Anda di halaman 1dari 4

1.

Definisi Displasia Hip (DHH)


Sumber :
Development Dysplasia of the Hip (DHH) adalah gangguan yang terjadi karena tulang panjang (femur)
kaki lepas dari lengkung tulang panggul (acetabulum).

2. Etiologi/ Faktor Resiko


Sumber :
Dislokasi dapat disebabkan oleh faktor penyakit atau trauma karena dapatan (acquired) atau karena
sejak lahir (kongenital). Congenital dislocation of hip biasanya sering dikaitkan dengan patah
tulang/fraktur yang disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang yang sedemikian rupa karena cacat
bawaan.
- Teratogenik
Teratogen adalah setiap faktor atau bahan yang bisa menyebabkan atau meningkatkan resiko suatu
kelainan bawaan.Radiasi, obat tertentu dan racun merupakan teratogen.
- Gizi
Menjaga kesehatan janin tidak hanya dilakukan dengan menghindari teratogen, tetapi juga dengan
mengkonsumsi gizi yang baik.Salah satu zat yang penting untuk pertumbuhan janin adalah asam folat.
Kekurangan asam folat bisa meningkatkan resiko terjadinya spina bifida atau kelainan tabung saraf
lainnya. Karena spina bifida bisa terjadi sebelum seorang wanita menyadari bahwa dia hamil, maka
setiap wanita usia subur sebaiknya mengkonsumsi asam folat minimal sebanyak 400 mikrogram/hari.
- Faktor fisik pada Rahim
Di dalam rahim, bayi terendam oleh cairan ketuban yang juga merupakan pelindung terhadap cedera.
Jumlah cairan ketuban yang abnormal bisa menyebabkan atau menunjukkan adanya kelainan bawaan.
- Faktor genetik dan kromosom
Genetik memegang peran penting dalam beberapa kelainan bawaan. Beberapa kelainan bawaan
merupakan penyakit keturunan yang diwariskan melalui gen yang abnormal dari salah satu atau kedua
orang tua. Gen adalah pembawa sifat individu yang terdapat di dalam kromosom setiap sel di dalam
tubuh manusia. Jika 1 gen hilang atau cacat, bisa terjadi kelainan bawaan.

3. Manifestasi Klinis
Sumber :
1. Pergerakan yang terbatas di daerah yang terkena
2. Posisi tungkai yang asimetris
3. Lipatan lemak yang asimetris
4. Setelah bayi berumur 3 bulan : rotasi tungkai asimetris dan tungkai pada sisi yang terkena tampak
memendek
5. Hilangnya tonjolan tulang yang normal, misalnya trauma ekstensi dan eksorotasi pada dislokasi
anterior sendi bahu
6. Kedudukan yang khas untuk dislokasi tertentu, misalnya dislokasi posterior sendi panggul kedudukan
endorotasi, fleksi dan aduksi
7. Nyeri

4. Pemeriksaan Diagnostik
Sumber :
1) Uji Ortolani
Dalam uji Ortolani, bagian medial paha bayi dipegang dengan ibu jari dan jari-jari diletakkan
pada trokanter mayor; pinggul difleksikan sampai 90o dan diabduksi perlahan-lahan. Biasanya
abduksi berjalan lancar sampai hampir 90o. Pada dislokasi kongenital biasanya gerakan terhalang,
tetapi kalau tekanan diberikan pada trokanter mayor akan terdapat suatu bunyi halus sementara
dislokasi tereduksi, dan kemudian panggul berabduksi sepenuhnya (sentakan ke dalam). Kalau
abduksi berhenti di tengah jalan dan tidak ada sentakan ke dalam, mungkin ada suatu dislokasi yang
tak dapat direduksi.
2) Uji Barlow
Uji Barlow dilakukan dengan cara yang sama, tetapi di sini ibu jari pemeriksa di tempatkan
pada lipatan paha dan dengan memegang paha bagian atas, diusahakan mengungkit caput femoris ke
dalam dan keluar acetabulum selama abduksi dan adduksi. Kalau caput femoris normalnya berada
pada posisi reduksi, tetapi dapat keluar dari sendi dan kembali masuk lagi, panggul itu digolongkan
sebagai dapat mengalami dislokasi (yaitu tak stabil).
3) Tanda Galeazzi
Pada pemeriksaan ini kedua lutut bayi dilipat penuh dengan panggul dalam keadaan fleksi 90o
serta kedua paha saling dirapatkan. Keempat jari pemeriksa memegang bagian belakang tungkai
bawah dengan ibu jari di depan. Dalam keadaan normal kedua lutut akan sama tinggi dan bila
terdapat dislokasi panggul kongenital maka tungkai yang mengalami dislokasi, lututnya akan terlihat
lebih rendah dan disebut sebagai tanda Galeazzi/ Allis positif.
 USG : dapat digunakan sebagai skrining dan berguna saat masa neonatus atau <4 bulan.
 Radiografi : dapat digunakan setelah kepala femur mulai mengeras (>4 bulan).
 MRI : evaluasi pada kasus-kasus sulit atau sudah terdapat komplikasi lainnya.
 CT - SCAN : biasanya digunakan saat post-treatment.
5. Penatalaksanaan (EBN)
1) Pada awal masa bayi, agar kaput femoralis tetap berada dalam kantungnya, bisa dipasang alat untuk
memisahkan tungkai dan melipatnya ke arah luar (seperti kodok).
2) Jika posisi diatas sulit dipertahankan, bisa digunakan gips yang secara periodik diganti sehingga
pertumbuhan tulang tidak terhambat.
3) Jika tindakan tersebut tidak berhasil atau jika dislokasi diketahui setelah anak cukup besar, maka
dilakukan tindakan pembedahan.
Jurnal :

6. NCP (Nyeri Akut & Hambatan Mobilitas Fisik)


1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik (dislokasi, trauma)
NOC : Kontrol Nyeri
Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 1 x 24 jam nyeri yang dirasakan klien dapat berkurang
dengan kriteria hasil :
- Klien dapat mengenali kapan nyeri terjadi
- Klien mengetahui faktor penyebab nyeri
- Klien mengontrol nyeri dengan teknik non farmakologi
- Klien melaporkan nyeri berkurang menggunakan analgesik
- Klien melaporkan adanya perubahan pada gejala nyeri pada tenaga kesehatan
- Klien mampu mengenali gejala nyeri (skala, intensitas, frekuensi)
- Klien melaporkan nyeri yang terkontrol
NIC : Manajemen Nyeri
- Lakukan pengkajian nyeri komprehensif seperti: lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas atau beratnya nyeri dan faktor pencetus
- Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi seperti: teknik napas dalam, guide imagery, relaksasi,
bimbingan antisipatif, terapi musik, terapi aktivitas
- Ajarkan prinsip management nyeri
- Anjurkan pasien untuk penggunaan analgesic untuk mengurangi nyeri
- Berikan informasi terkait nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri berlangsung dan antisipasi
dari ketidaknyaman yang akan muncul
- Kolaborasi dengan ahli farmakologi untuk pemberian analgesic

2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri


NOC : Pergerakan
Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam hambatan mobilitas fisik klien dapat berkurang
dengan kriteria hasil :
- Keseimbangan klien tidak mengalami hambatan
- Klien dapat mempertahankan koordinasi pergerakan
- Tidak ada hambatan pada cara berjalan klien
- Gerakan otot klien tidak mengalami hambatan
- Gerakan sendi klien tidak mengalami hambatan
- Klien dapat berjalan dengan baik
- Klien dapat bergerak dengan mudah
NIC : Peningkatan Mekanika Tubuh
- Kaji pemahaman pasien mengenai mekanika tubuh dan latihan (misalnya: mendemonstrasikan
kembali teknik melakukan aktivitas/ latihan yang benar)
- Edukasi pasien mengenai bagaimana menggunakan postur (tubuh) dan mekanika tubuh untuk
mencegah injury saat melakukan berbagai aktivitas
- Kaji kesadaran pasien tentang abnormalitas muskuloskeletalnya dan efek yang mungkin timbul pada
jaringan otot dan postur (tubuh)
- Instruksikan pasien untuk menggerakkan kaki terlebih dahulu kemudian badan ketika memulai
berjalan dari posisi berdiri
- Berikan informasi tentang kemungkinan posisi penyebab nyeri otot atau sendi

Anda mungkin juga menyukai