A. LATAR BELAKANG
Banjir adalah salah satu bentuk daya rusak air yang merupakan fenomena alam disebabkan
tingginya curah hujan dan tidak cukupnya kapasitas badan air (sungai atau saluran drainase)
untuk menampung dan mengalirkan air. Fenomena tersebut terjadi hampir di setiap kota di
Indonesia. Penyebabnya selain tingginya curah hujan juga diperparah oleh salah urus terhadap
ekologi di sekitarnya, terutama penataruangan (Kodoatie dan Sjarief, 2010). Banjir sebagai salah
satu komponen daya rusak air perlu dikendalikan agar dampak kerugiannya dapat diminimalkan.
Usaha pengendalian banjir mencakup identifikasi lokasi banjir, perencanaan pengendalian
banjir, penyusunan strategi pengendalian banjir, dan pelaksanaan program - program strategi
sebagai implementasi dari strategi pengendalian banjir itu sendiri.
Kabupaten Empat Lawang adalah sebuah kabupaten di Provinsi Sumatra Selatan. Ibukota
kabupaten ini terletak di Tebing Tinggi. Kabupaten Empat Lawang diresmikan pada 20 April
2007. Kabupaten Empat Lawang merupakan pemekaran dari kabupaten Lahat. Sungai terbesar
yang ada di Provinsi Sumatera Selatan yaitu sungai Musi dengan panjang 750 KM. Alur sungai
Musi ini melintasi Kabupaten Empat Lawang. Pada saat musim penghujan beberapa daerah
sangat rawan terkena luapan dari sungai Musi yang menyebabkan daerah tersebut terkena
banjir terutama di Desa Pulo Mas, Desa Batu Raja Lama dan Desa Batu Raja Baru Kecamatan
Tebing Tinggi. Luapan tersebut menerjang wilayah permukiman disekitar alur sungai. Dinding
perkuatan tebing sungai juga mengalami kerusakan dan akan berdampak buruk pada rumah-
rumah di pinggir sungai tersebut apabila hal ini dibiarkan terus-menerus.
Guna mengatasi permasalahan yang terjadi pada sungai tersebut, maka diperlukan kegiatan
perkuatan tebing dan penanganan banjir pada lokasi tersebut. Oleh karena itu dalam
pelaksanaan pekerjaan ini akan dilakukan survey dan identifikasi penyebab kerusakan tebing
sungai, dampak kerugian terhadap kerusakan tebing sungai, dan upaya-upaya yang pernah
dilakukan dalam mengatasi kerusakan tebing sungai dan pengendalian banjir pada sungai. Dari
hasil identifikasi lapangan maka selanjutnya akan dilakukan kegiatan survey dan investigasi lebih
rinci dengan melakukan pengambilan data primer dan data sekunder yang selanjutnya dilakukan
analisa laboratorium dan analisa teknis dengan melakukan berbagai pendekatan matematis dan
empiris, sehingga akan didapatkan jenis perkuatan tebing yang sesuai dengan kondisi lapangan
(tanah, aliran sungai, dan fasilitas di sekitar sungai yang pada akhirnya akan didapatkan Detail
Desain yang dapat ditindak lanjuti dengan kegiatan konstruksi pada tahun anggaran berikutnya.
Dengan pertimbangan tersebut, maka Balai Besar Wilayah Sungai Sumatera VIII melalui DIPA TA.
2020 merencanakan untuk SID Penanganan Banjir di Kabupaten Empat Lawang.
C. LOKASI KEGIATAN
Lokasi kegiatan ini berada di Desa Pulo Mas, Desa Batu Raja Lama dan Desa Batu Raja Baru
Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Empat Lawang Provinsi Sumatera Selatan. Jarak lokasi
dengan Kota Palembang ± 340 km dan dapat ditempuh dalam waktu ± 9 jam.
E. SUMBER PENDANAAN
Untuk pelaksanaan kegiatan ini diperlukan biaya Rp 1.414.809.000,- (Satu Miliyar Empat Ratus
Empat Belas Juta Delapan Ratus Sembilan Ribu Rupiah) termasuk PPN, dibiayai DIPA tahun
anggaran 2020 Satuan Kerja Balai Besar Wilayah Sungai Sumatera VIII.
F. LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup pekerjaan SID secara garis besar yaitu.
1. Menyusun rencana persiapan pelaksanaan pekerjaan,
2. Melakukan pengumpulan data sekunder
3. Melakukan survey lapangan untuk :
a. Pengumpulan data topografi, hidrometri, dan data-data lain.
b. Pengukuran topografi
c. Survei hidrometri dan hidrologi
d. Survei mekanika tanah
4. Melakukan analisa data lapangan,
5. Melakukan pemodelan matematis hidrologi, hidrodinamik, dan stabilitas perkuatan tebing
6. Melakukan proses penggambaran,
7. Melakukan perhitungan BOQ dan RAB, dan
8. Menyusun spesifikasi teknis dan metode pelaksanaan pekerjaan.
G. METODOLOGI
Metodologi untuk Kegiatan ini meliputi sbb:
1) Melakukan pengumpulan data-data sekunder, seperti peta dasar topografi, peta geologi
regional, data curah hujan di sekitar lokasi pekerjaan, data pengamatan debit, data AWLR,
dan studi terdahulu (jika ada),
2) Melakukan survey pengukuran topografi detail di Sekitar Lokasi rencana perkuatan tebing
Sungai Musi, terutama pengukuran situasi dilakukan pada alur sungai dan di sekitar tebing
sungai. Pengukuran dilakukan pada bagian hulu kerusakan minimal 500 m, bagian yang
mengalami kerusakan dan minimal 500 m di hilir rencana perkuatan tebing, sehingga
pengukuran total dari hulu sampai hilir rencana perkuatan tebing diperkirakan sekitar 1.5- 2
km (disesuaikan dengan kondisi di lapangan) untuk masing masing lokasi rencana perkuatan
tebing.
a. Pengukuran Topografi (situasi detail perkuatan tebing)
Penentuan titik referensi
Sebagai acuan pengukuran harus diambil titik refrensi (control vertikal dan
horizontal) yang dikeluarkan oleh Bakosurtanal (Titik Triangulasi Geodesi/TTG) yang
terdapat di lokasi pekerjaan.
Inventarisasi Benchmark (BM) yang Ada dan Pemasangan Benchmark Tambahan,
penyebarannya harus sesuai dengan lokasi pekerjaan.
Pengukuran kerangka dasar pemetaan
Pengukuran kerangka dasar pemetaan dilakukan dengan (i) pengukuran poligon (loop
/ kring tertutup, sebagai kerangka horizontal, dan (ii) pengukuran waterpass sebagai
kerangka vertikal. Pengukuran kerangka dasar pemetaan ini harus terikat dengan
benchmark-benchmark yang dipasang lebih dahulu dan dibagi dalam beberapa
loop/kring sesuai dengan kebutuhan serta data pada titik referensi terdekat atau
yang ditentukan oleh pengawas / direksi pekerjaan.
Pengukuran trace berikut penampang-penampang
- Pengukuran trase dilakukan pada profil melintang di Sekitar Lokasi Rencana
Perkuatan Tebing sesuai dengan situasi (lay out)
- Pengukuran trase akan mencakup profil memanjang dan profil melintang sungai
dengan interval jarak 100 m untuk ruas sungai yang lurus dan 25 -50 m
(disesuaikan dengan kondisi sungai) untuk sungai berbelok belok dengan
kerapatan titik pada profil melintang sesuai kebutuhan untuk menentukan lokasi-
lokasi yang tepat.
- Lebar potongan melintang sungai diukur 25 m kanan dan 25 m ke kiri diluar
tanggul / tebing sungai rencana atau sesuai keadaan di lapangan (sesuai petunjuk
Direksi).
Pengukuran situasi detail bangunan / rencana tapak bangunan
- Situasi tapak bangunan yang ada dengan skala 1 :200
- Pengukuran situasi tapak bangunan rencana dengan skala 1 : 200
- Pengukuran situasi tersebut dilakukan sesuai kebutuhan
Ketelitian
- Ketelitian horisontal : minimal 90% titik yang mudah dikenal di lapangan,
digambar dengan toleransi kesalahan planimetris kurang dari 0,80 mm pada skala
peta.
- Ketelitian Vertikal : jarak pengukuran semua titik dibagi dalam ruas-ruas dengan
panjang maksimum 2 km. Tiap ruas diukur pergi pulang dengan toleransi
kesalahan 10 D mm
- Kontrol azimuth ditentukan dengan mengamati astronomi dengan ketelitian 20”
- Jumlah titik poligon antara 2 kontrol azimuth maksimum 50 buah
- Koreksi sudut antara 2 kontrol azimuth adalah 20 “
- Kesalahan penutup koordinat maksimum 1 : 5.000
- Profil melintang diukur dengan alat waterpass untuk sungai dengan lebar
maksimum 10 m atau diukur dengan techeometri untuk sungai dengan lebar lebih
dari 10 m
Perhitungan / Penggambaran
- Pengolahan data awal dilakukan dilapangan untuk mengetahui, menentukan
ketelitian ukuran yang dicapai
- Penghitungan difinitip harus dilakukan untuk peralatan data lapangan yang akan
digunakan dalam proses penggambaran
- Penggambaran profil melintang, memanjang dan situasi trace dibuat pada kalkir
dengan ukuran 80/85
- Gambar dibuat dengan ukuran A1
- Peta ikhtisar digambar dengan skala 1 : 20.000. interval kontur 1,0 m
- Peta situasi detail dibuat dengan skala 1 : 2.000, interval kontur
0,5 m
- Situasi trace dan profil memanjang digambar pada skala horizontal 1 : 100 dan
skala vertikal 1 : 100
3) Melakukan pengukuran tinggi muka air dan Bathimetry pada waktu-waktu tertentu guna
membuat stage hydrograph yang akan digunakan dalam proses kalibrasi pemodelan
hidrodinamik nantinya.
4) Melakukan pengambilan data mekanika tanah, pengambilan data tanah yang diperlukan
antara lain adalah pengambilan sample tanah, dan melakukan tes sondir (CPT-test), guna
mendapatkan desain pondasi perkuatan tebing yang mantap. Aplikasi yang dapat
digunakan untuk melakukan analisa dalam menentukan stabilitas perkuatan tebing adalah
Geo-STUDIO 2000/PLAXIS atau aplikasi sejenis lainnya.
Penyelidikan mekanika tanah pada rencana konstruksi yaitu 140 m bor dalam dengan
kedalaman masing masing titik bervariasi sesuai dengan kebutuhan dilapangan/setelah
mencapai tanah keras.
a. Penyelidikan tanah dilapangan dengan sondir
Tahap Persiapan
Tahap Pengujian Sondir Lapangan
b. Pekerjaan Bor Dalam
Pekerjaan Bor Dalam dilapangan
Sampel Tanah di masukkan dalam Corebox dan disimpang di Kantor BBWSS8
Penyelidikan tanah di laboratorium tersertifikasi
- Indeks Properties
- Grain Size Analysis
- Atterberg Limits
- Test Konsolidasi
- Test Triaxial
- Test Kuat Tekan Bebas
- Pengujian Kuat Geser Langsung
5) Menetapkan periode ulang (time return) debit rencana yang akan digunakan dalam
pembebanan pemodelan hidrodinamik. Penentuan besarnya debit ini dapat dilakukan
dengan perhitungan hidrologi (analitis) yang dikalibrasi dengan data lapangan. Perhitungan
matematis dilakukan dengan menggunakan model matematis seperti HEC-HMS, atau
dengan model sejenis lainnya.
6) Melakukan pemodelan hidrologi dan hidrodinamik guna mendapatkan beban debit rencana
serta untuk mengetahui karakteristik hidraulika sungai dan tingkat sedimentasi serta
besarnya scouring pada bangunan sungai yang direncanakan (dengan bantuan aplikasi HEC-
HMS dan HEC-RAS atau model sejenis lainnya)
8) Melakukan penggambaran desain dari hasil analisa yang telah dilakukan sebelumnya.
Gambar desain yang diperlukan antara lain adalah ; potongan memanjang dan melintang
sungai, peta situasi sungai, gambar denah lokasi & situasi bangunan, gambar detail rencana
perkuatan tebing, dan gambar detail penunjang lainnya.
H. WAKTU PELAKSANAAN
Waktu pelaksanaan pekerjaan ini 210 (Dua Ratus Sepuluh) hari kalender atau 7 bulan terhitung
sejak dikeluarkannya SPMK.
J. PELAPORAN
Keluaran yang dihasilkan dari pekerjaan ini adalah:
Jenis laporan yang harus diserahkan kepada Pejabat Pembuat Komitmen :
1. Laporan Program Mutu berisi :
Pedoman teknis pelaksanaan pekerjaan secara rinci untuk menjamin mutu proses
pelaksanaan pekerjaan sehingga didapatkan keluaran yang diharapkan sesuai dengan
Kerangka Acuan Kerja (KAK) ini. Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya 2 (dua)
minggu sejak SPMK diterbitkan sebanyak 5 (lima) buku laporan.
7. Diskusi
Diskusi :
a. Diskusi Laporan Pendahuluan
b. Diskusi Konsep antara
c. Diskusi Konsep Laporan akhir
d. PKM
Menyerahkan Laporan Hasil Diskusi dan PKM yang berisi Materi Diskusi (Bahan Paparan),
Notulen/Berita Acara hasil diskusi, absensi dan foto-foto selama pelaksanaan diskusi.
Masing-masing diserahkan sebanyak 5 rangkap.
8. Laporan Penunjang meliputi kemajuan survei lapangan yang berisi data lapangan yang
sudah tersusun (sebelum dilakukan pengolahan data), diserahkan sebanyak 5 exemplar.
Laporan pekerjaan lapangan ini meliputi kegiatan-kegiatan berikut :
a. Buku Deskripsi BM, sebanyak 5 (lima) rangkap
b. Laporan Survey Pengukuran Topografi + Dokumentasi sebanyak 5 rangkap
c. Laporan Pengukuran Hidrometri + Dokumentasi sebanyak 5 rangkap
d. Laporan Geoteknik/Mekanika Tanah + Dokumentasi sebanyak 5 rangkap
9. Laporan Perencanaan
a. Nota Desain sebanyak 5 (Lima) rangkap
b. RAB dan BOQ sebanyak 5 (Lima) rangkap
c. Spesifikasi Teknis sebanyak 5 (Lima) rangkap
d. Metode Pelaksanaan Pekerjaan sebanyak 5 (Lima) rangkap
K. ASISTENSI PEKERJAAN
Untuk menjamin penyelesaian pekerjaan selesai tepat mutu dan tepat waktu diperlukan
suatu pengendalian tahapan kegiatan sebagai berikut :
1. Konsultan diharuskan melakukan diskusi dan asistensi minimal 1 (satu) bulan sekali
atau dilakukan setiap waktu sesuai kepeluan, diskusi dan asistensi dilakukan oleh
tenaga ahli yang terlibat dalam pekerjaanya kepada Direksi pekerjaan guna untuk
memperoleh masukan serta kesepahaman bersama baik secara lisan maupun
tulisan, diskusi dilakukan terhadap permasalahan yang akan dibahas mengenai
pekerjaan yang sedang berjalan dan yang telah diselesaikan, diskusi serta asistensi
termasuk menyampaikan alternative pilihan, guna memperoleh persetujuan serta
pengajuan program kerja untuk selanjutnya.
2. Untuk memudahkan monitoring pekerjaan agar pihak Konsultan
membuat/menyiapkan lembaran asistensi.
3. Buku tersebut berisi catatan, tanggal dan bulan mengenai perintah, hasil diskusi,
persetujuan dan lain-lain dengan Direksi serta sebagai catatan pihak Konsultan
mengenai item/produk pekerjaan yang telah dilakukan/diselesaikan. Catatan
tersebut ditanda tangani oleh pihak Direksi (Asisten Perencanaan) dan Pihak
Konsultan dan diserahkan pada pihak Direksi untuk diarsip.
4. Untuk setiap bagian item/bab pekerjaan yang telah diselesaikan oleh Konsultan
agar mengasistensikan secara bertahap kepada Direksi, sehingga Direksi bisa
mengontrol/ mengoreksi hasil pekerjaan dengan baik.
5. Diskusi dan asistensi ini dilakukan secara kontinue di Kantor Perencanaan dan
Program Balai Besar Wilayah Sungai Sumatera VIII.
6. Untuk memudahkan pengawasan pekerjaan secara kontinue disetiap saat maka,
diskusi dan asisitensi pekerjaan juga dapat dilakukan menggunakan media
elektronik (e-mail).
7. Konsultan diharuskan melakukan presentasi rencana dan hasil kerja pada Direksi
pekerjaan dan/atau Pejabat Pembuat Komitmen Perencanaan dan Program
BBWSS.VIII.
8. Sewaktu-waktu Penyedia jasa dapat diminta oleh pengguna jasa mengadakan
diskusi atau memberikan penjelasan mengenai tahap kemajuan pekerjaan atau
hasil kerjanya.
9. Penyedia jasa harus menunjuk seorang wakilnya agar sewaktu-waktu dapat
dihubungi dalam rangka pelaksanaan pekerjaan tersebut dan mempunyai kuasa
untuk bertindak dan mengambil keputusan atas nama Penyedia jasa.
10. Penyedia jasa diminta agar membuat dokumentasi foto setiap kegiatan lapangan
dan dimasukan dalam laporan pendukung.