Anda di halaman 1dari 15

Modul Praktikum Biokimia

Blok II
Biologi Molekuler
A. Uji Kelarutan dan Identifikasi Asam Amino
I. Tujuan Percobaan : Untuk mengidentifikasi atau menguji gugus fungsi yang
terdapat dalam suatu gugus amino melalui reaksi reagen.
II. Dasar Teori
Asam amino memainkan peran sentral baik sebagai building blocks (monomer)
protein dan sebagai perantara dalam metabolisme tubuh. Sifat kimia dari asam amino
protein menentukan aktivitas biologis protein. Protein tidak hanya mengkatalisasi semua
(atau sebagian besar) dari reaksi dalam sel hidup, protein juga mengontrol hampir
semua proses selular.
Asam amino adalah monomer penyusun protein. Dari struktur umumnya, asam
amino mempunyai dua gugus pada tiap molekulnya, yaitu gugus amino dan gugus
karboksil yang saling berhadapan, dimana keduanya terikat pada atom karbon yang
sama, yang digambarkan sebagai struktur ion dipolar. Gugus amino dan gugus karboksil
pada asam amino menunjukkan sifat-sifat spesifiknya. Gugus karboksil memberikan
sifat asam dan gugus amina memberikan sifat basa Karena asam amino mengandung
kedua gugus tersebut, senyawa ini akan memberikan reaksi kimia yang yang mencirikan
gugus-gugusnya. Sebagai contoh adalah reaksi asetilasi dan esterifikasi.

Sifat asam–asam amino tidak jauh berbeda


dengan sifat protein yang dibentuknya. Sifat ini ditentukan oleh gugus α-karboksil, α-
amino dan gugus-gugus yang terdapat pada rantai samping molekulnya. Gugus α-amino
dan gugus α-karboksil bereaksi seperti layaknya reaksi senyawa organik lainnya untuk
membentuk amida, ester dan asil halida lainnya. Asam amino dan Protein dapat bereaksi
dengan beberapa pereaksi tertentu, seperti pereaksi Biuret, Hopkins-Cole, Millon dan
sebagainya. Oleh karena itu, protein dapat diidentifikasi melalui beberapa uji test
dengan menggunakan beberapa perekasi tertentu. Sifat asam amino antara lain memiliki
titik leleh di atas 200 °C, memiliki momen dipol yang besar, Bersifat amfoter, sebagai
pembawa sifat asam gugus –COOH, sebagai pembawa sifat basa gugus ─NH 2, bersifat
optis aktif kecuali glisin, dalam air membentuk Zwitter ion (ion bermuatan positif-
negatif), asam amino umumnya larut dalam air (atau pelarut polar) dan tidak melarut di
dalam pelarut organic non-polar seperti hidrokarbon.

Protein merupakan makromolekul yang terdiri dari monomer-monomer asam


amino yang sangat banyak sehingga mempunyai berat molekul yang besar. Monomer-
monomer asam amino ini saling terikat melalui ikatan peptide. Ikatan peptide adalah
ikatan antara gugus amina suatu asam amino dengan gugus karboksil suatu asam amino
yang lainnya. Unsur dasar penyusun molekul asam amino adalah karbon, oksigen,
hidrogen, nitrogen, dan terkadang belerang. Contoh dari asam amino adalah α-
aminoethanoic acid, yang biasanya disebut glycine, dan α-aminopropanoic acid yang
biasanya disebut alanine.

Di alam, terdapat ratusan asam amino dan 20 diantaranya umum ditemukan


dalam tubuh manusia sebagai komponen protein. Protein dibangun oleh asam amino
yang diklasifikasikan menjadi asam amino esensial dan asam amino non esensial.
Keduapuluh asam amino ini penting bagi kehidupan karena diperlukan oleh semua sel
sekaligus berperan dalam proses metabolisme.

Dari sekitar dua puluhan asam amino yang kita kenal, sekitar sepuluh macam
tidak bisa dibentuk oleh tubuh manusia dan harus didatangkan dari asupan makanan.
Itulah yang disebut asam amino esensial, sering juga disebut asam amino
indispensable. Asam amino esensial ini diperlukan untuk pertumbuhan tubuh. Jika
kekurangan kelompok asam amino ini akan menderita busung lapar (kwashiorkor).
Berbeda dengan lemak atau karbohidrat yang bisa disimpan, tubuh kita tidak dapat
menyimpan asam amino. Itu sebabnya asupan asam amino yang cukup dari makanan
selalu diperlukan setiap hari.

III. Alat dan Bahan


 Pipet tetes

 Tabung reaksi

 Bunsen

 Penangas air

 Penjepit tabung reaksi

 Gelas ukur

 Rak tabung reaksi

 Labu ukur

 Gelas kimia

 Larutan kuning telur 1%-10%

 Larutan putih telur 1%-10%

 Larutan Lysin 1%-10%

 Larutan Glysin 1%-10%

 Larutan Tyrosin 3%

 Larutan Histidin 3%

 Reagen millon

 Reagen ninhidrin 0,1%

IV. Prosedur Percobaan


1. Uji Millon
Tambahkan 5 tetes reagen millon ke dalam 3 ml larutan protein, panaskan campuran
baik-baik. Jika reagen yang digunakan terlalu banyak, maka warna akan hilang pada
pemanasan.
2. Uji Ninhidrin
Tambahkan 0,5 ml larutan ninhidrin 0,1% ke dalam 3 ml larutan protein. Panaskan
campuran hingga mendidih. Ulangi percobaan dengan menggunakan protein yang
lain.
B. Uji Karbohidrat
I. Tujuan Praktikum
            Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini yaitu untuk mengenal dan
mengetahui karbohidrat dengan uji kelarutan dan reaksi pengenalan.
II. Dasar Teori
Karbohidrat merupakan persenyawaan antara karbon, hidrogen, dan oksigen yang
terdapat di alam dengan rumus empiris Cn(H2O)n. Melihat rumus empiris tersebut,
maka senyawa ini pernah diduga sebagai ”hidrat dari karbon”, sehingga disebut sebagai
karbohidrat. Sejak tahun 1880 telah disadari bahwa gagasan ”hidrat dari karbon”
merupakan gagasan yang tidak benar. Hal ini karena ada beberapa senyawa yang
mempunyai rumus empiris seperti karbohidrat tetapi bukan karbohidrat (Tim Dosen,
2010).
       Asam asetat misalnya dapat ditulis (C2(H2O)2 dan formaldehid dengan rumus
CH2O atau HCHO. Dengan demikian suatu senyawa termasuk karbohidrat tidak hanya
ditinjau dari rumus empirisnya saja, tetapi yang paling penting ialah rumus strukturnya
(Tim Dosen, 2010).
       Dari rumus struktur akan terlihat bahwa ada gugus fungsi penting yang
terdapat pada molekul karbohidrat yaitu gugus fungsi karbonil(aldehid dan keton).
Gugus-gugus fungsi itulah yang menentukan sifat senyawa tersebut. Berdasarkan gugus
yang ada pada molekul karbohidrat dapat didefinisikan sebagai polihidroksialdehida
dan polihidroksiketon atau senyawa yang menghasilkannya pada proses hidrolisis (Tim
Dosen, 2010).
       Di negara-negara sedang berkembang kurang lebih 80% energi makanan
berasal dari karbohidrat. Menurut Neraca Bahan Makanan 1990 yang dikeluarkan oleh
Biro Pusat Statistik, di Indonesia energi berasal dari karbohidrat merupakan 72%
jumlah energi rata-rata sehari yang dikonsumsi oleh penduduk. Di negara-negara maju
seperti AmerikaSerikat dan Eropa Barat, angka ini lebih rendah, yaitu rata-rata 50%.
Nilai energi karbohidrat adalah 4 kkal per gram (Almatsier, 2010).
       Karbohidrat yang penting dalam ilmu gizi dibagi dalam dua golongan, yaitu
karbohidrat sederhana dan karbohidrat kompleks. Sesungguhnya semua jenis
karbohidrat terdiri atas karbohidrat sederhana atau gula sederhana; karbohidrat
kompleks mempunyai lebih dari dua unit gula sederhana dalam satu molekul
(Almatsier, 2010).
       Karbohidrat sederhana terdiri atas (Almatsier, 2010) :

1. Monosakarida yang terdiri atas jumlah atom C yang sama dengan molekul air,
yaitu [C6(H2O)6] dan [C5(H2O)5];
2. Disakarida yang terdiri atas ikatan 2 monosakarida di mana untuk tiap 12 atom
C ada 11 molekul air [C12(H2O)11];
3. Gula alkohol merupakan bentuk alkohol dari monosakarida
4. Oligosakarida adalah gula rantai pendek yang dibentuk oleh galaktosa, glukosa,
dan fruktosa.

       Monosakrida adalah karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis menjadi


karbohidrat yang lebih sederhana. Monosakarida ini dapat diklasifikasikan sebagai
triosa, tetrosa, pentosa, heksosa, atau heptosa, bergantung pada jumlah atom karbon;
dan sebagai aldosa atau ketosa bergantung pada gugus aldehida atau keton yang dimilki
senyawa tersebut (Murray dkk, 2009).
       Gliseraldehid adalah aldosa yang paling sederhana, dan dihidroksiasetan
adalah ketosa yang paling sederhana pula. Aldosa atau ketosa lainnya dapat diturunkan
dari gliseraldehida atau dihidroksiaseton dengan cara menambahkan atom karbon,
masing-masing membawa gugus hidroksil (Tim Dosen, 2010).
       Sebagian besar monosakarida dikenal sebagai heksosa, karena terdiri atas 6-
rantai atau cincin karbon. Atom-atom hidrogen dan oksigen terikat pada rantai atau
cincin ini secara terpisah atau sebagai gugus hidroksil (OH). Ada tiga jenis heksosa
yang penting dalam ilmu gizi, yaitu glukosa, fruktosa, dan galaktosa. Ketiga macam
monosakarida ini mengandung jenis dan jumlah atom yang sama, yaitu 6 atom karbon,
12 atom hidrogen, dan 6 atom oksigen. Perbedaannya hanya terletak pada cara
penyusunan atom-atom hidrogen dan oksigen di sekitar atom-atom karbon. Perbedaan
dalam susunan atom inilah yang menyebabkan perbedaan dalam tingkat kemanisan,
daya larut, dan sifat lain ketiga monosakarida tersebut (Almatsier, 2010).
       Disakarida adalah produk kondensasi dua unit monosakarida. Ada empat
jenis disakarida yaitu sukrosa atau sakarosa, maltosa, laktosa, dan trehalosa. Trehalosa
tidak begitu penting dalam ilmu gizi. Kedua monosakarida yang saling mengikat berupa
ikatan glikosidik melalui satu atom oksigen. Ikatan glikosidik ini biasanya terjadi antara
atom C nomor 1 dengan atom C nomor 4 dan membentuk ikatan alfa, dengan
melepaskan satu molekul. Hanya karbohidrat yang unit monosakaridanya terikat dalam
bentuk alfa dapat dicernakan. Disakarida dapat dipecah kembali menjadi dua molekul
monosakarida melalui hidrolisis. Glukosa terdapat pada empat jenis disakarida;
monosakarida lainnya adalah fruktosa dan galaktosa (Almatsier, 2010).
       Gula alkohol terdapat di dalam alam dan dapat pula dibuat secara sintetis.
Ada empat jenis gula alkohol, yaitu sorbitol, manitol, dulsitol, dan inositol. Sorbitol
terdapat di dalam beberapa jenis buah dan secara komersial dibuat dari glukosa. Sorbitol
banyak digunakan dalam minuman dan makanan khusus pasien diabetes, seperti
minuman ringan, selai dan kue-kue. Manitol dan dulsitol adalah alkohol yang dibuat
dari monosakarida manosa dan galaktosa. Secara komersial, manitol diekstraksi dari
sejenis rumput laut. Kedua jenis alkohol ini banyak digunakan dalam industri pangan.
Sedangkan inositol merupakan alkohol siklis yang menyerupai glukosa. Inositol
terdapat dalam banyak bahan makanan, terutama dalam sekam serealia. Bentuk esternya
dengan asam fitat menghambat absorpsi kalsium dan zat besi dalam usus halus
(Almatsier, 2010).
       Oligosakarida adalah produk kondensasi tiga sampai sepuluh monosakarida.
Sebagian besar oligosakarida tidak dicerna oleh enzim dalam tubuh manusia (Murray
dkk, 2009).
       Rafinosa, stakiosa, dan verbaskosa adalah oligosakarida yang terdiri atas unit-
unit glukosa, fruktosa dan galaktosa. Ketiga jenis oligosakarida ini terdapat di dalam biji
tumbuh-tumbuhan dan kacang-kacangan.seperti halnya polisakarida nonpati,
oligosakarida ini di dalam usus besar mengalami fermentasi (Almatsier, 2010).
      
       Untuk karbohidrat kompleks terdiri atas (Almatsier, 2010):

1. Polisakarida yang terdiri atas lebih dari dua ikatan monosakarida.


2. Serat yang dinamakan juga polisakarida nonpati.

       Polisakarida tersusun dari banyak unit monosakarida yang terikat antara satu
dengan yang lain melalui ikatan glikosida. Hidrolisis total dari polisakarida
menghasilkan monosakarida (Tim Dosen, 2010).
       Polisakarida dapat dihidrolisis oleh asam atau enzim tertentu yang kerjanya
spesifik. Hidrolisis sebagian polisakarida menghasilkan oligosakarida dan dapat
digunakan untuk menentukan struktur molekul polisakarida (Sirajuddin dan
Najamuddin, 2011).
       Karbohidrat kompleks ini dapat mengandung sampai tiga ribu unit gula
sederhana yang tersusun dalam bentuk rantai panjang lurus atau bercaban. Gula
sederhana ini terutama adalah glukosa. Jenis polisakarida yang penting dalam ilmu gizi
adalah pati, dekstrin, glikogen, dan polisakarida nonpati (Almatsier, 2010).
       Pati merupakan simpanan karbohidrat dalam tumbuh-tumbuhan dan
merupakan karbohidrat utama yang dimakan manusia di seluruh dunia. Pati terutama
terdapat dalam padi-padian, biji-bijian, dan umbi-umbian. Jumlah unit glukosa dan
susunannya dalam satu jenis pati berbeda satu sama lain bergantung jenis tanaman
asalnya. Rantai glukosa terikat satu sama lain melalui ikatan alfa yang dapat dipecah
dalam proses pencernaan (Almatsier, 2010).
       Dekstrin merupakan produk antara pada pencernaan pati atau dibentuk
melalui hidrolisis parsial pati. Dekstrin merupakan sumber utama karbohidrat dalam
makanan. Cairan glukosa dalam hal ini merupakan campuran dekstrin, maltosa, glukosa,
dan air. Dekstrin maltosa, suatu produk hasil hidrolisis parsial pati, digunakan sebagai
makanan bayi karena tidak mudah mengalami fermentasi dan mudah dicernakan
(Almatsier, 2010).
       Glikogen dinamakan juga pati hewan karena merupakan bentuk simpanan
karbohidrat di dalam tubuh manusia dan hewan, yang terutama terdapat di dalam hati
dan otot. Glikogen terdiri atas unit-unit glukosa dalam bentuk rantai lebih bercabang.
Struktur yang lebih bercabang ini membuat glikogen lebih mudah dipecah. Glikogen
dalam otot hanya dapat digunakan untuk keperluan energi di dalam otot tersebut,
sedangkan glikogen dalam hati dapat digunakan sebagai sumber energi untuk keperluan
semua sel tubuh. Kelebihan glukosa melampaui kemampuan menyimpannya dalam
bentuk glikogen akan diubah menjadi lemak dan disimpan dalam jaringan lemak.
Glikogen tidak merupakan sumber karbohidrat yang penting dalam bahan makanan,
karena hanya terdapat di dalam makanan berasal dari hewani dalam jumlah terbatas
(Almatsier, 2010).
       Glikogen mempunyai struktur empiris yang serupa dengan amilum pada
tumbuhan. Pada proses hidrolisis, glikogen menghasilkan pula glukosa karena baik
amilum maupun glikogen, tersusun dari sejumlah satuan glukosa. Glikogen dalam air
akan membentuk koloid dan memberikan warna merah dangan larutan iodium.
Pembentukan glikogen dari glukosa dalam sel tubuh diatur oleh hormon insulin dan
prosesnya disebut glycogenesis. Sebaliknya, proses hidrolisis glikogen menjadi glukosa
disebut glycogenolisis (Sirajuddin dan Najamuddin, 2011)
       Mengenai penjelasan tentang serat, akhir-akhir ini banyak mendapat perhatian
karena peranannya dalam mencegah berbagai penyakit. Definisi terakhir yang diberikan
untuk serat makanan adalah polisakarida nonpati yang menyatakan polisakarida dinding
sel. Ada dua golongan serat, yaitu yang tidak dapat larut dan yang dapat larut dalam air.
Serat yang tidak dapat larut dalam air adalah selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Serat
yang larut dalam air adalah pektin, gum, mukilase, glukan dan algal (Almatsier, 2010).
       Selulosa, hemiselulosa, dan lignin merupakan kerangka struktural semua
tumbuh-tumbuhan. Selulosa merupakan bagian utama dinding sel tumbuh-tumbuhan
yang terdiri atas polimer linier panjang hingga 10.000 unit glukosa terikat dalam bentuk
ikatan beta. Polimer karbohidrat dalam bentuk ikatan beta tidak dapat dicernakan oleh
enzim pencernaan manusia (Almatsier, 2010).
       Pektin, gum, dan mukilase terdapat di sekeliling dan di dalam sel tumbuh-
tumbuhan. Ikatan-ikatan ini larut atau mengembang di dalam air sehingga membentuk
gel. Oleh karena itu, di dalam industri pangan digunakan sebagai bahan pengental,
emulsifer,dan stabilizer (Almatsier, 2010).
       Pada umumnya, karbohidrat berupa serbuk putih yang mempunyai sifat sukar
larut dalam pelarut nonpolar, tetapi mudah larut dalam air. Kecuali polisakarida bersifat
tidak larut dalam air. Amilum dengan air dingin akan membentuk suspensi dan bila
dipanaskan akan terbentuk pembesaran berupa pasta dan bila didinginkan akan
membentuk koloid yang kental semacam gel (Sirajuddin dan Najamuddin, 2011).
       Adapun fungsi dari karbohidrat diantaranya (Almatsier, 2010):

1. Sumber energi : fungsi utama karbohidrat adalah menyediakan energi bagi


tubuh. Karbohidrat merupakan sumber utama energi bagi penduduk di seluruh
dunia, karena banyak didapat alam dan harganya relatif murah. Karbohidrat di
dalam tubuh berada dalam sirkulasi darah sebagai glukosa untuk keperluan energi
segera;sebagian disimpan sebagai glikogen dalam hati dan jaringan otot, dan
sebagian diubah menjadi lemak untuk kemudian disimpan sebagai cadangan
energi di dalam jaringan lemak.
2. Pemberi rasa manis pada makanan : karbohidrat memberi rasa manis pada
makanan, khususnya mono dan disakarida. Sejak lahir manusia menyukai rasa
manis. Alat kecapan pada ujung lidah merasakan rasa manis tersebut. Gula tidak
mempunyai rasa manis yang sama. Fruktosa adalah gula paling manis.
3. Penghemat protein : bila karbohidrat makanan tidak mencukupi, maka protein
akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi, dengan mengalahkan fungsi
utamanya sebagai zat pembangun. Sebaliknya, bila karbohidrat makanan
mencukupi, protein terutama akan digunakan sebagai zat pembangun.
4. Pengatur metabolisme lemak : karbohidrat mencegah terjadinya oksidasi lemak
yang tidak sempurna, sehingga menghasilkan bahan-bahan keton berupa asam
asetoasetat,aseton, dan asam beta-hidroksi-butirat.
5. Membantu pengeluaran feses : karbohidrat membantu pengeluaran feses dengan
cara peristaltik usus dan memberi bentuk pada feses. Selulosa dalam serat
makanan mengatur peristaltik usus,sedangkan hemiselulosa dan pektin mampu
menyerap banyak air dalam usus besar sehingga memberi bentuk pada sisa
makanan yang akan dikeluarkan.

       Bila tidak ada karbohidrat, asam amino dan gliserol yang berasal dari lemak
dapat diubah menjadi glukosa untuk keperluan energi otak dan sistem saraf pusat. Oleh
sebab itu, tidak ada ketentuan tentang kebutuhan karbohidrat sehari untuk manusia.
Untuk memelihara kesehatan, WHO (1990) menganjurkan agar 50-65% konsumsi
energi total berasal dari karbohidrat kompleks dan paling banyak hanya 10% berasal
dari gula sederhana (Almatsier, 2010).

1. Uji Molisch
      Dilakukan untuk menentukan karbohidrat secara kualitatif. Larutan uji dicampur
dengan pereaksi Molisch kemudian dialirkan H 2SO4 dengan hati-hati  melalui dinding
tabung agar tidak bercampur. Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya cincin
berwarna ungu pada batas antara kedua lapisan.
     2. Uji Iodium
     Dilakukan untuk menentukan polisakarida. Larutan uji dicampurkan dengan larutan
iodium. Hasil positif ditandai dengan amilum dengan iodium berwarna biru, dan
dekstrin dengan iodium berwarna merah anggur.

     3. Uji Benedict


Dilakukan untuk membuktikan adanya gula pereduksi. Larutan uji dicampurkan
dengan pereaksi Benedict kemudian dipanaskan. Hasil positif  ditunjukkan dengan
terbentuknya endapan berwarna biru kehijauan, merah, atau  kuning tergantung kadar
gula pereduksi yang ada.
     4. Uji Barfoed
Dilakukan untuk membedakan antara monosakarida dan disakarida. Larutan uji
dicampurkan dengan pereaksi Barfoed kemudian dipanaskan. Hasil positif ditunjukkan
dengan monosakarida menghasilkan endapan Cu2O berwarna merah bata.
     5. Uji Seliwanoff
Dilakukan untuk membuktikan adanya kentosa (fruktosa). Larutan uji dicampurkan
dengan pereaksi Seliwanoff kemudian dipanaskan. Hasil positif ditunjukkan dengan
terbentuknya larutan berwarna merah orange.
    6. Uji Osazon
     Semua karbohidrat yang mempunyai gugus aladehida atau keton bebas membentuk
hidrazon atau osazon bila dipanaskan bersama fenilhidrazin berlebih. Osazon yang
terjadi mempunyai bentuk kristal dan titik lebur yang spesifik. Osazon dari disakarida
larut dalam air mendidih dan terbentuk kembali bila didinginkan. Namun, sukros tidak
membentuk osazon karena gugus aldehida atau keton yang terikat pada monomernya
sudah tidak bebas.  Sebaliknya, osazon monosakarida tidak larut dalam air mendidih.
7.   Uji Asam Musat
       Dilakukan untuk membedakan antara glukosa dan galaktosa. Larutan uji
dicampurkan dengan HNO3 pekat kemudian dipanaskan. Karbohidrat dengan asam
nitrat pekat akan menghasilkan asam yang dapat larut. Namun, laktosa dan galaktosa
menghasilkan asam musat yang dapat larut.
8.   Hidrolisis Pati
                Untuk mengidentifikasi hasil hidrolisis amilum digunakan larutan amilum 1%,
larutan iodium, pereaksi Benedict, larutan HCl 2 N, Larutan NaOH 2%. Amilum
ditambahkan dengan HCl lalu dipanaskan. Dilakukan uji iodium setiap 3 menit hingga
warnanya berubah jadi kuning pucat. Kemudian larutan dihidrolisis lagi selama 5 menit
lalu didinginkan dan dinetralkan dengan NaOH 2%,. Lalu diuji dengan pereaksi
Benedict.

9.   Hidrolisis Sukrosa


Untuk mengidentifikasi hasil hidrolisis sukrosa digunakan larutan sukrosa 1%,
pereaksi Benedict, pereaksi Seliwanoff, pereaksi Barfoed, larutan HCl pekat, larutan
NaOH 2% sebagai bahannya. larutan sukrosa ditambahkan dengan HCl pekat lalu
dipanaskan selama 45 menit. Setelah didinginkan dinetralkan dengan NaOH 2%. Lalu
diuji dengan pereaksi Benedict, Seliwanoff, dan Barfoed.

III. Alat dan Bahan


a. Alat
               Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu tabung reaksi, sikat tabung,
pembakar bunsen, penjepit tabung dan pipet tetes.
b. Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu amilum, asam sulfat
pekat, alkohol, larutan iodium, NaOH, reagen benedict, reagen barfoed, reagen
fosfomolibdat, reagen seliwanoff, kertas fiber, fruktosa 1%, sukrosa 1%, maltosa 1%,
glukosa 1%, agar-agar 1% , air kran, tissue, dan label.
IV. Prosedur Kerja
Adapun cara kerja pada percobaan ini yaitu :
1. Percobaan iod
a. Mengisi 4 tabung reaksi dengan 2 mL larutan yang akan diamati seperti amilum,
glukosa, fruktosa, dan sukrosa.
b. Menambahkan 2 tetes larutan iodium pada tabung reaksi tersebut.
c. Mengamati perubahan warna yang terjadi.
d. Setelah mengamati, memanaskan larutan tersebut dan kembali mengamati
perubahan yang terjadi.
e. Mengamati ulang larutan tersebut setelah ditambahkan setetes larutan NaOH.
2. Percobaan benedict
a. Mengisi tabung reaksi dengan reagen benedict sebanyaak 2 mL.
b. Menambahkan 2 mL larutan yang akan diamati seperti amilum, laktosa, glukosa,
dan fruktosa.
c. Memanaskan larutan tersebut dengan penangas air selama 2-3 menit.
d. Mengamati perubahan warna yang terjadi. Apabila positif maka akan menghasilkan
warna merah, kuning, jingga dan ungu.
3. Percobaan barfoed
a. Mengisi tabung reaksi 2 mL reagen barfoed.
b. Menambahkan 1 mL larutan yang akan diamati seperti amilum, glukosa, sukrosa,
fruktosa, dan laktosa.
c. Memanaskan larutan tersebut sampai 5 menit kemudian diamkanlah.
d. Mengamati hasil reaksi, apabila terjadi larutan yang berwarna biru maka reaksi
bersifat positif.
4. Uji Molish
a. Dua tetes larutan uji, dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
b. Kemudian ditambahkan 3 tetes pereaksi molisch. Dan dicampur dengan baik.
c. Tabung reaksi dimiringkan, kemudian dialirkan dengan hati-hati 1 ml H2SO4 pekat 
melalui dinding tabung agar tidak bercampur.

C. Uji Lipid
I. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini yaitu untuk mengetahui kelarutan
dan ketidakjenuhan lipid.
II. Dasar Teori

Lipid merupakan senyawa ester asam lemak dengan gliserol yang terdiri atas atom
karbon, hidrogen, dan oksigen. Lipid ini merupakan senyawa organik yang tidak larut
dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik seperti aseton, alkohol, kloroform, eter, dan
benzena (Bintang 2010). Lipid memilki peranan penting dalam tubuh, yaitu berperan
sebagai pelarut vitamin yang tidak larut air, sebagai sumber energi yang efisien, serta
sebagai sumber asam lemak esensial. Jenis lipid yang paling banyak terdapat di alam
ialah lemak atau triasilgliserol yang bersifat hidrofobik nonpolar (Lehninger 2004).
Triasilgliserol yang banyak mengandung asam lemak jenuh, bentuknya padat pada suhu
ruang, dan memilki titik cair tinggi yang disebut lemak. Triasilgliserol yang banyak
mengandung asam lemak tak jenuh, bentuknya cair pada suhu ruang, dan memilki titik
cair rendah yang disebut minyak (Boyer 2002).

Lipid dapat diklasifikasikan menjadi lipid sederhana, lipid majemuk, dan derivat
lipid (turunan lipid) (Boyer 2002). Lipid sederhana hanya tersusun atas unsur-unsur C,
H, dan O, misalnya golongan lemak dan golongan malam (wax). Lemak ataupun lilin
(malam) merupakan suatu ester (Sumardjo 2009). Lipid majemuk merupakan ester asam
lemak dengan alkohol yang mengandung gugus lain seperti fosfolipid, glikolipid, dan
lipoprotein. Derivat lipid merupakan turunan dari lipid sederhana dan lipid majemuk
yang dihasilkan dari proses hidrolisis lipid misalnya kolesterol dan asam lemak
(Campbell 2002).

Fungsi lipid seperti minyak dan lemak sebagai nutrisi dan juga merupakan sumber
energi utama yang digunkan sebagai energi cadangan makanan yang disimpan pada
jaringan adiposa dalam tubuh, dalam bentuk lipoprotein fosfalipid yang berfungsi
sebagai pengangkut zat-zat yang melewati membran sel. Steroid senyawa-senyawa
memiliki beberapa fungsi misalnya, kolesterol bereperan dalam proses pengangkutan
lemak dalam tubuh, esterogen dan testoteron berfungsi sebagai hormon kelamin,
dehidroksikolesterol dan ergastrol berperan sebagai provitamin D (Sutresna 2009).

Pada jalur metabolisme eksogen lipoprotein, prekusor lipid (lemak) berasal dari
luar tubuh, antara lain makanan dan kolesterol yang disintesis dari hati dan
diekskresikan ke saluran pencernaan. Lemak yang dihasilkan dari kedua prekursor
tersebut inilah yang dinamakan dengan lemak eksogen. (Adam, 2006). Sedangkan jalur
metabolisme endogen, sintesis trigliserid dan kolesterol oleh tubuh dikerjakan di hepar,
lalu diekskresikan langsung ke dalam sirkulasi darah dalam bentuk lipoprotein VLDL.
Dalam sirkulasi, trigliserid di VLDL akan dihidrolisa oleh enzim lipoprotein
lipase (LPL) menjadi IDL. IDL kemudian dihidrolisa kembali dan berubah menjadi
LDL. LDL adalah lipoprotein yang paling banyak membawa kolesterol. (Adam, 2006).

Praktikum kali ini bertujuan menganalisis sifat lipid melalui beberapa uji kualitatif
yaitu, uji kelarutan, uji ketidakjenuhan, pada pelarut tertentu.
III. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu tabung reaksi, pipet tetes, pipet
mohr, sudip, bunsen. Bahan yang digunakan air, Eter, minyak sawit, lemak hewan,
margarin, mentega, klorofom, pereaksi Iod Hubl, asam steaarat, asam palmitat, gliserol,
asam oleat, HCl pekat, NaOH, etanol panas, dan etanol dingin.

IV. Prosedur Kerja


1. Uji Kelarutan.

Sebanyak 2 mL pelarut dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan


bahan percobaan dengan jumlah yang sama, bahan percobaan yang digunakan yaitu air,
eter, kloroform, asam HCL, NaOH, etanol panas dan etanol dingin. Bahan percobaan
yang digunakan, minyak sawit, lemak hewan, mentega, margarin, gliserol asam
palmitat, dan asam stearate.

2. Uji Ketidakjenuhan.

Sebanyak 1 mL bahan percobaan kedalam tabung reaksi, tambahkan klorofom 1


mL, kocok sampai bahan terlarut. Setelah itu, tetesi pereaksi Iod Hubl sambil dikocok
dan amati perubahan yang terjadi. Uji ini dilakukan terhadap minyak sawit, asam
stearat, dan asam oleat.

Anda mungkin juga menyukai