Anda di halaman 1dari 8

TUGAS HUKUM ACARA PIDANA

MENGANALISIS KASUS PUTUSAN HAKIM


PUTUSAN Nomor 47/Pid.B/2020/PN Tsm

Disusun oleh : Dandi Rizki Ramadhana (02011381823405)

Dosen pengampu :
1. DR. HENNY YUNINGSIH, S.H.,M.H.
2. NEISA ANGRUM ADISTI, S.H,M.H.
3. TASLIM, S.H.,M.H.

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PALEMBANG
Apabila kita membahas mengenai penerapan pasal pada tindak pidana, maka hal ini
berkaitan erat dengan tahap penuntutan. Tahap penuntutan dalam hukum acara pidana diatur secara
merinci dalam Bab XV Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (“KUHAP”). Pasal 143
KUHAP menyatakan secara jelas bahwa untuk mengadili suatu perkara, Penuntut Umum wajib
mengajukan permintaan disertai dengan suatu surat dakwaan.
Menyadari betapa pentingnya peranan Surat Dakwaan dalam pemeriksaan perkara pidana
di Pengadilan, Jaksa Agung mengeluarkan Surat Edaran Jaksa Agung Nomor SE-004/J.A/11/1993
tentang Pembuatan Surat Dakwaan. Surat Edaran tersebut ditujukan agar dapat keseragaman para
Penuntut Umum dalam membuat surat dakwaan. Dalam Surat Edaran ini, disebutkan tentang
bentuk-bentuk surat dakwaan antara lain:
1. Dakwaan Tunggal
Dalam surat dakwaan ini hanya satu Tindak Pidana saja yang didakwakan, karena tidak terdapat
kemungkinan untuk mengajukan alternatif atau dakwaan pengganti lainnya;
2. Dakwaan Alternatif
Dalam surat dakwaan ini terdapat beberapa dakwaan yang disusun secara berlapis, lapisan yang
satu merupakan alternatif dan bersifat mengecualikan dakwaan pada lapisan lainnya. Bentuk
dakwaan ini digunakan bila belum didapat kepastian tentang Tindak Pidana mana yang paling
tepat dapat dibuktikan. Dalam dakwaan alternatif, meskipun dakwaan terdiri dari beberapa lapisan,
hanya satu dakwaan saja yang dibuktikan tanpa harus memperhatikan urutannya dan jika salah
satu telah terbukti maka dakwaan pada lapisan lainnya tidak perlu dibuktikan lagi. Dalam bentuk
Surat Dakwaan ini, antara lapisan satu dengan yang lainnya menggunakan kata sambung atau.
Contoh dakwaan alternatif:
Pertama: Pencurian (Pasal 362 KUHP) atau Kedua: Penadahan (Pasal 480 KUHP)
3. Dakwaan Subsidair
Sama halnya dengan dakwaan alternatif, dakwaan subsidair juga terdiri dari beberapa
lapisan dakwaan yang disusun secara berlapis dengan maksud lapisan yang satu berfungsi sebagai
pengganti lapisan sebelumnya. Sistematik lapisan disusun secara berurut dimulai dari Tindak
Pidana yang diancam dengan pidana tertinggi sampai dengan Tindak Pidana yang diancam dengan
pidana terendah. Pembuktian dalam surat dakwaan ini harus dilakukan secara berurut dimulai dari
lapisan teratas sampai dengan lapisan selanjutnya. Lapisan yang tidak terbukti harus dinyatakan
secara tegas dan dituntut agar terdakwa dibebaskan dari lapisan dakwaan yang bersangkutan.
Contoh dakwaan subsidair:
Primair: Pembunuhan berencana (Pasal 340 KUHP)
Subsidair: Pembunuhan (Pasal 338 KUHP)
4. Dakwaan Kumulatif
Dalam Surat Dakwaan ini, didakwakan beberapa Tindak Pidana sekaligus, ke semua
dakwaan harus dibuktikan satu demi satu. Dakwaan yang tidak terbukti harus dinyatakan secara
tegas dan dituntut pembebasan dari dakwaan tersebut. Dakwaan ini dipergunakan dalam hal
Terdakwa melakukan beberapa Tindak Pidana yang masing-masing merupakan Tindak Pidana
yang berdiri sendiri.
Contoh dakwaan kumulatif:
Kesatu:Pembunuhan (Pasal 338 KUHP) dan
Kedua: Pencurian dengan pemberatan (Pasal 363 KUHP) dan
Ketiga: Perkosaan (Pasal 285 KUHP)
5. Dakwaan Kombinasi
Disebut dakwaan kombinasi, karena di dalam bentuk ini dikombinasikan atau digabungkan
antara dakwaan kumulatif dengan dakwaan alternatif atau subsidair.
Contoh dakwaan kombinasi:
Kesatu: Primair: Pembunuhan berencana (Pasal 340 KUHP);
Subsidair: Pembunuhan biasa (Pasal 338 KUHP);
dan
Kedua: Primair: Pencurian dengan pemberatan (Pasal 363 KUHP);
Subsidair: Pencurian (Pasal 362 KUHP)
Berbeda halnya dengan dan, atau dan subsidair, untuk kata juncto, kata ini digunakan untuk
menjelaskan pasal yang memiliki hubungan satu dengan lainnya. Pasal-pasal ini tidak dibatasi
hanya untuk satu undang-undang, pula tidak dibatasi hanya untuk penerapan pasal pada tindak
pidana. Contoh penggunaan kata juncto misalnya:
• A membantu B dalam melakukan tindak pidana pembunuhan, maka A akan didakwa
dengan Pasal 338 KUHP (tentang pembunuhan) jo. Pasal 55 KUHP (tentang Membantu
Melakukan Tindak Pidana), sedangkan B akan didakwa dengan Pasal 338 KUHP.
Dakwaan di antara keduanya berbeda agar menjelaskan bahwa A bukan merupakan pelaku
utama seperti yang diatur dalam Pasal 340 KUHP melainkan merupakan pembantu tindak
pidana tersebut sebagaimana dijelaskan keadaannya dalam Pasal 55 KUHP.
Mengingat hal-hal yang telah dijabarkan di atas, maka penggunaan kata dan, atau, juncto,
atau primair-subsidair disesuaikan dengan jenis Tindak Pidana yang dilakukan oleh Terdakwa.
Dalam hal terdakwa melakukan satu Tindak Pidana yang menyentuh beberapa perumusan Tindak
Pidana dalam undang-undang dan belum dapat dipastikan tentang kualifikasi dan ketentuan pidana
yang dilanggar, dipergunakan dakwaan alternatif (menggunakan kata atau) atau dakwaan
subsidair. Sedangkan, dalam hal terdakwa melakukan beberapa Tindak Pidana yang masing-
masing merupakan Tindak Pidana yang berdiri sendiri-sendiri dipergunakan bentuk dakwaan
kumulatif (menggunakan kata dan).
Hasil Identifikasi:
Dari penjelasan diatas, kita dapat menentukan jenis dakwaan apa yang ada didalam putusan
hakim yang akan kita analisis. Jenis dakwaan yang terdapat didalam putusan hakim Nomor
47/Pid.B/2020/PN Tsm adalah jenis dakwaan tunggal, karena tidak terdapat dakwaan alternative
atau dakwaan lain yang dapat diajukan dalam perkara tersebut, melainkan hanya satu dakwaan
saja yang diajukan oleh Penuntut Umum. Berikut adalah contoh dakwaan yang diajukan oleh
Penuntut Umum :
“Setelah mendengar pembacaan tuntutan pidana yang diajukan oleh Penuntut Umum yang pada
pokoknya sebagai berikut:
1. Menyatakan terdakwaWENA NOVIANTI BINTI NANDANG PERMANA
ISKANDARterbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana
“Penganiayaan” sebagaimana diatur dalam Pasal 351 (1) KUHP dalam surat dakwaan;
2. Menjatuhkan pidana kepada terdakwa WENA NOVIANTI BINTI NANDANG
PERMANA ISKANDAR dengan pidana penjara selama 6 (enam) bulan potong tahanan
dengan perintah terdakwa tetap ditahan;
3. Menetapkan agar terdakwa dibebani biaya perkara sebesar Rp. 5.000,- (limaribu rupiah);”
Syarat Formil
Syarat formil yang terdapat didalam putusan hakim Nomor 47/Pid.B/2020/PN Tsm adalah
sebagai berikut:
IDENTITAS TERDAKWA
1. Nama lengkap : Wena Novianti Binti Nandang Permana Iskandar;
2. Tempat Lahir : Tasikmalaya;
3. Umur/Tanggal lahir : 21 Tahun / 06 Nopember 1998;
4. Jenis kelamin : Perempuan;
5. Kewarganegaraan : Indonesia;
6. Tempat tinggal : Jl. Buninagara I No. 40/342 RT. 003 RW. 004 Kel.
Nagarasari Kec. Cipedes Kota Tasikmalaya;
7. Agama : Islam;
8. Pekerjaan : Pelajar/ mahasiswa;
Identitas ini dimaksudkan agar orang yang didakwa dan diperiksa di muka persidangan di
Pengadilan adalah benar-benar terdakwa yang sebenarnya dan bukan orang lain. Apabila syarat
formil ini tidak seluruhnya dipenuhi dapat dibatalkan oleh hakim (vernietigbaar). Dalam hal ini
bukan batal demi hukum karena dinilai tidak jelas terhadap siapa dakwaan tersebut ditujukan.
Syarat Materil
1. Menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana dilakukanDalam menyusun surat dakwaan,
Penguraian unsur mengenai waktu tindak pidana dilakukan adalah sangat penting karena
hal ini berkaitan dengan hal-hal mengenai azas legalitas, penentuan recidive, alibi,
kadaluarsa, kepastian umur terdakwa atau korban, serta hal-hal yang memberatkan
terdakwa. Begitu juga dengan halnya penguraian tentang tempat terjadinya tindak pidana
dikarenakan berkaitan dengan kompetensi relatif pengadilan. Ruang lingkup berlakunya
UU tindak pidana serta unsur yang disyaratkan dalam tindak pidana tertentu misalnya “di
muka umum, di dalam pekarangan tertutup) dan lain-lain.
2. Memuat uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan.
1) Uraian Harus Cermat
Dalam penyusunan surat dakwaan, penuntut umum harus bersikap cermat/ teliti
terutama yang berkaitan dengan penerapan peraturan perundang-undangan yang berlaku
agar tidak terjadi kekurangan dan atau kekeliruan yang mengakibatkan batalnya surat
dakwaan atau unsur-unsur dalam dakwaan tidak berhasil dibuktikan.
2) Uraian Harus Jelas
Jelas adalah penuntut umum harus mampu merumuskan unsur-unsur tindak pidana/
delik yang didakwakan secara jelas dalam arti rumusan unsur-unsur delik harus dapat
dipadukan dan dijelaskan dalam bentuk uraian fakta perbuatan yang dilakukan oleh
terdakwa. Dengan kata lain uraian unsur-unsur delik yang dirumuskan dalam pasal yang
didakwakan harus dapat dijelaskan/ digambarkan dalam bentuk fakta perbuatan yang
dilakukan oleh terdakwa.
Sehingga dalam uraian unsur-unsur dakwaan dapat diketahui secara jelas apakah
terdakwa dalam melakukan tindak pidana yang didakwakan tersebut sebagai Pelaku
(dader/ pleger), pelaku peserta (mede dader/pleger), penggerak (uitlokker), penyuruh (doen
pleger) atau hanya sebagai pembantu (medeplichting). Apakah unsur yang diuraikan
tersebut sebagai tindak pidana penipuan atau penggelapan atau pencurian dan sebagainya.
Dengan perumusan unsur tindak pidana secara jelas dapat dicegah terjadinya kekaburan
dalam surat dakwaan (obscuur libel).
Dengan kata lain, jelas berarti harus menyebutkan :
a) Unsur tindak pidana yang dilakukan;
b) Fakta dari perbuatan materiil yang mendukung setiap unsur delik;
c) Cara perbuatan materiil dilakukan.
d) Uraian Harus Lengkap
Lengkap adalah bahwa dalam menyusun surat dakwaan harus diuraikan unsur-
unsur tindak pidana yang dirumuskan dalam UU secara lengkap dalam arti tidak boleh ada
yang tercecer/ tertinggal tidak tercantum dalam surat dakwaan.
Surat dakwaan harus dibuat sedemikian rupa dimana semua harus diuraikan, baik
unsur tindak pidana yang didakwakan, perbuatan materiil, waktu dan tempat dimana tindak
pidana dilakukan sehingga tidak satupun yang diperlukan dalam rangka usaha pembuktian
di dalam sidang pengadilan yang ketinggalan. Sebelum Seorang Jaksa Penuntut Umum
membuat Surat Dakwaan, yang perlu diperhatikan adalah tindak pidana yang akan diajukan
ke muka sidang pengadilan yakni pasal yang mengatur tindak pidana tersebut.
Berikut adalah contoh syarat materil yang ada didalam Putusan Hakim Nomor
47/Pid.B/2020/PN Tsm :
“Menimbang, bahwa Terdakwa diajukan ke persidangan oleh Penuntut Umum
didakwa berdasarkan surat dakwaan sebagai berikut:
Bahwa ia terdakwa WENA NOVIANTI BINTI NANDANG PERMANA ISKANDAR
pada hari Minggu tanggal 14 Juli 2019 sekitar Pukul 19.30 WIB atau setidak-tidaknya
pada waktu lain dalam tahun 2019 bertempat di Jl. Letjen Mashudi Kel. Mulyasari Kec.
Tamansari Kota Tasikmalaya atau setidak-tidaknya disuatu tempat lain yang masih dalam
daerah hukum Pengadilan Negeri Tasikmalaya yang berwenang memeriksa dan mengadili
perkaranya, telah melakukan penganiayaan terhadap saksi korban SINTA SRI AYUDA
BINTI DADANG JAENUDIN, perbuatan tersebut dilakukan oleh terdakwa dengan cara-
cara sebagai berikut :
Bahwa awalnya pada hari Minggu tanggal 14 Juli 2019 terdakwa menghubungi
saksi korban SINTA melalui whatsapp saksi SILVI mengajak ketemuan di Cafe Asyukur,
namun pada saat itu saksi korban SINTA menolaknya dan menyarankan bertemu di daerah
Gobras dengan catatan tidak membawa teman, kemudian sekitar jam 19.00 WIB saksi
korban SINTA berangkat ke daerah Gobras menunggu di dekat bunderan Gobras tepatnya
dekat penjual nasi goreng, lalu sekitar jam 19.30 WIB terdakwa datang Bersama kedua
orang temannya yaitu saksi SILVI dan saksi SRI dengan menggunakan sepeda motor,
setelah itu saksi korban SINTA diajak ketempat yang sepi, selanjutnya saksi korban SINTA
menanyakan hubungan terdakwa dengan saksi SIROZUDIN dengan berkata “sok nyarios
ulah sok ngabohong sing jujur, abdi gaduh bukti status video SILVI (ayo bicara yang jujur,
jangan suka bohong, Saksi punya bukti status video SILVI)”, akan tetapi terdakwa tidak
mengakuinya, sehingga sempat terjadi adu mulut antara saksi korban SINTA dengan
terdakwa, lalu saksi korban SINTA langsung mendorong terdakwa dari arah depan dengan
menggunakan kedua telapak tangan mengenai dada terdakwa dan menarik kerudung
terdakwa hingga menutupi wajah terdakwa, kemudian terdakwa membalas dengan
mendorong badan saksi korban SINTA dengan menggunakan kedua telapak tangan
terdakwa, setelah itu saksi korban SINTA dan terdakwa saling menjambak rambut, hingga
terjatuh ke tanah dengan posisi saksi korban SINTA di bawah dan terdakwa di atas tubuh
saksi korban SINTA, lalu pada saat terdakwa hendak berdiri, saksi korban SINTA
menendang terdakwa yang mengenai dahinya, kemudian terdakwa membalas dengan
meremas payudara saksi korban SINTA, setelah itu saksi korban SINTA dan terdakwa
berdiri, selanjutnya datang 3 (tiga) orang pengguna jalan langsung melerai saksi korban
SINTA dan terdakwa;”
Yang dimaksud dengan uraian harus cermat adalah sebagai berikut:
1) Menyatakan terdakwaWENA NOVIANTI BINTI NANDANG PERMANA
ISKANDARterbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak
pidana “Penganiayaan” sebagaimana diatur dalam Pasal 351 (1) KUHP dalam
surat dakwaan;
2) Menjatuhkan pidana kepada terdakwa WENA NOVIANTI BINTI NANDANG
PERMANA ISKANDAR dengan pidana penjara selama 6 (enam) bulan potong
tahanan dengan perintah terdakwa tetap ditahan;
3) Menetapkan agar terdakwa dibebani biaya perkara sebesar Rp. 5.000,-
(limaribu rupiah);
Yang dimaksud dengan uraian harus jelas adalah sebagai berikut:
Bahwa ia terdakwa WENA NOVIANTI BINTI NANDANG PERMANA
ISKANDAR pada hari Minggu tanggal 14 Juli 2019 sekitar Pukul 19.30 WIB atau
setidak-tidaknya pada waktu lain dalam tahun 2019 bertempat di Jl. Letjen
Mashudi Kel. Mulyasari Kec. Tamansari Kota Tasikmalaya atau setidak-tidaknya
disuatu tempat lain yang masih dalam daerah hukum Pengadilan Negeri
Tasikmalaya yang berwenang memeriksa dan mengadili perkaranya, telah
melakukan penganiayaan terhadap saksi korban SINTA SRI AYUDA BINTI
DADANG JAENUDIN.
Menimbang, bahwa Terdakwa telah didakwa oleh Penuntut Umum dengan
dakwaan tunggal sebagaimana diatur dalam Pasal 351 ayat (1) Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana., yang unsur-unsurnya adalah sebagai berikut:
1. Barang siapa;
2. Melakukan penganiayaan;
Barang Siapa;
Menimbang, bahwa mengenai pengertian “Barang siapa” itu menunjukkan orang
atau manusia, yang apabila orang tersebut memenuhi semua unsur-unsur dari perbuatan
pidana yang dimaksud dalam ketentuan pasal yang didakwakan, dan bahwa “Barang siapa”
menunjukkan siapa saja yang melakukan perbuatan pidana;
Menimbang, bahwa dalam perkara ini yang dimaksud “barang siapa” tidak lain
adalah terdakwa Wena Novianti Binti Nandang Permana Iskandar dengan segala
identitasnya seperti yang terurai dalam surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum;
Menimbang, bahwa dari keterangan saksi-saksi dan terdakwa sendiri dalam
persidangan telah membenarkan identitas yang tercantum dalam surat dakwaan;
Menimbang, bahwa oleh karena itu unsur “Barang siapa” seperti yang dimaksud
telah terpenuhi;
Melakukan penganiayaan;
Menimbang, bahwa yang dimaksud penganiayaan adalah suatu perbuatan yang
dilakukan dengan sengaja yang ditujukan untuk menimbulkan rasa sakit atau luka pada
tubuh orang lain, yang mana akibat yang ditimbulkan semata-mata merupakan tujuan dari
si petindak;
Jadi beberapa pengertian dan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk
menyebut seseorang itu telah melakukan penganiayaan terhadap orang lain, maka orang
tersebut harus mempunyai kesengajaan (Opzetelijk) untuk:
1) Menimbulkan rasa sakit pada orang lain;
2) Menimbulkan luka pada tubuh orang lain;
3) Merugikan kesehatan orang lain;
Dengan kata lain untuk menyebut seseorang telah melakukan penganiayaan, maka
orang itu harus mempunyai kesengajaan dalam melakukan suatu perbuatan untuk membuat
rasa sakit pada orang lain atau luka pada tubuh orang lain ataupun orang itu dalam
perbuatannya merugikan kesehatan orang lain. Jadi unsur delik penganiayaan adalah
kesengajaan yang menimbulkan rasa sakit atau luka pada tubuh orang lain dan melawan
hukum;

Anda mungkin juga menyukai