Anda di halaman 1dari 5

Rofi’atun Musfiroh

5213417016

Produksi bioetanol dari Limbah Tanaman Nanas– review


Pendahuluan
Seiring dengan adanya industrialisasi dan modernisasi, kebutuhan energi dari
bahan bakar minyak bumi (BBM) di berbagai negara di dunia semakin meningkat,
termasuk Indonesia. Penggunaan energi fosil yang terus menerus dapat mengakibatkan
pencemaran udara, pemanasan global, dan perubahan iklim yang ekstrem. Sehingga,
untuk mengantisipasi terjadinya krisis bahan bakar minyak bumi (BBM) diperlukan
adanya sumber energi baru dan terbarukan yang ramah lingkungan.
Salah satu alternatif energi adalah energi biomassa dimana ketersediaanya yang
melimpah di Indonesia. Potensi biomassa dapat berasal dari limbah bonggol jagung,
kulit nanas, sekam padi, kelapa sawit, dan limbah pertanian lainnya. Limbah tanaman
nanas memiliki kandungan lignoselulosa yang tinggi yaitu yaitu lebih dari 60%.
Sehingga limbah tanaman nanas sangat berpotensi untuk dikonversi sebagai energi
biomassa. Energi biomassa dapat dikonversi menjadi energi dalam bentuk bahan bakar
gas, bahan bakar padat dan bahan bakar cair. Salah satu energi biomassa dalam bentuk
bahan bakar cair adalah bioetanol.
Bioetanol dapat dibuat dari bahan-bahan dengan kandungan lignoselulosa
tinggi melalui proses fermentasi bakteri. Bakteri yang sering digunakan adalah
zymomonas mobilis dan saccharomyces cereviceae. Konversi biomassa menjadi
bioetanol umunya terdiri dari tiga langkah, yaitu hidrolisis, fermentasi, dan distilasi
(Sebayang, et al., 2016).
Bahan baku
Bahan baku biomassa yang sering dipakai adalah bahan-bahan berbasis sukrosa
seperti limbah tanaman nanas. Limbah tanaman nanas mengandung selulosa tinggi
sehingga dapat digunakan sebagai bahan baku produksi bioetanol. Tanaman nanas
dapat dimanfaatkan pada bagian mahkota nanas, kulit nanas dan bonggol nanas.
Kandungan lignoselulosa pada tanaman nanas disajikan pada tabel.1.
Tabel 1. Kandungan lignoselulosa pada tanaman nanas (Pardo, 2014)
Tanaman Nanas Selulosa Hemiselulosa Lignin
Mahkota Nanas 62,9% - 65,7% - 44% - 47%
Kulit Nanas 23,39% 42,72% 4,03%
Bonggol Nanas 28,53% 24,53% 5,78%

Metode Penelitian
Pembuatan bioetanol dari limbah tanaman nanas dapat dilakukan dengan Direct
Fermentation, Simultaneous Sacharification and Fermentation (SSF) atau Separated
Saccarification and Fermentation (SF). Limbah tanaman nanas dihancurkan hingga
menjadi bubur kemudian dihidrolisa menggunakan larutan asam, basa, atau hidrolisa
enzimatis. Larutan hasil hidrolisa kemudian disaring dan dilakukan fermentasi
menggunakan yeast. Larutan hasil fermentasi kemudian dilakukan distilasi untuk
memisahkan etanol dan air. Bagan pembuatan bioetanol disajikan pada gambar.1.

Gambar.1 Bagan proses pembuatan bioetanol


Hidrolisis
Hidrolisis adalah proses perengkahan atau peruaian suatu senyawa dengan
menggunakan air. Pada reaksi hidrolisis karbohidrat dengan air, air akan menyerang
karbohidrat pada ikatan 1-4a glukosida menjadi rantai yang lebih pendek, dengan hasil
dekstrin, sirup, atau glukosa. Pada waktu tertentu, dekstrin yang terbentuk akan
terhidrolisis menjadi glukosa. Reaksi hidrolisis berlangsung menurut persamaan reaksi
berikut.
(C6H10O5)n + nH2O→C6H12O6
Reaksi hidrolisis tersebut berlangsung lambat, sehingga diperlukan katalis yang
berupa asam, basa, atau enzim. Hidrolisis dapat dilakukan dengan berbagai cara, yang
meliputi:
1. Hidrolisis asam
Limbah tanaman nanas dipotong kecil-kecil kemudian diblender
menjadi bubur. Selanjutnyalarutkan dalam larutan HCl 0,3N pada suhu 80oC
selama 180 menit (Susanti, et al., 2013).
2. Hidrolisis alkali
Alkali yang digunakan adalah 3,5-dinitrrosalicyclic acd (DNS). Limbah
nanas direbus selama 5 menit, kemudian di centrifuge selama 15 menit dengan
kecepatan 1000 rpm pada suhu 4oC. Saring supernatant menggunakan nylon
filter membrane 0,45 um (Zain, et al., 2012)
3. Hidrolisis enzimatis
Suatu zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme, biasanya digunakan
sebagai katalisator pada proses hidrolisa. Hidrolisis enzimatis dilakukan
dengan penambahan Aspergillus niger selulase dan hemiselulase (1g/kg × 1.2
U/g hemiselulase and 6 g/kg × 0.87 U/g selulose), pada suhu 28-40oC (suhu
pertumbuhan optimum enzim) dan pH 4-6 selama 26 jam di dalam oven
inkubasi (Gil & Maupoey, 2017).
Fermentasi
Fermentasi adalah proses konversi biomassa menjadi ethanol dengan
menggunakan mikroorganisme (ragi atau jamur) dengan mencerna gula menjadi etil
alkohol dan produk samping lainnya. Yeast yang paling sering digunakan adalah
Zymomonas mobilis dan Saccharomyces cereviceae. Saccharomyces cereviceae dapat
mengubah biomassa menjadi etanol dengan konversi sebanyak 90% (Sebayang, et al.,
2016). Beberapa mikroorganisme dan kondisi operasi untuk fermentasi disajikan dalam
table 2.
Tabel. 2. Mikroorganisme untuk fermentasi (Zabeed, et al., 2014)

Microorganism Carbon Nitrogen Growth pH Shaking Time


source source temperature rate
S. cerevisiae Glucose or Peptone 30 5 150 48
sucrose
Z. mobilis Glucose and Yeast 30 6.5 Static 18
sucrose extract
Z.mobilis Glucose Ammonium 30 6.0 100 18
suphate
E. coli and K. Glucose Ammonium 30 - 100 24
oxytoca Sulphat
Fermentasi oleh yeast, dapat menghasilkan etil alkohol (etanol) dan CO2
melalui reaksi sebagai berikut:
C6H12O6 → C2H5OH + 2CO2
Distilasi
Distilasi adalah suatu metode operasi yang digunakan pada proses pemisahan
suatu komponen dari campurannya berdasarkan perbedaan titik didih komponen
dengan menggunakan panas sebagai tenaga pemisah. Pada produksi bioetanol, proses
distilasi digunakan untuk memisahkan ethanol dari campuran fermentasi berdasarkan
titik didih etanol (78,3oC) (Sebayang, et al., 2016). Distilasi juga bisa digunakan untuk
meningkatkan kemurnian etanol menjadi 99,6%.
Produksi Bioetanol
Produksi bioetanol dari limbah nanas dengan berbagai metode fermentasi
disajikan pada tabel.3.
Tabel.3 Produksi bioetanol dari limbah nanas dengan berbagai metode fermentasi (Tropea, et al., 2014)
Fermentasi % Dry % Fiber in % Soluble Etanol % pH
matter dry matter sugar (V/V)
Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir Jumlah Yield
DF 9,2 3,1 27,8 5,4 57,8 4,7 3,4 86 4,5
SF 8,5 2,6 25 5,3 48,6 6,2 3,7 89 5
SSF 9 2,7 23,9 3,4 42,2 7,5 3,9 96 4,5
Tabel.3 menunjukkan bahwa dari ketiga metode fermentasi limbah nanas
menghasilkan etanol dari rentang 86-96% (V/V), dengan yield tertinggi adalah pada
metode SSF yaitu 96% (V/V) sedangkan yang terendah adalah dengan metode DF
sebesar 86% (V/V). Proses SSF yaitu kombinasi antara hidrolisis menggunakan enzim
selulase dan yeast saccharomyces cerevisiae untuk fermentasi gula menjadi etanol
secara simultan. Proses SSF sebenarnya hampir sama dengan dengan proses yang
terpisah antara hidrolisis dengan enzim dan proses fermentasi, hanya dalam proses SSF
hidrolisis dan fermentasi dilakukan dalam satu reaktor.
Kesimpulan
Kandugan karbohidrat yang tinggi pada limbah tanaman nanas menjadikannya
sangat berpotensi sebagai bahan baku produksi bioetanol. Proses fermentasi untuk
produksi bioethanol dapat dilakukan dengan Direct Fermentation (DF), Separate
Saccharification and Fermentation (SF), dan Simultaneous Saccharification and
Fermentation (SSF). Yield etanol tertinggi didapatkan dengan metode SSF yaitu 96%
(V/V).
Gil, L. S. & Maupoey, P. F., 2017. An Integrated Approach of Pineapple Waste
Valorisation. Bioethanol Production and Bromelain Extraction from Pineapple
Residues. Journal of Cleaner Production.
Manochio, C., Andrade, B., Rodriquez, R. & Moraes, B., 2017. Ethanol from Biomass:
A Comparative Review. Renewable and Suistanable Energy Reviews, Volume 80, pp.
743-755.
Pardo, 2014. Fermentasi Sampah Buah Nanas menggunakan Sistem Kontinyu dengan
Bantuan Bakteri Acetobacter Xylinum. Jurnal Lingkungan, 1(12), pp. 1-11.
Sebayang, A. et al., 2016. A Prospective of Bioethanol production from Biomass as
Alternative Fuel for Spark Ignition Engine. RSC Advances, pp. 1-79.
Susanti, A. D., Prakoso, P. T. & Prabawa, H., 2013. Pembuatan Bioetanol dari Kulit
Nanas Melalui Hidrolisis dengan Asam. EKUILIBRIUM, 12(1), pp. 11-16.
Takano, M. & Hoshino, K., 2018. Bioethanol Production from Rice Straw by
Simultaneous Saccharification and Fermentation with Statistical Optimized Cellulose
Cocktail and Fermenting Fungus. Bioresources and Bioprocessing, 5(16), pp. 1-12.
Tropea, A. et al., 2014. Bioethanol Production from Pineapple Waste. Journal of Food
Research, 3(4), pp. 60-70.
Zabeed, H. et al., 2014. Bioethanol Production from Fermentable Sugar Juice-Review
Article. The Scientific World Journal, pp. 1-11.
Zain, N. A. M. et al., 2012. Potensial Use of Liquid Pineapple Waste for Bioethanol
Production by Immobilized Baker's Yeast. Jurnal Teknologi, Volume 59, pp. 43-47.

Anda mungkin juga menyukai