GENDEEEERRRRR
GENDEEEERRRRR
Dosen Pengampu:
Nama Anggota:
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS JAMBI
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat taufiq
“Pengertian dan Sejarah Psikoneuroimologi” ini tepat pada waktu. Tak lupa sholawat
dan salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah
Semoga Allah SWT selau membalas segala kebaikan mereka dan selalu
dari makalah ini mAsih belum sempurna dan pastinya ada kekurangan.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun kami harapkan demi kebaikan
makalah ini kedepannya. Akhir kata, kami seluruh penyusun berharap agar makalah
ini mampu memberikan manfaat bagi kita semua, khususnya bagi para pembaca dan
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………7
C. Tujuan Penulisan…………………………………………………………..7
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian…………………………………………………………………8
A. Kesimpulan………………………………………………………………..22
B. Saran ……………………………………………………………………...22
iii
BAB I
PENDAHULUAN
perbedaan biologis dan bukan kodrat Tuhan, proses sosial budaya yang panjang.
Perbedaan perilaku antara laki-laki dan perempuan, selain disebabkan oleh faktor
biologis sebagian besar justru terbentuk melalu proses sosial dan kultural. Gender
dengan pembagian peran dalam masyarakat yang dikonstruksi oleh masyarakat itu
sendiri. Istilah gender telah menjadi isu penting dan sering diperbincangkan akhir-
akhir ini. Banyak orang yang mempunyai persepsi bahwa gender selalu berkaitan
kesetaraan dan keadilan gender hanya dilakukan dan diikuti oleh perempuan tanpa
seluruh dunia melebihi jumlah laki-laki. Namun perempuan yang yang berpartisipasi
tetapi juga di seluruh dunia, termasuk juga di negara negara maju. Sebagai contoh
iv
dalam bidang pendidikan kaum perempuan masih tertinggal dibandingkan dengan
laki-laki. Contoh selanjutnya di India, di negara ini wanita dibagi menjadi tiga
kelompok atau kelas, yaitu kelas atas, menengah, dan bawah. Pandangan masyarakat
India terhadap wanita ditentukan pada kelas atau strata mana dia berada. Umumnya
kelas atau strata tersebut dilihat dari kasta atau keturunan, selain itu juga dari kelas
ekonomi. Tuntutan agar wanita terjun di dunia kerja mendorong mereka untuk
wanita, semakin terangkat kelas dan derajat dia dalam masyarakat. Bagi kelas rendah,
wanita dilahirkan, dirawat lalu tumbuh, harus tinggal dan bekerja di rumah.,
kemudian dikawinkan dalam usia belia. Artinya wanita yang tidak berpendidikan
semakin rendah pendidikan seorang wanita semakin sedikit kesempatan dia untuk
menuntuk hak-haknya. Kendala utama datang dari pihak keluarga, wanita dianggap
hanya pantas bekerja di dalam rumah saja. Oleh karena itu, kesempatan bagi mereka
untuk berkiprah di luar rumah sangat terbatas. Keinginan untuk bersekolah atau
mendapatkan pendidikan lainnya karena alasan untuk berkarir di luar rumah sangat
sedikit yang mendapat persetujuan dari pihak keluarga khususnya orang tua.
perempuan dalam hak secara hukum dan kondisi atau kualitas hidupnya sama.
Kesetaraan gender merupakan salah satu hak asasi setiap manusia. Gender itulah
v
yang pembedaan peran, atribut, sifat, sikap dan perilaku yang tumbuh dan
berkembang dalam masyarakat. Peran gender terbagi menjadi peran produktif, peran
reproduksi serta peran sosial kemasyarakatan. Akan tetapi pada kenyataannya sampai
saat ini, perempuan seringkali dianggap lemah dan hanya menjadi sosok pelengkap.
Terlebih lagi adanya pola berpikir bahwa peran perempuan hanya sebatas bekerja di
dapur, sumur, mengurus keluarga dan anak, sehingga pada akhirnya peran di luar itu
berbagai bidang kehidupan. Oleh karena itu, banyak bermunculan program atau
ekonomi, sosial dan politik. Namun, hal ini justru berbanding terbalik dengan realita
bahwa perempuan ternyata mempunyai peranan yang sangat besar dalam berbagai
bidang, baik dalam bidang ekonomi, politik, maupun sosial, bahkan peranan
struktural, baik terhadap laki-laki maupun perempuan. Keadilan gender adalah suatu
proses dan perlakuan adil terhadap perempuan dan laki-laki. Keadilan gender berarti
vi
tidak ada pembakuan peran, beban ganda, subordinasi, marginalisasi dan kekerasan
diskriminasi antara perempuan dan laki-laki, dan dengan demikian mereka memiliki
manfaat yang setara dan adil dari pembangunan. Memiliki akses dan partisipasi
berarti memiliki peluang atau kesempatan untuk menggunakan sumber daya dan
memiliki wewenang untuk mengambil keputusan terhadap cara penggunaan dan hasil
sumber daya tersebut. Memiliki kontrol berarti memiliki kewenangan penuh untuk
mengambil keputusan atas penggunaan dan hasil sumber daya. Sehingga memperoleh
manfaat yang sama dari pembangunan. Hak untuk hidup secara terhormat, bebas dari
rasa ketakutan dan bebas menentukan pilihan hidup tidak hanya diperuntukan bagi
para laki-laki, perempuan pun mempunyai hak yang sama pada hakikatnya.
vii
B. Rumusan Masalah
diskriminasi gender?
C. Tujuan Penulisan
viii
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
1. Gender
sosial antara laki-laki dan perempuan sehingga gender merujuk pada hubungan
antara laki-laki dan perempuan, anak laki-laki dan anak perempuan, dan
dan berubah antar waktu. Jadi gender merupakan suatu hubungan sosial antara
laki-laki dan hanya dibedakan dengan peran, status, serta pembagian kerja yang
2. Kesetaraan Gender
daya atau manfaat dan akses terhadap pelayanan. Jadi kesetaraan gender adalah
suatu keadaan setara antara laki-laki dan perempuan atas dasar kesempatan,
alokasi sumber daya atau manfaat dan akses terhadap kenyamanan. Kesetaraan
ix
gender juga harus mencakup ke segala bidang, contohnya dalam bidang
sama untuk memenuhi unsur kesetaraan gender sebagaimana telah diatur dalam
itu dalam UUD 45 terutama dalam pasal 31 ayat 1 juga dinyatakan bahwa,
3. Diskriminasi Gender
yang dibuat berdasarkan peran dan norma gender yang dikonstruksikan secara
x
social yang bertujuan untukmencegah seseorang menikmati hak asasi manusia
secara penuh.
merupakan akibat dari adanya system struktur social dimana salah satu jenis
kelamin (laki-laki atau perempuan) menjadi korban. Hal ini terjadi dikarena
sejarah manusia dalam berbagai bentuk dan cara yang menimpa kedua belah
danketidak setaraan antara laki-laki dan perempuan di Indonesia, hal ini dapat
gender dengan pemilahan sifat, peran, dan posisi tidak menjadi masalah
gender telah melahirkan berbagai ketidak adilan, bukan saja bagi kaum
perempuan, tetapi juga bagi kaum laki-laki. Berbagai pembedaan peran, fungsi,
tugas dan tanggung jawab serta kedudukan antara laki-laki dan perempuan baik
secara langsung maupun tidak langsung, dan dampak suatu peraturan perundang-
xi
undangan maupun kebijakan telah menimbulkan berbagai ketidakadilan karena
dimana baik perempuan maupun laki-laki menjadi korban dalam system tersebut.
Berbagai pembedaan peran dan kedudukan antara perempuan dan laki-laki baik
secara langsung yang berupa perlakuan maupun sikap, dan yang tidak langsung
manusia dalam berbagai bentuk yang bukan hanya menimpa perempuan saja
tetapi juga dialami oleh laki-laki. Ketidakadilan gender ini dapat bersifat :
berlaku.
bedakan.
xii
C. Bentuk-bentuk Ketidakadilan Akibat Diskriminasi Gender
oleh jenis kelaminnya adalah merupakan salah satu bentuk ketidakadilan yang
dikerjakan laki-laki
(2) Pemotongan padi dengan peralatan sabit, mesin yang diasumsikan hanya
2. Subordinasi (penomorduaan)
kelamin dianggap lebih penting atau lebih utama dibanding jenis kelamin
xiii
memperlihatkan pula bahwa masih ada nilai-nilai masyarakat yang membatasi
apabila seorang isteri yang hendak mengikuti tugas belajar, atau hendak
berpergian ke luar negeri harus mendapat izin suami, tatapi kalau suami yang
peran domestiknya.
4. Violence (kekerasan)
peran muncul dalam berbagai bentuk. Kata kekerasan tersebut berarti suatu
xiv
karena itu kekerasan tidak hanya menyangkut serangan fisik saja seperti
perkosaan, pemukulan, dan penyiksaan, tetapi juga yang bersifat non fisik
tempat umum dan juga di dalam masyarakat. Perempuan, pihak paling rentan
beban kerja yang harus dijalankan oleh salah satu jenis kelamin tertentu.
Dalam suatu rumah tangga pada umumnya, beberapa jenis kegiatan dilakukan
oleh laki-laki, dan beberapa yang lain dilakukan oleh perempuan. Berbagai
dalam rumah tangga, sehingga bagi mereka yang bekerja di luar rumah, selain
domestik.
xv
merupakan persoalan pokok pembangunan-suatu tujuan pembangunan yang
Suasana ketidakadilan ini terkadang bisa berubah secara drastis karena kebijakan
upah kerja, kesetaraan akses terhadap sumber daya manusia, dan sumber-sumber
mengartikan kesetaraan gender sebagai kesetaraan atas apa yang dihasilkan. Hal
ini didasarkan pada dua alasan sebagai berikut, pertama, tiap-tiap budaya dan
xvi
masyarakat dapat mengambil jalan yang berbeda dalam upaya mereka mencapai
perempuan dan laki-laki untuk memilih peran dan akibat-akibat yang berbeda
sendiri.
xvii
9. Perusahaan besar dan menengah terutama perusahaan publik memberlakukan
diseluruh mata rantai produksinya.
pandangan bahwa semua orang harus menerima perlakuan yang setara dan tidak
adalah salah satu tujuan dari Deklarasi Universal Hak asasi Manusia, PBB yang
berusaha untuk menciptakan kesetaraan dalam bidang sosial dan hukum, seperti
dalam aktivitas demokrasi dan memastikan akses pekerjaan yang setara dan upah
yang sama. Dalam praktiknya, tujuan dari kesetaraan gender adalah agar tiap
orang memperoleh perlakuan yang sama dan adil dalam masyarakat, tidak hanya
dalam bidang politik, di tempat kerja, atau bidang yang terkait dengan kebijakan
kesempatan bagi seluruh masyarakat dari segala lapisan untuk ikut serta dalam
xviii
perempuan di lokus penelitian di Sumatera Barat yang berperan serta dalam
muncul tidak hanya dari sisi politik, tapi juga dari nilai-nilai patriarkhi yang
masih kental. Pandangan yang sangat kuat tentang sistem nilai, norma, mitos,
juga tercermin dalam tafsiran ajaran agama yang dijadikan jastifikasi untuk
menolak kesetaraan gender. Pemahaman ideologi ini tidak hanya oleh lakilaki
patriarkhi yang secara nyata lebih banyak merugikan perempuan, dan pada
kehidupan. Secara dini upaya mewujudkan kesetaraan gender itu dapat dimulai
demokratisasi.
xix
terus digaungkan oleh Kementerian P3A. Kampanye ini untuk mengajak laki-laki
terlibat sebagai agen perubahan dalam mencapai kesetaraan gender dan pemenuhan
kesetaraan gender.
Berikut ini adalah 9 hal yang dapat di lakukan untuk mewujudkan kesetaraan
gender.
ranah publik maupun pribadi. Hal ini termasuk perdagangan manusia dan
4. Meningkatkan pelayanan umum dan kebijakan publik yang lebih pro terhadap
perempuan.
hak reproduksi.
xx
7. Melakukan reformasi untuk memberi perempuan hak yang sama terhadap
sumber daya ekonomi, serta akses terhadap kepemilikan dan kontrol atas
tanah dan bentuk properti, layanan keuangan, warisan dan sumber daya alam
perempuan.
9. Mengadopsi dan memperkuat kebijakan yang baik dan peraturan yang dapat
berdasarkan perbedaan ciri biologis primer. Sementara itu, Guru Besar Bidang
xxi
berperan di rumah. Masih menurut Aida, dalam ciri biologis sekunder (kuat-
perempuan ingin memiliki akses dan kesempatan yang sama sesuai dengan
xxii
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Individu diberi perlakuan yang tidak adil karena mereka menderita penyakit atau
cacat tertentu. Misalnya seorang yang pernah menderita sakit jiwa telah ditolak untuk
mengisi jabatan tertentu, meskipun ia telah sembuh dan memiliki kemampuan yang
dibutuhkan.
Salah satu cara menghindari salah satu diskriminasi adalah sesama orang yang
beriman dan beragama islam harus saling menghormati dan menyayangi. Salah satu
penyebab diskriminasi adalah Saling mencela satu sama lain akan menimbulkan
2. Saran
laki dan perempuan seperti masa lalu diamana setiap orang menganggap laki-laki dan
perempuan memiliki tingkatan yang berbeda karena hanya melihat dari segi biologis
dengan menganggap bahwa perempuan lebih lemah dan tidak pantas untuk
xxiii