Perspektif Orde Baru
Perspektif Orde Baru
Pendekatan Yang Paling Merepresentasikan Sistem Politik Indonesia Masa Orde Baru
Hampir setiap dimensi kenegaraan baik dalam aspek sosial, politik maupun ekonomi,
Pemerintahan Orde Baru, dalam perumusan kebijkan nasional, aktor-aktor yang berperan
sangatlah terbatas hanya pada pegawai negara, terutama korps perwira dan tingkat tertinggi dari
birokrasi, sedangkan rakyat hanya dapat berpartisipasi selama penerapan kebijakan dalam level
yang rendah. Hal ini juga tercermin pada pemilu tahun 1971 , sebagian anggota DPR tidak
dipilih melalui pemilu, melainkan diangkat melalui penunjukan dari unsur kelompok masyarakat
dan unsur Angakatan Bersenjata atau ABRI. Rakyat yang dipangkas haknya dan sangat
lemahnya demokrasi pada masa ini sesuai dengan konsep hubungan patron dan klien pendekatan
‘Bureaucratic Polity’ (negara birokrasi) dan patrimonial. Pemerintah Orde Baru dideskripsikan
sebagai sang patron atau pemimpin yang ditinggikan sedangkan masyarakat sebagai klien atau
pihak yang bergantung terhadap kekuasaan pemimpin.
Realita-realita lain seperti ; (1) Presiden yang dipilih oleh MPR, tidak ada pemilihan
langsung oleh rakyat, seperti sekarang ini. Kata 'Ganti Presiden' (suksesi) menjadi haram pada
zaman itu. Presiden Soeharto selalu menjadi calon tunggal sehingga tanpa pemilu pun seluruh
rakyat Indonesia sudah tau siapa yang akan menjadi Presiden. (2) Hanya ada tiga partai yaitu :
Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Demokrasi Indonesia (PDI), dan Golkar. Gubernur
dipilih langsung oleh Presiden Suharto dan diwajibkan untuk memenangkan Golkar di
wilayahnya masing-masing. Bila Golkar kalah di wilayahnya maka Gubernur dianggap tidak
berprestasi dan pembangunan oleh pemerintah pusat di wilayahnya tidak menjadi prioritas. Juga,
semua pegawai negeri sipil masuk dalam organisasi Korpri (Korps Pegawai Republik Indonesia)
dan diwajibkan memilih Golkar dalam pemilihan umum. (3) Perlu Surat Izin Usaha Penerbitan
Pers (SIUPP) untuk memiliki perusahaan penerbitan majalah atau surat kabar. Bila media massa
berani memuat tulisan yang mengritik Presiden Suharto maka SIUPP akan dicabut. Itu artinya
pemilik perusahaan dan semua karyawan (wartawan dan pegawai administrasi) akan kehilangan
pekerjaan.
Momen terpisahnya kepentingan masyarakat dari kepentingan negara ini sesuai dengan
pendekatan The State-Qua-State dimana negara hadir sebagai entitas yang tidak memiliki
kesadaran serta tanggungjawab kepada masyarakat. Kebijakan yang dibentuk oleh negara
bukanlah atas dasar kepentingan masyarakat, namun lebih sebagai aktualisasi dari kepentingan-
kepentingan negara. Kesesuaian fakta yang telah disebutkan diatas , semakin mempertegas
bahwa pendekatan ‘Bureaucratic Polity’ (negara birokrasi) dan patrimonial serta pendekatan
sejarah politik Indonesia sebagai sub-ordinasi dari kepentingan sosial negara (the State-Qua-
State) merupakan pendekatan yang tepat merepresentasikan keadaan politik pada masa Orde
Baru dengan menjelaskan berbagai macam penyelewengannya, serta hubungan antara
pemerintahan dengan rakyatnya. Melalui 2 konsep ini, kita dapat mengkaji, meneliti dan
memahami Sistem Politik Indonesia Masa Orde Baru secara teoritis dan terarah.
Referensi
Marijan, Kacung. 2010. Sistem Politik Indonesia. Jakarta: Prenadamedia Group
Kusumaatmadja, Sarwono. 1988. Sketsa Politik Orde Baru. Jakarta: Alumni
https://www.qureta.com/post/6-pendekatan-memahami-orde-baru
https://www.slideshare.net/LaunaUsni/teori-negara-otoriter-birokratik