Disusun Oleh :
Iin I’anah
14121620640
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Memasuki abad ke-21 dunia pendidikan Indonesia masih mengalami masalah yaitu
masih rendahnya mutu pendidikan. Hal ini disebabkan oleh belum meratanya
pembangunan di Indonesia dalam berbagai aspek dan keadaan geografis Indonesia yang
masih sulit dijangkau sehingga pembangunan dunia pendidikan masih tertinggal dan
terjadi kesenjangan pendidikan antara daerah perkotaan dan pedesaan.
Dengan kenyataan tersebut dikhawatirkan Indonesia akan gagal memasuki pasar
bebas pada tahun 2020. Indikasi ke arah tersebut telah nampak pada beberapa kompetisi
akademik dan kenyataan di masyarakat. Pada tahun 2003, studi PISA (Programme for
International Student Assessment) menunjukkan bahwa Indonesia di peringkat ke-38 dari
41 negara peserta pada bidang literasi sains. Sedangkan pada TIMSS (Trends
Internasional in Mathematics and Science Study), Indonesia menduduki urutan ke-34
dari 45 negara peserta. (Ali, 2006). Mutu pendidikan Indonesia yang tercermin dalam
kedua studi internasional tersebut masih belum memuaskan.
Pendidikan IPA atau pendidikan sains pada hakekatnya merupakan upaya
pemahaman, penyadaran, dan pengembangan nilai positif tentang hakekat sains melalui
pembelajaran. Sains pada hakekatnya merupakan ilmu dan pengetahuan tentang
fenomena alam yang meliputi produk dan proses. Pendidikan sains merupakan salah satu
aspek pendidikan yang menggunakan sains sebagai alat untuk mencapai tujuan
pendidikan umumnya yakni tujuan pendidikan nasional dan tujuan pendidikan sains
khususnya, yaitu untuk meningkatkan pengertian terhadap dunia alamiah (Amien, 1992:
19-20).
Untuk menilai apakah IPA diimplementasikan di Indonesia, kita dapat melihat
hasil literasi IPA anak-anak Indonesia. Hal ini mengingat arti literasi sains/IPA (scientific
literacy) itu sendiri yang ditandai dengan kerja ilmiah, dan tiga dimensi besar literasi
sains yang ditetapkan oleh PISA, yaitu konten IPA, proses IPA, dan konteks IPA.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu literasis sains PISSA
2. Mengetahui perkembangan literasi pada PISSA
3. Mengetahui komponen dan aspek-aspek dalam literasi sains
4. Mengetahui karakteristik literasi sains
5. Mengetahui peranan literasi sains dalam pendidikan
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu literasis sains PISSA
2. Untuk mengetahui perkembangan literasi pada PISSA
3. Untuk mengetahui komponen dan aspek-aspek dalam literasi sains
4. Untuk mengetahui karakteristik literasi sains
5. Untuk mengetahui peranan literasi sains dalam pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
Dari hasil akhir proses sains ini, siswa diharapkan dapat menggunakan konsep-
konsep sains dalam konteks yang berbeda dari yang telah dipelajarinya. PISA
memandang pendidikan sains untuk mempersiapkan warganegara masa depan, yang
mampu berpartisipasi dalam masyarakat yang akan semakin terpengaruh oleh kemajuan
sains dan teknologi, perlu mengembangkan kemampuan anak untuk memahami hakekat
sains, prosedur sains, serta kekuatan dan keterbatasan sains. Termasuk di dalamnya
kemampuan untuk menggunakan pengetahuan sains, kemampuan untuk memperoleh
pemahaman sains dan kemampuan untuk menginterpretasikan dan mematuhi fakta.
Alasan ini yang menyebabkan PISA tahun 2003 menetapkan 3 komponen proses sains
berikut ini dalam penilaian literasi sains.
1. Mendiskripsikan, menjelaskan, memprediksi gejala sains.
2. Memahami penyelidikan sains
3. Menginterpretasikan bukti dan kesimpulan sains.
Sementara jenis soal PISA juga mengukur tiga proses membaca, yaitu kemampuan
mencari dan menemukan informasi, kemampuan mengembangkan makna dan
menafsirkan isi bacaan, dan kemampuan melakukan refleksi dan evaluasi terhadap isi
bacaan dalam kaitannya dengan pengalaman sehari-hari, pengetahuan yang sudah
didapat sebelumnya, dan pengembangan gagasan dari informasi yang diperolehnya.
Soal-soal itu berhubungan dengan konteks membaca yang mencakup konteks membaca
untuk kepentingan pribadi, untuk kepentingan umum, untuk kepentingan bekerja, dan
untuk kepentingan pendidikan. Aspek struktur, proses, dan konteks membaca ini
selanjutnya diwujudkan dalam serangkaian wacana yang berjumlah 48 wacana.
Sebanyak 141 soal kemudian dikembangkan berdasarkan wacana tersebut.
Kesimpulan
Secara harfiah literasi berasal dari “Literacy” (dari bahasa inggris) yang berarti melek
huruf atau gerakan pemberantasan buta huruf. Kata sains berasal dari “Science” (dari bahasa
inggris) yang berarti ilmu pengetahuan. Salah satu indikator keberhasilan siswa menguasai
berpikir logis, berpikir kreatif, dan teknologi dapat dilihat dari penguasaan Literasi Sains
siswa dari Program PISA.
PISA (2000) menetapkan lima komponen proses sains dalam penilaian literasi sains,
yaitu: 1) Mengenal pertanyaan ilmiah, 2) Mengidentifikasi bukti yang diperlukan dalam
penyelidikan ilmiah, 3) Menarik dan mengevaluasi kesimpulan, 4) Mengkomunikasikan
kesimpulan yang valid, yakni mengungkapkan secara tepat kesimpulan yang dapat ditarik
dari bukti yang tersedia, 5) Mendemonstrasikan pemahaman terhadap konsep-konsep sains.
Pentingnya literasi sains bagi setiap orang sebagai masyarakat, warga negara dan warga
dunia sudah disadari orang-orang dinegara maju. Setiap warga negara memiliki tingkat
literasi sains agar dapat bertahan hidup di alam maupun di tempatnya bekerja berbekal
pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai-nilai yang terdapat di dalamnya. Literasi
sain diartikan sebagai kapasitas siswa untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan serta
untuk menganalisis, bernalar dan berkomunikasi secara efektif apabila mereka dihadapkan
pada masalah, harus menyelesaikan dan menginterpretasi masalah pada berbagai situasi.
DAFTAR PUSTAKA
Diah harianti. 2007. Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran IPA. Departemen
Pendidikan Nasional. Diakses pada tanggal 09 April 2015 pukul 20.00 WIB.
Irwandi Yogo Suaka. 2010. Peningkatan Literasi Sains dan Teknologi dalam Pendidikan dan
Implementasinya dalam KTSP. http://www.blogger.com/. Diakses pada tanggal 19
April 2015 pukul 20.00 WIB.