1) Perbedaan farmakodinamika-farmakokinetika pada bayi dan remaja
Farmakokinetika – Farmakodinamika Kinetika obat dalam tubuh anak-anak berbeda dengan dewasa sesuai dengan pertambahan usianya. Beberapa perubahan farmakokinetika terjadi selama periode perkembangan dari masa anak-anak sampai masa dewasa. Absorpsi. Absorpsi obat melalui rute oral dan parenteral pada anak sebanding dengan pasien dewasa. Pada bayi dan anak sekresi asam lambung belum sebanyak pada dewasa, sehingga ph lambung menjadi lebih alkalis. Hal tersebut akan menurunkan absorbsi obat – obat yang bersifat asam lemah seperti fenobarbital dan fenitoin, sebaliknya akan meningkatkanabsorbsi obat – obat yang bersifat basa lemah seperti penisilin dan eritromisin. Distribusi. Obat pada bayi dan anak berbeda dengan orang dewasa, karena adanya perbedaan volume cairan ekstraselluler, total air tubuh, komposisi jaringan lemak, dan ikatan protein. Metabolisme Rendahnya metabolisme obat di hati pada neonatus disebabkan oleh rendahnya aliran darah ke hati, asupan obat oleh sel hati,kapasitas enzim hati dan ekskresi empedu. Sistem enzim di hati pada neonatus dan bayi belum sempurna, terutama pada proses oksidasi dan glukoronidase, sebaliknya pada jalur konjugasi dengan asam sulfat berlangsung sempurna. 2) Kasus Anemia Pada Remaja Putri Masalah kekurangan gizi pada remaja putri Indonesia masih sangat signifikan. Setidaknya sepertiga dari remaja putri di negara kita mengalami anemia karena kekurangan gizi. Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin dalam darah kurang dari normal, yaitu 11,5 – 16,5 gr/dl untuk perempuan dan 12,5 0- 18,5 gr/dl untuk laki – laki. Bila tidak segera ditangani, anemia bisa menyebabkan banyak dampak buruk dalam kehidupan remaja putri. Ir Doddy Izwardi, MA, selaku Direktur Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan menyampaikan bahwa anemia bisa mempengaruhi kesehatan fisiknya, menghambat konsentrasinya di sekolah sehingga prestasinya menurun. Terapi yang dilakukan bisa melalui 2 cara yaitu : Non farmakologi : mengonsumsi bahan makanan yang tinggi zat besi Farmakologi : dengan penggunaan Tablet Fe, Asam Folat, dll
Farmakokinetik Tablet Fe (Tablet Tambah Darah)
Absorpsi Fe melalui saluran cerna terutama berlangsung di duodenum dan jejenum proksimal; makin ke distal absorpsinya makin berkurang. Zat ini lebih mudah di absorpsi dalam bentuk fero. Transportnya melalui sel mukosa usus terjadi secara transport aktif. Ion fero yang sudah di absorpsi akan di ubah menjadi ion feri dalam sel mukosa. Selanjutnya ion feri akan masuk kedalam plasma dengan perantara transferin, atau diubah menjadi feritin dan di simpan dalam sel mukosa usus. Secara umum, bila cadangan dalam tubuh tinggi dan kebutuhan akan zat besi rendah, maka lebih banyak Fe di ubah menjadi feritin. Setelah di absorpsi, Fe dalam tubuh akan di ikat dalam transferin ( siderofilin ), suatu beta 1-globulin glikoprotein, untuk kemudian di angkut ke beberapa jaringan, terutama ke sumsum tulang dan depot Fe. Farmakodinamik Tablet Fe (Tablet Tambah Darah) Maltofer adalah sediaan zat besi untuk pengobatan defisiensi zat besi laten dan anemia. Zat besi dalam Maltofer adalah sebagai iron(III)-hydroxide polymaltose complex (IPC), yang masing-masing partikelnya terikat pada suatu polimer karbohidrat (polimaltosa). Hal ini mencegah perusakan saluran pencernaan oleh besi. Perlindungan ini mencegah interaksi antara besi dengan makanan. Selain itu, hal ini juga menjamin bioavailabilitas zat besi. Struktur IPC mirip dengan ferritin, protein mengandung besi yang terdapat di alam. Karena kemiripannya itu, zat besi diabsorpsi melalui mekanisme alami. IPC tidak bersifat oksidator seperti garam bivalen. 3) Interaksi Obat dan Makanan Tablet Fe memiliki efek samping seperti mual, muntah, BAB hitam dll. Untuk menurangi efek samping tersebut perbanyak makan makanan tinggi serat, seperti biji- bijian, sayuran, atau buah-buahan. Akan tetapi konsumsi tablet Fe tidak boleh bersamaan dengan konsumsi makanan berserta tinggi karena dapat menghambat penyerapan zat besidalam tubuh dan menghilangkan manfaatnya. Makanan seperti Keju dan yogurt, telur, Susu, sayur bayam, teh, kopi, atau minuman berkafein lainnya, roti gandum dan sereal juga dapat memberikan efek yang sama. Oleh karena itu berikan jeda minimal dua jam setelah mengkonsumsi makanan tersebut. 4) Anjuran Penggunaan Tablet Fe Pada orang dewasa untuk mengatasi anemia defisiensi besi, dosis suplemen besi dalam bentuk besi elemental adalah 100-200 mg, dua kali sehari. Sedangkan dosis yang diberikan untuk pencegahan anemia defisiensi besi adalah 60 mg, sekali sehari. Terapi diet Diet tinggi zat besi (Fe) Syarat diet Pemberian tinggi zat besi (Fe) utk penyembuhan anemia Vitamin C diberikan tinggi 2-20 kali dari kebutuhan normal utk membantu penyerapan zat besi Vitamin B6 diberikan cukup sekitar 50-200 mg/hari Vitamin B12 diberikan cukup sekitar 100 mg/hari Asam folat diberikan cukup sekitar 0,1-1 mg/hari DAFTAR PUSTAKA