Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRATIKUM FITOFARMASI

PEMBUATAN EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava L.)


DENGAN METODE MESERASI

KELOMPOK IV (EMPAT):
1. ANTONI SETIAWAN (17020200010)
2. GIGI GILANG DARUTAMA ( 17020200032)
3. IIN SETIANI (17020200037)
4. NUR HIDAYAT (17020200062)
5. RISKI BAYU SUPRAPTO (17020200073)
6. VITA DWI ANGGREANI ( 7020200084)
7. ALIF SABILILLAH LUKITO (17020201090)
8. ENI SEFTIANI SONDAK (17020200095)
9. WIDA NISFI LAILI (17020201108)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

STIKES RS ANWAR MEDIKA

SIDOARJO

2020
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................3
2.1 Ekstraksi...............................................................................................................3
2.2 Tinjauan Bahan...................................................................................................5
BAB III METODE PENELITIAN.............................................................................11
3.1 Waktu dan tempat peneliian.............................................................................11
3.2 Alat dan Bahan..................................................................................................11
3.3 Prosedur Kerja..................................................................................................11
3.4 Rancangan kerja penelitian..............................................................................12
BAB IV HASIL PENELITIAN...................................................................................13
4.1 Tabel Hasil Pengamatan...................................................................................13
4.2 Tabel Hasil.........................................................................................................13
BAB V PEMBAHASAN..............................................................................................14
BAB VI PENUTUP......................................................................................................16
5.1 Kesimpulan........................................................................................................16
5.2 Saran...................................................................................................................16
Daftar Pustaka.............................................................................................................17
LAMPIRAN.................................................................................................................18

I
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ekstraksi merupakan salah satu metode pemisahan zat terlarut dengan


pelarutnya berdasarkan titik didih pelarut. Salah satu metode ekstraksi yang
biasa digunakan adalah maserasi (Damanik, dkk., 2014).

Salah satu metode ekstraksi yang biasanya digunakan adalah maserasi.


Maserasi terlibat dalam perendaman bahan (kasar atau bubuk) dalam wadah
bertutup dengan pelarut dan didiamkan pada suhu kamar untuk jangka waktu
minimum 3 hari. Maserasi secara luas digunakan dalam penelitian tanaman obat
(Azwanida, 2015).

Psidium guajava L. atau yang lebih dikenal jambu biji telah lama
digunakan sebagai tumbuhan obat oleh masyarakat. Beberapa khasiat dari jambu
biji ini antara lain sebagai antidiare, antibakteri, antioksidan analgesik, dan
antiinflamasi. Bagian tanaman yang digunakan agar diperoleh masing-masing
aktivitas biologi dan farmakologi tersebut tidak selalu sama, misalnya agar
diperoleh aktivitas sebagai alternatif pada terapi supportif demam berdarah dan
antibakteri digunakan bagian daun, sedangkan jika diinginkan kandungan
vitamin C digunakan buahnya. (Yohanes, 201 3).

Daun jambu biji sudah digunakan sejak dulu sebagai obat tradisional
untuk diare, radang lambung, sariawan,keputihan, dan kencing manis. Daun
bersifat netral,berkhasiat sebagai antidiare, antiradang, penghentian perdarahan
(hemostasis), dan peluruh haid.Daun jambu biji mengandung senyawa aktif
seperti tannin, triterpenoid, saponin, kuersetin, guayaverin, leukosianidin,
minyak atsiri,asam malat, asam oksalat, dan eugenol. Senyawa dalam daun
jambu biji yang berupa flavonoid, tannin dan terpenoid mempunyai efek

1
antibakteri dengan merusak struktur membrannya. (Anonymus,2004 dan Prof.
Dr. dr. Sumarno, DMM, Sp MK, dkk,).

Berdasarkan hal tersebut maka dilakukanlah percobaan ini untuk


memperoleh ekstrak dari daun jambu biji (Psidium guajava L ) melalui metode
maserasi ekstraksi.
1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana cara pembuatan ekstrak nabati dari daun jambu biji (Psidium
guajava L) dengan metode meserasi?
1.3 Tujuan Penelitian

Untuk dapat melakukan cara pembuatan ekstrak nabati dari daun jambu biji
(Psidium guajava L) dengan metode meserasi.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ekstraksi

Ekstraksi merupakan salah satu metode pemisahan zat terlarut dengan


pelarutnya berdasarkan titik didih pelarut. Metode ekstraksi terbagi atas dua
cara, yaitu maserasi dan soxhletasi. Maserasi merupakan cara ekstraksi yang
paling sederhana. Bahan simpilisia yang digunakan dihaluskan berupa serbuk
kasar dan dilarutkan dengan bahan pengekstraksi. Soxhletasi merupakan cara
ekstraksi yang dilakukan dalam sebuah alat yang disebut soxhlet dengan pelarut
polar berdasarkan titik didihnya (Damanik, dkk., 2014).

3
Maserasi secara luas digunakan dalam penelitian tanaman obat. Maserasi
terlibat perendaman bahan (kasar atau bubuk) dalam wadah bertutup dengan
pelarut dan didiamkan pada suhu kamar untuk jangka waktu minimum 3 hari.
Proses perendamaan bertujuan untuk melunakkan dan memecahkan dinding sel
tanaman. Setelah 3 hari, campuran dilakukan penyaringan. Pelarut yang
digunakan dalam proses perendaman pada metode maserasi memainkan peran
penting. Pilihan pelarut akan menentukan jenis senyawa diekstraksi dari sampel
(Azwanida, 2015).

Metode maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana, yang


dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama
beberapa hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya (Adrian,2000).

Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung


komponen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung
benzoin, tiraks dan lilin (Adrian, 2000).

Maserasi umumnya dilakukan dengan cara : memasukkan simplisia yang


sudah diserbukkan dengan derajat halus tertentu sebanyak 10 bagian ke dalam
bejana maserasi yang dilengkapi pengaduk mekanik, kemudian ditambahkan 75
bagian cairan penyari ditutup dan dibiarkan selama 3 hari pada temperatur kamar
terlindung dari cahaya sambil berulang-ulang diaduk. Setelah 3 hari, disaring
kedalam dalam bejana penampung, kemudian ampasnya diperas dan ditambah
cairan penyari lagi secukupnya dan diaduk kemudian disaring lagi hingga
diperoleh sari 100 bagian. Sari yang diperoleh ditutup dan disimpan pada tempat
yang terlindung dari cahaya selama 2 hari, endapan yang terbentuk dipisahkan
dan filtratnya dipekatkan (Adrian, 2000).

Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan


peralatan yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan (Adrian, 2000).

Kerugian cara maserasi adalah pengerjaannya lama dan penyariannya


kurang sempurna (Adrian, 2000).

4
Maserasi dapat dilakukan modifikasi misalnya (Adrian, 2000):

1.Digesti

Digesti adalah cara maserasi dengan menggunakan pemanasan lemah, yaitu


pada suhu 40 – 50oC. Cara maserasi ini hanya dapat dilakukan untuk simplisia
yang zat aktifnya tahan terhadap pemanasan. Dengan pemanasan akan diperoleh
keuntungan antara lain kekentalan pelarut berkurang, yang dapat mengakibatkan
berkurangnya lapisan-lapisan batas, daya melarutkan cairan penyari akan
meningkat, sehingga pemanasan tersebut mempunyai pengaruh yang sama
dengan pengadukan, koefisien difusi berbanding lurus dengan suhu absolut dan
berbanding terbalik dengan kekentalan, hingga kenaikan suhu akan berpengaruh
pada kecepatan difusi. Umumnya kelarutan zat aktif akan meningkat bila suhu
dinaikkan.

2. Maserasi dengan mesin pengaduk

Penggunaan mesin pengaduk yang berputar terus- menerus, waktu proses


maserasi dapat dipersingkat menjadi 6 sampai 24 jam.

3.Remaserasi

Cairan penyari dibagi 2. Seluruh serbuk simplisia dimaserasi  dengan cairan


penyari pertama, sesudah dienaptuangkan dan diperas, ampas dimaserasi lagi
dengan cairan penyari yang kedua.

4.Maserasi melingkar

Maserasi dapat diperbaiki dengan mengusahakan agar cairan penyari selalu


bergerak dan menyebar. Dengan cara ini penyari selalu mengalir kembali secara
berkesinambungan melalui   serbuk   simplisia dan melarutkan     zat
aktifnya.  Keuntungan cara ini :

1. Aliran cairan penyari mengurangi lapisan batas.

5
2.Cairan penyari akan didistribusikan secara seragam, sehingga akan
memperkecil kepekatan setempat.

3. Waktu yang diperlukan lebih pendek.

4. Maserasi melingkar bertingkat

Pada maserasi melingkar penyarian tidak dapat dilaksanakan secara


sempurna, karena pemindahan massa akan berhenti bila keseimbangan telah
terjadi. Masalah ini dapat diatas dengan maserasi melingkar bertingkat.
2.2 Tinjauan Bahan

2.2.1 Jambu Biji

a. Taksonomi Jambu Biji

Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Psidium
Spesies : Psidium guajava Linn.
(Parimin, 2005)

b.Deskripsi Buah Jambu

Jambu biji atau bahasa latinnya Psidium guajava. Psidium berasal dari
bahasa Yunani yaitu “psidium” yang berarti delima. Sementara “guajava”
berasal dari nama yang diberikan oleh orang Spanyol.Jambu biji merupakan
jenis tanaman perdu bercabang banyak. Tingginya 3-10 meter. Umumnya umur

6
tanaman jambu biji hingga sekitar 30-40 tahun. Tanaman yang berasal dari biji
relative berumur lebih panjang dibandingkan hasil cangkokan atau okulasi.
Namun, tanaman yang berasal dari okulasi memiliki postur lebih pendek
(dwarfing) dan bercabang lebih banyak sehingga memudahkan perawatan
tanaman. Tanaman ini sudah mampu berbuah saat berumur sekitar 2-3 bulan
meskipun ditanam dari biji.

Batang jambu memiliki ciri khusus, diantaranya berkayu keras, liat, tidak
mudah patah dan kuat, serta padat. Kulit kayu tanaman jambu biji halus dan
mudah terkelupas. Pada fase tertentu, tanaman jambu biji halus dan mudah
terkelupas. Pada fase tertentu, tanaman mengalami pergantian atau peremajaan
kulit. Batang dan cabang-cabangnya mempunyai kulit berwarna coklat atau
coklat keabu-abuan.

Daun jambu biji berbentuk bulat panjang, bulat langsing, atau bulat oval
dengan ujung tumpul atau lancip. Warna daunnya beragam seperti hijau tua,
hijau muda, merah tua, dan hijau berbelang kuning. Permukaan daun ada yang
halus mengilap dan halus biasa. Tata letak daun saling berhadapan dan tumbuh
tunggal. Panjang helai daun sekitar 5-1 5 cm dan lebar 3-6 cm. sementara
panjang tangkai daun berkisar 3-7 cm.

Tanaman jambu biji dapat berbuah dan berbunga sepanjang tahun.


Bunga keluar di ketiak daun. Kelopak dan mahkota masing-masing terdiri dari
lima helai. Benang sari banyak dengan tangkai sari berwarna putih. Bunganya
ada yang sempurna (hermaprodit) sehingga pembuahannya akan terbentuk bila
terjadi penyerbukan. Ada pula yang tanpa penyerbukan (partenokarpi) sehingga
terbentuk buah jambu biji tanpa biji. Jumlah bunga di setiap tangkai antara 1 -3
bunga. Buah jambu biji berbentuk bulat atau bulat lonjong dengan kulit buah
berwarna hijau saat muda dan berubah kuning muda mengilap setelah matang.
Untuk jenis tertentu, kulit buah berwarna hijau berbelang kuning saat muda dan
berubah menjadi kuning belang-belang saat matang. Ada pula yang berkulit
merah saat muda dan merah tua saat tua. Warna daging buah pada umumnya

7
putih biasa, putih susu, merah muda, merah menyala, serta merah tua. Aroma
buah biasanya harum saat buah matang. Biji jambu biji pada umumnya cukup
banyak, meskipun ada beberapa Janis buah yang berbiji sedikit bahkan tanpa
biji. Umumnya, buah jambu yang berbiji bentuknya lebih sempurna dan simetris,
sesuai karakter jenisnya. Sementara bentuk buah jambu tanpa biji relative tidak
beraturan. Buah jambu tanpa biji tersebut terbentuk tanpa penyerbukan.
Tanaman jambu biji berakar tunggang. Perakarannya lateral, berserabut cukup
banyak, dan tumbuh relative cepat. Perakaran jambu biji cukup kuat dan
penyerapan unsur haranya cukup efektif sehingga mampu berbuah sepanjang
tahun (Parimin, 2005).

c. Macam-macam Jambu Biji

Buah jambu biji memiliki jenis yang banyak antara lain:

1. Jambu biji delima

Jambu biji delima buahnya berbentuk bulat dan bermoncong


dipangkalnya, walaupun kulitnya agak tebal dan banyak bijinya, tapi dengan
dagingnya yang berwarna merah dan rasanya yang manis jenis jambu biji ini
sangat menarik sekali untuk dinikmati.

2. Jambu biji gembos atau jambu biji susu

Jenis yang ini mempunyai bentuk buah bulat agak lonjong dengan
meruncing kepangkalnya. Sama seperti jambu biji delima, kulit jambu jenis
ini juga tebal dan jika buahnya matang berwarna agak kuning, dagingnya
berwarna putih, bijinya tidak banyak, rasanya kurang manis tetapi harum
baunya.

3. Jambu biji manis

Bentuk buahnya bulat meruncing ke pangkal, kulit buahnya tipis dan jika
matang berwarna kuning muda. Jenis yang ini juga mempunyai biji yang

8
banyak dan dagingnya berwarna putih tetapi rasanya manis dan harum
baunya.

4. Jambu biji Perawas (Getas)

Jambu biji perawas berbentuk bulat lonjong dan buahnya lebih besar dari
jenis biasanya, kulitnya agak tebal, bila buahnya matang berwarna
kuning,dagingnya merah, bijinya tidak banyak, rasanya agak asam, baunya
harum.

5. Jambu biji Pipit

Berbentuk bulat kecil-kecil, kulitnya tipis, bila matang buahnya berwarna


kuning dan dagingnya berwarna putih, rasanya manis dan harum baunya.

6. Jambu biji sukun

Berbentuk bulat besar dan kulitnya tebal, bila matang buahnya berwarna
kuning, bijinya sedikit bahkan hampir tidak berbiji, tapi rasanya hambar dan
harum baunya (Parimin, 2005).

d. Kandungan Kimia Jambu Biji

Menurut Taiz dan Zeiger (2006) metabolit sekunder yang dihasilkan


tumbuhan merupakan bagian dari sistem pertahanan diri. Senyawa tersebut
berperan sebagai pelindung dari serangan infeksi mikroba patogen dan
mencegah pemakanan oleh herbivora. Metabolit sekunder dibedakan menjadi
tiga kelompok besar yaitu terpen, fenolik, dan senyawa mengandung nitrogen
terutama alkaloid. Tanin pada tanaman jambu biji dapat ditemukan pada bagian
buah, daun dan kulit batang, sedangkan pada bunganya tidak banyak
mengandung tanin. Daun tanaman jambu biji selain mengandung tanin, juga
mengandung zat lain seperti triterpenoid, asam malat, asam ursolat, asam
guajaverin, minyak atsiri berwarna kehijauan yang mengandung eganol sekitar
0,4%, damar 3%, minyak lemak 6%, dan garam-garam mineral, vitamin, dan

9
zat-zat penyamak (psiditanin) sekitar 9% (Kartasapoetra, 2004 &
Dalimartha,2004). Menurut Sudarsono dkk (2002), daun jambu biji mengandung
flavonoid, tanin (17,4%), fenolat (575,3 mb/g) dan minyak atsiri.

e. Khasiat Jambu Biji

Daun jambu biji sejak lama digunakan untuk pengobatan secara


tradisional, dan sudah banyak produk herbal dari sediaan jambu biji.. Efek
farmakologis dari daun jambu biji yaitu antiinflamasi, antidiare, analgesik,
antibakteri, antidiabetes, antihipertensi dan penambah trombosit. Selain
daunnya, buah jambu biji terutama dari jenis berwarna merah sering digunakan
untuk mengobati penyakit demam berdarah. Jus jambu ini dapat meningkatkan
nilai trombosit penderita demam berdarah, namun sampai ini belum diketahui
senyawa yang dapat meningkatkan nilai trombosit (Yuliani et al, 2003). Menurut
Sipahutar (2000) Tanaman jambu biji banyak digunakan sebagai obat. Tanaman
tersebut bersifat anti diare, anti radang (inflamasi), dan menghentikan
pendarahan (hemostatik). Daun segarnya dapat digunakan untuk pengobatan luar
pada luka akibat kecelakaan, pendarahan akibat benda tajam, dan borok (ulcus)
di sekitar tulang. Daun jambu biji berkhasiat astringen (pengelat), antidiare,
antiradang, penghenti perdarahan (homeostatis) dan peluruh haid. Buah
berkhasiat antioksidan karena kandungan beta karoten dan vitamin C yang tinggi
sehingga dapat meningkatkan daya tahan tubuh (Hasanah,201 3). Pengujian
daun jambu biji pada beberapa patogen yang menyerang ikan dan udang
menunjukan bahwa daun jambu biji dapat digunakan untuk pengobatan terhadap
virus dan bakteri pada hewan yang hidup di air (akuatis) seperti infeksi.

Jambu biji mengandung pektin tinggi sehingga dapat menurunkan


kolesterol serta mengandung tanin yang berfungsi untuk memperlancar system
pencernaan. Quersetin merupakan senyawa golongan flavonoid jenis flavonol
dan flavon yang terkandung di dalam jambu biji, yang berkhasiat diantaranya
untuk mengobati kerapuhan pembuluh kapiler pada manusia (Yuliani dkk.2003).
Kuersetin menunjukkan efek antibakteri dan antidiare dengan kemampuannya

10
untuk mengendurkan otot polos usus dan menghambat kontraksi usus,dimana
adanya kuersetin dapat menghambat pelepasan asetilkolin disaluran cerna
(Netty,2008). Berdasarkan literatur yang kami temukan aktivitas antibakteri
ekstrak etanol daun jambu biji daging buah putih dan jambu biji daging buah
merah terhadap bakteri penyebab diare yaitu Escherichia coli, Shigella
dysenteriae, Shigella flexneri, dan Salmonella typhi menunjukkan bahwa ekstrak
etanol daun jambu biji daging buah putih memiliki kemampuan hambat bakteri
yang lebih besar daripada jambu biji daging buah merah dimana KHM terhadap
Escherichia coli (60 mg/ml vs >1 00 mg/ml), Shigella dysenteriae (30 mg/ml vs
70 mg/ml), Shigella flexneri (40 mg/ml vs 60 mg/ml), dan Salmonella typhi (40
mg/ml vs 60 mg/ml) (Adnyana,2004).

Departemen Kesehatan pada tahun 1 989 menyatakan bahwa bagian


tanaman yang sering digunakan sebagai obat adalah daunnya, karena daunnya
diketahui mengandung senyawa tanin 9-1 2%, minyak atsiri, minyak lemak dan
asam malat (Yuliani dkk. 2003). Penelitian Claus dan Tyler pada tahun 1 965
menyebutkan bahwa tannin mempunyai daya antiseptic yaitu mencegah
kerusakan yang disebabkan bakteri atau jamur (Rohmawati 2008).

2.2.2 Etanol
Etil alkohol atau etanol merupakan zat kimia yang termasuk ke dalam
golongan alkohol (Abramson and Singh, 2009). Etanol memiliki struktur kimia
CH3CH2OH, dengan rumus struktur Gambar 1 memiliki sifat mudah menguap,
tidak berwarna, dan bersifat polar sehingga digunakan sebagai pelarut untuk
berbagai senyawa (Sebayang, 2006). Sifat polar yang dimiliki oleh etanol,
membuat zat kimia ini sering digunakan sebagai pelarut obat, pengawet dalam
dunia medis, desinfektan serta biasanya digunakan sebagai antidotum (senyawa
yang mengurangi atau menghilangkan toksisitas) keracunan metanol dan etilen
glikol (Arora et al., 2007). Selain itu, etanol memiliki titik didih sebesar 78,4 0C
sehingga memiliki sifat mudah terbakar (Simanjuntak, 2009).

11
BAB III

METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan tempat peneliian

Percobaan ini dilakukan di laboratorium … pada tgl … di Stikes RS


Anwar Medika Sidoarjo.
3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

12
Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain, toples besar
dari kaca, batang pengaduk, saringan, cawan porselin dan rotary
evaporator.

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain, simplisia


daun jambu biji (Psidii Folium) dan etanol 96%.
3.3 Prosedur Kerja

Serbuk Simplisia

- Dimasukkan 350g seruk simplisia kedalam maserator


- Ditambah etanol 96% sebanyak 2,625 dan diaduk.
- Ditutup rapat maserator dan dibiarkan selama 5hari.
- Dilakukan pengadukan setiap hari.
- Disaring simplisia yang telah dimaserasi.
- Diuapkan pelarutnya sehingga terbentuk ekstrak kental.

Hasil

13
3.4 Rancangan kerja penelitian

350gram Dimasukkan Ditambah 2,625L etanol


simplisia kedalam maserator 96% dan diaduk

Dilakukan pengadukan setiap Maserator ditutup rapat dan


hari dibiarkan selama 5 hari

Disaring simplisia yang sudah Diuapkan pelarutnya sampai


dimaserasi terbentuk ekstrak kental

14
BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Tabel Hasil Pengamatan


Perlakuan Pengamatan
Dimasukkan 350gram serbuk Simplisia didalam toples kaca
simplisia kedalam meserator meserator
Ditambahkan etanol 96% sebanyak Ekstrak terbasahi oleh etanol
2.625 liter dan aduk
Tutup rapat meserator dan biarkan Meserat tertutup dan disimpan pada
selam 5 hari suhu ruangan
Lakukan pengadukan setiap hari Pengadukan dilakukan selama 5 hari
selama 5 hari berturut-turut berturut-turut
Saring simplisa yang telah dimeserasi Tersaring antara ekstrak dan meserat
Uapkan pelarutnya hingga terbentuk Penguapan dilakukan dengan rotav
ekstrak kental dan dipeoleh ekstrak sebanyak
51.2386gram dengan % rendemen
sebesar 14.6396%

4.2 Tabel Hasil


Berat simplisia 350gram
Volume etanol 96% 2.625 liter
Bobot ekstrak 51.2386 gram

bobot ekstrak
% Rendemen : × 100%
bobot simplisia awal

51.2386
: × 100%
350

15
: 14.6396%

BAB V

PEMBAHASAN

Ekstraksi merupakan salah satu metode pemisahan zat terlarut dengan


pelarutnya berdasarkan titik didih pelarut. Metode ekstraksi terbagi atas dua
cara, yaitu maserasi dan soxhletasi. Maserasi merupakan cara ekstraksi yang
paling sederhana. Bahan simpilisia yang digunakan dihaluskan berupa serbuk
kasar dan dilarutkan dengan bahan pengekstraksi (Damanik, dkk., 2014). Pada
pratikum pembuatan ekstrak dari daun jambu biji (Psidium guajava) ini
menggunakan metode ekstraksi meserasi. Alasan dipilih metode meerasi karena
metode maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana, yang dilakukan
dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa
hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya (Adrian,2000).

Meserasi dilakukan dengan cara menimbang bobot serbuk simplisis yang


akan diekstraksi sebanyak 350gram dan dimasukkan kedalam toples kaca.
Kemudian ditambahkan pelarut etanol sebanyak 7.5 berat simplisia yaitu
sebanyak 2.625 liter. Etanol dipilih sebagai pelarut dalam proses meserasi
ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava) karena etanol mempunyai sifat
kepolaran yang sama dengan bahan disamping itu etanol juga pelarut pilihan
utama untuk mengekstraksi metabolit sekunder yang belum diketahui dan untuk
tujuan skrining adalah metanol, etanol 70%, dan etanol 96%. Ketiga pelarut ini
memilki daya ekstraksi yang luas sehingga metabolit sekunder tersari dalam tiga
kali maserasi (Saifudin, 2014). Penambahan pelarut dalam ekstraksi adalah
sebagai cairan penyari. Kemudian dilakukan pengadukan yang bertujuan agar

16
larutan terhomogenkan. Tutup meserator, penutupan ini berfungsi agar pelarut
etanol tidak menguap. Kemudian didiamkan selam 5 hari padasuhu ruang dan
sesekali dilakukan pengadukan agar pelarut dapat menembus dinding del dan
masuk kedalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Zat aktif akan larut
dalam pelarut organik diluar sel dan juga agar termeserasi dengan sempurna.
Setelh 5 hari filtrat dan endapan dipisahkan dengan corong bucher dan pompa
vacum. Filtrat yang telah terpisah dari endapan kemudian disaring dengan kertas
saring lagi dengan tujuan diperoleh filtrat hasil meserasi yang benar-benar
terbebas dari endapanya. Filtrat yang diperoleh kemuudian di rotav dengan
kecepatan 70-80 Rpm da suhu 40oc. Proses ini bertujuan untuk memisahkan
antara cairan pelarut dengan ekstrak daun jambu biji dengan prinsip penguapan
cairan penyari menuju kondensor sehingga mengalami kondensasi. Proses ini
berlangsung hingga terbentuk ekstrak kulit daun jambu biji yang kental dan
terbebas dari cairan pelarutnya.

Berdasarkan percobaan ekstraksi daun jambu biji yang telah dilakukan


dengan metode meserasi dan pemisahan ekstrak menggunakan rotatry
evaporator hasil berupa ekstrak kental berwarna hijau pekat (seperti hitam), bau
khas daun jambu biji, konsentrasi ekstrak ekstrak yang sangat lengket, dan sukar
larut dalam air. Dengan % rendemen sebesar 14.6396%

17
BAB VI

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum pembuatan ekstrak dengan metode meserasi


yaitu pembuaan ekstrak daun jambu biji dilakukan dengan cara meninban
ekstrak daun jambu biji sebanyak 350 gram dan dibasahi dengan etanol 96%
sebnyak 2.625liter yang diletakan dalam toples kaca kemudian ditutup dan

18
dibiarkan selama 5 hari dalam suhu ruangan, dilaukan pengandukan selam 5 hari
berturut-turut setalah itu dilakukan penyaringan dan penguapan menggunkan
rotav untuk didapatkan ekstrak kental. Dari percobaan ini diperoleh %
rendemen ekstrak sebesar 14.6396%.
5.2 Saran

Lakukan pengadukan setiap hari selama 5 hari berturut-turut diwaktu yang sama.

19
Daftar Pustaka

Adnyana, i. K.,2004. Efek ekstrak daun jambu biji daging buah putih dan jambu
biji daging buah meraH sebagai anti diare. Acta Pharmaceutica
Indonesia. Vol XXIX.No. 1. Hal. 1 8-20

Azwanida, 2015. A Review on the Extraction Methods Use in Medicinal Plants,


Principle, Strength and Limitation. Journal Medicinal and
Aromatic Plants. 4(3): 1-6.

Damanik, D. D. P., N.Surbakti dan R.Hasibuan, 2014. Ekstraksi Katekin dari


Daun Gambir (Uncaria gambir Roxb) dengan Metode
Maserasi. Jurnal Teknik Kimia. 3(2): 10-14.

Kartasapoetra, G., 2004. Budidaya Tanaman Berkasiat Obat. Penerbit Rineka


Cipta.Jakarta. hal 62 - 63.

Parimin, S. P. 2005. Jambu Biji Budidaya dan Ragam Pemanfaatannya. Bogor:


Niaga Swadaya.

Rohmawati, N. 2008. Efek Penyembuhan Luka Bakar dalam Sediaan Gel


Ekstrak Etanol70% Daun Lidah Buaya (Aloe ver a L.) pada
Kulit Punggung Kelinci New Zealand. [Skripsi] Fakultas
Farmasi UMS, Surakarta.

Sudarsono, Gunawan, et al. 2002. Tumbuhan Obat II (Hasil Penelitian, Sifat-


sifat dan Penggunaan). Yogyakarta: Pusat Studi Tradisional
Universitas Gadjah Mada.

Yuliani, S., L. Udarno & E. Hayani. 2003. Kadar Tanin Dan Quersetin Tiga
Tipe Daun Jambu Biji (Psidium guajava). Buletin Tanaman
Rempah dan Obat. 1 4(1):1 7-24

20
21
LAMPIRAN

22
23

Anda mungkin juga menyukai