Anda di halaman 1dari 33

TUGAS MAKALAH FISIKA

GELOMBANG SEISMIK
ANGGOTA KELOMPOK :
DIANA KARTINI PUTRI
INDRIA APRIYANTY
MUAROFAH
SITI SUNARSIH
WANTI

KELAS XII IPA 5


SMAN 4 KAB. TANGERANG

©2011

Kata Pengantar

Segala puji dan syukur yang tiada terhingga selalu kami panjatkan ke hadirat Allah SWT.
Karena hanya atas berkat rahmat & karunia-Nya kami Kelompok 1 dapat menyelesaikan tugas
makalah ini.

            Tugas makalah ini disusun berdasarkan hasil pengumpulan data yang diambil dari
beberapa situs dan buku yang berelevan dengan topik makalah ini yaitu Gelombang Seismik.
            Semoga tugas makalah ini dapat diterima sebagai syarat mengikuti ujian semester ganjil.
Namun, makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami dengan senang hati
akan menerima segala kritik & saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

            Sekian dari kami. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Teruslah
berusaha meningkatkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi dengan berfikir baik, logis, dan
sistematis.

Bab I
Gelombang Seismik

A.    Pengertian Gelombang

Gelombang dapat diartikan sebagai usikan atau gangguan yang merambat. Usikan
merupakan salah satu bentuk energi. Jadi, gelombang merupakan fenomena perambatan energi.

B.     Pengertian Gelombang Seismik

Gelombang seismik adalah rambatan energi yang disebabkan karena adanya gangguan di


dalam kerak bumi, misalnya adanya patahan atau adanya ledakan. Energi ini akan merambat ke
seluruh bagian bumi dan dapat terekam oleh seismometer. Efek yang ditimbulkan oleh adanya
gelombang seismik adalah adanya gangguan alami seperti pergerakan lempeng (tektonik),
bergeraknya patahan, aktivitas gunung api (vulkanik), dan sebagainya. Fenomena tersebut kita
kenal sebagai fenomena gempa bumi. Ketika gempa bumi terjadi, maka gelombang akan
diteruskan melalui materi disekelilingnya berupa rambatan getaran dalam bentuk gelombang.

C.    Konsep Gelombang Seismik

Gangguan ini mula-mula terjadi secara lokal yang menyebabkan terjadinya osilasi
(pergeseran) kedudukan partikel-partikel medium, osilasi tekanan maupun osilasi rapat massa.
Karena gangguan merambat dari suatu tempat ke tempat lain, berarti ada transportasi energi.

Gelombang seismik disebut juga gelombang elastik karena osilasi partikel-partikel medium
terjadi akibat interaksi antara gaya gangguan (gradien stress) malawan gaya-gaya elastik. Dari
interaksi ini muncul gelombang longitudinal, gelombang transversal dan kombinasi diantara
keduanya. Apabila medium hanya memunculkan gelombang longitudinal saja (misalnya di
dalam fluida) maka dalam kondisi ini gelombang seismik sering dianggap sebagai gelombang
akustik.
Dalam eksplorasi minyak dan gas bumi, seismik refleksi lebih lazim digunakan daripada
seismik refraksi. Hal tersebut disebabkan karena siesmik refleksi mempunyai kelebihan dapat
memberikan informasi yang lebih lengkap dan baik mengenai keadaan struktur bawah
permukaan.

Penyelidikan seismik dilakukan dengan cara membuat getaran dari suatu sumber getar.
Getaran tersebut akan merambat ke segala arah di bawah permukaan sebagai gelombang getar.
Gelombang yang datang mengenai lapisan-lapisan batuan akan mengalami pemantulan,
pembiasan, dan penyerapan. Respon batuan terhadap gelombang yang datang akan berbeda-beda
tergantung sifat fisik batuan yang meliputi densitas, porositas, umur batuan, kepadatan, dan
kedalama batuan. Galombang yang dipantulkan akan ditangkap oleh geophone di permukaan dan
diteruskan ke instrument untuk direkam. Hasil rekaman akan mendapatkan penampang seismik.

D.    Sumber Gelombang Seismik

Sumber gelombang seismik pada mulanya berasal dari gempa bumi alam yang dapat berupa
gempa vulkanik maupun gempa tektonik, akan tetapi dalam seismik eksplorasi sumber
gelombang yang digunakan adalah gelombang seismik buatan. Ada beberapa macam sumber
gelombang seismik buatan seperti dinamit, benda jatuh, air gun, water gun, vaporchoc, sparker,
maupun vibroseis. Sumber gelombang seismik buatan tersebut pada hakekatnya membangkitkan
gangguan sesaat dan lokal yang disebut sebagai gradien tegangan (stress).
Gradien tegangan mengakibatkan terganggunya keseimbangan gaya-gaya di dalam medium
sehingga terjadi pergeseran titik materi yang menyebabkan deformasi yang menjalar dari suatu
titik ke titik lain. Deformasi ini dapat berupa pemampatan dan perenggangan partikel-partikel
medium yang menyebabkan osilasi densitas/tekanan maupum pemutaran (rotasi) partikel-partikel
medium. Apabila medium bersifat elastis sempurna maka setelah mengalami deformasi sesaat
tadi medium kembali ke keadaan semula.

E.     Tipe – Tipe Gelombang Seismik

Secara garis besar gelombang seismik dibagi menjadi 3 jenis yaitu:


1. Menurut cara bergetarnya
2. Menurut tempat menjalarnya
3. Menurut bentuk muka gelombang

a.              Gelombang Seismik Menurut Cara Bergetarnya

Menurut cara bergetarnya gelombang seismik dibagi menjadi dua macam yaitu:     

1.      Gelombang Primer (longitudinal/compussional wave)


Gelombang primer dalah gelombang yang arah getarannya searah dengan arah bergetarnya
gelombang tersebut. Gelombang ini mempunyai kecepatan rambat paling besar diantara
gelombang seismik yang lain.

2.      Gelombang Sekunder (transversal/shear wave)

Gelombang sekunder adalah gelombang yang raah getarannya tegak lurus terhadap arah
perambatan gelombang. Gelombang ini hanya dapat merambata pada material padat saja dan
mempunyai kecepatan gelombang yan lebih kecil dibandingkan gelombang primer.

b.             Gelombang Seismik Menurut Tempat Menjalarnya

Berdasarkan tempat menjalarnya, gelombang seismik dapat dibedakan menjadi dua bagian,
yaitu gelombang tubuh (body wave) yang menjalar masuk menembus medium dan gelombang
permukaan (surface wave) dimana amplitudonya melemah bila semakin masuk ke dalam
medium. Beberapa tipe gelombang permukaan yaitu:

1.      Gelombang Rayleigh

Gelombang Rayleigh adalah gelombang yang merambat pada batas permukaan saja dan
hanya dapat merambat pada media padat serta arah getarannya berlawanan arah dengan arah
perambatannya.
2.      Gelombang Love

Gelombang love adalah gelombang yang hanya merambat pada batas lapisan saja dan
bergerak pada bidang yang horisontal saja.

3.      Gelombang Tabung

Gelombang tabung merupakan gerak/aliran fluida di sepanjang sumur pengeboran. Gerakan


fluida ini diakibatkan oleh getaran dinding sumur yang merambat dalam arah axial. Gelombang
tabung mempunyai tiga proses yaitu pertama adalah kontraksi dinding sumur, kedua adalah
merenggangnya dinding sumur, dan ketiga adalah aliran fluida di dalam lubang sumur.

c.               Gelombang Seismik Menurut Bentuk Muka Gelombang

Muka gelombang adalah suatu bidang permukaan yang pada suatu saat tertentu membedakan
medium yang telah terusik dengan medium yang belum terusik. Muka gelombang merupakan
potret dari penjalaran usikan. Berdasarkan bentuk muka gelombang (wave front) , gelombang
seismik dapat dibedakan atas empat macam yaitu:

1.      Gelombang Bidang

Gelombang bidang/datar ditimbulkan oleh sumber terkomilasi. Gelombang bidang menjalar


sepanjang satu arah tertentu dengan muka gelombang yan berupa bidang datar tegak lurus pada
arah perambatan.
2.      Gelombang Silinder

Gelombang silinder ditimbulkan oleh sumber usikan yang seragam dan terletak di sepanjang
suatu garis lurus. Gelombang silinder menjalar ke semua arah tegak lurus pada garis sumbu
dengan kecepatan yang sama.

3.      Gelombang Bola

Gelombang bola/sferis ditimbulkan oleh sumber berupa titik (point source) yang menjalar ke
segala arah menuju ke pusat bola atau menjauhi pusat bola dengan kecepatan yang sama.

4.      Gelombang Kerucut

Gelombang kerucut ditimbulkan oleh adanya sumber yang bergerak. Dalam hal ini sumber
bergerak lebih cepat dari pada sepat rambat gelombang itu sendiri dan muka gelombangnya
berupa kerucut-kerucut bersumbu.

Bab II
Pengukuran Gelombang Seismik

A.     Seismometer

Jika suatu gempa mengguncang lapisan kerak bumi, guncangan itu akan diteruskan oleh
getaran yaitu gelombang seismik. Gelombang ini merambat ke segala arah dan berasal dari
sumber gempa di bawah permukaan tanah. Dengan menggunakan alat pencatat gempa, yaitu
seismograf atau seismometer, para ahli geologi dapat mengelompokkan tipe - tipe gelombang
seismik.
Seismometer berasal dari bahasa Yunani yaitu seismos yang berarti gempa bumi dan metero
yang berarti mengukur. Seismometer adalah alat atau sensor getaran, yang biasanya
dipergunakan untuk mendeteksi gempa bumi atau getaran pada permukaan tanah. Hasil rekaman
dari alat ini disebut Seismogram.
Prototip dari alat ini diperkenalkan pertama kali pada tahun 132 SM oleh matematikawan
dari Dinasti Han yang bernama Chang Heng. Dengan alat ini orang pada masa tersebut bisa
menentukan dari arah mana gempa bumi terjadi.
Dengan perkembangan teknologi dewasa ini maka kemampuan seismometer dapat
ditingkatkan, sehingga bisa merekam getaran dalam jangkauan frekuensi yang cukup lebar. Alat
seperti ini disebut seismometer broadband.
Seismometer atau Seismograf adalah sebuah perangkat yang mengukur dan mencatat gempa
bumi. Pada prinsipnya, seismograf terdiri dari gantungan pemberat dan ujung lancip seperti
pensil. Dengan begitu, dapat diketahui kekuatan dan arah gempa lewat gambaran gerakan bumi
yang dicatat dalam bentuk seismogram.

B.     Prinsip Kerja Seismometer

Seismograf memiliki instrumen sensitif yang dapat mendeteksi gelombang seismik yang


dihasilkan oleh gempa bumi. Gelombang seismik yang terjadi selama gempa tergambar sebagai
garis bergelombang pada seismogram. Seismologist mengukur garis-garis ini dan menghitung
besaran gempa.

Dahulu, seismograf hanya dapat mendeteksi gerakan horizontal, tetapi saat ini seismograf
sudah dapat merekam gerakan-gerakan vertikal dan lateral. Seismograf menggunakan dua
gerakan mekanik dan elektromagnetik seismographer. Kedua jenis gerakan mekanikal tersebut
dapat mendeteksi baik gerakan vertikal maupun gerakan horizontal tergantung daripendular yang
digunakan apakah vertikal atau horizontal.

Seismograf modern menggunakan elektromagnetik seismographer untuk


memindahkan volatilitas sistem kawat tarik ke suatu daerah magnetis. Peristiwa-peristiwa yang
menimbulkan getaran kemudian dideteksi melalui spejlgalvanometer.

C.    Hukum Fisika Gelombang Seismik

Gelombang seismik mempunyai kelakuan yang sama dengan kelakuan gelombang cahaya,
sehingga hukum-hukum yang berlaku untuk gelombang cahaya berlaku juga untuk gelombang
seismik. Hukum-hukum tersebut antara lain:

1.      Huygens mengatakan bahwa gelombang menyebar dari sebuah titik sumber gelombang ke
segala arah dengan bentuk bola.

2.       Hukum snellius menyatakan bahwa bila suatu gelombang jatuh di atas bidang batas dua
medium yang mempunyai perbedaan densitas, maka gelombang tersebut akan dibiaskan jika
sudut datang gelombang lebih kecil atau sama dengan sudut kritisnya. Gelombang akan
dipantulkan jika sudut datangnya lebih besar adri sudut kritisnya. Gelombang datang, gelombang
bias, gelombang pantul terletak pada suatu bidang datar.
Bab III
Dampak Gelombang Seismik

A.    Gempa Bumi


Gempa bumi adalah perisitiwa pelepasan energi dari terakumulasinya gaya akibat stress
(tekanan) dalam bumi dalam bentuk gelombang seismik. Pusat gempa bumi, merupakan titik
(tepatnya  area karena merupakan luasan) di dalam bumi di mana gempa terjadi disebut
hiposenter dan titik di permukaan bumi tepat di atas hiposenter disebut episenter.

Karena perambatan gelombang gempa merupakan gelombang seismik maka alat untuk
merekamnya disebut seismograf dan hasil rekaman disebut seismogram. Dari rekaman tersebut
maka dapat disimpulkan penyebab terjadinya, lokasi asalnya, kekuatannya, jenisnya serta sifat-
sifatnya. Bahkan dari gelombang gempa tersebut dapat diketahui struktur bagian bumi.

Intensitas atau kekuatan gempa bumi didasarkan pada amplitudo gelombang seismik yang
terekam pada seismogram dan dinyatakan dalam skala richter (SR). Gempa bumi yang merusak
biasanya mempunyai kekuatan (magnitudo) lebih dari 6 SR, walau sebenarnya ditentukan pula
oleh kedalaman hiposenternya.

Berdasarkan proses terjadinya, gempa bumi di bagi menjadi :


- Gempa pendahuluan, amplitudo kecil dan terjadi sebelum gempa utama.
- Gempa utama, amplitudonya besar sehingga dapat dirasakan oleh manusia.
- Gempa susulan, terjadinya setelah gempa utama, lemah tetapi terjadi berulang.

Berdasarkan kedalaman hiposenter, gempa bumi dibagi menjadi :


- Gempa dalam, kedalam hiposenter lebih dari 300 km yang dapat mencapai permukaan
  tetapi amplitudonya menjadi kecil sehingga intensitasnya melemah.
- Gempa sedang, hiposenter antara 60 – 300 km. Pada umumnya jarang menimbulkan
  kerusakan di permukaan bumi.
- Gempa dangkal, hiposenter kurang dari 60 km. Pada umumnya menimbulkan kerusakan
  di permukaan bumi karena amplitudo yang mencapai permukaan besar sehingga
  intensitasnya masih kuat.
ilustrasi gempa bumi
A.    Tsunami
Tsunami berasal dari bahasa Jepang yaitu tsu yang berarti pelabuhan dan nami
yang berarti gelombang. Secara harafiah berarti "ombak besar di pelabuhan".
Tsunami adalah perpindahan badan air yang disebabkan oleh perubahan
permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba. Perubahan permukaan laut
tersebut bisa disebabkan oleh gempa bumi yang berpusat di bawah laut,
letusan gunung berapi bawah laut, longsor bawah laut, atau atau hantaman meteor
di laut. Gelombang tsunami dapat merambat ke segala arah. Tenaga yang
dikandung dalam gelombang tsunami adalah tetap terhadap fungsi ketinggian dan
kelajuannya. Di laut dalam, gelombang tsunami dapat merambat dengan kecepatan
500-1000 km per jam. Setara dengan kecepatan pesawat terbang. Ketinggian
gelombang di laut dalam hanya sekitar 1 meter. Dengan demikian, laju gelombang
tidak terasa oleh kapal yang sedang berada di tengah laut. Ketika mendekati pantai,
kecepatan gelombang tsunami menurun hingga sekitar 30 km per jam, namun
ketinggiannya sudah meningkat hingga mencapai puluhan meter. Hantaman
gelombang Tsunami bisa masuk hingga puluhan kilometer dari bibir pantai.
Dampak negatif yang diakibatkan tsunami adalah merusak apa saja yang
dilaluinya. Bangunan, tumbuh-tumbuhan, dan mengakibatkan korban jiwa manusia
serta menyebabkan genangan, pencemaran air asin, lahan pertanian, tanah, dan air
bersih. Kerusakan dan korban jiwa yang terjadi karena tsunami bisa diakibatkan
karena hantaman air maupun material yang terbawa oleh aliran gelombang
tsunami.
Tsunami dapat terjadi jika terjadi gangguan yang menyebabkan perpindahan
sejumlah besar air, seperti letusan gunung api, gempa
bumi,longsor maupun meteor yang jatuh ke bumi. Namun, 90% tsunami adalah
akibat gempa bumi bawah laut. Dalam rekaman sejarah beberapa tsunami
diakibatkan oleh gunung meletus, misalnya ketika meletusnya Gunung Krakatau.
Gerakan vertikal pada kerak bumi, dapat mengakibatkan dasar laut naik atau
turun secara tiba-tiba, yang mengakibatkan gangguan keseimbangan air yang
berada di atasnya. Hal ini mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut, yang
ketika sampai di pantai menjadi gelombang besar yang mengakibatkan terjadinya
tsunami.
Kecepatan gelombang tsunami tergantung pada kedalaman laut di mana
gelombang terjadi, dimana kecepatannya bisa mencapai ratusan kilometer per jam.
Bila tsunami mencapai pantai, kecepatannya akan menjadi kurang lebih 50 km/jam
dan energinya sangat merusak daerah pantai yang dilaluinya. Di tengah laut tinggi
gelombang tsunami hanya beberapa cm hingga beberapa meter, namun saat
mencapai pantai tinggi gelombangnya bisa mencapai puluhan meter karena terjadi
penumpukan masa air. Saat mencapai pantai tsunami akan merayap masuk daratan
jauh dari garis pantai dengan jangkauan mencapai beberapa ratus meter bahkan
bisa beberapa kilometer.
Gerakan vertikal ini dapat terjadi pada patahan bumi atau sesar. Gempa bumi
juga banyak terjadi di daerah subduksi, dimana lempeng samudera menelusup ke
bawah lempeng benua.
Tanah longsor yang terjadi di dasar laut serta runtuhan gunung api juga dapat
mengakibatkan gangguan air laut yang dapat menghasilkan tsunami. Gempa yang
menyebabkan gerakan tegak lurus lapisan bumi. Akibatnya, dasar laut naik-turun
secara tiba-tiba sehingga keseimbangan air laut yang berada di atasnya terganggu.
Demikian pula halnya dengan benda kosmis atau meteor yang jatuh dari atas. Jika
ukuran meteor atau longsor ini cukup besar, dapat terjadi megatsunami yang
tingginya mencapai ratusan meter.

GGempa yang menyebabkan tsunami :


  Gempa bumi yang berpusat di tengah laut dan dangkal (0 - 30 km)
  Gempa bumi dengan kekuatan sekurang-kurangnya 6,5 Skala Richter
  Gempa bumi dengan pola sesar naik atau sesar turun
ilustrasi terjadinya Tsunami

Bab IV
Penutup

A.    Kesimpulan

  Efek yang ditimbulkan oleh adanya gelombang seismik adalah adanya gangguan alami seperti
pergerakan lempeng (tektonik), bergeraknya patahan, aktivitas gunung api (vulkanik), dan
sebagainya. Fenomena tersebut kita kenal sebagai fenomena gempa bumi. Ketika gempa bumi
terjadi, maka gelombang akan diteruskan melalui materi disekelilingnya berupa rambatan
getaran dalam bentuk gelombang.

  Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi akibat pelepasan


energi dari dalam secara tiba-tiba yang menciptakan gelombang seismik. Gempa bumi biasa
disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi). Frekuensi suatu wilayah, mengacu
pada jenis dan ukuran gempa bumi yang di alami selama periode waktu.

Tsunami adalah perpindahan badan air yang disebabkan oleh perubahan permukaan laut secara
vertikal dengan tiba-tiba. Salah satu penyebab perubahan permukaan laut tersebut adalah gempa
bumi yang berpusat di bawah laut.
Daftar Pustaka

Munadi, Suprajitno.2000.Aspek Fisis Seismologi Eksplorasi.Depok:UI.

Purwoko & Fendi.2010.Fisika 3 SMA Kelas XII.Jakarta:Yudhistira.

Tjasono Hk, Bayong.2003.Geosains.Bandung:ITB.

www.arifkristanta.wordpress.com

www.biketocampus-biketocampus.blogspot.com

www.dayant.blogspot.com

www.edelweistretno.wordpress.com

www.juanita.blog.uns.ac.id

www.staklim-manado.bmkg.go.id

www.wikipedia.com
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

GELOMBANG LAUT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar belakang

            Gelombang adalah peristiwa naik turunnya permukan air laut dari ukuran kecil (riak) sampai yang
paling panjang (pasang surut). Gelombang yang terjadi di perairan Teluk Pelabuhan Ratu merupakan
gelombang hasil rambatan yang terjadi di samudera Indonesia. Gelombang ini dipengaruhi oleh kondisi
topografi dasar laut dan keadaan angin. Hasil pengamatan memperlihatkan bahwa keadaan gelombang
tertinggi terjadi pada periode bulan desember sampai februari (musim barat), ketinggian gelombang
mencapai 1,5 m – 2 m. Sedangkan pada bulan lainnya tinggi gelombang yang tercatat kurang dari 1,5
meter  (Jatilaksono, 2007).

Penyebab utama terjadinya gelombang adalah angin. Gelombang dipengaruhi oleh kecepatan
angin, lamanya angin bertiup, dan jarak tanpa rintangan saat angin bertiup (fetch). Gelombang terdiri
dari panjang gelombang, tinggi gelombang, periode gelombang, kemiringan gelombang dan frekuensi
gelombang. Panjang gelombang adalah jarak berturut-turut antara dua puncak atau dua buah lembah.
Tinggi gelombang adalah jarak vertikal antara puncak dan lembah gelombang. Periode gelombang
adalah waktu yang dibutuhkan gelombang untuk kembali pada titik semula. Kemiringan gelombang
adalah perbandingan antra tinggi dan panjang gelombang. Frekuensi gelombang adalah jumlah
gelombang yang terjadi dalam satu satuan waktu (Jatilaksono, 2007).

Pada hakikatnya, gelombang yang terbentuk oleh hembusan angin akan merambat lebih jauh
dari daerah yang menimbulkan angin tersebut. Hal ini yang menyebabkan daerah di pantai selatan Pulau
Jawa memiliki gelombang yang besar meskipun angin setempat tidak begitu besar. Gelombang besar
yang datang itu bisa merupakan gelombang kiriman yang berasal dari badai yang terjadi jauh dibagian
selatan Samudera Hindia (Jatilaksono, 2007).

1.2  Rumusan Masalah

1.      Bagaimanakah karakteristik gelombang laut?

2.      Apa saja faktor-faktor pembentuk gelombang laut?

3.      Bagaimanakah pergerakan gelombang?

4.      Apakah yang dimaksud energi gelombang?

5.      Bagaimanakah sifat-sifat gelombang laut itu?

6.      Apa saja tipe gelombang bila dipandang dari sifat-sifatnya?

7.      Apakah funsi dari gelombang laut?

BAB II
GELOMBANG LAUT

A.     Defenisi, Bentuk, Sifat dan Karakteristik Gelombang

Deskripsi tentang sebuah gelombang hingga kini masih belum jelas dan akurat, oleh karena permukaan
laut merupakan suatu bidang yang kompleks dengan pola yang selalu berubah dan tidak stabil (Garrison,
1993). Gelombang merupakan fenomena alam penaikan dan penurunan air secara periodik dan dapat
dijumpai di semua tempat di seluruh dunia. Gross (1993) mendefenisikan gelombang sebagai gangguan
yang terjadi di permukaan air. Sedangkan Sverdrup at al, (1946) mendefenisikan gelombang sebagai
sesuatu yang terjadi secara periodik terutama gelombang yang disebabkan oleh adanya peristiwa
pasang surut.

Massa air permukaan selalu dalam keadaan bergerak, gerakan ini terutama ditimbulkan oleh kekuatan
angin yang bertiup melintasi permukaan air dan menghasilkan energi gelombang dan arus. Bentuk
gelombang yang dihasilkan cenderung tidak menentu dan tergantung pada beberapa sifat gelombang,
periode dan tinggi dimana gelombang dibentuk, gelombang jenis ini disebut “Sea”. Gelombang yang
terbentuk akan bergerak ke luar menjauhi pusat asal gelombang dan merambat ke segala arah, serta
melepaskan energinya ke pantai dalam bentuk empasan gelombang. Rambatan gelombang ini dapat
menempuh jarak ribuan kilometer sebelum mencapai suatu pantai, jenis gelombang ini disebut “Swell”.

Gelombang mempunyai ukuran yang bervariasi mulai dari riak dengan ketinggian beberapa centimeter
sampai pada gelombang badai yang dapat mencapai ketinggian 30 m. Selain oleh angin, gelombang
dapat juga ditimbulkan oleh adanya gempa bumi, letusan gunung berapi, dan longsor bawah air yang
menimbulkan gelombang yang bersifat merusak (Tsunami) serta oleh daya tarik bulan dan bumi yang
menghasilkan gelombang tetap yang dikenal sebagai gelombang pasang surut.

Sebuah gelombang tertdiri dari beberapa bagian antara lain:

a. Puncak gelombang (Crest) adalah titik tertinggi dari sebuah gelombang

b. Lembah gelombang (Trough) adalah titik terendah gelombang, diantara dua puncak gelombang.

c. Panjang gelombang (Wave length) adalah jarak mendatar antara dua puncak gelombang atau antara
dua lembah gelombang.

d. Tinggi gelombang (Wave height) adalah jarak tegak antara puncak dan lembah gelombang.
e. Priode gelombang (Wave period) adalah waktu yang diperlukan oleh dua puncak gelombang yang
berurutan untuk melalui satu titik.

Menurut Nontji (1987) antara panjang dan tinggi gelombang tidak ada satu hubungan yang pasti akan
tetapi gelombang mempunyai jarak antar dua puncak gelombang yang makin jauh akan mempunyai
kemungkinan mencapai gelombang yang semakin tinggi. Pond and Pickard (1983) mengklasifikasikan
gelombang berdasarkan periodenya, seperti yang disajikan pada Tabel 1. berikut ini.

Tabel 1. Klasifikasi gelombang berdasarkan periode

Periode Panjang Gelombang Jenis Gelombang

0 – 0,2 Detik Beberapa centimeter Riak (Riplles)

0,2 – 0,9 Detik Mencapai 130 meter Gelombang angina

0,9 -15 Detik Beberapa ratus meter Gelombang besar (Swell)

15 – 30 Detik Ribuan meter Long Swell

0,5 menit – 1 jam Ribuan kilometer Gelombang dengan periode yang


panjang (termasuk Tsunami)

5, 12, 25 jam Beberapa kilometer Pasang surut

Bhat (1978), Garisson (1993), dan Gross (1993) mengemukakan bahwa ada 4 bentuk besaran yang
berkaitan dengan gelombang. Yakni :

a. Amplitudo gelombang (A) adalah jarak antara puncak gelombang dengan permukaan rata-rata air.

b. Frekuensi gelombang ( f ) adalah sejumlah besar gelombang yang melintasi suatu titik dalam suatu
waktu tertentu (biasanya didefenisikan dalam satuan detik).

c. Kecepatan gelombang (C) adalah jarak yang ditempuh gelombang dalam satu satuan waktu tertentu.

d. Kemiringan gelombang (H/L) adalah perbandingan antara tinggi gelombang dengan panjang
gelombang.
B. Faktor-faktor Pembentuk Gelombang dan Jenis-jenis Gelombang

Secara umum gelombang yang terjadi di laut dapat terbentuk dari beberapa faktor pnyebab seperti :
angin, pasang surut, badai laut, dan seiche.

1. Gelombang yang disebabkan oleh angin

Angin yang bertiup di atas permukaan laut merupakan pembangkit utama gelombang. Bentuk
gelombang yang dihasilkan cenderung tidak menentu dan bergantung pada beberapa sifat gelombang
periode dan tinggi dimana gelombang dibentuk. Gelombang seperti ini disebut Sea. Bentuk gelombang
lain yang disebabkan oleh angin adalah gelombang yang bergerak dengan jarak yang sangat jauh
sehingga semakin jauh meninggalkan daerah pembangkitnya gelombang ini tidak lagi dipengaruhi oleh
angin. Gelombang ini akan lebih teratur dan jarak yang ditempuh selama pergerakannya dapat
mencapai ribuan mil. Jenis gelombang ini disebut Swell.

Tinggi gelombang rata-rata yang dihasilkan oleh angin merupakan fungsi dari kecepatan angin, waktu
dimana angin bertiup, dan jarak dimana angin bertiup tanpa rintangan.Umumnya semakin kencang
angin bertiup semakin besar gelombang yang terbentuk dan pergerakan gelombang mempunyai
kecepatan yang tinggi sesuai dengan panjang gelombang yang besar. Gelombang yang terbentuk dengan
cara ini umumnya mempunyai puncak yang kurang curam jika dibandingkan dengan tipe gelombang
yang dibangkitkan dengan angin yang berkecepan kecil atau lemah. Saat angin mulai bertiup, tinggi
gelombang, kecepatan, panjang gelombang seluruhnya cenderung berkembang dan meningkat sesuai
dengan meningkatnya waktu peniupan berlangsung (Hutabarat dan Evans, 1984).

Jarak tanpa rintangan dimana angin bertiup merupakan fetch yang sangat penting untuk digambarkan
dengan membandingkan gelombang yang terbentuk pada kolom air yang relatif lebih kecil seperti danau
(di darat) dengan yang terbentuk di lautan bebas, (Pond and Picard, 1978).

Gelombang yang terbentuk di danau dengan fetch yang relatif kecil dengan hanya mempunyai
beberapa centimeter sedangkan yang terbentuk di laut bebas dimana dengan fetch yang lebih sering
mempunyai panjang gelombang sampai ratusan meter. Kompleksnya gelombang-gelombang ini sangat
sulit untuk dijelaskan tanpa membuat pengukuran-pengukuran yang lebih akurat dan kurang berguna
bagi nelayan atau pelaut. Sebagai gantinya mereka membuat suatu cara yang lebih sederhana untuk
mengetahui gelombang yaitu dengan menggunakan suatu daftar skala gelombang yang dikenal dengan
Skala Beaufort untuk memberikan keterangan tentang kondisi gelombang yang terjadi di laut dalam
hubungannya dengan kecepatan angin yang sementara berhembus (Hutabarat dan Evans, 1984).

2. Gelombang yang disebabkan oleh pasang surut

Gelombang pasang surut yang terjadi di suatu perairan yang diamati adalah merupakan penjumlahan
dari komponen-komponen pasang yang disebabkan oleh gravitasi bulan, matahari, dan benda-benda
angkasa lainnya yang mempunyai periode sendiri. Tipe pasang berbeda-beda dan sangat tergantung dari
tempat dimana pasang itu terjadi (Cappenberg, 1992).

Tipe pasang surut yang terjadi di Indonesia terbagi atas dua bagian yaitu tipe diurnal dimana terjadi satu
kali pasang dan satu kali surut setiap hari misalnya yang terjadi di Kalimantan dan Jawa Barat. Tipe
pasang surut yang kedua yaitu semi diurnal, dimana pada jenis yang kedua ini terjadi dua kali pasang
dan dua kali surut dalam satu hari, misalnya yang terjadi di wilayah Indonesia Timur (Ceppenberg,1992).

Pasang surut atau pasang naik mempunyai bentuk yang sangat kompleks sebab dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti hubungan pergerakan bulan dengan katulistiwa bumi, pergantian tempat antara
bulan dan matahari dalam kedudukannya terhadap bumi, distribusi air yang tidak merata pada
permukaan bumi dan ketidak teraturan konfigurasi kolom samudera.

3. Gelombang yang disebabkan oleh badai atau puting beliung

Bentuk gelombang yang dihasilkan oleh badai yang terjadi di laut merupakan hasil dari cuaca yang tiba-
tiba berubah menjadi buruk terhadap kondisi perairan. Kecepatan gelombang tinggi dengan puncak
gelombang dapat mencapai 7 – 10 meter. Bentuk gelombang ini dapat menghancurkan pantai dengan
vegetasinya maupun wilayah pantai secara keseluruhan (Pond and Picard, 1978).

4. Gelombang yang disebabkan oleh tsunami

Gelombang tsunami merupakan bentuk gelombang yang dibangkitkan dari dalam laut yang disebabkan
oleh adanya aktivitas vulkanis seperti letusan gunung api bawah laut, maupun adanya peristiwa patahan
atau pergeseran lempengan samudera (aktivitas tektonik). Panjang gelombang tipe ini dapat mencapai
160 Km dengan kecepatan 600-700 Km/jam. Pada laut terbuka dapat mencapai 10-12 meter dan saat
menjelang atau mendekati pantai tingginya dapat bertambah bahkan dapat mencapai 20 meter serta
dapat menghancurkan wilayah pantai dan membahayakan kehidupan manusia, seperti yang terjadi di
Kupang tahun 1993 dan di Biak tahun 1995 yang menewaskan banyak orang serta menghancurkan
ekosistem laut (Dahuri,1996)

5. Gelombang yang disebabkan oleh seiche

Gelombang seiche merupakan standing wave yang sering juga disebut sebagai gelombang diam atau
lebih dikenal dengan jenis gelombang stasioner. Gelombang ini merupakan standing wave dari periode
yang relatif panjang dan umumnya dapat terjadi di kanal, danau dan sepanjang pantai laut terbuka.
Seiche merupakan hasil perubahan secara mendadak atau seri periode yang berlangsung secara berkala
dalam tekanan atmosfir dan kecepatan angin (Pond and Picard, 1978).

Jenis-jenis gelombang

Bhatt, (1978) mengemukakan bahwa ada 4 jenis gelombang, antara lain :

a.      Gelombang Katastrofik

Gelombang ini adalah gelombang laut yang besar dan muncul secara tiba-tiba yang disebabkan oleh
aktivitas gempa bumi, gunung api, dan sebagainya. Gelombang katastrofik ini di namakan berdasarkan
akibat yang di timbulkannya yaitu mampu menghancurkan apa saja yang di temui. Gelombang ini juga
sering disebut sebagai gelombang laut Seismik atau Tsunami.

b.      Gelombang Badai (strom Wave)

Gelombang ini adalah gelombang pasang laut tinggi yang ditimbulkan dari adanya hembusan angin
kencang atau badai. Sering juga disebut sebagai Strom Suger. Gelombang badai ini dapat menyebabkan
kerusakan yang besar untuk daerah pesisir.

c.       Gelombang Internal (Internal Wave)

Gelombang ini adalah gelombang yang terbentuk pada perbatasan antara 2 lapisan air yang berbeda
densitas. Gelombang internal ini dapat ditemukan di bawah permukaan laut. Walaupun gelombang ini
serupa dengan gelombang permukaan laut yang dibangkitkan oleh angin, namun keduanya mempunyai
perbedaan dalam beberapa hal. Sebagai contoh, gelombang internal bergerak sangat lambat dan tidak
dapat terdeteksi dengan mata, dan umumnya terjadi hanya dimana adanya variasi densitas. Gelombang
ini mempunyai tinggi lebih besar dari pada gelombang permukaan.

d.      Gelombang Stasioner Standing Wave


Gelombang ini adalah bentuk gelombang laut yang di cirikan dengan tidak adanya gerakan gelombang
yang merambat, yaitu permukaan air hanya bergerak naik turun saja. Umumnya ditemukan diperairan
yang tertutup, misalnya pada danau, teluk atau kanal. Gelombang ini sering disebut juga gelombang
diam atau seiche. Gelombang ini dihasilkan oleh badai yang digabungkan dengan kondisi atmosfir yang
drastis. Gelombang stasioner dapat menghancurkan masa hidup suatu organisme dan dapat pula
menyebabkan kerusakan daratan.

B.     Pergerakan Gelombang

Berdasarkan kedalamannya, (Ippen, 1996 dan McLellan, 1975 dalam Tarigan, 1987).gelombang yang
bergerak mendekati pantai dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu:

a.      gelombang laut dalam

Gelombang laut dalam merupakan gelombang yang dibentuk dan dibangun dari bawah kepermukaan.

b.      gelombang permukaan.

Gelombang permukaan merupakan gelombang yang terjadi antara batas dua media seperti batas air dan
udara. Gelombang permukaan terjadi karena adanya pengaruh angin. Peristiwa ini merupakan peristiwa
pemindahan energi angin menjadi energi gelombang di permukaan laut dan gelombang ini sendiri akan
meneruskan energinya ke molekul air. Gelombang akan menimbulkan riak dipermukaan air dan
akhirnya dapat berubah menjadi gelombang yang besar. Gelombang yang bergerak dari zona laut lepas
hingga tiba di zona dekat pantai (nearshore beach) akan melewati beberapa zona gelombang yaitu :
zona laut dalam (deep water zone), zona refraksi (refraction zone), zona pecah gelombang (surf zone),
dan zona pangadukan gelombang (swash zone) (Dyer,1978). Uraian rinci dari pernyataan tersebut dapat
dikemukakan sebagai berikut :

Gelombang mula-mula terbentuk di daerah pembangkit (generated area) selanjutnya gelombang-


gelombang tersebut akan bergerak pada zona laut dalam dengan panjang dan periode yang relatif
pendek. Setelah masuk ke badan parairan dangkal, gelombang akan mengalami refraksi (pembelokan
arah) akibat topografi dasar laut yang menanjak sehingga sebagian kecepatan gelombang menjadi
berkurang periodenya semakin lama dan tingginya semakin bertambah, gelombang kemudian akan
pecah pada zona surf dengan melepaskan sejumlah energinya dan naik kepantai (swash) dan setelah
beberapa waktu kemudian gelombang akan kembali turun (backswash) yang kecepatnnya bergantung
pada kemiringan pantai atau slope. Pantai dengan slope yang tinggi akan lebih cepat memantulkan
gelombang, sedangkan pantai dengan slope yang kecil pemantulan gelombangnya relatif lambat. Kennet
(1982) membagi zona gelombang atas tiga bagian, yaitu zona pecah gelombang (breaker zone), zona
surf (surf zone), dan zona swash (swash zone).

Pada zona surf, terjadi angkutan sedimen karena arus sepanjang pantai terjadi dengan baik. Pada
kedalaman dimana gelombang tidak menyelesaikan orbitalnya, gelombang akan semakin tinggi dan
curam, dan akibatnya mulai pecah (Kennet, 1982). Sebuah gelombang akan pecah bila perbandingan
antara kedalaman perairan dan tinggi gelombang adalah 1,28 (Yuwono, 1986) atau bila perbandingan
antara tinggi gelombang dan panjang gelombang melampaui 1 : 7 (Gross, 1993).

Saat pecah gelombang akan mengalami perubahan bentuk. Dyer, 1978 membedakannya kedalam tiga
bentuk empasan (tipe breaker), sementara Galvin (1966) mengklasifikasikan tipe empasan gelombang
yaitu : tipe plunging, spilling, surging, dan collapsing

1. Plunging, terjadi karena seluruh puncak gelombang melewati kecepatan gelombang, tipe empasan ini
berbentuk cembung kebelakang dan cekung kearah depan. Gelombang ini sering timbul dari empasan
pada periode yang lama dari suatu gelombang yang besar, dan biasanya terjadi pada dasar pantai yang
hampir lebih miring di bandingkan pada tipe Spilling. Walaupun sangat menarik, namun umumnya
gelombang ini tidak terjadi lama dan juga tidak baik untuk berselancar. Bahkan tipe empasan ini mampu
menimbulkan kehancuran yang cukup hebat.

2. Spilling, terjadi dimana gelombang sudah pecah sebelum tiba di depan pantai Gelombang ini lebih
sering terjadi, dimana kemiringan dasarnya lebih kecil sekali, oleh karena itu reaksinya lebih lambat,
sangat lama dan biasanya digunakan untuk berselancar.

3. Surging, adalah tipe empasan dimana gelombang pecah tepat di tepi pantai. Tipe empasan ini sangat
mempengaruhi lebarnya zona surf suatu perairan karena jenis gelombang yang pecah tepat di tepi
pantai akan mengakibatkan semakin sempitnya zona surf. Gelombangnya lebih lemah saat mencapai
pantai dengan dasar yang lebih curam dan kemudian gelombang akan pecah tepat pada tepi pantai
(Gross, 1993).

4. Collapsing, merupakan gelombang yang pecah setengah dari biasanya. Saat pecah gelombang
tersebut tidak naik kedarat, terdapat buih dan terjadi pada pantai yang sangat curam (Galvin, 1968).

Apabila memperhatikan gelombang dilaut akan mendapat suatu kesan seolah-olah gelombang tersebut
bergerak secara horizontal dari suatu tempat ke tempat lain. Tetapi kenyataanya tidaklah demikian
karena suatu gelombang akan membentuk gerakan maju melintasi permukaan air. Disana hanya terjadi
gerakan kecil kearah depan dari massa air itu sendiri. Hal ini akan semakin mudah dipahami apabila
meletakan sepotong gabus diantara gelombang-gelombang dilaut. Potongan gabus akan tampak timbul
tenggelam sesuai dengan gerakan berturut-turut, dari puncak dan lembah gelombang yang lebih atau
kurang tinggi pada tempat yang sama.

Gerakan partikel ini dalam gelombang sama dengan gerakan potongan gabus walaupun dari
pengamatan yang lebih teliti menunjukan bahwa ternyata gerakan ini lebih kompleks dari hanya sekedar
gerakan naik turun. Gerakan ini adalah gerakan yang membentuk sebuah lingkaran bulat dimana gabus
dan partikel-partikel yang lain diangkut keatas dan membentuk setengah lingkaran dan gerakan ini akan
terus berlanjut sampai pada tempat yang tinggi yang merupakan puncak gelombang. Benda-benda ini
kemudian dibawa dan membentuk lingkaran penuh melewati tempat paling bawah yaitu lembah
gelombang (Pond and Picard, 1978). Semua fenomena yang di alami gelombang pada hakekatnya
berhubungan erat dengan topografi dasar laut (sea bottom topography).

C.     Energi Gelombang

Daerah pantai termasuk daerah dan lingkungan yang berada didekat pantainya sangat ditentukan dan
didominasi oleh faktor-faktor gelombang. Gelombang yang terjadi dilaut dalam pada umumnya tidak
berpengaruh pada dasar laut dan sedimen yang terdapat didalamnya. Sebaliknya gelombang yang
terdapat di dekat pantai terutama di daerah pecahan ombak ( surf zone ) memiliki energi yang besar dan
sangat berperan dalam pembentukan morfologi pantai seperti menyeret sedimen (sedimen berukuran
pasir dan kerikil) yang berada di dasar laut diangkut dan ditumpahkan dalam bentuk gosong pasir (sand
bard) Dahury,1996).

1.      Pergerakan Perjalanan Gelombang Menuju Pantai


Ketinggian dan periode gelombang tergantung kepada panjang fetch pembangkitannya. Fetch adalah
jarak perjalanan tempuh gelombang dari awal pembangkitannya. Fetch ini dibatasi oleh bentuk daratan
yang mengelilingi laut. Semakin panjang jarak fetchnya, ketinggian gelombangnya akan semakin besar.

Angin juga mempunyai pengaruh yang penting pada ketinggian gelombang. Angin yang lebih kuat akan
menghasilkan gelombang yang lebih besar. Gelombang yang menjalar dari laut dalam (deep water)
menuju ke pantai akan mengalami perubahan bentuk karena adanya perubahan kedalaman laut.

Apabila gelombang bergerak mendekati pantai, pergerakan gelombang di bagian bawah yang
berbatasan dengan dasar laut akan melambat. Ini adalah akibat dari friksi/gesekan antara air dan dasar
pantai. Sementara itu, bagian atas gelombang di permukaan air akan terus melaju. Semakin menuju ke
pantai, puncak gelombang akan semakin tajam dan lembahnya akan semakin datar. Fenomena ini yang
menyebabkan gelombang tersebut kemudian pecah.

E. Tipe gelombang, bila dipandang dari sisi sifat-sifatnya

1. Gelombang pembangun/pembentuk pantai (Constructive wave)

Yang termasuk gelombang pembentuk pantai, bercirikan mempunyai ketinggian kecil dan kecepatan
rambatnya rendah. Sehingga saat gelombang tersebut pecah di pantai akan mengangkut sedimen
(material pantai). Material pantai akan tertinggal di pantai (deposit) ketika aliran balik dari gelombang
pecah meresap ke dalam pasir atau pelan-pelan mengalir kembali ke laut.

2.      Gelombang perusak pantai (Destructive wave)

Sedangkan gelombang perusak pantai biasanya mempunyai ketinggian dan kecepatan rambat yang
besar (sangat tinggi). Air yang kembali berputar mempunyai lebih sedikit waktu untuk meresap ke dalam
pasir. Ketika gelombang datang kembali menghantam pantai akan ada banyak volume air yang
terkumpul dan mengangkut material pantai menuju ke tengah laut atau ke tempat lain.

Fungsi dari Gelombang Laut

1.      Menjaga Kestabilan Suhu Dari Iklim Dunia

Jelas bahwa ombak lautan tidak dapat terjadi tanpa angin. Mula-mula menyebabkan riak di permukaan
laut dan kemudian gelombang, Gelombang membantu meminimalkan suhu ekstrem di planet ini,
memindahkan air dingin dari kutub, sementara pada saat yang sama bergerak air hangat dari
khatulistiwa ke arah yang dingin.

2.      Melalui Permukaan Ombak, Terjadi Pertukaran Gas

Di permukaan gelombang laut, pertukaran gas terjadi dimana oksigen keluar dan karbon dioksida masuk
ke dalam permukaan gelombang laut tersebut.
3.      Meningkatkan kemampuan adaptasi dan kekuatan dari Makhluk hidup
Karena gelombang pecah di pantai, makhluk yang ada di laut harus lebih kuat dan lebih beradaptasi
untuk bertahan tidak terbawa oleh ombak ke pantai. Tanpa gelombang, tidak akan ada sebagian spesies
yang hidup di laut.
4. Meningkatkan Adanya Keanekaragaman Hayati

Gelombang laut yang disebabkan oleh angin dan ombak memungkinkan penghuni laut agar larva/telur
mereka diangkut dengan jarak yang jauh, sehingga muncul spesies baru dari hasil evolusi dan adaptasi
dari makhluk laut yang terbawa gelombak laut tersebut.

5. Gelombang Laut Membantu Adanya Hubungan Simbiosis Mutualisme

Sementara gelombang Laut yang mengikis karang dengan terus menerjang pada mereka, organisme laut
telah beradaptasi dengan ini dan menempel ke karang-karag tersebut sehingga disini membantu adanya
penundaan pengikisan batu karang tersebut dalam hal ini terjadi hubungan simbiosis sejati.

6. Gelombang Laut Membantu Membuat Pantai

Pantai diciptakan oleh pasir yang dibawa naik dari dasar laut oleh ombak, yang juga mencuci pasir dan
dibersihkan. Pasir diaduk dan tersuspensi dalam air yang memungkinkan untuk diangkut ke pantai oleh
ombak.

7. terbentuk cliff

Tebing atau jurang adalah formasi bebatuan yang menjulang secara vertikal. Tebing terbentuk akibat
dari erosi. Tebing umumnya ditemukan di daerah pantai, pegunungan dan sepanjang sungai. Tebing
umumnya dibentuk oleh bebatuan yang yang tahan terhadap proses erosi dan cuaca.

Erosi oleh air laut merupakan pengikisan di pantai oleh pukulan gelombang laut yang Terjadi secara
terus - menerus terhadap dinding pantai. Bentang alam yang diakibatkan oleh erosi air laut, antara lain
cliff (tebing terjal), notch (takik), gua di pantai, wave cut platform (punggung yang terpotong
gelombang), tanjung, dan teluk. Cliff terbentuk karena gelombang melemahkan batuan di pantai. Pada
awalnya gelombang meretakan batuan di pantai. Akhirnya, retakan semakin membesar dan membentuk
notch yang semakin dalam akan membentuk gua. Akibat diterjang gelobang secara terus menerus
mengakibatkan atap gua runtuh dan membentuk cliff dan wave cut playform.
F. Proses Pembangkitan Gelombang di Laut

Proses terbentuknya pembangkitan gelombang di laut oleh gerakan angin belum sepenuhnya dapat
dimengerti, atau dapat dijelaskan secara terperinci. Tetapi meurut perkiraan, gelombang terjadi karena
hembusan angin secara teratur, terus-menerus, di atas permukaan air laut. Hembusan angin yang
demikian akan membentuk riak permukaan, yang bergerak kira-kira searah dengan hembusan angin
(lihat Gambar 2.3.a,b,c) (Ilemoned, 2008).

Bila angin masih terus berhembus dalam waktu yang cukup panjang dan meliputi jarak permukaan laut
(fetch) yang cukup besar, maka riak air akan tumbuh menjadi gelombang. Pada saat yang bersamaan
riak permukaan baru akan terbentuk di atas gelombang yang terbentuk, dan selanjutnya akan
berkembang menjadi gelombang – gelombang baru tersendiri. Proses yang demikian tentunya akan
berjalan terus menerus (kontinyu), dan bila gelombang diamati pada waktu dan tempat tertentu, akan
terlihat sebagai kombinasi perubahan-perubahan panjang gelombang dan tinggi gelombang yang saling
bertautan (Ilemoned, 2008)

Komponen gelombang secara individu masih akan mempunyai sifat-sifat seperti gelombang pada kondisi
ideal, yang tidak terpengaruh oleh gelombang-gelombang lain. Sedang dalam kenyataannya, sebagai
contoh, gelombang-gelombang yang bergerak secara cepat akan melewati gelombang-gelombang lain
yang lebih pendek (lamban), yang selanjutnya mengakibatkan terjadinya perubahan yang terus-menerus
bersamaan dengan gerakan gelombang-gelombang yang saling melampaui (Ilemoned, 2008).

Jelasnya gelombang-gelombang akan mengambil energi dan angin. Penyerapan energi ini akan dilawan
dengan mekanisme peredam, yaitu pecahnya gelombang dan kekentalan air. Bila angin secara kontinyu
berhembus dengan kecepatan yang tetap untuk waktu dan ‘fetch’ yang cukup panjang, maka jumlah
energi yang terserap oleh gelombang akan diimbangi dengan energi yang dikeluarkan sehingga suatu
sistem ‘gelombang sempurna’ (fully developed waves) akan tercapai. Sistem gelombang demikian
sebenarnya jarang dijumpai karena kondisi ‘steady’ tidak sering terjadi, dan juga’fetch’ kadang-kadang
dibatasi oleh kondisi geografi lingkungan.

Bilamana angin berhenti berhembus, sistem gelombang yang telah terbentuk akan segera melemah.
Karena gelombang pecah adalah merupakan mekanisme yang paling dominan, maka gelombang pendek
dan lancip, akan menghilang terlebih dulu, sehingga tinggal gelombang-gelombang panjang yang
kemudian menghilang oleh gaya-gaya kekentalan, yang pada dasarnya lebih kecil dari gelombang pecah.
Proses pelemahan (menghilangnya) gelombang mungkin mencapai beberapa hari, yang bersamaan
dengan itu gelombang-gelombang panjang sudah bergerak dan menempuh jarak ribuan kilometer, yang
pada jarak yang cukup jauh dan tempat mulainya gelombang akan dapat diamati sebagai alun (swell).
Alun biasanya mempunyai periode yang sangat panjang, dan bentuknya cukup beraturan (reguler).
Sistem gelombang yang terbentuk secara lokal mungkin akan dipengaruhi oleh alun yang terbentuk dan
tempat yang jauh; yang tentu saja tidak ada kaitannya dengan angin local (Ilemoned, 2008)

G. SIFAT – SIFAT GELOMBANG

Pada pembahasan ini kita akan mempelajari sifat – sifat gelombang yang meliputi pemantulan,
pembiasan, disperse, interferensi, difraksi dan polarisasi.

1.      Pemantulan Gelombang (Refleksi Gelombang)

gambar:refraksi gelombang

Pemantulan gelombang pada tangki riak, pada pemantulan ini diperoleh gelombang lingkaran yang
pusatnya adalah sumber gelombang S. Gelombang pantul yang dihasilkan oleh bidang lurus juga berupa
gelombang lingkaran S sebagai pusat lingkaran. Jarak S ke bidang pantul sama dengan jarak s ke bidang
pantul.

Menurut Hukum Snellius, gelombang dating, gelombang pantul, dan garis normal berada pada satu
bidang dan sudut dating akan sama dengan sudut pantul, seperti tampak pada gambar berikut: Untuk
gelombang dua atau tiga dimensi seperti gelombang air, kita mengenal dengan istilah sinar gelombang
dan muka gelombang.

Muka Gelombang

Muka gelombang (Front wave) didefinisikan sebagai tempat kedududkan titik – titik yang memiliki fase
yang sama pada gelombang, pada gambar di samping ini menunjukkan lingkaran – lingkaran tersebut
merupakan muka gelombang. Jarak antara muka gelombang yang berdekatan sama dengan satu
gelombang (λ). Sinar gelombang adalah garis yang ditarik dengan arah tegak lurus terhadap muka
gelombang.
Bila gelombang melingkar merambat terus kesegala arah maka pada jarak yang jauh dari sumber
gelombang, kita akan melihat muka gelombang yang hamper lurus, seperti halnya gelombang air laut
yang sampai dipantai. Muka gelombang yang seperti ini disebut sebagai muka gelombang bidang.

2.      Pembiasan Gelombang (Refraksi Gelombang)

Pada pemantulan gelombang, gelombang yang tiba di batas medium akan dipantulkan ke arah semula.
Pada pembiasan, gelombang yang mengenai bidang batas antara dua medium, sebagian akan
dipantulkan dan sebagian lagi akan diteruskan atau dibiaskan. Gelombang yang dibiaskan ini akan
mengalami pembelokan arah dari arah semula tergantung pada mediumnya.

Pada medium kedua, cepat rambat gelombang mengalami perubahan dan perubahan ini pun tergantung
pada mediumnya. Dengan kata lain, pembiasan gelombang adalah pembelokan arah lintasan gelombang
etelah melewati bidang batas antara dua medium yang berbeda.

Pada gambar diatas diperlihatkan pembiasan cahaya dari medium udara dengan indeks bias n, ke
medium air yang memiliki indeks bias n2. Menurut Hukum Snellius tentang pembiasan:

1. Sinar datang, garis normal, dan sinar bias, terletak pads satu hidang datar.

2. Sinar yang datang dari medium dengan indeks bias kecil ke medium dengan indeks bias yang lebih
besar dibiaskan mendekati garis normal, dan sebaliknya.

3. Perbandingan nilai sinus sudut datang (sin i) terhadap sinus sudut bias (sin r) dari satu medium ke
medium lainnya selalu tetap. Perbandingan ini disebut sehagai indeks bias relatif suatu medium
terhadap medium lain. Secara matematis Hukum Snellius dapat dirumuskansebagai berikut:

n1 sin⁡i = n2 sin⁡r atau 2 /n1 = sin⁡i / sin ⁡r

Dengan n1 adalah indeks bias medium pertama, n2 adalah indeks bias medium kedua, I adalah sudut
dating, dan r adalah sudut bias. Adapun n21 adalah indeks bias relative medium 2 terhadap medium 1.
Indeks bias mutlak didefinisikan sebagai berikut: n= c/v

Dengan :

C = laju cahaya di ruang hampa

V = laju cahaya dalam suatu medium


Indeks bias mutlak ruang hampa (n1 = 1) ke dalam air (n2), indeks bias n2 menjadi indeks bias mutlak
dan dituliskan sebagai berikut:

n2= sin⁡i / sin ⁡r

Gambar (a) menunjukkan gelombang air merambat dari satu medium menuju ke medium lain setelah
melewati bidang batas antara kedua medium, gelombang tersebut mengalami pembelokan. Pada
peristiwa tersebut terjadi perubahan arah rambat gelombang dan panjang gelombang λ2 lebih pendek
dari pada λ1.

Gambar (b) menunjukkan adanya perubahan kecepatan gelombang. Gelombang merambat dari medium
yang memiliki indeks bias n1 ke medium lain dengan indeks bias n2.

Keterangan :

(a) Perubahan panjang gelombang, λ2 lebih pendek dari pada λ1.

(b) Perubahan kecepatan gelombang, v2 lebih kecil dari pada v1.

Dari kedua gambar tersebut diturunkan persamaan pembiasan gelombang sebagai berikut:

'sin⁡i/sin⁡r = v1/v2 = (fλ1)/(fλ2 )= λ1/λ2

Dari satu medium ke medium lainnya, frekuensi gelombang tetap. Jadi yang mengalami perubahan
adalah kecepatan dan panjang gelombang

Pemantulan Sempurna

Pemantulan sempurna dapat terjadi jika sinar datang dari medium rapat ke medium kurang rapat
(udara), dan sudut dating melampaui sudut kritisnya. Penerapan hukum snellius pada pemantulan
sempurna memenuhi persamaan seperti dibawah ini, dengan mengetahui perbandingan indeks bias
mutlak n1 dan n2 , sudut kritis cahaya dari suatu medium dapat ditentukan. n2 sin ⁡ ik= n1 sin⁡ r,dengan r
=900 sehingga n2 sin⁡ik = n1 sin ik= n1/n2

Secara umum sifat – sifat gelombang adalah:

1) Dapat mengalami pemantulan atau refleksi;


2) Dapat mengalami pembiasan atau refraksi;

3) Dapat mengalami superposisi atau interferensi;

4) Dapat mengalami lenturan atau difraksi, dan;

5) Dapat mengalami pengutuban atau polarisasi.

3.      Interferensi Gelombang

Keterangan:

(a) Dua Gelombang Sefase

(b) Dua gelombang berlawanan fase

Dua gelombang disebut .sefase. jika kedua gelombang tersebut memiliki frekuensi sama dan pada setiap
saat yang sama memiliki arah simpangan yang sama pula. Adapun dua gelombang disebut berlawanan
fase, jika kedua gelombang tersebut memiliki frekuensi sama, dan pada setiap seal yang sama memiliki
arah simpangan yang berlawanan.

Untuk mengamati interterensi dari dua buah gelombang dapat digunakan sebuah tangki rink (ripple
tank). Pertemuan kedua gelombang akan mengalami inter¬ferensi..lika pertemunan kedua gelombang
saling menguatkan, disebut interf reusi maksimum atau interferensi konstruktif. Peristiwa ini terjadi jika
pada titik pertemuan tersebut kedua gelombang sefase. Akan tetapi, jika pertemuan gelombang saling
melemahkan, disebut interferensi minimum atau interferensi destruktif. Peristiwa ini terjadi jika pada
titik pertemuan tersebut kedua gelombangnya berlawanan fase.

Jika dua gelombang sefase dan dua gelombang berlawanan fase mengalami interferensi, akan
didapatkan seperti gambar dibawah ini:

Keterangan:

(a) Interferensi maksimum dua gelombang sefase

(b) Interferensi minimum dua gelombang berlawanan fase

4. Difraksi Gelombang
Peristiwa difraksi atau lenturan dapat terjadi jika sebuah gelombang melewati sebuah penghalang atau
melewati sebuah celah sempit. Pada suatu medium yang serba sama, gelombang akan merambat lurus.
Akan tetapi, jika pada medium tersebut gelomhang terhalangi, bentuk dan arah perambatannya dapat
berubah.

5.    Dispersi Gelombang

Perubahan bentuk gelombang ketika melewati suatu medium disebut disperse gelombang. Gelombang
longitudinal, seperti gelombang bunyi, kecil sekali mengalami disperse atau bahkan tidak sama sekali.
Sifat inilah yang digunakan dalam pencitraan dengan mengunakan USG (Ultra Sonografi).

Gelombang cahaya mengalami disperse. Dengan sifat disperse gelombang cahaya pada prisma, kita
dapat menentukan lebar spektrum matahari. Misalkan cahaya polikromatik (cahaya matahari)
dilewatkan pada prisma dengan indeks bias n2 dalam medium berindeks bias n1, dan sudut pembias β
seperti pada gambar dibawah ini.

Besar sudut yang dibentuk antara sinar yang masuk ke prisma dan yang keluar prisma disebutsudut
deviasi, yang besarnya dapat ditulis sebagai berikut:

D=i+r'- β

Keterangan:

β = sudut pembias prisma

i = besar sudut cahaya dating ke prisma

r’ = besar sudut cahaya saat meninggalkan prisma

Dengan menggunaka hukum Snellius, kita dapat menghitung sudut deviasi minimum sebagai berikut:

Dm=2i-β

Bila sudut pembias lebih besar dari 150 (β > 150) besar sudut deviasi minimum n1 sin ((Dm+ β))/2= n_2
sin⁡(β/2)
Bila sudut pembias lebih kecil dari 150 (β < 150) maka

Dm =(n2/n1 - 1)β

Keterangan:

n1 = indeks bias medium di sekitar prisma, bila udara n = 1

n2 = indeks bias prisma

Dm = sudut deviasi minimum (derajat)

Sudut Dispersi

Bila cahaya putih (polikromatik) atau cahaya matahari melewati suatu prisma maka cahaya yang keluar
dari prisma berupa spektrum cahaya matahari yang terdiri atas warna merah, jingga, kuning, hijau, biru,
nilla, dan ungu. Penguraian warna polikromatik menjadi warna monokromatik yang disebabkan oleh
perbedaan cepat rambat dari masing – masing warna disebut dengan disperse. Setiap warna cahaya
memiliki sududt deviasi minimum masing – masing. Selisih deviasi warna ungu dengan warna merah
disebut sudut dispersi. Jadi, lebar sudut disperse atau lebar spectrum matahari dapat dinyatakan
sebagai berikut:

φ= (nμ- 1)β - (nm- 1)β atau φ= (nμ- nm )β

Dengan:

nµ = indeks bias sinar ungu

nm = indeks bias sinar merah

φ = sudut disperse

β = sudut pembias prisma

6.      Polarisasi Gelombang

Gelombang yang hanya merambat pada satu bidang disebut gelombang terpolarisasi linier, sedangkan
gelombang yang merambat tidak pada satu bidang disebut gelombang takterpolarisasi.

Keterangan :
(a) Gelombang terpolarisasi linier pada arah vertical

(b) Gelombang terpolarisasi linier pada arah horizontal

(c) Gelombang takterpolarisasi

Gelombang cahaya terpolarisasi adalah gelombang cahaya yang getarannya hanya dalam satu bidang,
proses untuk mengubah cahaya takterpolarisasi menjadi cahaya terpolarisasi dikenal sebagai polarisasi.

Anda mungkin juga menyukai