Dosen pengampu
Intan putri munggaran,S,ST,.M,H,.KES
Disusun Oleh :
Yeti Juniati (18975)
e. Menangani sesegera mungkin jika terjadi komplikasi yang dapat mengancam jiwa ibu dan
janin
f. Memberikan bimbingan dan konseling pada ibu hamil
g. Memberikan pendidikan ex education sedini mungkin pada WUS.
h. Memberikan penyuluhan pada orangtua untuk lebih memperhatikan pergaulan putra putri
mereka.
KASUS UNWANTED PREGNANCY :
Ada seorang remaja putri 17 tahun yang masih duduk dikelas 2 SMA akhir-akhir ini dia
merasakan mual setiap pagi dan telat datang mes sudah 2 bulan. Ia menceritakan itu kepada
ibunya dan ibu pun mulai curiga kepada anaknya dan tidak perlu berpikir panjang ibu
mengajak anaknya untuk periksa ke Bidan A, sesudah sampai bidan menganamnesa remaja
tersebut dan dilakukan pp test untuk memastikan ia hamil atau tidak. Tak disangka ibu dari
remaja tersebut pun terkejut melihat hasilnya dan tidak menyangka bahwa anaknya hamil
disini bidan memperkirakan anaknya hamil sudah 3 bulan. remaja tersebut sangat terkejut dan
ingin menggugurkan kandungannya (kehamilan yang tidak diharapkan) kepada bidan tetapi
bidan menolak karena itu perbuatan yang sangat tidak boleh dilakukan dan dilarang.
PENANGANAN MEDIS :
Dalam medis melakukan aborsi sangat tidak boleh dilakukan apalagi dalam agama
tetapi ada bebepa pendapat para medis jika aborsi bisa dilakukan dengan seorang ibu
yang memiliki riwayat penyakit yang sangat berbahaya jika ia mempertahankan
janinnya ataupun pihak medis maupun bidan memberikan konseling kepada pasien
untuk tidak menggugurkan kandungannya sebab dapat membahayakan nyawanya
karena hamilnya seseorang adalah karunia dari ALLAH walaupun itu kehamilan yang
tidak diinginkan.
2. ABORSI
Apa itu aborsi? Aborsi adalah salah satu tindakan medis yang bertujuan untuk
mengakhiri kehamilan. Dengan melakukan aborsi, maka janin pun bisa segera
dikeluarkan sebelum sanggup hidup di luar kandungan. Aborsi dapat dilakukan
dengan menggunakan obat-obatan yang diminum atau melalui tindakan operasi.
Aborsi dalam Dunia Medis
Biasanya, aborsi dilakukan sebelum usia kehamilan mencapai 20 minggu sehingga janin pun
bisa mati. Meskipun memiliki konotasi negatif dalam kehidupan sosial karena banyak orang
yang melakukannya karena tidak menginginkan kehadiran janin, dalam realitanya aborsi juga
kerap dilakukan karena kebutuhan menyelamatkan nyawa sang ibu.
Dalam dunia medis, terdapat beberapa jenis aborsi yakni aborsi spontan (alamiah) dan aborsi
buatan (sengaja). Aborsi spontan sendiri adalah aborsi yang disebabkan karena unsur
ketidaksengajaan atau kecelakaan. Sebagai contoh, ada kasus janin meninggal di dalam
kandungan saat usianya belum mencapai 20 minggu sehingga janin pun harus dikeluarkan
dari kandungan.
Sementara itu, ada pula aborsi buatan atau yang dilakukan secara sengaja. Aborsi inilah yang
kerap mendapatkan konotasi negatif oleh masyarakat. Aborsi buatan ini dilakukan secara
sadar oleh ibu yang sedang mengandung.
Terdapat banyak teknik yang dilakukan untuk melakukan aborsi buatan ini: melalui obat-obat
aborsi, bedah atau aborsi provakatus.
Ada banyak pertimbangan yang mendasari tindakan aborsi. Namun, sering kali dokter
menyarankan wanita untuk melakukannya andai kehamilannya dianggap membahayakan
nyawa.
Satu hal yang pasti, tindakan ini juga bisa memberikan efek samping seperti munculnya rasa
nyeri pada perut, mual-mual dan muntah-muntah, munculnya flek atau bercak darah, hingga
adanya risiko besar kompilikasi layaknya pendarahan hebat, kerusakan pada leher rahim,
perforasi uterus, munculnya infeksi, hingga adanya komplikasi serius yang bisa saja memicu
kematian.
Karena alasan inilah ada baiknya aborsi baru bisa dilakukan dengan berbagai pertimbangan
medis yang tepat bersama dengan dokter profesional agar tidak membahayakan nyawa ibu.
KASUS ABORSI :
Ny. Linda hamil 22 tahun dilarikan ke RS Abdul Azis Singkawang Tanggal 07-03-
2020 pasien mengalami kecelakaan lalu lintas ketika hendak kepasar pukul 09.00
WIB menggunakan sepeda motor. Klien jatuh keaspal dalam keadaan duduk dan
terhempas dari sepeda motornya sejauh 1 meter. Klien ditemukan saksi dalam
keadaan tidak sadarkan diri dengan posisi terlentang, terlihat darah segar dari daerah
jalan lahir, dari keterangan keluarga usia kehamilannya 20 minggu. Dari pengkajian
RS didapatkan : TD 90/70 mmHg, nadi 110x/menit, suhu 36,1 derajat celcius, RR
29x/menit, nafas cepat dan dangkal,akral dingin ( Gcs 7 ) dan terdapat suara
tambahan (ronchi), CRT > 3 detik, konjungtiva anemis, ditemukan laserasi pada ulna
sinistra, contusion pada daerah inguinalis, krepitasi pelvis (+), perdarahan pervaginam
(+), hasil pemeriksaan ketuban intact.
PENANGANAN MEDIS :
Jika Anda tidak memiliki tanda-tanda komplikasi, USG tidak diperlukan pascaaborsi medis.
Dengan USG, Anda dapat memastikan apakah kehamilan telah berakhir, bahkan dalam
beberapa hari setelah aborsi. Anda juga dapat menggunakan tes urin di rumah 3-4 minggu
setelah menggunakan obat-obatan. Jika Anda melakukan tes urin sebelum 3 minggu, ada
kemungkinan hasil tes masih positif karena masih ada hormon kehamilan dalam tubuh anda.
Aborsi medis, seperti halnya keguguran, adalah proses yang memerlukan waktu. Tubuh
mungkin memerlukan waktu hingga beberapa minggu untuk mengeluarkan seluruh jaringan
dan produk kehamilan dari rahim. Hal ini wajar terjadi. Jika mungkin, Anda bisa melakukan
USG 10 hari setelah menggunakan obat-obatan untuk memastikan sesegera mungkin bahwa
kehamilan telah berakhir.
Bahkan, jika kehamilan telah berakhir, banyak perempuan masih menemui jaringan dalam
rahimnya sampai beberapa minggu. Bila Anda tidak mengalami gejala-gejala komplikasi,
seperti nyeri kuat di perut, demam berkepanjangan, pendarahan berat, atau bau tidak sedap
dari keputihan, intervensi bedah—seperti vakum aspirasi—tidak diperlukan, bahkan
walaupun dokter menyarankan. Anda dapat menunggu sampai periode menstruasi selanjutnya
atau menggunakan 2 tablet Misoprostol di bawah lidah. Penelitian telah menunjukkan bahwa
untuk mendiagnosis aborsi tidak tuntas secara akurat, USG harus dilaksanakan bersama
dengan pemeriksaan klinis (tanda-tanda komplikasi, seperti pendarahan berlebihan, rasa nyeri
yang parah dan berlanjut, demam, dan/atau keputihan abnormal) karena hasil USG setelah
aborsi medis tidak menunjukkan perbedaan antara aborsi yang lancar dan tidak.
Evakuasi rahim secara bedah (melalui kuret/vakum aspirasi) pada perempuan—yang secara
klinis dalam kondisi baik—tidak disarankan, bahkan jika masih ada sisa-sisa aborsi yang
terlihat dalam USG. Menunggu hingga menstruasi selanjutnya, seperti halnya pada kasus
keguguran, sering kali merupakan langkah yang pas dalam semua kasus, kecuali kehamilan
yang berlanjut.
3. HORMON REPLACEMENT THERAPHY
Penurunan hormon ini juga dapat mengakibatkan perubahan pH serta komposisi flora normal
di vagina, sehingga wanita lebih mudah terkena infeksi saluran kemih. Selain itu, perubahan
ini berpengaruh terhadap kepadatan tulang sehingga wanita lebih rentan mengalami
osteoporosis yang berisiko menimbulkan patah tulang.
Tingkat keparahan gejala menopause yang dirasakan oleh masing-masing wanita berbeda.
Beberapa wanita hanya merasakan gejala menopause yang ringan dan tidak mengganggu
aktivitas sehari-hari, namun pada beberapa kasus, gejala menopause dirasakan cukup berat
dan mengganggu. Untuk meredakan gejala tersebut, wanita yang mengalami menopause
dapat mendapatan tambahan hormon reproduksi dari luar tubuh agar gejala menopause yang
dirasakan dapat berkurang.
Selain untuk meredakan gejala-gejala akibat menopause, terapi penggantian hormon juga
diduga dapat menurunkan risiko timbulnya kanker usus besar, namun hal ini butuh penelitian
lebih lanjut.
Meskipun manfaat terapi penggantian hormon cukup luas bagi wanita usia menopause,
namun metode ini juga memiliki risiko menimbulkan penyakit tertentu. Beberapa penyakit
yang dapat mengalami peningkatan risiko timbul pada wanita yang menjalani terapi
penggantian hormon adalah stroke, deep vein thrombosis, dan kanker payudara atau rahim.
KASUS HORMON REPLACEMENT THERAPHY :
Seorang remaja putri 16 tahun yang masih duduk di kelas 2 SMA. Remaja tersebut
mengalami telat haid sudah 1 bulan, remaja tersebut merasakan nyeri pada perutnya bagian
bawah. Ia mengatakan ada keluar darah pada kemaluannya tetapi hanya sedikit, dan itupun
hanya keluar satu hari saja. Ia menceritakan keluhannya pada ibunya dan ibunya pun merasa
khawatir. Tanpa berfikir panjang ibunyapun mengajak anak remajanya tersebut untuk
melakukan pemeriksaan ke bidan yang ada didekat tempat tinggalnya. Sesudah sampai pada
tempat bidan, bidan menganamnesa bahwa remaja tersebut mengalami gangguan hormone.
PENANGANAN MEDIS :
Menghindari aktivitas fisik dengan intensitas berat
Mengonsumsi makanan bernutrisi tinggi
Melakukan rileksasi dengan cara meditasi atau melakukan berbagai hal-hal yang Anda sukai
Menerapkan pola hidup sehat, seperti berhenti merokok dan mengonsumsi minuman
beralkohol