Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) SENAM

AEROBIC PADA PASIEN RESIKO PERILAKU


KEKERASAN DI RUANG SADEWA
RSUD BANYUMAS

Disusun Oleh:

1. Raniya Suhesti
2. Dwi Umi Latifah
3. Nanda Muhamad CP
4. Anggi Restu Pamuji
5. Tri Wahyuni

PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SERULINGMAS CILACAP
2020
A. Pendahuluan
Manusia adalah makhluk sosial, yang terus menerus membutuhkan
adanya orang lain di sekitarnya. Salah satu kebutuhan manusia untuk
melakukan interaksi dengan sesama manusia. Interaksi ini dilakukan tidak
selamanya memberikan hasil yang sesuai dengan apa yang diharapkan
oleh individu, sehingga mungkin terjadi suatu gangguan terhadap
kemampuan individu untuk interaksi dengan orang lain (Azizah, 2010).
Kelompok adalah kumpulan individu yang memilih hubungan satu
dengan yang lain. Anggota kelompok mungkin datang dari berbagai latar
belakang yang harus ditangani sesuai dengan keadaanya, seperti agresif,
takut, kebencian, kompetitif, kesamaan ketidaksamaan, kesukaan dan
menarik diri (Stuart dan Laraia, 2006). Terapi kelompok adalah suatu
psikoterapi yang dilakukan oleh sekelompok penderita bersama-sama
dengan jalan diskusi satu sama lain yang dipimpin, diarahkan oleh
terapis/petugas kesehatan yang telah dilatih (Keliat, 2009).
Terapi kelompok aktivitas itu sendiri mempermudah psikoterapi
dengan sejumlah pasien dalam waktu yang sama. Manfaat terapi aktivitas
kelompok yaitu agar pasien dapat belajar kembali bagaimana cara
bersosialisasi dengan orang lain, sesuai dengan kebutuhannya
memperkenalkan dirinya. Menanyakan hal-hal yang sederhana dan
memberikan respon terhadap pertanyaan yang lain sehingga pasien dapat
berinteraksi dengan orang lain dan dapat merasakan arti berhubungan
dengan orang lain (Bayu, 2011). Terapi aktivitas kelompok sering dipakai
sebagai terapi tambahan. Terapi aktivitas kelompok itu sendiri memiliki
beberapa jenis yaitu TAK sosialisasi, stimulasisensori, stimulasipersepsi,
orientasirealitas.
Gangguan jiwa merupakan masalah kesehatan yang berkaitan
dengan gangguan psikologis akibat distress atau penyakit tertentu yang
dimanifestasikan melalui perubahan perilaku yang tidak sesuai dengan
konsep norma di masyarakat (Kirana, Nauli & Novayelinda, 2014).
Menurut Riskesdas (2018) terjadi peningkatan proporsi gangguan jiwa
yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan Riskesdas 2013, naik dari
1,7% menjadi 7%. Dari semua data pasien dengan gangguan jiwa ada
84,9% pasien berobat, 15,1% tidak berobat, 48,9 rutin minum obat dan
51,1 tidak rutin minum obat (Riskesdas,2018).
Berbagai tanda dan gejala yang muncul pada pasien skizofrenia
seperti perilaku disorganisasi bicara kacau dan perilaku katatonik seperti
keadaan gaduh gelisah, delusi, halusinasi, kekacauan kognitif, dijadikan
dasar profesi keperawatan dalam menegakkan diagnosis keperawatan.
Pasien dengan perilaku kekerasan menunjukkan gejala yang kurang
bersahabat, antara lain membentak, muka tegang dan wajah tegang, mata
melotot, intonasi suara tinggi, mengamuk, memukul benda-benda di
sekitarnya hingga tindakan-tindakan yang dapat mengancam
keselamatannya sendiri bahkan keselamatan orang lain seperti menyerang
orang-orang disekitarnya termasuk dokter dan perawat. Perilaku kekerasan
yang dilakukan pasien dapat menyebabkan cidera pada diri sendiri maupun
orang lain, sampai kematian.
Penelitian terkait pada 61 responden di RSJ Tampan Pekan Baru
menunjukkan adanya tindakan perilaku kekerasan pada perawat berupa
ancaman fisik sebesar 79%, penghinaan sebesar 77% dan kekerasan verbal
sebesar 70%. Responden yang melaporkan mengalami kekerasan fisik
yang berakibat cedera ringan sebesar 51% dan pernah mengalami
kekerasan fisik yang menyebabkan cedera serius sebesar 20%7
Diperkirakan tidak lebih dari 10% klien skizofrenia dengan perilaku
kekerasan mengalami penurunan gejala hanya dengan pendekatan terapi
antipsikotik, dan sejumlah 90% membutuhkan berbagai pendekatan
dinamis termasuk farmakoterapi, terapi keluarga, terapi individu, terapi
perilaku dan terapi kelompok dengan terapi aktivitas kelompok (TAK)
(Made, Jayanti & Antari, 2019).
Salah satu penatalaksanaan perilaku kekerasan melalui pendekatan
kelompok adalah terapi aktivitas kelompok penyaluran energi yang
merupakan teknik untuk menyalurkan energi secara kontruktif dan asertif
dengan mengungkapkan marah tanpa menimbulkan kerugian pada diri
sendiri maupun lingkungan. Aktivitas yang digunakan dalam aktivitas
kelompok penyaluran energi adalah dengan aktivitas fisik yang dapat
memperlancar peredaran darah otak, meningkatkan jumlah dopamin dan
serootonin yang dapat menimbulkan perasaan senang, rasa puas dan
suasana hati yang nyaman. Salah satu aktivitas yang dapat diberikan
kepada pasien skizofrenia untuk mengurangi perilaku kekerasan adalah
melalui aktivitas fisik berupa tari dan gerak yang digabungkan dengan
musik yaitu senam aerobic low impact.
Latihan fisik melalui senam dapat memperlancar aliran darah ke
otak yang dapat merangsang pelepasan zat kimia ,Gamma Amino Butyic
Acid (GABA) dan beta endorphin yang dapat mengurangi rasa tertekan,
cemas dan stress,suasana hati menjadi lebih baik dan mencegah
kemarahan. Selain itu juga dapat memperbaiki dan meningkatkan kondisi
dan fungsi dari sistem peredaran darah jantung, susunan saraf, pernafasan,
pencernaan, endokrin, dan sistem biomotorik. Secara mental dapat
meningkatkan konsentrasi dan menjaga kestabilan penguasaan diri,
mengurangi atau menghilangkan perilaku kekerasan, stress dan
ketegangan.
Tepai aktivitas penyaluran energy merupakan teknik untuk
menyalurkan energi secara konstruksif dimana memungkinkan
penembangan pola-pola penyaluran energi seperti katarsis, peluapan
marah dan peluapan batin secara konstruktif dengan tanpa menimbulkan
kerugian pada diri sendiri maupun lingkungan. Tujuannya yaitu
menyalurkan energi dekstruktif ke konstruktif, mengekspresikan perasaan,
meningkatkan hubungan interpersonal.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Pasien dapat mengontrol marah dengan teknik untuk menyalurkan
energi secara kontruktif dan asertif dengan senam aerobic.
2. Tujuan Khusus
a. Pasien dapat mengikuti senam aerobic sampai selesai
b. Pasien dapat mengikuti senam aerobic sesuai instruktur senam
c. Pasien dapat mengurangi rasa tertekan, cemas dan stress,suasana
hati
d. Pasien dapat dapat mengontrol marah dengan senam aerobic

A. Karakteristik Klien
1. Pasien yang sudah kooperatif.
2. Klien bersedia dilakukan TAK sesuai kontrak
3. Jenis kelamin laki – laki dan perempuan
4. Pasien usia dewasa
5. Pasien dapat diajak untuk bekerjasama
6. Pasien dengan riwayat perilaku kekerasan

B. Kriteria Evaluasi
1. Evalusi Proses
a. Leader dapat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal sampai
akhir.
b. Leader mampu memimpin acara.
c. Co-leader membantu mengkoordinasi seluruh kegiatan.
d. Fasilitator mampu memotivasi peserta dalam kegiatan.
e. Fasilitator membantu leader melaksanakan kegiatan dan
bertanggung jawab dalam antisipasi masalah.
f. Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada
kelompok yang berfungsi sebagai evaluator kelompok.
g. Peserta mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal sampai akhir.
2. Evalusi Hasil
Diharapkan 80% dari kelompok mampu:
a. Mengekspresikan perasaannya dengan gerakan senam
b. Melaksanakan kegiatan senam sampai selesai
c. Memberikan respon positif terhadap pelaksanaan senam
d. Merubah perilaku maladaptive menjadi perilaku adaptif

C. Pengorganisasian TAK
1. Terapis:
a. Leader :Dwi Umi Latifah
b. Co-Leader :Raniya Suhesti
c. Obsever :Nanda Muhamad CP
d. Fasilitator :Tri Wahyuni dan Anggi Restu P
Peran dan fungsi :
a. Leader
Tugasnya:
1) Memimpin jalannya terapi aktivitas kelompok
2) Merencanakan, mengontrol, dan mengatur jalannya terapi
3) Menyampaikan materi sesuai tujuan TAK
4) Menyampaikan tata tertib TAK
5) Memimpin kegiatan kelompok
6) Menutup acara kegiatan

b. Co-Leader
1) Membuka acara
2) Mendampingi Leader
3) Mengambil alih posisi leader jika leader blocking
4) Menyerahkan kembali posisi kepada leader
c. Observer
1) Mengobservasi semua respon pasien.
2) Mencatat semua proses yang terjadi dan semua perubahan
perilaku pasien.
3) Memberi umpan balik/masukan pada kelompok.
d. Fasilitator
1) Membantu leader memfasilitasi anggota untuk berperan aktif
dan memotivasi anggota.
2) Memfokuskan kegiatan.
3) Membantu mengkoordinasikan anggota kelompok.
2. Seleksi Pasien
Seleksi pasien Terapi Aktivitas Kelompok yang dipilih merupakan
pasien dengan kriteria sebagai berikut :
a. Pasien berjumlah 5 orang
b. Nama pasien :
1)

3. Pasien yang mengikuti TAK


Pasien ruang sadewa
4. Waktu
Hari / tanggal : Rabu, Febuari 2020
Waktu :09.00 – 09.25 WIB.
Alokasi waktu :
a. Perkenalan dan pengarahan : 5 menit
b. Terapi kelompok : 20 menit
c. Penutup : 5 menit
5. Tempat: Ruang Sadewa RSUD Banyumas.
6. Alat-alat:
a. Soundsystem
b. Flashdisk
c. Laptop/ handphone
7. DenahTempat

Keterangan:
: Leader

:Co lider

: observer

: Observer

: pasien

D. TATA TERTIB
1. Pasien bersedia mengikuti kegiatan TAK.
2. Pasien wajib hadir 5 menit sebelum acara dimulai.
3. Pasien berpakaian rapih dan sudah mandi.
4. Tidak diperkenankan makan dan minum selama kegiatan TAK.
5. Jika akan mengajukan pertanyaan atau ingin BAK/BAB pasien bias
mengangkat tangan dan berbicara.
6. Pasien dilarang meninggalkan tempat kegiatan sebelum acara TAK
selesai.
E. ANTISIPASI MASALAH
1. Apabila ada pasien yang sudah bersedia mengikuti TAK, namun pada
saat pelaksanaan TAK tidak bersedia, maka langkah yang diambil
adalah: mempersipkan pasien cadangan yang telah diseleksi dan sesuai
dengan kriteria dan telah disepakati oleh anggota kelompok lainya.
2. Apabila ada anggo takelompok yang melanggar aturan leader
memberitahukan kepada anggota TAK bahwa hal itu tidak boleh
dilakukan.
3. Bila peserta pasif, leader memotivasi dibantu oleh fasilitator.
4. Jika ada anggota yang keluar dari kelompok tidak boleh masuk lagi.
5. Bila pasien melakukan kegaduhan dikeluarkan dari kelompok.
6. Jika terdapat pasien yang berkelompok dipisahkan.

F. PROSES TAK
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik: mengucapkan salam pembuka
b. Perkenalan dari perawat dan pasien
c. Evaluasi/validasi: menanyakan perasaan klien saat ini
d. Tujuan
1) Menjelaskan tujuan
2) Menjelaskan aturan main: perkenalan, cara meninggalkan
kelompok, lama kegiatan
3) Menjelaskan tata tertib
4) Menjelaskan antisipasi masalah
5) Kontrak waktu dan kesediaan
2. Fase Kerja
a. Pasien yang telah diseleksi dikumpulkan di tempat yang cukup
luas berbaris
b. Leader memberi penjelasan tentang aturan senam aerobic
c. Pasien berbaris lurus rentangkan tangan
d. Lider dan co lider berada di depan
e. Pasien memperagakan gerakan yang diajarkan lider tanpa
musik/pemanasan.
f. Setelah pemanasan dilanjut senam
g. Musik senam dinyalakan
h. Pasien mengikuti gerakan yang dicontohkan oleh leader dan co-
leader sesuai irama senam aerobic.
i. Pasien mengikuti senam sampai selesai
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
1) Menanyakan perasaan klien setelah kegiatan
2) Memberi pujian
4. Rencana Tindakan Selanjutnya
Untuk senam selanjutnya bisa dilakukan oleh petugas/kelompok
selanjutnya
Cara menilai pasien risiko perilaku kekerasan dalam TAK
Nama pasien Sebelum TAK Sesudah TAK
1.
2.
3.
4.
5.

Anda mungkin juga menyukai