatan k. Bantuan untuk
selama..... peningkatan BB
Intake kalori l. Manajemen
adekuat berat badan
dengan skala
(1-5)
Intake
14
protein,
karbohidrat
dan lemak
adekuat,
dengan skala
....(1-5)
15
Level kemampuan
kelemahan fisik, sosial,
Mampu dan
berpindah;de psikologi
ngan Bantu untuk
atayumengg mengidentifi
unakan alat kasi dan
Status mendapatka
kardiopulmo n sumber
nari adekuat yang
Sirkulasi diperlukan
status baik untuk
Status aktivitas
respirasi;pert yang
ukaran gas diinginkan
davetilasi Bantu klien
adekuat untuk
mendapatka
n alat
bantuan
aktivitas
seperti kursi
roda, krek
Bantu untuk
mengidentifi
kasi aktivitas
yang disukai
Bantu klien
membuat
jadwal
latihan di
waktu luang
Monitor
respon fisik,
emosi, sosial
dan spiritual
5. Risiko tinggi penyebaran Tidak Monitor vital
infeksi yang berhubungan muncul sign, terutam
dengan penyakit kronis tanda-tanda ta pada
infeksi proses terapi
sekunder Demonstrasi
Klien dapat kan teknik
mendemonst mencuci
rasikan yang benar
kegiatan Ubah posisi
untuk dan berikan
menghindari pulmonari
infeksi toilet yang
baik
16
Batasi
pengunjung
atas indikasi
Lakukan
isolasi sesuai
dengan
kebutuhan
individual
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) merupakan kumpulan
penyakit paru yang sudah lama dan bertahun tahun, ditandai dengan adanya
penyumbatan pada aliran udara dari paru-paru. Dengan penyebab utama dari
lingkungan polusi udara, merokok, paparan debu, dan gas-gas kimiawi. Faktor
Usia dan jenis kelamin sehingga mengakibatkan berkurangnya fungsi paru-
paru bahkan pada saat gejala penyakit tidak dirasakan. Infeksi sistem
pernafasan akut, seperti peunomia, bronkitis, dan asma orang dengan kondisi
ini berisiko mendapat PPOK.
Jika individu berhenti merokok, progresif penyakit dapat ditahan. Jika
merokok dihentikan sebelum terjadi gejala, resiko bronkhitis kronis dapat
menurun dan pada akhirnya mencapai tingkat seperti bukan perokok.
3.2 Saran
Adapun saran dari kami yaitu, untuk lebih memahami dan
memperdalam pengetahuan mengenai konsep medis dan konsep proses
keperawatan dari PPOK, pembaca juga bisa lebih menambah wawasan tentang
kesehatan melalui makalah ini.
18
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Susan C. 2011. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Somantri, Irman. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta : Penerbit Salemba Medika.
Somantri, Irman. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan . Vol:2. Jakarta : Penerbit Salemba Medika
19