3. Manifestasi Klinis
Sumber :
1. Pergerakan yang terbatas di daerah yang terkena
2. Posisi tungkai yang asimetris
3. Lipatan lemak yang asimetris
4. Setelah bayi berumur 3 bulan : rotasi tungkai asimetris dan tungkai pada sisi yang terkena tampak
memendek
5. Hilangnya tonjolan tulang yang normal, misalnya trauma ekstensi dan eksorotasi pada dislokasi
anterior sendi bahu
6. Kedudukan yang khas untuk dislokasi tertentu, misalnya dislokasi posterior sendi panggul kedudukan
endorotasi, fleksi dan aduksi
7. Nyeri
4. Pemeriksaan Diagnostik
Sumber :
1) Uji Ortolani
Dalam uji Ortolani, bagian medial paha bayi dipegang dengan ibu jari dan jari-jari diletakkan
pada trokanter mayor; pinggul difleksikan sampai 90o dan diabduksi perlahan-lahan. Biasanya
abduksi berjalan lancar sampai hampir 90o. Pada dislokasi kongenital biasanya gerakan terhalang,
tetapi kalau tekanan diberikan pada trokanter mayor akan terdapat suatu bunyi halus sementara
dislokasi tereduksi, dan kemudian panggul berabduksi sepenuhnya (sentakan ke dalam). Kalau
abduksi berhenti di tengah jalan dan tidak ada sentakan ke dalam, mungkin ada suatu dislokasi yang
tak dapat direduksi.
2) Uji Barlow
Uji Barlow dilakukan dengan cara yang sama, tetapi di sini ibu jari pemeriksa di tempatkan
pada lipatan paha dan dengan memegang paha bagian atas, diusahakan mengungkit caput femoris ke
dalam dan keluar acetabulum selama abduksi dan adduksi. Kalau caput femoris normalnya berada
pada posisi reduksi, tetapi dapat keluar dari sendi dan kembali masuk lagi, panggul itu digolongkan
sebagai dapat mengalami dislokasi (yaitu tak stabil).
3) Tanda Galeazzi
Pada pemeriksaan ini kedua lutut bayi dilipat penuh dengan panggul dalam keadaan fleksi 90o
serta kedua paha saling dirapatkan. Keempat jari pemeriksa memegang bagian belakang tungkai
bawah dengan ibu jari di depan. Dalam keadaan normal kedua lutut akan sama tinggi dan bila
terdapat dislokasi panggul kongenital maka tungkai yang mengalami dislokasi, lututnya akan terlihat
lebih rendah dan disebut sebagai tanda Galeazzi/ Allis positif.
USG : dapat digunakan sebagai skrining dan berguna saat masa neonatus atau <4 bulan.
Radiografi : dapat digunakan setelah kepala femur mulai mengeras (>4 bulan).
MRI : evaluasi pada kasus-kasus sulit atau sudah terdapat komplikasi lainnya.
CT - SCAN : biasanya digunakan saat post-treatment.
5. Penatalaksanaan (EBN)
1) Pada awal masa bayi, agar kaput femoralis tetap berada dalam kantungnya, bisa dipasang alat untuk
memisahkan tungkai dan melipatnya ke arah luar (seperti kodok).
2) Jika posisi diatas sulit dipertahankan, bisa digunakan gips yang secara periodik diganti sehingga
pertumbuhan tulang tidak terhambat.
3) Jika tindakan tersebut tidak berhasil atau jika dislokasi diketahui setelah anak cukup besar, maka
dilakukan tindakan pembedahan.
Jurnal :