Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KONSEP SPIRITUAL DALAM KEPERAWATAN

DOSEN MATA KULIAH PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN

YULIATI AMPERANINGSIH

Disusun Oleh

KELOMPOK 4

RIANTIKA DWI ASTUTI 1814401082

MAHARANY FERYNDA B 1814401054

RIRIS NOVRIANI 1814401068

JULIA MAYANG SARI 1814401096

TINGKAT II REGULER II

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TANJUNGKARANG

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN TANJUNGKARANG

TAHUN AJARAN 2019/2020

4
KATA PENGANTAR

Penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyusun makalah tentang Konsep Spiritual Dalam
Keperawatan. Selesainya  penyusunan ini berkat bantuan dari berbagai pihak dan berbagai
referensi, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis sampaikan terimakasih dan
penghargaan kepada yang terhormat:
1. Ibu Yuliati Amperaningsih mata ajar Pengembangan Kepribadian
2. Rekan-rekan semua angkatan XXXIV  Keperawatan Poltekkes Tanjung Karang.
Penulis menyadari bahwa ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan dan sebagai umpan balik yang positif demi
perbaikan dimasa mendatang. Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang Pengembangan Kepribadian.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan penulis berharap agar makalah ini
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bandar Lampung, Agutus 2019

Penulis

4
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………….. i


KATA PENGANTAR ……………………………………………… ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………... iii
BAB I
1.1 Latar Belakang …………………………………………………... 4
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………….. 4
1.3 Tujuan Penulisan ……………………………………………….... 4
BAB II
2.1 Pengertian Spiritual ……………………………………………… 5
2.2 Pengertian Agama ……………………………………………….. 5
2.3 Karakteristik Spiritual …………………………………………… 6
2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Spiritualitas ………………… 7
2.5 Proses Keperawatan ……………………………………………… 9
BAB III
3.1 Kesimpulan ………………………………………………………. 12
3.2 Saran ……………………………………………………………… 12
DAFTAR PUSTAKA

5
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perawat sebagai tenaga kesehatan yang professional mempunyai kesempatan paling besar
untuk memberikan pelayanan kesehatan khususnya pelayanan/asuhan keperawatan yang
komprehensif dengan membantu klien memenuhi kebutuhan dasar yang holistik.
Perawat memandang klien sebagai makhluk bio-psiko-sosiokultural dan spiritual yang
berespon secara holistik dan unik terhadap perubahan kesehatan atau pada keadaan krisis.
Asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat tidak bisa terlepas dari interaksi perawat
dengan klien.
Perawat berupaya untuk membantu memenuhi kebutuhan spiritual klien sebagai bagian
dari kebutuhan menyeluruh klien, antara lain dengan memfasilitasi pemenuhan kebutuhan
spiritual klien tersebut, walau pun perawat dan klien mempunyai keyakinan spiritual atau
keagamaan yangtidak sama.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa Pengertian Spiritual?
1.2.2 Apa Pengertian Agama?
1.2.3 Bagaimana Karakteristik Spiritual?
1.2.4 Apa Sajakah Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Spiritualitas?
1.2.5 Bagaimana Proses Keperawatan?

1.3 Tujuan Penulisan


1.2.1 Mengetahui Pengertian Spiritual
1.2.2 Mengetahui Pengertian Agama
1.2.3 Mengetahui Karakteristik Spiritual
1.2.4 Mengetahui Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Spiritualitas
1.2.5 Mengetahui Proses Keperawatan

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Spiritual


Spiritual berasal dari bahasa latin spiritus, yang berarti bernafas atau angin. Ini berarti
segala sesuatu yang menjadi pusat semua aspek dari kehidupan seseorang (McEwan, 2005).
Spiritual adalah keyakinan dalam hubungannya dengan yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta
(Hamid, 1999).
Spiritual merupakan kompleks yang unik pada tiap individu dan tergantung pada budaya,
perkembangan, pengalaman hidup, kepercayaan dan ide-ide tentang kehidupan seseorang (Potter
& Perry, 1999)

2.2 Pengertian Agama


Agama suatu ajaran dan sistem yang mengatur tata keimanan/ kepercayaan dan
peribadatan kepada Tuhan yang Maha Kuasa, serta tata kaidah terkait pergaulan manusia dengan
manusia serta lingkungannya.
Kata “Agama” berasal dari bahasa Sansekerta yang secara umum berarti suatu tradisi,
dimana “A” artinya tidak dan “Gama” artinya kacau. Sehingga bila dilihat dari asal katanya,
definisi agama adalah suatu peraturan yang dapat menghindarkan manusia dari kekacauan, serta
mengarahkan manusia menjadi lebih teratur dan tertib.
Agar lebih memahami apa arti agama, maka kita dapat merujuk pada pendapat para ahli
berikut ini:
2.2.1 Anthoni F. C. Wallace
Menurut Anthoni F. C. Wallace, pengertian agama adalah seperangkat upacara
yang diberi rasionalisasi melalui adanya mitos dan menggerakkan kekuatan supranatural
agar terjadi perubahaan keadaan pada manusia dan alam semesta.
2.2.2 Émile Durkheim
Menurut Émile Durkheim, arti agama adalah suatu sistem yang terdiri dari
kepercayaan serta praktik yang berhubungan dengan hal suci dan menyatukan para
penganutnya dalam suatu komunitas moral (umat).

5
2.2.3 Nicolaus Driyarkara SJ
Menurut Nicolaus Driyarkara SJ, pengertian agama adalah suatu kenyakinan
karena adanya kekuatan supranatural yang mengatur serta menciptakan alam dan
seisinya.
2.2.4 Jappy Pellokila
Menurut Jappy Pellokila, pengertian agama adalah suatu keyakinan yang percaya
dengan adanya tuhan yang maha esa serta mempercayai hukum-hukumnya.
2.2.5 Damianus Hendropuspito
Menurut Damianus Hendropuspito, pengertian agama adalah suatu sistem nilai
yang mengatur hubungan antara manusia dengan alam semesta yang memiliki keterkaitan
dengan keyakinan.

2.3 Karakteristik Spiritual


2.3.1 Hubungan dengan diri sendiri
Kekuatan dalam dan self relience
2.3.1.1 Pengetahuan diri (siapa dirinya dan apa yang dapat dilakukannya)
2.3.1.2 Sikap (percaya diri sendiri, percaya pada kehidupan/ masa depan, ketenangan
pikiran, harmoni/ keselarasan dengan diri sendiri)
2.3.2 Hubungan dengan alam
Harmoni
2.3.2.1 Mengetahui tentang alam, iklim, margasatwa
2.3.2.2 Berkomunikasi dengan alam (berjalan kaki, bertanam), mengabdikan dan
melindungi alam
2.3.3 Hubungan dengan orang lain
Harmoni/ Suportif
2.3.3.1 Berbagi waktu, pengetahuan dan sumber secara timbal balik
2.3.3.2 Mengasuh anak, orang tua dan orang sakit
2.3.3.3    Meyakini kehidupan dan kematian (mengunjungi, melayat)
Tidak harmonis
2.3.3.4   Konflik dengan orang lain
2.3.3.5 Resolusi yang menimbulkan ketidakharmonisan dan friksi

6
2.3.4 Hubungan dengan Ketuhanan
Agamis atau tidak agamis
2.3.4.1 Sembahyang/ berdoa/ meditasi
2.3.4.2 Perlengkapan keagamaan

2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Spiritualitas


Menurut Taylor, Lilis & Le Mone (1997) dan Craven & Hirnle (1996), faktor penting
yang dapat mempengaruhi spiritualitas seseorang adalah:
2.4.1 Pertimbangan Tahap Perkembangan
Berdasarkan hasil penelitian terhadap anak-anak dengan empat agama yang
berbeda ditemukan bahwa mereka mempunyai persepsi tentang Tuhan dan bentuk
sembahyang yang berbeda menurut usia, seks, agama dan kepribadian anak.
2.4.2 Tema utama yang diuraikan oleh semua anak tentang Tuhan
  Gambaran tentang Tuhan yang bekerja melalui kedekatan dengan manusia dan
saling keterikatan dengan kehidupan, Mempercayai bahwa Tuhan terlibat dalam
perubahan dan pertumbuhan diri serta transformasi yang membuat dunia tetap segar, penuh
kehidupan dan berarti, Meyakini Tuhan mempunyai kekuatan dan selanjutnya merasa takut
menghadapi kekuasaan Tuhan, Gambaran cahaya/sinar.
2.4.3 Keluarga
Peran orang tua sangat menentukan dalam perkembangan spiritualitas anak. Yang
penting bukan apa yang diajarkan oleh orangtua kepada anaknya tentang Tuhan, tetapi
apa yang anak pelajari mengenai Tuhan, kehidupan dan diri sendiri dari perilaku orang tua
mereka. Oleh karena keluarga merupakan lingkungan terdekat dan pengalaman pertama
anak dalam mempersepsikan kehidupan di dunia, maka pandangan anak pada umumnya
diwarnai oleh pengalaman mereka dalam berhubungan dengan orang tua dan saudaranya.
2.4.4 Latar belakang etnik dan budaya
Sikap, keyakinan dan nilai dipengaruhi oleh latar belakang etnik dan sosial
budaya. Pada umumnya seseorang akan mengikuti tradisi agama dan spiritual keluarga.
Anak belajar pentingnya menjalankan kegiatan agama, termasuk nilai moral dari hubungan
keluarga dan peran serta dalam berbagai bentuk kegiatan keagamaan. Perlu diperhatikan

7
apapun tradisi agama atau sistem kepercayaan yang dianut individu, tetap saja
pengalaman spiritual unik bagi tiap individu.

2.4.5 Pengalaman hidup sebelumnya


Pengalaman hidup baik yang positif maupun pengalaman negatif dapat
mempengaruhi spiritualitas seseorang. Sebaliknya juga dipengaruhi oleh bagaimana
seseorang mengartikan secara spiritual kejadian atau pengalaman tersebut. Sebagai
contoh, jika dua orang wanita yang mempercayai bahwa Tuhan mencintai umatnya,
kehilangan anak mereka karena kecelakaan, salah satu dari mereka akan bereaksi dengan
mempertanyakan keberadaan Tuhan dan tidak mau sembahyang lagi. Sedangkan wanita
yang lain bahkan sebaliknya terus berdoa dan meminta Tuhan membantunya untuk
mengerti dan menerima kehilangan anaknya.
Begitu pula pengalaman hidup yang menyenangkan sekalipun seperti pernikahan,
pelantikan, kelulusan, kenaikan pangkat atau jabatan dapat menimbulkan perasaan
bersyukur kepada Tuhan, namun ada juga yang merasa tidak perlu mensyukurinya.
Peristiwa dalam kehidupan sering dianggap sebagai suatu cobaan yang diberikan Tuhan
kepada manusia untuk menguji kekuatan imannya. Pada saat ini, kebutuhan spiritual akan
meningkat yang memerlukan kedalaman spiritual dan kemampuan koping untuk
memenuhinya.
2.4.6 Krisis dan perubahan (Tooth, 1992) dan Craven & Hirnle (1996)
Krisis sering dialami ketika seseorang menghadapi penyakit, penderitaan, proses
penuaan, kehilangan dan bahkan kematian, khususnya pada klien dengan penyakit
terminal atau dengan prognosis yang buruk. Perubahan dalam kehidupan dan krisis yang
dihadapi tersebut merupakan pengalaman spiritual selain juga pengalaman yang bersifat
fisik dan emosional.Krisis dan perubahan dapat menguatkan kedalaman spiritual seseorang
Krisis bisa berhubungan dengan perubahan patofisiologi, treatment/terapi
pengobatan yang diperlukan, atau situasi yang mempengaruhi seseorang. Diagnosis
penyakit atau penyakit terminal pada umumnya akan menimbulkan pertanyaan tentang
sistem kepercayaan seseorang. Apabila klien dihadapkan pada kematian, maka keyakinan
spiritual dan keinginan untuk sembahyang/berdoa lebih tinggi dibandingkan pada pasien
yang berpenyakit tidak terminal.

8
2.4.7 Terpisah dari ikatan spiritual
Menderita sakit terutama yang bersifat akut, seringkali membuat individu merasa
terisolasi dan kehilangan kebebasabn pribadi dan sistem dukungan sosial (social support
system). Klien yang dirawat merasa terisolasi dalam ruangan yang asing baginya dan
merasa tidak aman. Kebiasaan hidup sehari-hari juga berubah, antara lain tidak dapat
menghadiri acara resmi, mengikuti kegiatan keagamaan atau tidak dapat berkumpul
dengan keluarga atau teman dekat yang biasa memberikan dukungan setiap saat
diinginkan. Terpisahnya klien dari ikatan spiritual berisiko terjadinya perubahan fungsi
spiritualnya.

2.5 Proses Keperawatan


2.5.1 Pengkajian
Pengkajian dilakukan untuk mendapatkan data subyektif dan obyektif. Aspek spiritual
sangat bersifat subyektif, ini berarti spiritual berbeda untuk individu yang berbeda pula
(Mcsherry dan Ross, 2002)
Pada dasarnya informasi awal yang perlu digali adalah
2.5.1.1 Alifiasi nilai;  Partisipasi klien dalam kegiatan agama apakah dilakukan secara
aktif atau tidak, Jenis partisipasi dalam kegiatan agama
2.5.1.2 Keyakinan agama dan spiritual; Praktik kesehatan misalnya diet,  mencari dan
menerima ritual atau upacara agama,  strategi koping
Nilai agama atau spiritual, mempengaruhi tujusn dan arti hidup, Tujuan dan arti
kematian, Kesehatan dan arti pemeliharaan serta Hubungan dengan  Tuhan, diri sendiri dan
orang lain
2.5.2 Diagnosa Keperawatan
2.5.2.1 Distress spiritual
2.5.2.2 Koping inefektif
2.5.2.3 Ansietas
2.5.2.4 Disfungsi seksual
2.5.2.5 Harga diri rendah
2.5.2.6 Keputusasaan
2.5.3 Perencanaan

9
2.5.3.1 Distress spiritual b.d anxietas
Definisi : gangguan pada prinsip hidup yang meliputi semua aspek dari  seseorang
yang menggabungkan aspek psikososial dan biologis
NOC :
2.5.3.1.1 Menunjukkan harapan
2.5.3.1.2 Menunjukkan kesejahteraan spiritual:
          2.5.3.1.2.1 Berarti dalam hidup
           2.5.3.1.2.2 Pandangan tentang spiritual
         2.5.3.1.2.3  Ketentraman, kasih sayang dan ampunan
       2.5.3.1.2.4 Berdoa atau beribadah
         2.5.3.1.2.5 Berinteraksi dengan pembimbing ibadah
    2.5.3.1.2.6 Keterkaitan denganorang lain, untuk berbagi pikiran, perasaan dan
kenyataan
2.5.3.1.3 Klien tenang
NIC :
2.5.3.1.4 Kaji adanya indikasi ketaatan dalam beragama
2.5.3.1.5 Tentukan konsep ketuhanan klien
2.5.3.1.6 Kaji sumber-sumber harapan dan  kekuatan pasisien
2.5.3.1.7 Dengarkan pandangan pasien tentang hubungan spiritiual dan kesehatan
2.5.3.1.8 Berikan prifasi dan waktu bagi pasien untuk mengamati praktik keagamaan
2.5.3.1.9 Kolaborasi dengan  pastoral
2.5.3.2     Koping inefektif b.d krisis situasi
Definisi : ketidakmampuan membuat penilaian yang tepat terhadat stressor,
pilihan respon untuk bertindak secara tidak adekuat dan atau ketidakmampuan
menggunakan sumber yang tersedia
NOC:
2.5.3.2.1 Koping efektif
2.5.3.2.2 Kemampuan untuk memilih antara 2 alternatif
2.5.3.2.3 Pengendalian impuls : kemampuan mengendalikan diri dari prilaku kompulsif
2.5.3.2.4 Pemrosesan informasi : kemampuan untuk mendapatkan dan menggunakan
informasi

10
NIC :
2.5.3.2.5 Identifikasi pandangan klien terhadap kondisi dan kesesuaiannya
2.5.3.2.6 Bantu klien mengidentifikasi kekuatan personal
2.5.3.2.7 Peningkatan koping:
2.5.3.2.7.1 Nilai kesesuaian pasien terhadap perubahan gambaran diri
2.5.3.2.7.2 Nilai dampak situasi kehidupan terhadap peran
2.5.3.2.7.3 Evaluasi kemampuan pasien dalam membuat keputusan
2.5.3.2.7.4 Anjurkan klien menggunakan tehnik relakssi
2.5.3.2.7.5 Berikan pelatihan ketrampilan sosial yang sesuai
2.5.3.2.8  Libatkan sumber – sumber yang ada untuk mendukung pemberian pelayanan
kesehatan
2.5.4 Pelaksanaan
Dilaksanakan sesuai dengan NIC yang telah ditentukan
2.5.5 Evaluasi
Evaluasi dengan melihat NOC yang telah ditentukan , secaara umum  tujuan tercapai
apabila klien ( Hamid, 1999)
2.5.5.1 Mampu beristirahat dengan tenang
2.5.5.2 Menyatakan penerimaan keputusan moral
2.5.5.3 Mengekspresikan rasa damai
2.5.5.4 Menunjukkan hubungan yang hangat dan terbuka
2.5.5.5 Menunjukkan sikap efektif tanpa rasa marah, rasa berslah dan ansietas
2.5.5.6 Menunjukkan prilaku lebih positif
2.5.5.7 Mengekspresikan arti positif terhadap situasi dan keberadaannya

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Spiritual merupakan kompleks yang unik pada tiap individu dan tergantung pada budaya,
perkembangan, pengalaman hidup, kepercayaan dan ide-ide tentang kehidupan seseorang (Potter
& Perry, 1999). Perawat memandang klien sebagai makhluk bio-psiko-sosiokultural dan spiritual
yang berespon secara holistik dan unik terhadap perubahan kesehatan atau pada keadaan krisis.
Asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat tidak bisa terlepas dari interaksi perawat
dengan klien.

3.2 Saran
Sebaiknya kita sebagai mahasiswa dan calon perawat dapat lebih memahami tentang
konsep spiritual dalam keperawatan

12
DAFTAR PUSTAKA

Dochterman, J. M and Bulecheck, G. M., 2004, Nursing Interventions Clasification (NIC),Mosby:


St. Louis, Missouri

Doenges, M. E., Moorhouse. M. F., Geisler. A. C., Rencana Asuhan Keperawatan, EGC: Jakarta

Hamid, A, Y., 1999, Buku ajar Aspek Spiritual dalam Keperawatan, Widya medika: Jakarta

Nurjanah, I, 2010, Intan’s Screening Diagnoses Assesment (ISDA), Mocomedia: Yogyakarta

Nurjanah, I, 2004, Pedoman Penanganan pada Gangguan Jiwa, Mocomedia: Yogyakarta

13

Anda mungkin juga menyukai