Beberapa contoh :
• HLA-B*57:01 gene developing a hypersensitivity reaction when treated with abacavir
• mutations of the BRCA1 and BRCA2 genes that have been implicated in familial breast
cancers
• 2005, Stephanie Haney lung cancer th/ erlotinib, tdk berhasil, lalu genetic testing,
ALK (anaplastic lymphoma kinase) positive, ganti ke crizotinib
• Researchers have discovered more than 1,800 disease genes since the Human Genome
Project’s completion
Good
Patient
PASIEN
Care
Tata Kelola
Asuhan Pasien
Quality & Safety
yang Baik
• Good Hospital
Good
Sistem Pelayanan Governance &
Good Clinical Klinis • Good Clinical
Ethical Governance Asuhan Pasien / Patient Care Governance
Practice Tata Kelola Klinis
yang Baik
Sistem
Good Ps 36 UU 44/2009
Hospital Manajemen
Governance • Good Patient Care
Tata Kelola RS
yang Baik • Good Ethical Practice
SNARS Edisi 1
Pola SEMI-A
Vertikal & Horizontal
(KARS, 2018)
Framework dalam SNARS :
ASUHAN PASIEN
Kompetensi
RISIKO Budaya SAFETY
MUTU
(Nico Lumenta, 2015)
12
Profesional Pemberi Asuhan Clinical
PPA Team Leader
Dalam SNARS Ed 1.1. DPJP
PPJA
Apoteker
1. Secara rutin saat visit pasien tiap pagi DPJP membaca CPPT semua
info (24 jam), dari semua PPA, terkait asesmen, perkembangan pasien,
pelaksanaan pelayanan, juga dari form lain a.l. “Nurse’s note”, Form
gizi, dll. POLA KEGIATAN DPJP SEHARI-HARI
Sebagaisintesis
2. Melakukan review, interpretasi, Clinical Leader
dari rencana dan
pelaksanaannya CPPT : Kolom Review & Verifikasi DPJP
(Std PAP 2.1. EP 5)
3. Menyusun skala prioritas (Std AP 4.1.)
4.Memberi catatan / notasi pd CPPT utk a.l. perhatian,
koreksi, arahan, instruksi dsb sebagai wujud integrasi !!
5.Atau bila asuhan sudah sesuai dgn rencana & sasaran,
cukup memberi paraf (= verifikasi) pada setiap lembar CPPT,
beri paraf pd pojok kanan bawah lembar CPPT, akhir 24 jam
22
CPPT : CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN TERINTEGRASI
Kolaborasi PPA REVIEW &
melalui CPPT VERIFIKASI
Instruksi PPA DPJP
HASIL ASESMEN PASIEN DAN PEMBERIAN PELAYANAN
Termasuk Pasca (Tulis Nama, beri
Profesional
Tgl, Jam Bedah Paraf, Tgl, Jam)
Pemberi Asuhan (Tulis dengan format SOAP/ADIME, disertai Sasaran. Tulis Nama, beri
(Instruksi ditulis dgn (DPJP harus
Paraf pada akhir catatan)
rinci dan jelas) membaca/mereview
seluruh Rencana
Asuhan)
2/2/2015 Perawat S : Nyeri akut lutut kiri sejak 1-2 jam • Monitoring nyeri tiap
Jm 8.00 O : skala nyeri VAS : 7 30’
TD 165/90, N 115/m, Frek Nafas : 30/m • Lapor DPJP
A : Nyeri akut arthritis gout • Kolaborasi pemberian
P : Mengatasi nyeri dalam 2 jam dgn target VAS <4 anti inlamasi &
Paraf.. analgesic
PPJA
Apoteker
Profesional
ASUHAN
Pemberi
PASIEN
Asuhan
2 PEMBERIAN-
PELAYANAN /
IMPLEMENTASI-
RENCANA
MONITORING
Proses Asuhan Pasien
Patient Care
Interprofessional Education Collaborative Expert Panel.. Core competencies for interprofessional collaborative practice:
Report of an expert panel. Washington, D.C.: Interprofessional Education Collaborative, (2011)
Kompetensi pada Kolaborasi Interprofesional (38)
Bekerja bersama PPA lain untuk memelihara iklim saling respek (menghormati) dan
berbagi nilai2.
Ranah Kompetensi 2: Roles/Responsibilities (9)
Menerapkan nilai2 membangun-relasi dan prinsip2 dinamika tim untuk kinerja efektif
dalam tim dgn peran yang berbeda untuk merencanakan dan memberikan asuhan
berfokus pasien-/populasi yang aman, tepat waktu, efisien, dan wajar.
Interprofessional Education Collaborative Expert Panel.. Core competencies for interprofessional collaborative practice:
Report of an expert panel. Washington, D.C.: Interprofessional Education Collaborative, (2011)
PPA
sebagai
Tim Interdisiplin
(Febr 2015
17 pages)
What Are Multidisciplinary Rounds? - MDR
MDR are a patient-centered model MDR adalah asuhan model patient-
of care, emphasizing safety and centered, menekankan safety dan
efficiency, that enable all members efisiensi, yang memberdayakan
of the team caring for patients to semua anggota tim asuhan pasien
offer individual expertise and untuk memberikan keahlian
contribute to patient care in a individunya dan menambahkan
concerted fashion asuhan pasien dalam gaya/pola
yang disepakati
With MDR, disciplines come together, Dengan MDR, para PPA berkumpul,
informed by their clinical expertise, to melalui keahlian mereka,
coordinate patient care, determine mengkoordinasikan asuhan pasien,
care priorities, establish daily goals, menetapkan prioritas asuhan,
and plan for potential transfer or menetapkan sasaran/goal harian,
discharge. dan merencanakan pemindahan atau
pemulangan
(How to Guide : Multidisciplinary Rounds. Institute for Healthcare Improvement, updated February 2015 )
6. Segitiga Sasaran PCC
(Triple Aim PCC)
Asuhan Pasien Terintegrasi :
Triple Aim PCC
PPA `
*Sasaran
PPA* Kebutuhan
MPP
Pasien
Pasien
PAP 2.1.
*Harapan/ Sasaran
/ Case Mgr
Sistem Pasien*
Pendukung
Keluarga,Teman,
RT-Tetangga dsb
AP 1, ARK 1,
1. Pemahaman Pasien ttg asuhan HPK 2.2.
(penyakit,tindakan)
2. Kepuasan pasien
3. Kemampuan mengambil keputusan • Penerapan PCC >
*Sasaran terkait asuhan
4. Keterlibatan & pemberdayaan
• Kolaborasi PPA >
MPP* 5. Kepatuhan thd PPA • Kendali mutu asuhan
6. Kemandirian pasien • Kendali biaya asuhan
ARK 3.1. 7. Dukungan keluarga/yg lain pasien • Kendali safety asuhan MPP bukanlah PPA aktif
8. Pemulangan aman Shift pagi
9. Kesesuaian asuhan dgn Ratio 1 : 25 Pasien
kebutuhannya - Kompleksitas Pasien
(Nico Lumenta, 2019) 10. Kesinambungan pelayanan - Kebutuhan RS
Segitiga Sasaran PCC
“Triple Aim PCC”
Harapan/Sasaran terkait
1. Diagnosis
2. Terapi, Obat,
1. Pemahaman Pasien ttg asuhan
Tindakan
(penyakit,tindakan) 3. Fungsi Fisik, Mental
2. Kepuasan pasien 4. Lain2
3. Kemampuan mengambil keputusan terkait asuhan
4. Keterlibatan & pemberdayaan
5. Kepatuhan thd PPA
6. Kemandirian pasien *Sasaran
7. Dukungan keluarga/yg lain pasien
8. Pemulangan aman MPP* ARK 3.1.
DPJP
PPJA MPP :
PPJA Apoteker • ARK 3.1. – MPP
Clinical Leader :
• PAP 2 –
• Kerangka pokok
asuhan Pasien, Integrasi Inter
Keluarga Unit
• Koordinasi
• AP 4 – Integrasi
• Kolaborasi
inter PPA
• Sintesis
• Interpretasi Lainnya Dietisien • ARK 2.2. –
Kelola Alur
• Review
Pasien
• Integrasi asuhan
• PAP 2.4 – KTD
• ARK 3.3. –
Yan Kes Transfer
/ RS Lain
MPP • MIRM 13.1. –
Transfer
Case Manager • PAP 1 – Asuhan
MPP bukanlah PPA aktif Yan
Shift pagi Keuangan/ Seragam
Billing Asuransi Dokter
Ratio 1 : 25 Pasien
Perusahaan/ Keluarga
- Kompleksitas Pasien Employer BPJS
- Kebutuhan RS
PPK - CP
TKRS 11.2
PMKP 5.1
42
Tujuan Clinical Pathway
• Mengurangi variasi dalam pelayanan, sehingga biaya lebih mudah
diprediksi.
• Pelayanan lebih terstandarisasi, meningkatkan kualitas pelayanan
(Quality of Care)
• Dasar penghitungan “real cost” suatu kasus.
• Meningkatkan kualitas dari informasi yang telah dikumpulkan.
• Diharapkan dapat mengurangi biaya dengan menurunkan length
of stay, dan tetap memelihara mutu pelayanan
• Sebagai pembanding pada CBG cost. Terutama pada kasus-kasus
“high cost, high volume”.
a. penyakit atau kondisi yang paling sering atau banyak terjadi;
07-2018 44
a) Sesuai dengan populasi pasien yang ada dan misi RS
b) Disesuaikan dengan teknologi, obat, lain sumber daya di RS atau norma profesional
yg berlaku secara Nas.
c) Dilakukan asesmen terhadap bukti ilmiahnya dan disahkan oleh pihak
berwewenang
d) Disetujui resmi atau di gunakan oleh RS
e) Dilaksanakan dan di ukur terhadap efektivitasnya
f) Dijalankan oleh staf yang terlatih menerapkan pedoman atau pathways
g) Secara berkala diperbaharui berdasar bukti dan evaluasi dari proses dan hasil
proses
07-2018 45
Bagaimana dokter menerapkan PPK
• PPK harus diterapkan secara individual. PPK bersifat
rekomendasi atau advis, tidak harus diterapkan pada semua
pasien
• Harus ditulis eksplisit disclaimer/penyangkalan
– PPK dibuat untuk ’average patients’.
– PPK dibuat untuk penyakit tunggal.
– Respons pasien terhadap prosedur diagnostik dan terapeutik sangat
bervariasi.
– PPK dianggap valid pada saat dicetak.
– Praktik kedokteran modern mengharuskan kita mengakomodasi apa
yang dikehendaki oleh keluarga dan pasien.
(Sudigdo Sastroasmoro, Konsorsium Upaya Kesehatan, Ditjen BUK - Kemenkes RI, 2015)
Algoritme
• Algoritme merupakan format tertulis berupa flowchart dari pohon pengambilan keputusan.
Dgn format ini dpt dilihat secara cepat apa yg harus dilakukan pd situasi tertentu. Algoritme
merupakan panduan yg efektif dalam beberapa keadaan klinis tertentu misalnya di ruang
IGD. Bila staf dihadapkan pada situasi yg darurat, dgn menggunakan algoritme ia dapat
melakukan tindakan yg cepat untuk memberikan pertolongan.
Protokol
• Protokol = panduan tata laksana utk kondisi ttt. Misalnya dalam PPM disebutkan bila pasien
mengalami gagal napas perlu pemasangan ventilasi mekanik.
• Protokol pemasangan ventilasi mekanik: dari pemasangan endotracheal tube, mengatur
konsetrasi oksigen, kecepatan pernapasan, pemantauan, apa yg harus diperhatikan,
pemeriksaan berkala apa yg harus dilakukan, dst.
• Dlm protokol harus termasuk siapa yg dapat melaksanakan, komplikasi yg mungkin timbul
dan cara pencegahan atau mengatasinya, kapan suatu intervensi harus dihentikan, dst.
(Sudigdo Sastroasmoro, Konsorsium Upaya Kesehatan, Ditjen BUK - Kemenkes RI, 2015)
Prosedur
• Prosedur merupakan uraian langkah-demi-langkah utk melaksanakan tugas teknis tertentu.
Prosedur dapat dilakukan oleh perawat (misalnya cara memotong dan mengikat talipusat
bayi baru lahir, merawat luka, suctioning, pemasangan pipa nasogastrik), atau oleh dokter
(misalnya pungsi lumbal atau biopsi sumsum tulang).
Standing orders
• Standing orders adalah suatu set instruksi dokter kepada perawat atau profesional
kesehatan lain untuk melaksanakan tugas pada saat dokter tidak ada di tempat. Standing
orders dapat diberikan oleh dokter pada pasien tertentu, atau secara umum dengan
persetujuan komite medis. Contoh: perawatan pascabedah tertentu, pemberian antipiretik
untuk demam, pemberian antikejang per rektal untuk pasien kejang, defibrilasi untuk aritmia
tertentu.
(Sudigdo Sastroasmoro, Konsorsium Upaya Kesehatan, Ditjen BUK - Kemenkes RI, 2015)
Peringkat Bukti (Hierarchy of Evidence)
IA metaanalisis, uji klinis
IB uji klinis yang besar dengan validitas yang baik
IC all or none
II uji klinis tidak terandomisasi
III studi observasional (kohort, kasus kontrol)
IV konsensus dan pendapat ahli
Derajat Rekomendasi
• Rekomendasi A bila berdasar pada bukti level IA atau IB.
• Rekomendasi B bila berdasar atas bukti level IC atau II.
• Rekomendasi C bila berdasar atas bukti level III atau IV.
PRINSIP DASAR PENYUSUNAN ICP
Pelayanan terpadu/terintegrasi dan berfokus pasien
Melibatkan semua profesional pemberi asuhan
(dokter, perawat,bidan, farmasis,nutrisionis,
fisioterapis, dll)
Mencatat seluruh kegiatan asuhan (rekam medis)
Penyimpangan kegiatan asuhan dicatat sebagai
varians
CP berfungsi ganda;
1. Sebagai acuan dalam memberikan asuhan pada
pasien dari waktu ke waktu
2. Sebagai alat monitoring kepatuhan staf klinis
50
Implementasi dan Kendala
• Rumah sakit masih merupakan “kerajaan-kerajaan” kecil yang agak
sulit menyatukan prosedur dari berbagai disiplin.
• Perbedaan latar belakang pendidikan, pengalaman dan keyakinan
profesional, menjadi kendala penerapan “clinical pathway” yang
sudah ditulis.
• Keinginan untuk selalu mengikuti “evidence base medicine”
dengan melakukan standar prosedur terbaik yang dimungkinkan
tanpa peduli pada biaya.
• Ketidak pedulian klinisi terhadap biaya pengobatan pasien.
• Keengganan untuk membaca dan menghafal konsensus dalam
“clinical pathway” menjadi alasan penyimpangan.
CHARACTERISTIC OF INTEGRATED CLINICAL
PATHWAY
- Patient centered
- Systematic action for:
* consistent best practice
* continuous improvements in patient care
* attention to the patient experience
- Continuous feedback
- Multidisciplinary
- Maps & models clinical & non clinical care
processes
- Incorporates order & priorities including guidelines &
protocol
- Includes standards & outcomes
Apakah semua penyakit perlu CP?
• Tidak.
• Di RSU hanya 30% dirawat dengan CP,
selebihnya dirawat dengan usual care.
• CP hanya efektif dan efisien apabila
dilaksanakan untuk penyakit atau kondisi
kesehatan yang perjalanannya predictable,
khususnya bila memerlukan perawatan
multidisiplin.
(Sudigdo Sastroasmoro, Konsorsium Upaya Kesehatan, Ditjen BUK - Kemenkes RI, 2015)
LANGKAH LANGKAH PENYUSUNAN CP
54
Apakah CP dibuat untuk
memperoleh rincian biaya?
• Tidak. CP, seperti semua jenis PPK harus patient-
oriented
• CP tidak dibuat untuk memperoleh rincian biaya
perawatan, dengan konsekuensi dibuatnya secara
dipaksakan CP untuk semua jenis penyakit
• CP mungkin dapat menjadikan biaya perawatan
menjadi lebih murah
• CP juga dapat menjadi masukan untuk program lain
yang menyangkut pembiayaan, misalnya ”diagnostic
related group” (DRG), INA-CBG, BPJS
(Sudigdo Sastroasmoro, Konsorsium Upaya Kesehatan, Ditjen BUK - Kemenkes RI, 2015)
Apakah pathway dapat dibuat untuk
penyakit / masalah lain?
• CP - tata laksana standar untuk kelompok pasien
tertentu
• Kalau perjalanan klinis sangat bervariasi sulit dibuat
day-to-day plan of care
• CP dapat dibuat asalkan:
• Disertai kriteria inklusi dan eksklusi yang jelas,
• Bila dalam perjalanan kriteria tidak terpenuhi (ko-
morbiditas, komplikasi) harus dikeluarkan dari CP
• Yang menentukan: profesional setempat
(Sudigdo Sastroasmoro, Konsorsium Upaya Kesehatan, Ditjen BUK - Kemenkes RI, 2015)
UU no 29/2004 Praktik Kedokteran
Permenkes 1438/2010
Standar Pelayanan kedokteran
Permenkes 1438/2010
Standar Pelayanan Kedokteran meliputi PNPK & SPO
PNPK – Nasional ; SPO - Fasyankes
Literatur:
Nasional PNPK Artikel asli
(Pedoman Nasional Meta-analisis
Pelayanan Kedokteran) PNPK (asing)
Terutama utk penyakit yg banyak, mahal, Buku ajar, dsb
risiko, bervariasi dlm praktik
Dibuat oleh pakar multidisiplin Kesepakatan staf medis
Ideal, terkini, evidence-based, canggih
Dikoordinasi Kemenkes, disahkan Menkes
• Pasal 4:
– Standar Pelayanan Kedokteran disusun secara sistematis dengan menggunakan pilihan
pendekatan:
• (1).Pengelolaan penyakit dalam kondisi tunggal, yaitu tanpa penyakit lain atau komplikasi;
• (2).Standar Pelayanan Kedokteran dibuat dengan bahasa .yang jelas, tidak bermakna ganda,
menggunakan kata bantu kata kerja yang tepat, mudah dimengerti, terukur dan realistik.
• (3).Standar Pelayanan Kedokteran harus sahih pada saat ditetapkan, mengacu pada
kepustakaan terbaru dengan dukungan bukti klinis, dan dapat berdasarkan hasil penapisan
ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran yang dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan
atau institusi pendidikan kedokteran.
KEPATUHAN KEPADA STANDAR DAN
PENYANGKALAN (DISCLAIMER)
PMK 1438/2010
Pasal 13
(1) Dr dan D r g serta tenaga kesehatan lainnya di fasilitas pelayanan kesehatan harus
mematuhi PNPK dan SPO sesuai dengan keputusan klinis yang diambilnya.
(2) Kepatuhan kepada PNPK dan SPO menjamin pemberian pelayanan kesehatan dengan
upaya terbaik di fasilitas pelayanan kesehatan, tetapi tidak menjamin keberhasilan upaya
atau kesembuhan pasien;
(3) Modifikasi terhadap PNPK dan SPO hanya dapat dilakukan atas dasar keadaan yang
memaksa untuk kepentingan pasien, antara lain keadaan khusus pasien, kedaruratan, dan
keterbatasan sumber daya.
(4) Modifikasi PNPK dan SPO sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus dicatat di dalam
rekam medis. Varians
Tujuan Panduan Praktik Klinik
1. Menuntun Keputusan Dan Kriteria Mengenai Diagnosis, Manajemen, Dan Pengobatan
Di RS
2. Menstandardisasi Pelayanan Medis
3. Meningkatkan Kualitas Pelayanan
4. Mengurangi intervensi yang tidak perlu
5. Memberikan Opsi Pengobatan Terbaik
6. Mengurangi Beberapa Jenis Risiko (Kepada Pasien, Ke Penyedia Layanan Kesehatan
Dan Asuransi Kesehatan)
7. Mencapai Keseimbangan Terbaik Antara Biaya Dan Parameter Medis Seperti
Efektivitas, Spesifisitas, Sensitivitas Dll
8. Penggunaan PPK di Rumah Sakit Adalah Cara Yang Efektif Untuk Mencapai Tujuan
Tsb Meskipun hal tsb Bukan Satu-satunya.
PNPK disusun oleh sekelompok pakar yang dapat melibatkan profesi kedokteran,
kedokteran gigi, atau profesi kesehatan lainnya, atau pihak lain yang dianggap perlu
dan disahkan oleh Menteri..
(Sudigdo Sastroasmoro, Konsorsium Upaya Kesehatan, Ditjen BUK - Kemenkes RI, 2015)
Karakteristik PNPK
• Sahih / valid, evidence-based
• Reproducible
• Cost-effective
• Representatif, seringkali multidisiplin
• Dapat diterapkan dalam praktik
• Fleksibel
• Jelas
• Terjadwal untuk dilakukan revisi
• Dapat digunakan untuk audit klinis
(Sudigdo Sastroasmoro, Konsorsium Upaya Kesehatan, Ditjen BUK - Kemenkes RI, 2015)
PNPK
• Penyakit Dalam Bedah
– HIV-AIDS – Trauma
– Sepsis – Kanker payudara
– Diabetes – Penyakit
– PGT Hirschsprung
• IK Anak – Peritonitis
– BBLR Ob-gin
– Asfiksia – Eklamsia
– Talasemia – IUGR
– Epilepsi – Perdarahan
• Paru pascasalin
– Tuberkulosis – Ketuban pecah dini
Forensik
(Sudigdo Sastroasmoro, Konsorsium Upaya Kesehatan, Ditjen BUK - Kemenkes RI, 2015)
sutoto-KARS
(Sudigdo Sastroasmoro, Konsorsium Upaya Kesehatan, Ditjen BUK - Kemenkes RI, 2015)
sutoto-KARS
(Sudigdo Sastroasmoro, Konsorsium Upaya Kesehatan, Ditjen BUK - Kemenkes RI, 2015)
sutoto-KARS
PPK - CP
TKRS 11.2
PMKP 5.1
PPK, alur klinis/CP atau protokol yang diseleksi untuk dilakukan evaluasi memenuhi kriteria: (pemilihan PPK)
a) sesuai dengan populasi pasien yang ada dan misi RS
b) disesuaikan dengan teknologi, obat, lain sumber daya di RS atau norma profesional yang berlaku secara nasional
c) dilakukan asesmen terhadap bukti ilmiahnya dan disahkan oleh pihak berwewenang
d) disetujui resmi atau di gunakan oleh RS
e) dilaksanakan dan di ukur terhadap efektivitasnya
f) dijalankan oleh staf yang terlatih menerapkan pedoman atau pathways
g) secara berkala diperbaharui berdasar bukti dan evaluasi dari proses dan hasil proses
70
Mengapa PPK - CP
71
Standar pelayanan kedokteran
(PMK 1438 th 2010)
73
5 PPK-CP pada Prioritas
pelayanan yg
ditingkatkan mutunya
Indikator sasaran
keselamatan pasien
74
5 PPK-CP pada Prioritas
Regulasi :
pelayanan yg ditingkatkan
1. Pemilihan PPK-CP yg
mutunya
akan di monitoring
2. Penyusunan PPK-CP
3. Monitoring dan evaluasi 5 PPK – CP di setiap KSM
07-2018 75
• Pengertian
• Anamesis
• Pemeriksaan Fisik
• Kriteria Diagnosis
• Diagnosis Banding • Jumlah setiap tahun tidak
• Pemeriksaan penunjang berubah, tetap 5 PPK
• Terapi
• Jenis dapat berubah, megikuti
• Edukasi
• Prognosis prioritas mutu yang akan
• Kepustakaan diperbaiki di RS
24 - 25 April 2018 76
Standar TKRS 11.2 4ep
3. Rumah sakit telah melaksanakan D Bukti hasil audit klinis dan atau audit medis 10 TL
audit klinis dan atau audit medis 5 TS
pada penerapan prioritas standar W Komite PMKP 0 TT
pelayanan kedokteran di RS. (D,W) Komite medis
85
-Evaluasi prioritas standar pelayanan kedokteran tsb dipergunakan untuk mengukur keberhasilan dan efisensi peningkatan
mutu pelayanan klinis prioritas RS. Evaluasi prioritas standar pelayanan kedokteran dapat dilakukan melalui audit medis dan
atau audit klinis, dan dapat menggunakan indikator mutu. Tujuan dari evaluasi adalah untuk menilai efektivitas penerapan
standar pelayanan kedokteran di RS sehingga dapat dibuktikan bahwa penggunaan standar pelayanan kedokteran di RS
telah mengurangi adanya variasi dari proses dan hasil serta berdampak terhadap efisiensi (Kendali biaya) (TKRS 11.2).
Indikator area klinis (IAK), indikator area manajemen (IAM) dan indikator sasaran keselamatan pasien (ISKP) dapat
digunakan untuk melakukan evaluasi terhadap kepatuhan standar pelayanan kedokteran di RS misalnya kepatuhan terhadap
pemberian terapi, pemeriksaan penunjang dan lama hari rawat (LOS).
-Contoh:
• Dalam PPK disebutkan bahwa tata laksana stroke non-hemoragik harus dilakukan secara multidisiplin dan dengan
pemeriksaan serta intervensi dari hari ke hari dengan urutan tertentu. Karakteristik penyakit stroke non-hemoragik sesuai
untuk dibuat alur klinis (clinical pathway/CP); sehingga perlu dibuat CP untuk stroke non-hemoragik.
• Dalam PPK disebutkan bahwa pada pasien gagal ginjal kronik perlu dilakukan hemodialisis. Uraian rinci tentang
hemodialisis dimuat dalam protokol hemodialisis pada dokumen terpisah.
• Dalam PPK disebutkan bahwa pada anak dengan kejang demam kompleks perlu dilakukan pungsi lumbal. Uraian
pelaksanaan pungsi lumbal tidak dimuat dalam PPK melainkan dalam prosedur pungsi lumbal dalam dokumen terpisah.
• Dalam tata laksana kejang demam diperlukan pemberian diazepam rektal dengan dosis tertentu yang harus diberikan
oleh perawat bila dokter tidak ada; ini diatur dalam “standing order”
86
PPK CP LAINNYA
(PERSI : PEDOMAN PENYUSUNAN PANDUAN PRAKTIK KLINIS DAN CLINICAL PATHWAY DALAM
ASUHAN TERINTEGRASI SESUAI STANDAR AKREDITASI RUMAH SAKIT 2012, November 2015)
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
PPK Apendisitis Akut
PPK Benign Prostat Hyperplasia
PPK Fraktur Terbuka
PPK Hernia Inguinalis
PPK Total Knee Arthroplasty/Replacement
PPK Demam Tifoid
PPK Diare Akut
PPK Kejang Demam
PPK DHF
PPK Pneumonia
PPK Stroke Hemoragik
PPK Stroke Iskemik
PPK Perdarahan Subarachnoid
PPK Placenta Previa Pada Kehamilan Aterm
PANDUAN ASUHAN PANDUAN ASUHAN GIZI PANDUAN ASUHAN
KEPERAWATAN KEFARMASIAN
PAK Apendisitis Akut PAG Apendisitis PAKf Terkait Permasalahan Obat
PAK Benign Prostat Hyperplasia PAG Demam Tifoid / Drug Related Problem pd
PAK Fraktur Long Bone PAG Diare Akut Apendisitis
PAK Total Knee Replacement PAG Kejang Demam PAKf Terkait Permasalahan Obat
/ DRP pd Hernia Inguinalis
PAK Diare Akut PAG Demam Berdarah
PAKf Terkait Permasalahan Obat
PAK Kejang Demam Sederhana PAG Bronkopneumonia / DRP pd Demam Tifoid
PAK Placenta Previa Totalis PAG Stroke PAKf Terkait Permasalahan Obat
PAG Placenta Previa Totalis / DRP pd Diare
PAKf Terkait Permasalahan Obat
/ DRP pd Kejang Demam
PAKf Terkait Permasalahan Obat
/ DRP pd DBD
STANDAR ASUHAN MEDIS (PPK)
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN
STANDAR ASUHAN NUTRISI
STANDAR ASUHAN FARMASI
STANDAR PELAYANAN ADMINISTRASI
KOMPONEN INTEGRATED
CLINICAL PATHWAY
95
Pelayanan terpadu/terintegrasi dan berfokus pasien
Melibatkan semua profesional pemberi pelayanan (dokter,
perawat,bidan, farmasis,nutrisionis, fisioterapis, dll)
Tetapkan waktu pelaksanaan pelayanan/asuhan
Seluruh kegiatan dicatat (rekam medis)
Penyimpangan kegiatan dicatat sebagai varians
PPK
+ Algoritme, Protokol, Prosedur, Standing orders
+
Panduan Asuhan Keperawatan, Panduan Asuhan Gizi, Panduan Asuhan
Kefarmasian, Panduan Asuhan PPA lainnya
Indikator mutu
Output/Outcome
Monitoring kepatuhan
DPJP terhadap PPK-CP
121
122
123
PPK DIARE AKUT PADA ANAK
8 8
5 5
124
125
PPK HIPERTENSI
8 8 8
3 3
50%
25%
127
KEPATUHAN PELAKSANAAN PPK
93%
75% 77%
67%
128
EVALUASI PASCA IMPLEMENTASI CP
Indikator Proses :
Kepatuhan implementasi CP oleh PPA / Profesional Pemberi Asuhan.
a.Asesmen Awal
b.Pemeriksaan Penunjang, Tindakan Diagnostik
c.Obat
d.Nutrisi
e.Konsultasi
f. Tindakan Terapeutik
g.Asesmen pulang kritis
129
Evaluasi Pasca Implementasi CP
Indikator Outcome :
a. Keluhan (bebas keluhan)
b. Pemeriksaan Klinis (“luka kering”)
c. Lama Dirawat (sesuai PPK)
Varians
a. Variasi Sistem : penempatan kasus rawat intensif pd rawat biasa
b. Variasi Asuhan/Klinis : preferensi DPJP
c. Variasi Pasien : kondisi memburuk
130
- Obat
- Pem Variasi
PPK-CP
Penunjang berkurang
LOS
131
132
133
Misalnya Topik : Stroke Non Hemoragic
134
135
• Topik audit : Stroke Non Hemoragic
Misalnya :
137
RM KRITERIA ADHERENCE PENJELASAN
Alergi obat
138
• Dari 30 kasus Stroke setelah dianalisis maka ada 20 kasus yang sudah sesuai.
• Hasil peer review 2 kasus tidak sesuai karena ada variasi misalnya : alergi obat,
kriteria esklusi
• Kesimpulan :
- Target :
• 81-95% BIRU
141
Topik Result Result of Trend
previous audit
142
Tetapkan topik
1 Tetapkan apa
Ulangi audit 6 2 yang seharusnya
dilakukan
Audit cycle
Bandingkan
dengan standar (Iwan Dwiprahasto, Peran Audit Klinik dalam
Upaya Patient Safety, 2009)
Pengertian Audit Klinik
Audit
klinik
Audit Klinik sendiri dapat berupa audit multi disiplin
dan lintas batas, yang meliputi audit medik dan
keperawatan termasuk audit penunjang medis. (Iwan Dwiprahasto, Peran Audit Klinik dalam
Upaya Patient Safety, 2009)
Memilih Topik
High risk
High Cost
High volume
(Iwan Dwiprahasto, Peran Audit Klinik dalam Upaya Patient Safety, 2009)
Apakah pasien
mengetahui kadar gula •Standar 100% YA
darah terakhir?
(Iwan Dwiprahasto, Peran Audit Klinik dalam Upaya Patient Safety, 2009)
3. Mengembangkan instrumen Audit
(Iwan Dwiprahasto, Peran Audit Klinik dalam Upaya Patient Safety, 2009)
6. Presentasi Data
Contoh: Proporsi penderita DM yang merokok
(Iwan Dwiprahasto, Peran Audit Klinik dalam Upaya Patient Safety, 2009)
Menyusun Kesimpulan Audit
TOTAL % TOTAL
YA
Apakah instruksi tentang dosis & 90 75% FAIL
frekuensi jelas?
Apakah pasien tahu cara 100 91% FAIL
menggunakan obat
Apakah pasien taat menggunakan 85 87% FAIL
obat?
Apakah pasien mengalami efek 15 14% PASS
samping
Apakah pasien mengetahui kadar 100 54% FAIL
glukosa terakhir?
Apakah pasien merokok? 0 27% FAIL
Apakah dosis dicantumkan pada 100 0% FAIL
label
(Iwan Dwiprahasto, Peran Audit Klinik dalam Upaya Patient Safety, 2009)
Formulasikan action plan