TAK HALUSINASI
OLEH
KELOMPOK IX:
A11
HALUSINASI
I. Latar Belakang
Menurut Cook dan Fontaine perubahan persepsi sensori: halusinasi
adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan
persepsi sensori, seperti merasakan sensasi palsu berupa suara, pengliatan,
pengecapan, perabaan, dan pengidupan. Seseorang merasakan stimulus yang
sebetulnya tidak ada. Selain itu, halusinasi bisa juga diartikan sebagai
persepsi sensori tentang suatu objek, gambaran, dan pikiran yang sering
terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar meliputi semua sistem penginderaan
(Fitria, 2011).
Rumah Sakit Jiwa sebagian besar pasien yang di rawat memiliki
riwayat halusinasi. Setelah dikaji lebih lanjut, pasien menyatakan halusinasi
berkurang sejak berada dirumah sakit. Salah satu factor yang mengurangi
halusinasi adalah adanya komunikasi dengan perawat dan usaha untuk
mengenal halusianasi yang pada akhirnya dapat mengontrol halusinasi
dengan terapi aktivitas kelompok diharapkan pasien dapat mengenal
halusinasi menyatakan halusinasi berkurang sejak berada di rumah sakit.
Salah satu factor yang mengurangi halusinasi adanya komunikasi dengan
perawat dan usaha untuk mengenal halusinasi yang pada akhirnya dapat
mengontrol halusinasi. Dengan terapi aktivitas kelompok diharapkan pasien
dapat mengenal halusinasi yang dialaminya bagaimana mengontrol halusinasi
tersebut.
2. Etiologi
Gangguan persepsi sensori halusinasi sering disebabkan karena panik,
sterss berat yang mengancam ego yang lemah, dan isolasi sosial menarik
diri (Townsend, M.C, 2010).
a. Faktor pencetus :
1) Biologis
Abnormalitas otak yang menyebabkan respon neurobiologi yang
maladptif yang baru mulai dipahami.
2) Psikologis
Teori psikodinamik untuk terjadinya respon neurobiologik yang
maladaptif belum didukung oleh penelitian ( Stuart dan Sundeen,
2009 ).
3) Sosio Budaya
Stres yang menumpuk dapat menunjang terhadap awitan Skizoprenia
dan gangguan psikotik lain tapi tidak diyakini sebagai penyebab
utama gangguan (Stuart dan Sundeen, 2009).
b. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi penyebab halusinasi adalah:
1) Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan klien terganggu misalnya rendahnya
kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu
mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih
rentan terhadap stress.
2) Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi
akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada
lingkungannya.
3) Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya
stress yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan
dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia.
Akibat stress berkepanjangan menyebabkan teraktivasinya
neurotransmitter otak.
4) Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah
terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh
pada ketidakmampuan klien dalam mengambil keputusan yang tepat
demi masa depannya. Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan
lari dari alam nyata menuju alam hayal.
5) Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang
tua skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi
menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang
sangat berpengaruh pada penyakit ini.
c. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart (2007) yang dikutip oleh Jallo (2008), faktor presipitasi
terjadinya gangguan halusinasi adalah :
a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur
proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk
dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara
selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk
diinterpretasikan.
b. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stressor.
3. Manifestasi Klinis
Pasien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering didapatkan
duduk terpaku dengan pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum
atau berbicara sendiri, secara tiba-tiba marah atau menyerang orang lain,
gelisah, melakukan gerakan seperti sedang menikmati sesuatu. Juga
keterangan dari pasien sendiri tentang halusinasi yang dialaminya (apa
yang dilihat, didengar atau dirasakan). Berikut ini merupakan gejala klinis
berdasarkan halusinasi (Budi Anna Keliat, 2007):
a. Tahap 1: halusinasi bersifat tidak menyenangkan
Gejala klinis:
1) Menyeriangai/tertawa tidak sesuai
2) Menggerakkan bibir tanpa bicara
3) Gerakan mata cepat
4) Bicara lambat
5) Diam dan pikiran dipenuhi sesuatu yang mengasikkan
b. Tahap 2: halusinasi bersifat menjijikkan
Gejala klinis:
1) Cemas
2) Konsentrasi menurun
3) Ketidakmampuan membedakan nyata dan tidak nyata
c. Tahap 3: halusinasi bersifat mengendalikan
Gejala klinis:
1) Cenderung mengikuti halusinasi
2) Kesulitan berhubungan dengan orang lain
3) Perhatian atau konsentrasi menurun dan cepat berubah
4) Kecemasan berat (berkeringat, gemetar, tidak bisa mengikuti
petunjuk).
d. Tahap 4: halusinasi bersifat menaklukkan
Gejala klinis:
1) Pasien mengikuti halusinasi
2) Tidak mampu mengendalikan diri
3) Tidak mamapu mengikuti perintah nyata
4) Beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
5. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara :
a. Menciptakan lingkungan yang terapeutik
Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan
pasien akibat halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan di
lakukan secara individual dan usahakan agar terjadi knntak mata,
kalau bisa pasien di sentuh atau di pegang. Pasien jangan di isolasi
baik secara fisik atau emosional. Setiap perawat masuk ke kamar
atau mendekati pasien, bicaralah dengan pasien. Begitu juga bila
akan meninggalkannya hendaknya pasien di beritahu. Pasien di
beritahu tindakan yang akan di lakukan.Di ruangan itu hendaknya di
sediakan sarana yang dapat merangsang perhatian dan mendorong
pasien untuk berhubungan dengan realitas, misalnya jam dinding,
gambar atau hiasan dinding, majalah dan permainan.
b. Melaksanakan program terapi dokter
Sering kali pasien menolak obat yang di berikan sehubungan
dengan rangsangan halusinasi yang di terimanya. Pendekatan
sebaiknya secara persuatif tapi instruktif. Perawat harus mengamati
agar obat yang di berikan betul di telannya, serta reaksi obat yang di
berikan.
c. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah
yang ada
Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat
menggali masalah pasien yang merupakan penyebab timbulnya
halusinasi serta membantu mengatasi masalah yang ada.
Pengumpulan data ini juga dapat melalui keterangan keluarga pasien
atau orang lain yang dekat dengan pasien.
d. Memberi aktivitas pada pasien
Pasien di ajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik,
misalnya berolah raga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan
ini dapat membantu mengarahkan pasien ke kehidupan nyata dan
memupuk hubungan dengan orang lain. Pasien di ajak menyusun
jadwal kegiatan dan memilih kegiatan yang sesuai.
e. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan
Keluarga pasien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang
data pasien agar ada kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam
proses keperawatan, misalny dari percakapan dengan pasien di
ketahui bila sedang sendirian ia sering mendengar laki-laki yang
mengejek. Tapi bila ada orang lain di dekatnya suara-suara itu tidak
terdengar jelas. Perawat menyarankan agar pasien jangan menyendiri
dan menyibukkan diri dalam permainan atau aktivitas yang ada.
Percakapan ini hendaknya di beritahukan pada keluarga pasien dan
petugaslain agar tidak membiarkan pasien sendirian dan saran yang
di berikan tidak bertentangan.
II. Tujuan
I. Tujuan Umum
Klien mempunyai kemampuan untuk mengenal halusinasi dan cara
menanganinya.
II. Tujuan Khusus
a. Klien mampu mengetahui penyebab halusinasi yang diperlihatkan saat
roleplay.
b. Klien mengenal cara mengontrol halusinasi
c. Klien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan TAK
yang telah dilakukan
d. Klien dapat menyampaikan pesan dan kesan dari kegiatan
III. Klien
1. Kriteria :
- Klien dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi
- Klien yang kooperatif dan dapat berkomunikasi tanpa
penerjemah
2. Proses seleksi :
- Mengobservasi klien yang masuk kriteria
- Mengidentifikasi klien yang masuk kriteria
- Mengumpulkan klien yang masuk kriteria
- Membuat kontrak dengan klien untuk mengikuti TAK,
meliputi: menjelaskan tujuan TAK pada klien, dan sistem
TAK.
- Jumlah Klien : 6 Orang
IV. Waktu
Hari/tanggal : 16 Januari 2020
Jam : Pukul 09.00
Tempat : Ruang Kunti UPTD Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali
Acara :
Acara Waktu
Pembukaan 5 menit
Perkenalan pada klien 2 menit
Perkenalan TAK 5 menit
Persiapan 5 menit
Permasalahan 10 menit
Penutup 3 menit
C Keterangan :
L
L : Leader
CL : Co Leader
F F F : Fasilitator
O : Observer
P : Pasien
P P
F P
P O
Tujuan :
1. Klien dapat mengenal isi halusinasi
2. Klien mengenal waktu terjadinya halusinasi
3. Klien mengenal situasi terjadinya halusinasi
4. Klien mengenal perasaannya pada saat terjadi halusinasi
Setting :
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
2. Tempat tenang dan nyaman
Alat :
1. Spidol
2. Papan tulis/whiteboard/flipchart
Metode :
1. Diskusi dan Tanya jawab
Langkah Kegiatan :
1. Tahap Persiapan
a. Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu klien yang mengalami
perubahan sensori persepsi : halusinasi.
b. Membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dengan tempat pertemuan
Catatan :sebaiknya klien sudah mengenali halusinasinya. TAK membuat
klien merasakan bahwa ada klien lain yang mengalami hal yang sama
dengan dirinya sehingga klien tidak merasa sendiri.
2. Tahap Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien
2) Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama)
3) Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama)
b. Evaluasi/validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini
c. Kontrak
1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu
mengenal suara-suara/bayangan yang didengar/dilihat. Jika klien sudah
terbiasa menggunakan istilah halusinasi, gunakan kata “halusinasi”.
2) Terapis menjelaskan aturan main berikut:
Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta
izin kepada terapis.
Lama kegiatan 45 menit
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
3. Tahap Kerja
a. Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu mengenal suara-
suara yang didengar atau bayangan yang dilihat (halusinasi) tentang isinya,
waktu terjadinya, situasi terjadinya, dan perasaan klien pada saat terjadi.
b. Terapis meminta klien menceritakan isi halusinasi, kapan terjadi, situasi
yang membuat terjadi, dan perasaan klien saat terjadi halusinasi. Mulai
dari klien yang ada di sebelah kanan terapis secara berurutan berlawanan
jarum jam sampai semua klien mendapat giliran. Hasilnya tulis di
whiteboard.
c. Beri pujian pada klien yang melakukan dengan baik
d. Simpulkan isi, waktu terjadi, situasi terjadi, dan perasaan klien dari suara
yang biasa didengar.
4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b. Tindak lanjut
Terapis meminta klien untuk melaporkan isi, waktu, situasi, dan
perasaannya jika terjadi halusinasi.
c. Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu cara mengontrol halusinasi
2) Menyepakati waktu dan tempat
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.
Untuk TAK strimulasi persepsi halusinasi sesi 1, kemampuan yang diharapkan
adalah mengenal isi halusinasi, waktu terjadinya halusinasi, situasi terjadinya
halusinasi, dan perasaan data terjadi halusinasi. Formulir evaluasi sebagai
berikut :
Sesi 1 : TAK
Stimulasi Persepsi : Halusinasi
Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk tiap klien, beri penilaian kemampuan mengenal halusinasi : isi,
waktu, situasi, dan perasaan. Beri tanda (√) jika klien mampu dan tanda (-)
jika klien tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien.
Contoh :
Klien mengikuti TAK stimulasi persepsi halusinasi (menyuruh memukul), waktu
(pukul 9 malam), situasi (jika sedang sendiri), perasaan (kesal dan geram).
Anjurkan klien mengidentifikasi halusinasi yang timbul dan menyampaikan
kepada perawat.
Sesi 2 : Mengontrol Halusinasi dengan Menghardik
Tujuan :
1. Klien dapat menjelaskan cara yang selama ini dilakukan untuk mengatasi
halusinasi.
2. Klien dapat memahami cara menghardik halusinasi
3. Klien dapat memperagakan cara menghardik halusinasi
Setting :
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang
Alat :
1. Spidol dan papan tulis/ whiteboard/flipchart
2. Jadwal kegiatan klien
Metode :
1. Diskusi dan Tanya jawab
2. Bermain peran / stimulasi
Langkah Kegiatan
1. Tahap Persiapan
a. Mengingatkan kontrak kepada klien yang telah mengisi sesi 1
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Tahap Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien
2) Klien dan terapis pakai papan nama
b. Evalusi/validasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien saat ini
2) Terapis menanyakan pengalaman halusinasi yang terjadi : isi, waktu,
situasi, dan perasaan.
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu latihan satu cara mengontrol
halusinasi : menghardik
2) Menjelaskan aturan main, yaitu:
Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta
izin pada terapis.
Lamanya kegiatan 45 menit
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
3. Tahap Kerja
a. Terapis meminta klien menceritakan apa yang dilakukan pada saat
mengalami halusinasi, dan bagaimana hasilnya. Ulangi sampai semua
klien mendapat giliran.
b. Berikan pujian setiap klien selesai bercerita
c. Terapis menjelaskan cara mengatasi halusinasi dengan menghardik
halusinasi saat halusinasi muncul.
d. Terapis memperagakan cara menghardik halusinasi
e. Terapis meminta masing-masing klien memperagakan cara menghardik
halusinasi dimuali dari lawanan arah jarum jam sampai semua peserta
mendapat giliran.
f. Terapis memberikan pujian dan mengajak semua klien bertepuk tangan
saat setiap klien selesai memperagakan menghardik halusinasi.
Cara menghardik :
a. Untuk halusinasi pendengaran : tutup telinga sambil mengatakan :
kamu suara palsu, aku tidak mau dengar”. Lakukan berulang-ulang
sampai bayangan tak terdengar lagi.
b. Untuk halusinasi pengelihatan : tutup mata sambil mengatakan : kamu
bayangan palsu, aku tidak mau lihat”. Lakukan berulang-ulang sampai
bayangan tak terlihat lagi.
4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b. Tindak lanjut
1) Terapis menganjurkan klien untuk menerapkan cara yang telah
dipelajari jika halusinasi muncul.
2) Memasukkan kegiatan menghardik dalam jadwal kegiatan harian klien
c. Kontrak yang akan datang
1) Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK yang
berikutnyam yaitu belajar cara mengontrol halusinasi dengan
melakukan kegiatan.
2) Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat TAK berikutnya
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.
Untuk TAK stimulasi persepsi halusinasi sesi 2, kemampuan yang diharapkan
adalah mengatasi halusinasi dengan menghardik. Formulir evaluasi sebagai
berikut:
Sesi 2 : TAK
Stimulasi Persepsi : Halusinasi
Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk tiap klien, beri penilaian kemampuan menyebutkan: cara yang biasa
digunakan untuk mengatasi halusinasi, keefektifannya, cara menghardik
halusinasi, dan memperagakannya. Beri tanda (√) jika klien mampu dan
tanda (-) jika klien tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien.
Contoh:
Klien mengikuti TAK stimulasi persepsi: halusinasi sesi 2. Klien mampu
memperagakan cara menghardik halusinasi. Anjurkan klien menggunakannya jika
halusinasi muncul, khususnya pada malam hari (buat jadwal).
DAFTAR PUSTAKA
Fitriyani, Rohma, dkk. 2016. Laporan Pendahuluan Pasien Halusinasi. Tersedia
pada academia.edu/30128967/LP_dan_ASKEP Halusinasi Dikses pada
tanggal Januari 2020
Keliat. 2014. Keperawatan Jiwa : Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC
Yusalia. 2015. Laporan Pendahuluan Dan Strategi Pelaksanaan Halusinasi.
www.academia.edu diakses Januari 2020