Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian


Gangguan pendengaran merupakan defisit sensorik yang paling sering pada
populasi manusia. Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2005
terdapat 2,4% penduduk dunia menderita gangguan pendengaran dan meningkat
menjadi 5,3% pada tahun 2013. Dari hasil WHO multi center study, Indonesia
termasuk empat negara di Asia Tenggara dengan prevalensi ketulian yang cukup
tinggi dengan persentase 4,6%, diikuti Sri Lanka 8,8%, Myanmar 8,4% dan India
6,3% (WHO 2006).1
Gangguan pendengaran diklasifikasikan menjadi tiga yaitu tuli konduktif, tuli
sensorineural, dan tuli campuran. Gangguan dengar sensorineural merupakan
gangguan pendengaran yang paling banyak terjadi. Faktor penyebab terjadinya
gangguan pendengaran dapat berasal dari genetik maupun didapat. Paparan bising
dalam waktu lama merupakan salah satu penyebab terjadinya gangguan
pendengaran didapat.2 Selain gangguan auditorik (pendengaran) paparan bising
juga dapat menyebabkan gangguan non auditorik seperti gangguan sosial dan
psikologi.3
Berdasarkan data yang diperoleh dari The National Health and Nutrition
Survey di United State Amerika 19,5% remaja mengalami masalah pendengaran
pada tahun 2000, hal ini disebabkan oleh meningkatnya penggunaan alat pemutar
musik pada remaja.4
Personal Listening Devices (PLDs) seperti iPod, laptop dan handphone adalah
perangkat dengar pribadi yang merupakan salah satu penyebab terjadinya
gangguan pendengaran akibat paparan bising yang disebut dengan Noise Induced
Hearing Loss (NIHL) jika digunakan selama 1 jam dalam sehari dengan volume
keras dalam kurun waktu 5 tahun.5
Sebuah survei yang dilakukan oleh American Speech Language and Hearing
Association menemukan bahwa remaja lebih banyak menggunakan PLDs dengan
volume yang keras dalam waktu lama yang berpotensi menderita NIHL.6 Menurut

1
2

WHO dari data-data yang diambil dari negara-negara berkembang dan negara-
negara maju didapatkan 50% dari penduduknya yang berusia 12-35 tahun terpapar
dengan suara keras pada level yang tidak aman dari penggunaan PLDs, jika tidak
segera dilakukan pencegahan maka hal ini dapat mengakibatkan penurunan
kualitas hidup khususnya bagi anak-anak dan remaja yang merupakan pengguna
terbanyak PLDs.7
Gangguan pendengaran yang diderita dapat bersifat ringan, tetapi berpotensi
mengganggu prestasi akademik pada pelajar, terutama yang memiliki gaya belajar
auditorik (Auditory Learners).8 Penggunaan PLDs dapat mengakibatkan NIHL
yang berpotensi kehilangan pendengaran permanen pada penggunaan jangka
panjang serta dapat mengakibatkan gangguan komunikasi, peningkatan tekanan
darah, peningkatan denyut nadi, gangguan keseimbangan, kecemasan, kurang
konsentrasi dan susah tidur yang akan berdampak pada penurunan kualitas hidup
remaja, sehingga perlu dilakukan pencegahan sedini mungkin.3 Hasil yang
diperoleh dari penelitian di yang dilakukan pada mahasiswa dengan kelompok
usia 19 – 23 tahun yang menggunakan PLDs lebih dari 1 jam per hari di
Universitas Wuhan Cina pada tahun 2007 didapatkan 14,1% mahasiswa
mengalami gangguan pendengaran.9
Meningkatnya angka penggunaan PLDs pada remaja yang berpotensi
menyebabkan gangguan fungsi pendengaran, komunikasi, psikologis dan
fisiologis akan mempengaruhi fungsi sosial remaja yang akan berdampak pada
kualitas hidup generasi bangsa, menunjukkan perlunya promosi dan pencegahan
dini terhadap terjadinya gangguan fungsi auditorik dan non auditorik pada pelajar.
Oleh karena itu penulis ingin mempelajari gambaran gangguan auditorik dan non
auditorik pada pelajar pengguna PLDs.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diutarakan sebelumnya, peneliti dapat
merumuskan masalah sebagai berikut :
3

1. Bagaimana gambaran penggunaan Personal Listening Devices (PLDs)


pada pelajar di SMAN 2 Cimahi berdasarkan jenis PLDs, jenis ear phone
yang digunakan dan jenis musik yang didengarkan ?
2. Bagaimana gambaran gangguan auditorik pada pelajar yang menggunakan
Personal Listening Devices (PLDs) ?
3. Bagaimana gambaran gangguan non auditorik pada pelajar yang
menggunakan Personal Listening Devices (PLDs) ?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Dari penelitian ini dapat diketahui gambaran gangguan auditorik dan
gangguan non auditorik pada pelajar pengguna Personal Listening Devices
(PLDs), hal ini akan berguna untuk pencegahan dan menurunkan mortalitas
gangguan auditorik dan non auditorik yang disebabkan oleh penggunaan
Personal Listening Devices (PLDs).

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Mengetahui gambaran penggunaan Personal Listening Devices (PLDs)
pada pelajar di SMAN 2 Cimahi berdasarkan jenis PLDs, jenis ear phone
yang digunakan dan jenis musik yang didengarkan.
2. Mengetahui gambaran gangguan auditorik dan pada pelajar pengguna
Personal Listening Devices (PLDs).
3. Mengetahui gambaran gangguan non auditorik pada pelajar pengguna
Personal Listening Devices (PLDs).

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Akademik
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pustaka dalam rangka membagi
informasi tentang gambaran gangguan auditorik dan gangguan non auditorik pada
pengguna Personal Listening Devices (PLDs), serta dapat dijadikan referensi
untuk penelitian selanjutnya.
4

1.4.2 Manfaat Praktis


1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat
secara umum, khususnya pada pihak SMAN 2 Cimahi mengenai gambaran
gangguan auditorik dan gangguan non auditorik dari penggunaan Personal
Listening Devices (PLDs).
2. Sebagai sumber informasi bagi masyarakat untuk mencegah terjadinya
gangguan auditorik dan gangguan non auditorik yang disebabkan oleh
penggunaan Personal Listening Devices (PLDs).
3. Sebagai dasar tindakan pencegahan gangguan auditorik dan non auditorik
akibat penggunaan Personal Listening Devices (PLDs) pada remaja.

Anda mungkin juga menyukai