Anda di halaman 1dari 29

E-ISSN - 2477-6521

Vol 4(1) Februari 2019 (171-183)

Jurnal Endurance : Kajian Ilmiah Problema Kesehatan


Avalilable Online
http://ejournal.kopertis10.or.id/index.php/endurance

Pengaruh Edukasi Kesehatan dengan Self Instructional Module Terhadap


Pengetahuan Tentang Diabetes Melitus

Rola Oktorina*, Ratna Sitorus, Lestari Sukmarini


Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia
*
Email korespondensi : rolanaser@gmail.com

Submitted :23-12-2017, Reviewed:01-02-2018, Accepted:18-07-2018


DOI: http://doi.org/10.22216/jen.v4i1.2995

ABSTRAK
Pasien diabetes melitus perlu mendapatkan informasi tentang diabetes melitus minimal setelah
ditegakan diagnosa. Perawat sebagai edukator bisa memberikan edukasi terhadap pasien diabetes
melitus agar terjadinya peningkatan pengetahuan pasien diabetes. Penyampaian edukasi melalui
lisan perlu ditambahkan dengan modul, agar pasien dapat meninjau kembali materi yang telah
diterima. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh edukasi dengan menggunakan self
instructional module terhadap tingkat pengetahuan tentang diabetes melitus pada pasien diabetes
melitus tipe 2. Penelitian ini menggunakan desain quasi experimental dengan one group pretest
postest dengan jumlah sampel 29 orang dengan diagnosa diabetes melitus tipe 2, pengumpulan data
menggunakan kuesioner. Analisis statistik menggunakan wilcoxon test. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan pengetahuan (p< 0,001; α<0,05) sebelum dan sesudah edukasi dengan
self instructional module. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai media edukasi
kesehatan dalam upaya peningkatan pengetahuan pada pasien diabetes melitus tipe 2.

Kata kunci: modul self instruktional; diabetes melitus tipe 2; edukasi kesehatan

ABSTRACT
Number of diabetes mellitus cases have been increasing every year. Diabetes mellitus patient needs to
get information about diabetes mellitus at least after the diagnose were given. Nurse as an educator
could give education for diabetes mellitus patient, so that there will be an upgrade of knowledge
diabetes mellitus patient. Verbal education need an additional tool such as a modul, in purpose
patient can re-evaluate the material that they already get. The purpose of this research is to test the
impact of education using self instructional module to level of knowledge about diabetes mellitus to
diabetes mellitus patient type 2. This research using quasi experimental with one group pretest
postest design with 29 person samples in total with diabetes mellitus type 2 diagnosis. Data
collection using questionaire. Statistic analysis using wilcoxon. Research result shows that there are
differences of knowledge before and after education by self instructional module (p= 0,000; α=0,05)
before and after education by self instructional module. Hopefully this research can be use as health
education media in an attempt to upgrade the knowledge of diabetes mellitus patient type 2.

Keywords: self instructional modul; diabetes mellitus type 2; helath education

LLDIKTI Wilayah X 171


Rola Oktorina et all| Pengaruh Edukasi Kesehatan dengan Self Instructional Module
Terhadap Pengetahuan Tentang Diabetes Melitus
(171-183)
PENDAHULUAN meningkatkan kepatuhan yang
Diabetes Melitus biasa disebut mempengaruhi kualitas hidup (Thomas
DM merupakan salah satu penyakit yang et al, 2016). Berdasarkan penelitian
tidak menular ditandai kadar gula dalam Ratnasari (2004) pasien diabetes melitus
darah yang meningkat melebihi batas yang rawat jalan memiliki tingkat
normal (ADA, 2016). Upaya pencegahan penegtahuan rendah yaitu sekitar
diabetes terdapat tiga tahap yaitu: 51,61%. Penelitian serupa tentang
pencegahan primer, sekunder dan tersier. pengelolaan diabetes melitus memiliki
Kepatuhan pasien untuk menjalani pengetahuan yang lebih baik sekitar
pengobatan penyakit yang bersifat 73,33% (Suparni, 2005).
kronik pada umumnya rendah sehingga Hasil studi pendahuluan dengan
menjadi salah satu hambatan untuk mewawancarai perawat dibeberapa
mencapai tujuan pengobatan. Untuk itu puskesmas dan rumah sakit pendidikan
perlu dilakukan pengendalian diabetes di kota Padang, jumlah pasien diabetes
dengan diberikannya edukasi kepada melitus terus bertambah. Jumlah
pasien diabetes melitus. kunjungan pada poli klinik diabetes di
Telah banyak metode dan media RSUP Dr. M Djamil Padang merupakan
yang digunakan dalam dunia pendidikan kunjungan terbanyak dalam kategori
agar pesan yang ingin disampaikan rawat jalan. Jumlah pasien perhari rata-
tercapai dan terjadinya peningkatan rata 50 orang. Edukasi yang sering
pengetahuan bagi pasien diabetes dilakukan pada pasien diabetes adalah
melitus. Metode yang telah banyak secara lisan. Jenis media yang terdapat
digunakan seperti metode kuliah dengan saat ini pada rumah sakit adalah poster
melakukan penyuluhan pada pasien atau yang jumlahnya terbatas. Dari hasil
keluarga, seminar dan edukasi secara wawancara tersebut diketahui bahwa
lisan menggunakan leaflet dan poster belum ada penggunaan metode edukasi
(Zagade & Patil, 2012). Modul kesehatan dengan menggunakan modul
merupakan salah satu media yang yang bisa dimanfaatkan pasien secara
mempunyai keunggulan seperti mudah mandiri untuk meningkatkan
untuk disimpan dan bisa digunakan pengetahuan.
berulang kali, tidak melibatkan banyak
orang dan memudahkan masyarakat METODE
untuk mengingat kembali isi pesan yang Penelitian ini menggunakan
terdapat di modul (Utomo, 2000). desain quasi experimental dengan one
Penggunaan self instructional module group pretest postest dengan jumlah
sederhana dan mudah dipahami, sesuai sampel 29 orang dengan diagnosa
dalam penceghan komplikasi diabetes diabetes melitus tipe 2 di Poliklinik
melitus (Varghese, 2013). Penelitian Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil
yang dilakukan oleh Thomas (2012) Padang pada Bulan April - Mei 2017.
tentang efectiveness of self instructional Teknik pengambilan sampel yang
module on the knowledge regarding digunakan adalah teknik non probability
diabetic diet among diabetic patients in sampling dengan consecutive sampling.
hospitals of Karad city hasilnya Kriteria inklusi responden
menunjukkan bahwa self instructional penelitian ini adalah : pasien bersedia
module efektif untuk meningkatkan menjadi responden penelitian, pasien
pengetahuan pasien diabetes melitus. DM tipe 2 dan responden bisa baca dan
Salah satu tujuan dari edukasi tulis bahasa Indonesia. Sedangkan
adalah untuk meningkatkan pengetahuan kriteria eksklusi responden penelitian ini
yang akan menyebabkan terjadinya adalah: pasien dengan gangguan
perubahan sikap dan gaya hidup penglihatan. Pengumpulan data
sehingga dilakukan dengan
Rola Oktorina et all| Pengaruh Edukasi Kesehatan dengan Self Instructional Module
Terhadap Pengetahuan Tentang Diabetes Melitus
(171-183)
menggunakan tingkat responden
instrumen kemaknaan berikutnya
karakteristik 0 HASIL yaitu
reponden, , Analisis pendidikan,
instrumen 0 Univariat penghasilan,
pengetahuan 5 Rata riwayat
pasien -rata usia keluarga dan
diabetes d responden informasi
melitus. a diabetes merupakan
Dalam n melitus tipe data kategorik
penelitian ini 2 sebesar sehingga
C 52,03 (95%
instrumen I analisa
yang CI: dilakukan
digunakan 48,13-55,94) dengan
9 dengan
adalah 5 jumlah dan
modifikasi standar persentase
%
dari DKS deviasi dapat dilihat
dengan 10 sebesar 10,27. pada tabel 1.1
item Karakt berikut.
pertanyaan eristik
yang meliputi
pengetahuan T
umum a
diabetes b
(Clara, 2014). e
Analis l
a bivariat 1
pada Distribusi Responden
penelitian ini Berdasarkan Pendidikan,
dilakukan Penghasilan, Riwayat Keluarga
untuk Dan
menganalisis Informasi Di
hubungan RSUP Dr. M.
antara Djamil
pengetahuan Padang
sebelum Bulan Mei-
dilakukan Juni 2017 (n=
edukasi 29)
kesehatan Karakteristik
dengan Responden
f %
pengetahuan
sesudah P
dilakukan
1
edukasi 1
kesehatan.
Analisis
menggunakan
uji statistik
wilcoxon test.
Dalam
penelitian ini
menggunakan
Rola Oktorina et all| Pengaruh Edukasi Kesehatan dengan Self Instructional Module
Terhadap Pengetahuan Tentang Diabetes Melitus
(171-183)
Tinggi
8 27,6 Analis minimal dan
Penghasilan is univariat maksimal
D 1 pengetahuan karena data
Diatas UMR sebelum dan berdistribusi
16 55,2, setelah tidak normal
Riwayat Keluaraga intervensi dan
A dilakukan merupakan
T
dengan variabel
menghitung numerik.
median,
nilai

T
a
b
e
l
2
Distribusi Pengetahuan Responden
Sebelum dan Setelah Intervensi
Edukasi Kesehatan
Tentang
Diabete
s
Melitus
Di
RSUP
Dr. M.
Djamil
Padang
B
u
l
a
n

M
e
i
-
J
u
n
i

2
0
1
7

(
N
Rola Oktorina et all| Pengaruh Edukasi Kesehatan dengan Self Instructional Module
Terhadap Pengetahuan Tentang Diabetes Melitus
(171-183)
= pengetahuan
normalitas yang
2 data bermakna
9 menggunakan antara
) Shapiro Wilk sebelum
didapatkan edukasi
p=0,014 (α< kesehatan
Variabel Median
0,05) yang dengan
Pre Test 40,0 berarti bahwa setelah
data edukasi
Post Test 80,0 pengetahuan kesehatan
Sebelumnya berdistribusi
A (p<0,001; α<
dilakukan tidak normal.
n 0
uji Hasil ,
a
penelitian 0
l
menunjukkan 5
i
bahwa )
s
terdapat .
i
perbedaan
s

B T
i a
v b
a e
r l
i 3
a Analisis Pengaruh Edukasi
t Kesehatan Terhadap
Analisa Pengetahuan Sebelum dan
bivariat Setelah
menjelaskan I
tentang n
pengaruh t
variabel bebas e
(edukasi r
kesehatan) v
terhadap e
variabel n
terikat s
(pengetahuan i
dan sikap)
d
Uji statistik
i
yang
digunakan R
untuk S
menganalisa U
pengetahun P
responden
sebelum dan D
setelah r
intervensi .
digunkan
Wilcoxon test. M
Rola Oktorina et all| Pengaruh Edukasi Kesehatan dengan Self Instructional Module
Terhadap Pengetahuan Tentang Diabetes Melitus
(171-183)
. u
s
D .
j
a P
m e
i n
l g
e
P t
a
a
d
h
a
u
n
a
g
n
Bulan
Mei-Juni 2017 (N= 29) Variabel Med
Usia
Pengetahuan - Lansia (45 – 65 tahun) 8,
Median Min-Maks - Dewasa (26 – 44 tahun) 8,
p value
Penghasilan
Pre Test - Di bawah UMR (<Rp. 1.950.000/bulan) 7,
40,0 10-70
0, - Di atas UMR (≥ Rp. 1.950.000/bulan) 8,
Post Test 0 Keterpaparan Informasi
80,0 50- 0 - Belum terpapar 8,
100 1* - Terpapar 8,
*signifikan/ bermakna Riwayat DM
pada α: 5% - Ada riwayat DM 8,
Hasil pengetahuan - Tidak ada riwayat DM 8,
uji statistik responden Dari penghasilan,
menunjukkan sebelum (pre- hasil analisis keterpaparan
terdapat test) dan diperoleh informasi dan
pengaruh sesudah tidak terdapat riwayat
edukasi (post-test) hubungan keluarga)
kesehatan self dengan nilai p bermakna setelah
instructional value sebesar pengetahuan diberikan
module 0,001. tentang DM edukasi
terhadap antara kesehatan self
karakteristik instructional
T responden module.
a (usia,
b
el
6
Analisis Hubungan
Karakteristik Responden
dengan Pengetahuan Pasien
Diabetes
M
e
l
i
t
Tabel 7
Analisis Hubungan Pendidikan dengan Pengetahuan setelah dilakukan Intervensi di
RSUP Dr. M. Djamil Padang Bulan Mei-Juni 2017 (n=29)
Pengetahuan
Variabel Median Min-Maks p value
Pendidikan 0,037
- Rendah 8,0 5,0-9,0
- Menegah 7,0 5,0-10,0
- Tinggi 8,5 8,0-9,0

Uji Kruskal-Wallis. Uji post hoc hubungan pengetahuan tentang DM


Mann-Whitney: Rendah vs Sedang dengan p value 0,016 (p<0,05).
p=0,420; Rendah vs Tinggi p= 0,057;
Sedang vs Tinggi p=0,016 Analisis Multivariat
Pada kelompok pendidikan Analisis mutivariat pada
rendah dengan kelompok pendidikan penelitian ini merupakan analisis regresi
tinggi didapatkan tidak ada hubungan linier model prediksi, dimana tujuan dari
pengetahuan tentang DM dengan p value analisis ini adalah untuk mengetahui
0,057 (p>0,05). Pada kelompok faktor variabel yang paling dominan
yang pendidikan menengah dengan kelompok berhubungan dengan variabel
dependen. pendidikan tinggi didapatkan ada
Tabel 10
Seleksi Bivariat
Pengetahaun intervensi
No Variable p value Keterangan
1. Usia 0,146 Ya
2. Pendidikan 0,142 Ya
3. Penghasilan 0,090 Ya
4. Keterpaparan Informasi 0,349 Tidak
5. Riwayat keluarga dengan DM 0,686 Tidak

Tabel 11
Pemodelan Akhir Multivariat Pengetahuan

Pengetahuan
Variabel R p
St. Error Beta B t ue
Square val
Const 6,55 0,70 9,36 0,001
0,103
Penghasilan 0,75 0,42 0,32 1,75 0,09
Pada pemodelan multivariat jika keseluruhan persamaan garis regresi
di lihat nilai R square sebesar 0,103 linear tidak signifikan.
artinya variabel penghasilan dapat
menjelaskan variabel pengetahuan PEMBAHASAN
sebesar 10,3%, sedangkan sisanya Pengetahuan Tentang Diabetes
dijelaskan oleh variabel lain. Dari hasil Melitus
uji statistik diperoleh nilai p value Berdasarkan hasil analisis
sebesar 0,09 yang artinya secara univariat penelitian didapatkan bahwa
median nilai pre test pengetahuan 40,00.
pre test pengetahuan adalah 70. Setelah
Nilai minimal pre test pengetahuan dilakukan edukasi kesehatan didapatkan
responden adalah 10 dan nilai maksimal median nilai post test pengetahuan 80,00.
Nilai minimal post test pengetahuan
responden adalah 50 dan nilai maksimal Pengaruh Edukasi Kesehatan Self
post test pengetahuan adalah 100. Pada Instructional Module (SIM) Terhadap
penelitian Marian & Joy (2012) Pengetahuan Tentang Diabetes
mengatakan pasien diabetes melitus Melitus
memiliki pengetahuan yang rendah Hasil penelitian ini menunjukkan
terhadap manajemen diet yang terdapat pengaruh pemberian edukasi
mempengaruhi sikap dan konsumsi kesehatan dengan Self Instructional
makanan. Pengetahuan yang meningkat Module (SIM) terhadap pengetahuan
juga akan memberikan kemampuan pasien mengenai diabetes melitus tipe 2
seseorang untuk mengubah perilaku dimana nilai p value adalah 0,001
(Miller, 1998). Seseorang yang memiliki (p<0,05). Penelitian ini sejalan dengan
pengetahuan dasar tentang diabetes Missiriya (2016) bahwa tingkat
melitus maka akan mengembangkan pengetahuan pasien diabetes melitus
sikap yang positif terhadap manajemen terhadap pemantauan glukosa secara
perilaku sehat. mandiri masih rendah dan terjadi
Pengetahuan yang baik adalah peningkatan pengetahuan setelah
kunci keberhasilan dari manajemen dilakukan edukasi dengan cara
diabetes melitus. Pengetahuan adalah demonstrasi pemantauan glukosa darah.
dasar dari perubahan perilaku individu Penelitian lain yang mendukung
dalam melakukan perawatan secara pengaruh edukasi kesehatan terhadap
mandiri (Delamater 2006 & Niven peningkatan pengetahuan adalah hasil
2008). Melalui edukasi kesehatan, penelitian yang dilakukan oleh Utami
pasien dapat memperoleh informasi yang (2008) dengan menggunakan buku
memadai dari petugas kesehatan. pedoman, terdapat perbedaan yang
Pengetahuan yang baik bagi pasien bermakna antara pengetahuan sebelum
diabetes melitus mengenai penyakitnya dan sesudah setelah mendapatkan
semakin meningkatkan kepatuhan dalam pelatihan metode kombinasi ceramah,
pengelolaan dan penanganan tanya jawab dan demonstrasi (p=0,010),
penyakitnya sehingga dapat mencegah dimana persentase responden yang
terjadinya komplikasi diabetes melitus mendapatkan pelatihan metode
(Bodenheimer, et al, 2007). Penelitian di kombinasi ceramah, tanya jawab dan
Nepal bagian Barat didapatkan pasien demonstrasi mempunyai pengetahuan
diabetes mempunyai pengetahuan yang kurang (49,57%) saat sebelum intervensi
rendah, hanya 6,59% yang mempunyai dan setelah intervensi mempunyai
pengetahuan yang baik tentang diabetes pengetahuan baik (82,61%). Penelitian
melitus (Upadhyay, et al, 2008). Belajar yang dilakukan oleh Sudiyanto dan
dalam peningkatan pengetahuan adalah sekartini (1998) tentang pengaruh
pembentukan hubungan antara stimulus edukasi kesehatan dengan menggunakan
dan respon serta pengulangan terhadap poster aksi kelender terjadi peningkatan
pengalaman sehingga memperbesar pengetahuan secara bermakna (p value
timbulnya respon yang benar (Setiawati 0,001).
& Dermawan, 2008). Edukasi kesehatan adalah proses
pemberian informasi yang dapat
meningkatkan aspek kognitif, afektif dan
psikomotor ke arah yang lebih baik.
Edukasi kesehatan merupakan proses
yang berlangsung secara terus menerus
sehingga target edukasi adalah terjadinya
perubahan perilaku dan peningkatan
kualitas hidup pasien (Basuki, 2004).
Setiawati & Dermawan (2008)
menyampaikan bahwa pendidikan
kesehatan merupakan serangkaian upaya
yang ditujukan untuk mempengaruhi Aldossari, et al (2015) pasien
orang lain, mulai dari individu, diabetes melitus memerlukan edukasi
kelompok, keluarga dan masyarakat agar tentang pemeriksaan teratur, komplikasi
terlaksananya hidup sehat. Tujuan diabetes terutama pemeriksaan mata.
pendidikan kesehatan diantaranya adalah Sebagian besar pasien memahami
untuk meningkatkan status kesehatan dampak komplikasi tetapi hanya sedikit
dan mencegah timbulnya penyakit, yang memeriksakan matanya secara
mempertahankan derajat kesehatan yang teratur. Media dibutuhkan dalam edukasi
sudah ada, memaksimalkan fungsi dan kesehatan agar mengarahkan indera ke
peran pasien selama sakit dan membantu suatu obyek dalam penyampaian
pasien serta keluarga untuk mengatasi informasi kesehatan. Menurut para ahli,
masalah kesehatan (Notoatmodjo, 2010). mata adalah indera yang paling banyak
Edukasi kesehatan juga akan lebih menyalurkan pengetahuan ke dalam otak
optimal jika menggunakan media/alat sebesar 75-87%. Dapat disimpulkan
bantu pembelajaran yang baik, seperti bahwa edukasi kesehatan dengan
leaflet, lembar balik, booklet dan masih menggunakan self instructional module
banyak alat yang lainnya (Nies & (SIM) dapat meningkatkan pengetahuan
McEwen, 2001). responden tentang diabetes melitus tipe2
Dalam upaya penatalaksanaan dengan p value < 0,001.
penyakit diabetes melitus tipe 2 terdapat
4 pilar utama yaitu: perencanaan makan Hubungan Karakteristik Responden
(diet), latihan jasmani (olah raga), terapi Terhadap Pengetahuan Setelah
obat (insulin) dan edukasi kesehatan Edukasi Kesehatan
(Perkeni, 2015). Penyakit diabetes a. Usia
melitus membutuhkan penanganan yang Usia seseorang akan
cukup lama sehingga perlu upaya mempengaruhi daya tangkap dan pola
pencegahan agar tidak terjadi komplikasi pikir seseorang terhadap informasi yang
lebih lanjut. Pada penelitian Yurika diberikan. Semakin bertambah usia maka
(2009) diperoleh hasil perbedaan yang daya tangkap dan pola pikir seseorang
bermakna pada pengetahuan responden semakin berkembang (Notoatmodjo,
dengan hasil p value 0,004. Hal ini 2003). Pada penelitian ini didapatkan
menunjukkan edukasi kesehatan yang nilai p value sebesar 0,125 (p>0,05) yang
diberikan kepada responden sangat artinya tidak terdapat hubungan
bermanfaat untuk meningkatkan bermakna pengetahuan tentang DM
pengetahuan. Edukasi kesehatan antara usia responden pada kelompok
diberikan dalam waktu yang relatif lebih lansia dengan skelompok dewasa setelah
pendek sehingga responden lebih diberikan edukasi kesehatan self
berkonsentrasi sewaktu mendengarkan instructional module. Patil &Zagade
edukasi kesehatan. Edukasi kesehatan (2012) dengan 40 responden didapatkan
merupakan suatu aktifitas belajar data sebanyak 35% responden berada
mengajar yang dirancang sedemikian pada rentang usia 40-50 tahun dengan
rupa sesuai dengan kondisi pasien dan tingkat pengetahuan pada responden
situasi tempat pembelajaran yang sebesar 80% mempunyai pengetahuan
diberikan oleh tenaga professional yang rendah tentang komplikasi diabetes
kepada klien, keluarga dan kelompok melitus.
masyarakat. Rani, Indra & Padma (2016)
didapatkan responden sebanyak 46,67%
berada pada rentang usia dewasa (30-
39tahun) dengan tingkat pengetahuan
rendah 76,67% terhadap perawatan
(2013) didapatkan responden
diabetes melitus. Varghese & Naidu sebanyak
45% berada pada rentang umur 40-45
tahun dan 31,7% mempunyai (2006) responden dengan penghasilan
pengetahuan yang rendah tentang tinggi memiliki prevalensi yang rendah
pencegahan komplikasi terhadap terhadap penyakit diabetes melitus tipe 2
diabetes dengan sampel sebanyak 60 dibandingkan dengan responden yang
responden. Penelitian Al-Qazaz, et al, berpenghasilan rendah. Pendapatan
2011) mengatakan peningkatan usia 10 sering dikaitkan dengan gaya hidup dan
tahun berhubungan dengan penurunan biaya penanganan diabetes melitus yang
3% terhadap pengetahuan pasien membutuhkan penanganan secara terus
diabetes melitus. Diabetes adalah menerus dalam jangka waktu yang
penyakit kronik dengan gejala yang panjang agar komplikasi tidak terjadi.
timbul perlahan dan bersifat ringan Status ekonomi juga akan menentukan
sehingga responden merasa tetap sehat tersedianya fasilitas yang diperlukan
dan tidak melakukan peningkatan dalam pembelajaran sehingga
pengetahuan tentang diabetes secara mempengaruhi pengetahuan seseorang.
mandiri. Pada penelitian Balogun & Gureje
(2012) menunjukkan responden dengan
b. Penghasilan penghasilan yang lebih tinggi memiliki
Hasil analisis untuk variabel peluang sebesar 17,70 kali per 1.000
penghasilan diperoleh nilai p value orang pertahun yang akan mengalami
sebesar 0,090 (p>0,05) yang artinya tidak diabetes melitus tipe 2 karena responden
terdapat hubungan bermakna yang memiliki penghasilan yang lebih
pengetahuan tentang DM antara tinggi mendapatkan penangan secara
penghasilan responden pada kelompok terus menerus sehingga bisa bertahan
berpenghasilan dibawah UMR dengan hidup lebih lama.
responden pada kelompok penghasilan
diatas UMR setelah diberikan edukasi c. Pendidikan
kesehatan self instructional module. Pada penelitian untuk variabel
Hasil penelitian diatas tidak sesuai pendidikan diperoleh diperoleh nilai p
dengan pendapat Notoadmodjo (2010) value sebesar 0,037 yang artinya
bahwa penghasilan merupakan salah satu terdapat hubungan bermakna
faktor yang mempengaruhi seseorang pengetahuan tentang DM antara tingkat
pemperoleh pengetahuan. Hal ini bisa pendidikan responden pada kelompok
saja disebabkan karena responden pendidikan rendah dengan responden
peneliti mendapatkan pengetahuan pada kelompok pendidikan menengah
tentang diabetes ditempat yang sama maupun tinggi setelah diberikan edukasi
yaitu di Poli RSUP DR. M.Djamil kesehatan self instructional module.
Padang yang merupakan rumah sakit Setelah dilakukan analisis post hoc, tidak
rujukan provinsi, sehingga informasi ada hubungan pengetahuan tentang DM
yang didapat seragam tanpa memandang antara responden tingkat pendidikan
tingkat penghasilan per individu. rendah dengan responden tingkat
Hasil penelitian Masi (2016) pendidikan menengah dengan p value
menunjukkan 34,4% responden memiliki 0,420 (p>0,05). Pada kelompok
pendapatan yang rendah karena tidak pendidikan rendah dengan kelompok
hanya pendapatan yang mempengaruhi pendidikan tinggi didapatkan tidak ada
diabetes melitus tetapi pola hidup dan hu8bungan pengetahuan tentang DM
kebiasaan masyarakat dapat dengan p value
mempengaruhi pengetahuan responden 0,057 (p>0,05). Pada kelompok
tentang diabetes melitus tipe 2. Rabi pendidikan menengah dengan kelompok
pendidikan tinggi didapatkan ada
hubungan pengetahuan tentang DM
dengan p value 0,016 (p<0,05).
Hal ini bisa disebebkan karena
penelitian ini tidak mengaharuskan pengetahuan dan sikap tentang diabetes
responden untuk melakukan pencarian tidak mengalami peningkatan. Seseorang
pengetahuan diluar dari modul yang yang terpapar informasi akan diproses
digunakan, sehingga walaupun dan menghasilkan pengetahuan, semakin
responden memiliki tingkat pendidikan seseorang terpapar informasi semakin
yang rendah responden tetap bisa belajar banyak pengetahaun yang diperoleh
dari modul yang telah disediakan. (Maulana, 2009).
Varghese& Naidu (2013)dengan 60 e. Riwayat Keluarga dengan Diabetes
sampel 33,3% memiliki tingkat Melitus
pendidikan yang rendah dan memiliki Untuk variabel riwayat keluarga
sikap yang rendah sebanyak 71,7% dengan DM didapatkan hasil analisis
terhadap pencegahan komplikasi diperoleh nilai p value sebesar 0,594
diabetes melitus. Pada penelitian ini (p>0,05) yang artinya tidak terdapat
didapatkan hubungan antara responden hubungan bermakna nilai pengetahuan
yang memiliki tingkat pendidikan yang antara riwayat keluarga pada kelompok
sedang dengan tingkat pendidikan yang yang memiliki riwayat keluarga dengan
tinggi setelah diberikan edukasi kelompok yang tidak memiliki riwayat
kesehatan. DM setelah diberikan edukasi kesehatan
d. Keterpaparan Informasi self instructional module.mFaktor
Untuk variabel keterpaparan genetik merupakan salah satu faktor yang
informasi tentang diabetes melitus, penting pada diabetes melitus.
diperoleh hasil analisis diperoleh nilai p Terjadinya kelainan yang diturunkan
value sebesar 0,279 (p>0,05) yang dapat mempengaruhi sel beta sehingga
artinya tidak terdapat hubungan mengubah kemampuan sel beta untuk
bermakna nilai pengetahuan antara mengenali dan merangsangsekretoris
keterpaparan informasi tentang DM pada atau rangkaian komleks yang merupakan
kelompok yang belum pernah terpapar bagian dari sintesis insulin. Oleh karena
informasi dengan kelompok yang pernah itu kerentanan individu terhadap faktor-
terpapar informasi setelah diberikan faktor lingkungan yang dapat mengubah
edukasi kesehatan self instructional fungsi sel beta semakin meningkat (Price
module. Informasi dapat diperoleh dari & Wilson, 2006).
media elektronik maupun media cetak. Tidak seperti diabetes tipe 1,
Penelitian yang dilakukan oleh Zagade diabetes melitus tipe 2 tidak
& Patil (2012) sebanyak 82,5% berhubungan dengan gen pada area
responden mendapatkan informasi human leukocyte antigen (HLA). Faktor
diabetes dari televisi dan 77,5% genetik berhubungan dengan riwayat
mendapatkan informasi dari media cetak keluarga dengan diabetes melitus. Indeks
dengan 40 sampel didapatkan tingkat untuk diabetes melitus tipe 2 pada
pengetahuan responden sebelum kembar monozigot hampir 100%. Resiko
dilakukan edukasi kesehatan 80% berkembangnya diabetes melitus tipe 2
mempunyai pengetahuan yang cukup pada saudar kandung mendekati 40%
tentang komplikasi diabetes. dan
Informasi yang didapat oleh 33% untuk anak cucu. Jika orang tua
responden pada penelitian ini sebagian menderita diabetes tipe 2, rasio diabetes
besar responden dapatkan sewaktu dan non diabetes pada anak adalah 1:1,
mereka melakukan pengobatan dan dan sekitar 90% sebagai carrier diabetes
diberikan secara lisan oleh tim kesehatan melitus tipe 2.
tetapi responden tidak mencari informasi Pasien yang memiliki riwayat
tambahan tentang diabetes sehingga keluarga dengan penyakit yang sama
akan memiliki pengalaman yang menjadi
sumber pegetahuan, seseorang akan b. Terdapat pengaruh edukasi kesehatan
memperoleh kebenaran pengetahuan self instructional module terhadap
dengan cara mengulang kembali pengetahuan pasien diabetes melitus
pengetahuan yang diperoleh untuk c. Tidak terdapat hubungan antara
mencegah masalah yang dihadapi masa karakteristik responden (usia,
lalu. Pada penelitian ini respon yang pendidikan, penghasilan, informasi
memiliki riwayat keluarga dengan dan riwayat keluarga) dengan
diabetes melitus tipe 2 sebagian besar pengetahuan setelah diberikan edukasi
saudara yang tidak hidup serumah kesehatan pada pasien diabetes
sehingga responden tidak bisa melitus, kecuali pada kelompok
menjadikan pengalaman yang tidak pendidikan menengah dengan
diulang sebagai sumber pengetahuan. kelompok pendidikan tinggi
didapatkan ada hubungan
Analisis Faktor yang Dominan Pada pengetahuan tentang DM.
Karakteristik Responden dengan d. Tidak ada faktor yang dominan dari
Pengetahuan karakteristik (usia, pendidikan,
Dari hasil penelitian diketahui penghasilan, informasi dan riwayat
bahwa seleksi bivariat mendapatkan 3 keluarga) dengan pengetahuan setelah
variabel pengetahuan dengan nilai diberikan edukasi kesehatan pada
p<0,25 yaitu usia, pendidikan dan pasien diabetes melitus.
penghasilan. Tetapi setelah dilakukan
pemodelan multivariat dengan metode UCAPAN TERIMAKASIH
backward jika di lihat nilai R square Ucapan terimakasih disampaikan
sebesar 0,103 artinya variabel kepada Direktur RSUP DR. M. Djamil
penghasilan dapat menjelaskan variabel Padang, Kasubag Diklat Non Medik
pengetahuan sebesar 10,3%, sedangkan RSUP DR. M. Djamil Padang, Karu dan
sisanya dijelaskan oleh variabel lain. Perawat Poli Endokrin RSUP DR. M.
Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p Djamil Padang atas izin untuk
value sebesar 0,09 yang artinya secara melaksanakan penelitian ini. Serta
keseluruhan persamaan garis regresi pasien diabetes melitus tipe 2 poli
linear tidak signifikan. Hal ini endokrin RSUP DR. M. Djamil Padang
dikarenakan pada penelitian ini yang telah bersedia menjadi responden
menggunakan responden dengan meluangkan waktunya untuk
kelompok yang homogen. terlaksananya penelitian ini.
SIMPULAN DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan hasil penelitian ini Ajzen, I & Fishbein, M. (2005). The
dapat disimpulkan: Influence of Attitudes on Behavior.
a. Karakteristik responden sebagian http://web.psych.utoronto.ca/psy320/
besar responden memiliki usia lansia, Required%20readings_files/4-1.pdf.
sebagian besar memiliki latar diakses pada tanggal 22 Maret 2017
belakang pendidikan menengah, Ali, Z. (2010). Dasar-Dasar Pendidikan
mempunyai penghasilan di atas UMR Kesehatan Masyarakat dan Promosi
Sumatera Barat, tidak mempunyai Kesehatan. Jakarta. Trans Info Media.
riwayat keluarga dengan diabetes Al-Qazaz, Kh. H., Sulaiman, A. S.,
melitus tipe 2 dan telah mendapatkan Hassali, A. A., Sundram, S., Saleem,
informasi tentang diabetes melitus F. (2011). Diabetes knowledge,
sebelumnya. medication adherence and glycemic
control among patients tipe 2.
International clin Pharm, 33
American
Diabetes
LLDIKTI Wilayah X 180
Association . Nurse as Dey, S., Gupta, R., et
(2016). Educator: Samuel, V. al. (2015).
Diabetes Principles (2016). A Knowledg
Care. of Practical e, Attitude
2016- Teaching Guide to and
Standards- and Diabetes Practices
of- Care Learning Mellitus 7th in Type
Edition.
pdfhttp://c for 2
The Health
are.diabete Nursing Science Diabetes
sjournals.o Practice, Publisher. Mellitus
rg/co Second India Patients in
ntent/suppl Edition. Dunning, T. Rural
/2015/12/2 Jones and (2014). Northern
1/39.Suppl Bartlett Care of India.
eme Publishers, People India.
nt_1.DC2/ Inc. UK with Indian
Anderson Bilous, R., Diabetes A Journal of
and Donelly, Manual Of Communit
Krathwohl. R. (2015). Nursing y Health.
(2016). Buku Practice Vol 27
Understan Pegangan Fourth Hastono, S.P.
ding The Diabetes Edition. (2007).
New Edisi Ke Wiley Analisa
Blackwell.
Version of 4. Bumi data
India
Bloom’s Medika. kesehatan.
Edelman,
Taxonomy. Jakarta C.L. & Jakarta.
http://these Bulechek, et Mendle, C.L. Fakultas
condprinci al. (2013). (2010). Kesehatan
ple.com/w Nursing Health Masyaraka
p Interventi promotion t,
/ ons : Universita
Anderso Classifica Througho s
n-and- tion (NIC) ut the life
6th span (7th
Krathw
Edition.U ed). St.
ohl- nited Louis
revised- Kingdom.
10- Missouri:
Elsevier Mosby
2016.pdf. Dharma,
diakses Elsevier.
Kelana. K. Fertman, C
pada (2011). &
tanggal 3 Metodologi Allensworth,
A penelitian D. (2010).
p keperawat Heatlh
r an: Promotion
i Panduan Programs
l melaksana : From
kan dan Theory to
2 menerapk Practice.
0 an hasil Jossey-
1 penelitian. Bass. San
7 Jakarta. Francisco
Bastable, S. Trans Info
(2003). Media
LLDIKTI Wilayah X 181
(2014). Pengukura McCance,
I Pusat nnya. KL., Huether,
n Data dan Graha SE. (2006).
d Informasi Indonesia. Pathophysi
o Kementeri Jakarta ology: the
n an Marian, O & biologic
e Kesehatan Joy, I. basis for
s RI (Info (2012). disease in
i Datin). Knowledge adults and
a http://www , Attitudes children
International .depkes.go. and (5th ed). St.
Diabetes id/structure Practices Louis.
Federatio - publikasi- of People Mosby
n. (2016). pusdatin- eith Type 2 McCulloh
Diabetes info- Diabetes DK.
Voice- datin.html. Mellitus in Manageme
Global diakses a Tertiary nt of
Perspecti pada Health persistent
ve tanggal 28 Care hyperglyce
On februari Center, mia in
Diabetse. 2017 Umuahia, type 2
https://w Kowalak, J., Nigeria. diabetes
ww.idf.or Welsh, W., Abia State, mellitus.20
g/sites/def Mayer, B. Nigeria. J 10.Availabl
ault/file (2003). Diabetes efrom:http:
s/attachm Buku Ajar Metab 3: //w
ents/DV- Patofisiolo 187 ww.uptodat
01-2016- gi. EGC. Maula, Heri e.com/hom
EN.pdf Jakarta D.J. (2009). e/content/t
Jones B. Kozier, B., Promosi opic
Basic Erb, G., K .
mechanis Berman, e do?
ms of A., & s top
sleep- Snyder, S. e ic
wake 2010. h Ke
states. Buku Ajar a y=
Dalam Fundament t dia
Potter, al a bet
Patricia A, Keperawat n es/
Perry, an. . 24
Anne G. Konsep, 30
(2010). Proses, & E 4
Fundament Praktik G Missiriya, S.
al of Edisi 7 C (2016).
Nursing. Volume 1. . Knowledge
Edisi 7. EGC. and
Jakarta. Jakarta J Practice of
Salemba Mar’at. a Self Care
Medika (1984). k Manageme
Kementrian Sikap a nt on
Kesehatan Manusia r Diabetes
(Kemenke Perubahan t Mellitus
s) RI. Serta a among
LLDIKTI Wilayah X 182
Urban , L ublishin
People. India. a g.
Tamilnadu n Jakarta
East, g Raman, K.,
Internation Nigeria. e Joseph, A.,
al Journal Internation Perkumpulan & Soman
of Endokri C. (2011).
al Journal
Pharmaceu nologi Health
of Tropical
tical Indonesi Action by
Medicine, People.
Sciences 5 (2), 28- a
Review (PERKE Trivandrum
36 . PubMed
and Padma, K., NI).
Research. Rani, Usha.,
Bele, S., (2015).
Mubarak, Indira, S.,
Bodhare, Konsens Padma, K.
W. T., & us (2016).
(2007). Valsangkar Pengelol Assess the
Promosi , S. (2012). aan dan effectivenes
Kesehatan. Evaluation Pencega s of self
Jogjakarta. Of han instruction
Graha Ilmu Knowledge Diabetes al module
Muller, D.J. and Self Melitus on
(1992). Care Tipe 2 knowledge
Mengukur Practice in Di regarding
sikap Diabetic Indonesi self care
sosial: Patients a. practices
Pegangan and Their Indonesi among
untuk Role in a newly
peneliti Disease Polit, D. F., diagnosed
dan Manageme & Beck, C. diabetes
praktisi. nt. India. T. (2005). mellitus
Jakarta. National Nursing client’s
Radar Jaya Journal of researc
attending
Offset h
Communit endocrine
Nwanko, principl
y Medicine es and OPD,
C.H., Vol methods Narayana
Nandy, B., 3 . 7th ed. Medical
& Pender, Nola Lippinc College
Nwanko, (1996) ott. Hospital.
B.O. Health William Internation
(2010). Promoti s & al Journal
Factors on in Wilkins of Science
Influencin Nursing Purnamasari, and
g Diabetes Practic D. Research
Manageme e (third (2014). (IJSR)
nt edition. Buku
Outcome Stamfor Ajar
Among d, Ilmu
Patients Connect Penyakit
Attending Dalam
icut :
Goverment Jilid II
Appleto Edisi
Health n
Facilities VI.
& InternaP
in South
LLDIKTI Wilayah X 183
I education Research
Sastroasmoro, n on (IJSR)
S., & Ismael, t glycemia Wattanakul,
S. (2014). e and B. (2012).
Dasar- r cholesterol Factor
dasar n control. influencing
metodolog a Journal of diabetes
i penelitian self
Diabetes
klinis. P manageme
u Research nt
Edisi 5. and
Jakarta. b behaviors
l Clinical among
Sagung practice.
Seto i patientss
s Utomo, T. with T2DM
Sentana, A. (2000).
h in rural
(2016). Peningkata
i Thailand.
Hubungan n dan
n www.searc
Karakterist g Pengemban hingproque
ik . gan st.com
Responden Pendidikan Wilkinson,
dengan J Manajeme J. (2016).
Pengetahu a n Diagnosis
an dan k Perkuliaha Keperawatan
Sikap a n, Metode Edisi 10.
Pasien r Perbaikan Jakarta. EGC
Diabetes t Pendidikan World
Melitus a . Jakarta. Health
Thomas, S Gramedia Organization
Tentang
& Mohite, Varghese, J., (WHO).
Perawatan
V. (2012). Naidu, S. (2016).
Kaki di (2013). A
Ruang Poli Effectivene World
Study To Health
Dalam ss of Self Assess The
Instruction Day
RSU Nusa Effectivene
al Module 2
Tenggara ss Of Self
on the 0
Barat. Instruction
Knowledge 1
Mataram al Module
Regarding 6
Setiawati & On
Diabetic Knowledge _
Dermawan.
Diet , Attittude, G
(2008).
among And l
Proses
Diabetic Practice o
Pembelajaran
Patients. Regarding b
dalam
Internation Prevention a
Pendidikan
al Journal Of l
Kesehatan.
of Science Complicati
Trans Info
and ons Among
Media. Diabetic
Jakarta Research
Patients In
Suyono, S. (IJSR) Selected
(2014). Tien K, Hospitals
Buku Ajar Hung H & In Pune.
Ilmu Penyakit Hsaio J. Internation
Dalam Jilid (2003). al Journal
II Edisi VI. Continuing of Science
diabetic and
LLDIKTI Wilayah X 184
ReportOnDiabetes_Diabetes_Infogra
phic_v2.pdfhttp://www.who.int/diabe
tes/global-
report/WHD2016_Diabetes_Infograp
hic_v2.pdf
www.depkes.go.id/resources/download/
pusdatin/infodatin/infodatin-
diabetes.pdf
Zagade, T & Patil, A. (2012).
Effectiveness of Self Instructional
Module on Knowledge Regarding
Prevention of Microvacular and
Macrovascular. International Journal
of Science and Research (IJSR)
SISTEM ENDOKRIN

Disusun oleh:

KELOMPOK 10 (II A):


CHATARINA S JEMALI (C1814201007)
JEAN S LESNUSSA (C1814201018)
MARGARETA S. P SARI (C1814201026)
YUSTINA R. BALUDUNG (C1814201052)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STELLA MARIS


S1 KEPERAWATAN MAKASSAR
2019/2020
Judul Penelitian : Pengaruh Edukasi Kesehatan dengan Self Instructional Module
Terhadap
Pengetahuan Tentang Diabetes Melitus .

Tujuan Penelitian :

salah satu tujuan dari edukasi adalah untuk meningkatkan pengetahuan yang
akan menyebabkan terjadinya perubahan sikap dan gaya hidup sehingga
meningkatkan kepatuhan yang mempengaruhi kualitas hidup( Thomas et al, 2016).

Metode Penelitian :

Penelitian ini menggunakan desain quasi experimental dengan one group


pretest postest dengan jumlah sampel 29 orang dengan diagnosa diabetes
melitus tipe 2 di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang pada Bulan
April - Mei 2017. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik non
probability sampling dengan consecutive sampling. Kriteria inklusi responden
penelitian ini adalah : pasien bersedia menjadi responden penelitian, pasien DM tipe
2 dan responden bisa baca dan tulis bahasa Indonesia. Sedangkan kriteria eksklusi
responden penelitian ini adalah: pasien dengan gangguan penglihatan.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen karakteristik
reponden, instrumen pengetahuan pasien diabetes melitus. Dalam penelitian ini
instrumen yang digunakan adalah modifikasi dari DKS dengan 10 item pertanyaan
yang meliputi pengetahuan umum diabetes (Clara, 2014). Analisa bivariat pada
penelitian ini dilakukan untuk menganalisis hubungan antara pengetahuan sebelum
dilakukan edukasi kesehatan dengan pengetahuan sesudah dilakukan edukasi
kesehatan. Analisis menggunakan uji statistik wilcoxon test. Dalam penelitian
ini menggunakan tingkat kemaknaan 0,05 dan CI 95%.

HASIL PENELITIAN :

1. Analisis Univariat
Rata-rata usia responden diabetes mellitus tipe 2 sebesar 52,03 (95% CI;
48,13-
55,94) dengan standar deviasi sebesar 10,27. Karakteristik responden
yaitu pendidikan, penghasilan, riwayat keluarga dan informasi. Analisis
univariat pengetahuan sebelum dan setelah intervensi dilakukan dengan
menghitung median, nilai minimal dan maksimal karena data berdistribusi
tidak normal dan merupakan variable numeric.
2. Analisis Bivariat
Analisa bivariat menjelaskan tentang pengaruh variable bebas (edukasi
kesehatan) terhadap variable terikat (pengetahuan dan sikap uji). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengetahuan yang
bermakna antara sebelum edukasi kesehatan dengan setelah edukasi
kesehatan. Dari hasil analisis diperoleh tidak terdapat hubungan
bermakna pengetahuan tentang DM antara karakteristik responden
(usia, penghasilan, keterpaparan informasi dan riwayat keluarga).

3. Analisis Multivariat
Analisis multivariate pada penelitian ini merupakan analisis regresi linier
model prediksi, dimana tujuan dari analisis ini adalah untuk mengetahui
faktor variable yang paling dominan yang berhubungan dengan variable
dependen. Dari hasil uji statistic diperoleh nilai p value sebesar 0,09 yang
artinya secara keseluruhan persamaan garis regresi linear tidak signifikan

DISKUSI PEMBAHASAN :

A. Pengetahuan Tentang Diabetes Melitus Berdasarkan hasil analisis


univariat penelitian didapatkan bahwa median nilai pre test pengetahuan
40,00.

Nilai minimal pre test pengetahuan responden adalah 10 dan nilai


maksimal pre test pengetahuan adalah 70. Setelah dilakukan edukasi
kesehatan didapatkan median nilai post test pengetahuan 80,00. Nilai minimal
post test pengetahuan responden adalah 50 dan nilai maksimal post test
pengetahuan adalah 100. Pada penelitian Marian & Joy (2012) mengatakan
pasien diabetes melitus memiliki pengetahuan yang rendah terhadap
manajemen diet yang mempengaruhi sikap dan konsumsi makanan.
Pengetahuan yang meningkat juga akan memberikan kemampuan
seseorang untuk mengubah perilaku (Miller, 1998). Seseorang yang
memiliki pengetahuan dasar tentang diabetes melitus maka akan
mengembangkan sikap yang positif terhadap manajemen perilaku sehat.
Pengetahuan yang baik adalah kunci keberhasilan dari manajemen diabetes
melitus. Pengetahuan adalah dasar dari perubahan perilaku individu dalam
melakukan perawatan secara mandiri (Delamater 2006 & Niven 2008). Melalui
edukasi kesehatan, pasien dapat memperoleh informasi yang memadai
dari petugas kesehatan. Pengetahuan yang baik bagi pasien diabetes
melitus mengenai penyakitnya semakin meningkatkan kepatuhan dalam
pengelolaan dan penanganan penyakitnya sehingga dapat mencegah
terjadinya komplikasi diabetes melitus (Bodenheimer, et al, 2007). Penelitian
di Nepal bagian Barat didapatkan pasien diabetes mempunyai
pengetahuan yang rendah, hanya 6,59% yang mempunyai pengetahuan yang
baik tentang diabetes melitus (Upadhyay, et al, 2008). Belajar dalam
peningkatan pengetahuan adalah pembentukan hubungan antara stimulus
dan respon serta pengulangan terhadap pengalaman sehingga memperbesar
timbulnya respon yang benar (Setiawati & Dermawan, 2008).

B. Pengaruh Edukasi Kesehatan Self Instructional Module (SIM)


Terhadap
Pengetahuan Tentang Diabetes Melitus

Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat pengaruh pemberian edukasi


kesehatan dengan Self Instructional Module (SIM) terhadap pengetahuan pasien
mengenai diabetes melitus tipe 2 dimana nilai p value adalah 0,001 (p<0,05).
Penelitian ini sejalan dengan Missiriya (2016) bahwa tingkat pengetahuan pasien
diabetes melitus terhadap pemantauan glukosa secara mandiri masih rendah dan
terjadi peningkatan pengetahuan setelah dilakukan edukasi dengan cara
demonstrasi pemantauan glukosa darah. Penelitian lain yang mendukung
pengaruh edukasi kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan adalah hasil
penelitian yang dilakukan oleh Utami (2008) dengan menggunakan buku
pedoman, terdapat perbedaan yang bermakna antara pengetahuan sebelum dan
sesudah setelah mendapatkan pelatihan metode kombinasi ceramah, tanya
jawab dan demonstrasi (p=0,010), dimana persentase responden yang
mendapatkan pelatihan metode kombinasi ceramah, tanya jawab dan
demonstrasi mempunyai pengetahuan kurang (49,57%) saat sebelum intervensi
dan setelah intervensi mempunyai pengetahuan baik (82,61%). Penelitian yang
dilakukan oleh Sudiyanto dan sekartini (1998) tentang pengaruh edukasi
kesehatan dengan menggunakan poster aksi kelender terjadi peningkatan
pengetahuan secara bermakna (p value 0,001). Edukasi kesehatan adalah
proses pemberian informasi yang dapat meningkatkan aspek kognitif, afektif dan
psikomotor ke arah yang lebih baik. Edukasi kesehatan merupakan proses yang
berlangsung secara terus menerus sehingga target edukasi adalah terjadinya
perubahan perilaku dan peningkatan kualitas hidup pasien (Basuki, 2004).
Setiawati & Dermawan (2008) menyampaikan bahwa pendidikan
kesehatan merupakan serangkaian upaya yang ditujukan untuk
mempengaruhi orang lain, mulai dari individu, kelompok, keluarga dan
masyarakat agar terlaksananya hidup sehat. Tujuan pendidikan kesehatan
diantaranya adalah untuk meningkatkan status kesehatan dan mencegah
timbulnya penyakit, mempertahankan derajat kesehatan yang sudah ada,
memaksimalkan fungsi dan peran pasien selama sakit dan membantu pasien
serta keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan (Notoatmodjo, 2010).

Edukasi kesehatan juga akan lebih optimal jika menggunakan media/alat


bantu pembelajaran yang baik, seperti leaflet, lembar balik, booklet dan
masih banyak alat yang lainnya (Nies & McEwen, 2001). Dalam upaya
penatalaksanaan penyakit diabetes melitus tipe 2 terdapat 4 pilar utama yaitu:
perencanaan makan (diet), latihan jasmani (olah raga), terapi obat (insulin)
dan edukasi kesehatan (Perkeni, 2015). Penyakit diabetes melitus membutuhkan
penanganan yang cukup lama sehingga perlu upaya pencegahan agar tidak
terjadi komplikasi lebih lanjut. Pada penelitian Yurika (2009) diperoleh hasil
perbedaan yang bermakna pada pengetahuan responden dengan hasil p value
0,004. Hal ini menunjukkan edukasi kesehatan yang diberikan kepada
responden sangat bermanfaat untuk meningkatkanpengetahuan. Edukasi
kesehatan diberikan dalam waktu yang relatif lebih pendek sehingga responden
lebih berkonsentrasi sewaktu mendengarkan edukasi kesehatan. Edukasi
kesehatan merupakan suatu aktifitas belajar mengajar yang dirancang sedemikian
rupa sesuai dengan kondisi pasien dan situasi tempat pembelajaran yang
diberikan oleh tenaga professional kepada klien, keluarga dan kelompok
masyarakat.

Aldossari, et al (2015) pasien diabetes melitus memerlukan edukasi


tentang pemeriksaan teratur, komplikasi diabetes terutama pemeriksaan
mata. Sebagian besar pasien memahami dampak komplikasi tetapi hanya
sedikit yang memeriksakan matanya secara teratur. Media dibutuhkan dalam
edukasi kesehatan agar mengarahkan indera ke suatu obyek dalam
penyampaian informasi kesehatan. Menurut para ahli, mata adalah
indera yang paling banyak menyalurkan pengetahuan ke dalam otak
sebesar 75-87%. Dapat disimpulkan bahwa edukasi kesehatan dengan
menggunakan self instructional module (SIM) dapat meningkatkan
pengetahuan responden tentang diabetes melitus tipe2 dengan p value <
0,001.

C. Hubungan Karakteristik Responden Terhadap Pengetahuan Setelah


Edukasi Kesehatan
1. Usia

Usia seseorang akan mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir


seseorang terhadap informasi yang diberikan. Semakin bertambah
usia maka daya tangkap dan pola pikir seseorang semakin
berkembang (Notoatmodjo, 2003). Pada penelitian ini didapatkan nilai p
value sebesar 0,125 (p>0,05) yang artinya tidak terdapat hubungan
bermakna pengetahuan tentang DM antara usia responden pada
kelompok lansia dengan skelompok dewasa setelah diberikan edukasi
kesehatan self instructional module. Patil &Zagade (2012) dengan 40
responden didapatkan data sebanyak 35% responden berada pada
rentang usia
40-50 tahun dengan tingkat pengetahuan pada responden sebesar 80%
mempunyai pengetahuan yang rendah tentang komplikasi diabetes
melitus. Rani, Indra & Padma (2016) didapatkan responden sebanyak
46,67% berada pada rentang usia dewasa (3039tahun) dengan
tingkat pengetahuan rendah 76,67% terhadap perawatan diabetes
melitus. Varghese & Naidu (2013) didapatkan responden sebanyak 45%
berada pada rentang umur 40-45 tahun dan 31,7% mempunyai
pengetahuan yang rendah tentang pencegahan komplikasi terhadap
diabetes dengan sampel sebanyak 60 responden. Penelitian Al-Qazaz, et
al, 2011) mengatakan peningkatan usia 10 tahun berhubungan dengan
penurunan 3% terhadap pengetahuan pasien diabetes melitus. Diabetes
adalah penyakit kronik dengan gejala yang timbul perlahan dan bersifat
ringan sehingga responden merasa tetap sehat dan tidak melakukan
peningkatan pengetahuan tentang diabetes secara mandiri.

2. Penghasilan

Hasil analisis untuk variabel penghasilan diperoleh nilai p value


sebesar 0,090 (p>0,05) yang artinya tidak terdapat hubungan bermakna
pengetahuan tentang DM antara penghasilan responden pada kelompok
berpenghasilan dibawah UMR dengan responden pada kelompok
penghasilan diatas UMR setelah diberikan edukasi kesehatan self
instructional module. Hasil penelitian diatas tidak sesuai dengan pendapat
Notoadmodjo (2010) bahwa penghasilan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi seseorang pemperoleh pengetahuan. Hal ini bisa saja
disebabkan karena responden peneliti mendapatkan pengetahuan tentang
diabetes ditempat yang sama yaitu di Poli RSUP DR. M.Djamil Padang yang
merupakan rumah sakit rujukan provinsi, sehingga informasi yang didapat
seragam tanpa memandang tingkat penghasilan per individu.
Hasil penelitian Masi (2016) menunjukkan 34,4% responden memiliki
pendapatan yang rendah karena tidak hanya pendapatan yang mempengaruhi
diabetes melitus tetapi pola hidup dan kebiasaan masyarakat dapat
mempengaruhi pengetahuan responden tentang diabetes melitus tipe 2. Rabi
(2006) responden dengan penghasilan tinggi memiliki prevalensi yang
rendah terhadap penyakit diabetes melitus tipe 2 dibandingkan
dengan responden yang berpenghasilan rendah. Pendapatan sering
dikaitkan dengan gaya hidup dan biaya penanganan diabetes melitus yang
membutuhkan penanganan secara terus menerus dalam jangka waktu yang
panjang agar komplikasi tidak terjadi.

Status ekonomi juga akan menentukan tersedianya fasilitas yang


diperlukan dalam pembelajaran sehingga mempengaruhi pengetahuan
seseorang. Pada penelitian Balogun & Gureje (2012) menunjukkan
responden dengan penghasilan yang lebih tinggi memiliki peluang sebesar
17,70 kali per 1.000 orang pertahun yang akan mengalami diabetes
melitus tipe 2 karena responden yang memiliki penghasilan yang lebih
tinggi mendapatkan penangan secara terus menerus sehingga bisa
bertahan hidup lebih lama.

3. Pendidikan

Pada penelitian untuk variabel pendidikan diperoleh diperoleh nilai p


value sebesar 0,037 yang artinya terdapat hubungan bermakna pengetahuan
tentang DM antara tingkat pendidikan responden pada kelompok pendidikan
rendah dengan responden pada kelompok pendidikan menengah maupun
tinggi setelah diberikan edukasi kesehatan self instructional module. Setelah
dilakukan analisis post hoc, tidak ada hubungan pengetahuan tentang
DM antara responden tingkat pendidikan rendah dengan responden tingkat
pendidikan menengah dengan p value 0,420 (p>0,05). Pada kelompok
pendidikan rendah dengan kelompok pendidikan tinggi didapatkan tidak
ada hu8bungan pengetahuan tentang DM dengan p value 0,057 (p>0,05).
Pada kelompok pendidikan menengah dengan kelompok pendidikan tinggi
didapatkan ada hubungan pengetahuan tentang DM dengan p value 0,016
(p<0,05).
Hal ini bisa disebebkan karena penelitian ini tidak mengaharuskan
responden untuk melakukan pencarian pengetahuan diluar dari modul
yang digunakan, sehingga walaupun responden memiliki tingkat
pendidikan yang rendah responden tetap bisa belajar dari modul
yang telah disediakan. Varghese& Naidu (2013)dengan 60 sampel
33,3% memiliki tingkat pendidikan yang rendah dan memiliki sikap yang
rendah sebanyak 71,7% terhadap pencegahan komplikasi diabetes
melitus. Pada penelitian ini didapatkan hubungan antara responden
yang memiliki tingkat pendidikan yang sedang dengan tingkat pendidikan
yang tinggi setelah diberikan edukasi kesehatan.
4. Keterpaparan Informasi

Untuk variabel keterpaparan informasi tentang diabetes melitus,


diperoleh hasil analisis diperoleh nilai p value sebesar 0,279 (p>0,05) yang
artinya tidak terdapat hubungan bermakna nilai pengetahuan antara
keterpaparan informasi

tentang DM pada kelompok yang belum pernah terpapar informasi dengan


kelompok yang pernah terpapar informasi setelah diberikan edukasi
kesehatan self instructional module. Informasi dapat diperoleh dari media
elektronik maupun media cetak. Penelitian yang dilakukan oleh Zagade
& Patil (2012) sebanyak 82,5% responden mendapatkan informasi
diabetes dari televisi dan 77,5% mendapatkan informasi dari media cetak
dengan 40 sampel didapatkan tingkat pengetahuan responden sebelum
dilakukan edukasi kesehatan 80% mempunyai pengetahuan yang cukup
tentang komplikasi diabetes. Informasi yang didapat oleh responden
pada penelitian ini sebagian besar responden dapatkan sewaktu mereka
melakukan pengobatan dan diberikan secara lisan oleh tim kesehatan
tetapi responden tidak mencari informasi tambahan tentang diabetes
sehingga pengetahuan dan sikap tentang diabetes tidak
mengalami peningkatan. Seseorang yang terpapar informasi akan
diproses dan menghasilkan pengetahuan, semakin seseorang terpapar
informasi semakin banyak pengetahaun yang diperoleh (Maulana, 2009).
5. Riwayat Keluarga dengan Diabetes Melitus

Untuk variabel riwayat keluarga dengan DM didapatkan hasil


analisis diperoleh nilai p value sebesar 0,594 (p>0,05) yang artinya tidak
terdapat hubungan bermakna nilai pengetahuan antara riwayat keluarga
dengan kelompok yang tidak memiliki riwayat DM setelah diberikan
edukasi kesehatan self instructional module.mFaktor genetik merupakan
salah satu faktor yang penting pada diabetes melitus. Terjadinya kelainan
yang diturunkan dapat mempengaruhi sel beta sehingga mengubah
kemampuan sel beta untuk mengenali dan merangsangsekretoris atau
rangkaian komleks yang merupakan bagian dari sintesis insulin. Oleh
karena itu kerentanan individu terhadap faktorfaktor lingkungan yang
dapat mengubah fungsi sel beta semakin meningkat (Price & Wilson,
2006).

Terjadinya kelainan yang diturunkan dapat mempengaruhi sel beta


sehingga mengubah kemampuan sel beta untuk mengenali dan
merangsangsekretoris atau rangkaian komleks yang merupakan bagian
dari sintesis insulin. Oleh karena itu kerentanan individu terhadap
faktorfaktor lingkungan yang dapat mengubah fungsi sel beta semakin
meningkat (Price & Wilson, 2006). Tidak seperti diabetes tipe 1,
diabetes melitus tipe 2 tidak berhubungan dengan gen pada area
human leukocyte antigen (HLA). Faktor genetik berhubungan dengan
riwayat keluarga dengan diabetes melitus. Indeks untuk diabetes melitus
tipe 2 pada kembar monozigot hampir 100%. Resiko berkembangnya
diabetes melitus tipe 2 pada saudar kandung mendekati 40% dan 33%
untuk anak cucu. Jika orang tua menderita diabetes tipe 2, rasio
diabetes dan non diabetes pada anak adalah 1:1, dan sekitar 90%
sebagai carrier diabetes melitus tipe 2. Pasien yang memiliki riwayat
keluarga dengan penyakit yang sama akan memiliki pengalaman yang
menjadi sumber pegetahuan, seseorang akan memperoleh
kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan
yang diperoleh untuk mencegah masalah yang dihadapi masa lalu. Pada
penelitian ini respon yang memiliki riwayat keluarga dengan diabetes
melitus tipe 2 sebagian besar saudara yang tidak hidup serumah sehingga
responden tidak bisa menjadikan pengalaman yang tidak diulang sebagai
sumber pengetahuan. Analisis Faktor yang Dominan Pada
Karakteristik Responden dengan Pengetahuan Dari hasil penelitian
diketahui bahwa seleksi bivariat mendapatkan 3 variabel pengetahuan
dengan nilai p<0,25 yaitu usia, pendidikan dan penghasilan.
dapat menjelaskan variabel pengetahuan sebesar 10,3%, sedangkan
sisanya dijelaskan oleh variabel lain. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p
value sebesar 0,09 yang artinya secara keseluruhan persamaan garis regresi
linear tidak signifikan. Hal ini dikarenakan pada penelitian ini
menggunakan responden dengan kelompok yang homogen.

Kesimpulan :

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan:

1. Karakteristik responden sebagian besar responden memiliki usia lansia,


sebagian besar memiliki latar belakang pendidikan menengah, mempunyai
penghasilan di atas UMR Sumatera Barat, tidak mempunyai riwayat
keluarga dengan diabetes melitus tipe 2 dan telah mendapatkan informasi
tentang diabetes melitus sebelumnya.
2. Terdapat pengaruh edukasi kesehatan self instructional module terhadap
pengetahuan pasien diabetes melitus

3. Tidak terdapat hubungan antara karakteristik responden (usia,


pendidikan, penghasilan, informasi dan riwayat keluarga) dengan
pengetahuan setelah diberikan edukasi kesehatan pada pasien diabetes
melitus, kecuali pada kelompok pendidikan menengah dengan kelompok
pendidikan tinggi didapatkan ada hubungan pengetahuan tentang DM.
4. Tidak ada faktor yang dominan dari karakteristik (usia, pendidikan,
penghasilan, informasi dan riwayat keluarga) dengan pengetahuan setelah
diberikan edukasi kesehatan pada pasien diabetes melitus.

Daftar Pustaka:

Rola Oktarina, Ratna Sitorus, dan Lestari Sukmarin.(2019). Kajian Ilmiah


Problema Kesehatan, Pengaruh Edukasi Kesehatan Dengan Self
Instructional Module Terhadap Pengetahuan Tentang Diabetes Melitus.
Volume 4(1). (171-183).

http// ejournal.kopertis10.or.id/ index.php/


endura

Anda mungkin juga menyukai