Anda di halaman 1dari 11

Volume 14, No.

4, April 2018, 208 – 218

PENGARUH VARIASI WAKTU PEMBEBANAN TERHADAP


SIFAT REOLOGI VISCO-ELASTIC ASPAL PEN 80/100
DENGAN PENAMBAHAN ASBUTON MURNI
Rani Bastari Alkam
Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muslim
Indonesia Jl. Urip Sumoharjo KM. 05 Makassar
e-mail: ranibastari@gmail.com

Abstract: Time Sweep (loading time) is one of the main variables affecting the performance of
asphalt related to loading resistance on the road surface. To describe the loading time effect on
the viscoelastic properties of asphalt pen 80/100 with varying content of pure Asbuton with dif-
ferent time sweeps, the basic rheological characteristics and mechanical rheological properties
were measured with a dynamic shear rheometer in the laboratory. Complex shear modulus
(G*) decreased, phase angle values increased, and strain value increased with increasing load-
ing time. Vehicle speed and loading frequency were inversely proportional to loading time;
thus, it can be concluded that increasing the vehicle speed and increasing the vehicle loading
frequency will cause an increase in G*, decrease in phase angle, and decrease in strain. Bitu-
men stiffness modulus (E *) was inversely proportional to the increase in loading time. Perma-
nent deformation damage criteria, both before and after mechanical rheology test (RTFOT),
showed that the shorter the loading time, the stronger the bitumen is in resisting permanent de-
formation damage. Based on fatigue cracking criteria, all combinations of loading time and
Asbuton content fulfill the statutory requirements for fatigue cracking resistance.

Keywords: Bitumen Stiffness Modulus, Complex Shear Modulus, Permanent Deformation,


Fatigue Cracking Resistance.

Abstrak: Waktu pembebanan (Time Sweep) merupakan salah satu variabel utama yang
mempengaruhi kinerja material aspal yang berkaitan dengan ketahanan terhadap pembebanan
pada perkerasan jalan. Untuk dapat memperoleh gambaran dari pengaruh variasi waktu pem-
bebanan terhadap sifat reologi visco-elastic aspal pen 80/100 dan Asbuton murni maka dil-
akukan pengujian sifat reologi dasar dan sifat reologi mekanistik dengan alat Dynamic Shear
Rheometer dengan beberapa variasi kadar Asbuton murni. Hasil peneitian menunjukkan pen-
ingkatan waktu pembebanan menyebabkan penurunan nilai complex shear modulus (G*), pen-
ingkatan nilai phase angle, dan peningkatan nilai regangan. Jika hasil ini dikaitkan dengan ke-
cepatan kendaraan dan frekuensi pembebanan yang berbanding terbalik dengan waktu pem-
bebanan, maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan kecepatan kendaraan dan bertambahnya
frekuensi pembebanan kendaraan akan menyebabkan peningkatan nilai G*, penurunan nilai
phase angle, dan penurunan nilai regangan pada sampel. Dalam tinjauan modulus kekakuan bi-
tumen diperoleh peningkatan waktu pembebanan menyebabkan penurunan modulus kekakuan
bitumen. Dalam kajian kriteria kerusakan Permanent Deformation baik pada kondisi original
maupun pada kondisi setelah RTFOT dapat disimpulkan bahwa semakin kecil waktu pem-
bebanan maka semakin kuat bitumen tersebut dalam menahan kerusakan Permanent Defor-
mation. Sedangkan, dalam kajian kriteria kerusakan Fatigue Cracking dapat disimpulkan bah-
wa seluruh kombinasi waktu pembebanan memenuhi persyaratan jika dilakukan tinjauan
ketahanan material terhadap fatigue cracking.

Kata kunci: Modulus Kekakuan Bitumen, Complex Shear Modulus, Kriteria Kerusakan

PENDAHULUAN direncanakan. Aspal pen 80/100 merupakan


Pemilihan material perkerasan jalan yang tepat bahan pengikat yang tepat untuk dimanfaatkan
sesuai dengan karakteristik daerah adalah hal di daerah bercuaca dingin dan daerah dengan
penting dalam pencapaian konsistensi kualitas kebutuhan lalu lintas rendah hingga menengah.
perkerasan jalan sesuai dengan umur layan yang Namun kuantitas persediaan aspal pen 80/100

1
Rani Bastari Alkam/Pengaruh Variasi Waktu Pembebanan terhadap Sifat Reologi……/ Volume 14, No. 4, April 2018, hlm 208 – 218

di negeri ini sangat terbatas. Salah satu solusi b. Asbuton murni yang digunakan berupa bi-
yang berkembang untuk mengatasi keterbatasan tumen murni yang diperoleh dari hasil
ini adalah meningkatkan sifat reologi dari bitu- ekstraksi Asbuton Lawele.
men dengan menambahkan bitumen yang lebih c. Variasi prosentase kadar Asbuton murni
keras seperti Asbuton untuk mengurangi yang digunakan untuk pengujian reologi da-
ketergantungan terhadap aspal minyak. sar yaitu penetrasi, titik melembek, daktili-
tas, dan elastic recovery adalah 0%, 2%, 6%,
Kinerja campuran beraspal sangat dipengaruhi
10%, 20%, 30%, 50%, 70%, 90%, dan
oleh sifat reologi aspal, yaitu komposisi sifat
100%. Sedangkan variasi kadar Asbuton
fisik dan kimia aspal yang berkaitan dengan
murni pada pengujian viskositas adalah 0%,
sifat visco-elastic aspal. Pemetaan proporsi ba-
2%, 6%, 10%, 20%, 30%. Variasi prosentase
gian viscous dan elastic aspal dapat dilakukan
kadar Asbuton murni yang digunakan untuk
dengan pengujian sifat reologi dasar dan
pengujian DSR, PAV, dan RTFOT adalah
mekanistik aspal untuk menentukan nilai pa-
0%, 2%, 6%, 10%, dan 20%.
rameter G* (Complex Shear Modulus) dan δ
d. Variasi waktu pembebanan yang digunakan
(phase angle). Nilai dari parameter ini sangat
dalam pengujian DSR adalah 37,6ms, 14,1
dipengaruhi oleh dua variabel utama yaitu suhu
ms, 9,5 ms, 7,1 ms, 5,6ms,4,7ms
dan waktu pembebanan (time sweep). Pada
e. Suhu selama pengujian sifat reologi
penelitian terdahulu telah dilakukan penelitian
mekanistik dengan menggunakan alat DSR
yang mengkaji pengaruh variasi suhu terhadap
karakteristik reologi material beraspal. Dari ditetapkan pada PG 64C.
hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa f. Pengujian yang dilakukan mengacu pada
penambahan Asbuton murni ke dalam aspal standar pengujian SNI dan AASHTO.
menjadikan campuran beraspal tersebut lebih
peka terhadap perubahan temperatur (Indriyati, TINJAUAN PUSTAKA
2012). Karakteristik Aspal Pen 80/100

Selain temperatur, waktu pembebanan merupa- Aspal minyak pen 80/100 atau sesuai ASTM
kan variabel utama yang sangat mempengaruhi aspal penetrasi kelas 85/100 adalah kelas
kinerja campuran beraspal yang dapat digam- penetrasi aspal standar yang biasanya
barkan dengan Master Curve dan Black Dia- digunakan sebagai material untuk campuran
gram berdasarkan hasil pengujian reologi perkerasan yang cocok untuk pembangunan
dengan alat DSR. Kompleksitas operasi dan jalan dan untuk produksi perkerasan aspal
fungsi alat DSR menyebabkan pengadaan alat dengan sifat-sifat unggul. Jenis aspal ini berasal
ini relatif langka. Karena keterbatasan ini maka dari minyak mentah yang dipilih secara khusus
perlu diketahui pengaruh variasi waktu pem- melalui proses penyulingan yang dikendalikan.
bebanan terhadap sifat reologi aspal dengan Kelas aspal ini terutama digunakan dalam
memodelkan perilaku sampel pengujian yang aplikasi penyemprotan dan chip. Aspal kelas
representatif terhadap campuran aspal pen penetrasi ini memiliki sifat termoplastik yang
80/100 dan Asbuton dengan berbagai variasi menyebabkan bahan melunak pada suhu tinggi
waktu pembebanan. dan mengeras pada suhu yang lebih rendah.
Hubungan suhu / viskositas yang unik ini
Secara umum, tujuan pelaksanaan penelitian ini penting dalam menentukan parameter kinerja
adalah untuk mengkaji pengaruh variasi waktu seperti suhu adhesi, reologi, daya tahan dan
pembebanan (time sweep) terhadap sifat reologi penerapan aspal.
visco-elastic serta hubungannya terhadap modu-
lus kekakuan bitumen dan kriteria kerusakan Pemanfaatan Asbuton Murni
pada Aspal pen 80/100 dengan penambahan Aspal Buton (Asbuton) adalah aspal alam yang
Asbuton Murni. terkandung dalam deposit batuan yang terdapat
di pulau Buton dan sekitarnya. Pulau Buton
Ruang lingkup penelitian untuk mencapai memiliki panjang sekitar 130 km dan lebar
tujuan penelitian yaitu: sekitar 50 km serta dari Sulawesi Tenggara
a. Aspal minyak yang digunakan adalah Aspal berjarak sekitar 5 km. Asbuton pertama kali
Pen 80/100. ditemukan oleh seorang warga negara Belanda
bernama Hetzel pada tahun 1920. Selanjutnya
pada tahun 1936, Hetzel telah dapat memetakan
deposit Asbuton di Pulau Buton. Deposit perkerasan di lapangan karena hanya dilakukan
Asbuton tersebar di beberapa daerah untuk satu temperatur tertentu yaitu 25°C untuk
Kecamatan di Pulau Buton antara lain di penetration grading dan 60°C untuk viscosity
Kabungka, Lawele, Ereke, Winto, Waisiu, grading. Sedangakan sistem penilaian PG
Wariti dan lainnya, namun dari beberapa mencakup suhu tinggi dan rendah yang
deposit Asbuton yang ada baru deposit kemungkinan akan dialami oleh aspal pada
Kabungka dan Lawele saja yang saat ini sudah struktur perkerasan. Sistem PG mengukur sifat
dieksplorasi fisik aspal melalui pengujian yang dimaksudkan
berhubungan secara langsung dengan kinerja
Sifat Reologi Aspal
lapangan sesuai dengan prinsip-prinsip
Aspal memiliki dua sifat reologi penting yaitu rekayasa. Pengujian dilakukan untuk
thermoplastic dan visco-elastic. Thermoplatic mensimulasikan tiga tahap kritis selama umur
merupakan sifat kepekaan aspal terhadap suhu layan aspal yaitu:
dimana kekentalan aspal turun bersamaan
a. Tahap pertama - transportasi, penyimpanan
dengan meningkatnya suhu dan sebaliknya
dan penanganan sebelum pencampuran
meningkat seiring dengan menurunnya suhu.
dengan agregat.
Visco-elastic berarti ketika gaya
b. Tahap kedua - setelah pencampuran
bekerja/diaplikasikan, struktur aspal mengalami
produksi dan konstruksi (pengujian RTFO
distorsi sebagai mana aliran.
digunakan sebagai pendekatan tahap
Complex Shear Modulus (G*) dan Phase An- penuaan jangka pendek).
gle (δ) c. Tahap ketiga - penuaan aspal di jalan .
Pengujian PAV (The Pressure Ageing
Pada setiap kombinasi waktu dan suhu, perilaku Vessel) digunakan untuk mensimulasikan
aspal harus dikarakterisasi dengan setidaknya penuaan jangka panjang aspal).
dua sifat yaitu total ketahanan terhadap Spesifikasi ini mencakup tiga jenis kerusakan
deformasi (Complex Shear Modulus G*) dan utama pada perkerasan yaitu:
distribusi relatif pada respon antara bagian
elastis dan bagian viscous (Phase Angle δ). a. Rutting, disebabkan oleh deformasi
permanen pada campuran perkerasan
Complex Shear Modulus (G*) adalah respon
b. Fatigue cracking yang berhubungan dengan
utama material terhadap deformasi ketika
energi yang hilang akibat aplikasi beban
terkena tegangan geser secara berulang.
perkerasan berulang pada perkerasan, dan
Phase angle merupakan sudut terukur antara c. Thermal Cracking, yang disebabkan oleh
aplikasi regangan (strain) dan respon material akumulasi tegangan yang terjadi pada
yang bervariasi antara 0º dan 90º (respon fully perkerasan akibat kondisi perubahan suhu
elastic hingga respon fully viscous). hingga suhu rendah.
Performance Grade Aspal
Menyadari keterbatasan dari pengujian empiris, METODE PENELITIAN
The Strategic Highway Research Program Secara umum, penelitian ini dilakukan dengan
(SHRP) mensponsori usaha penelitian untuk metode penelitian berbasis eksperimen di La-
mengembangkan pengujian berbasis kinerja dan boratorium. Komponen pengujian utama yang
spesifikasi untuk bahan pengikat dan campuran. dititikberatkan pada penelitian ini yaitu pen-
Dalam spesifikasi kinerja ini, SHRP gujian sifat reologi viscoelastic aspal pen
memperkenalkan dua sifat penting untuk 80/100 dengan penambahan Asbuton Murni.
menentukan penilaian kinerja aspal pada
rentang suhu dan tingkat pembebanan Aspal yang dipakai adalah jenis aspal lunak Pen
(frekuensi) tertentu yaitu G* dan δ yang dapat 80/100 yang berasal dari Laboratorium
diukur dengan menggunakan alat DSR. Rekayasa Jalan Departemen Teknik Sipil Insti-
tut Teknologi Bandung. Sedangkan Asbuton
Selain itu SHRP memperkenalkan sistem PG,
murni yang digunakan adalah Asbuton murni
yaitu sistem yang digunakan untuk mengukur hasil ekstraksi dengan angka penetrasi ± 0.
properti aspal selain penetration grading dan
viscosity grading. Kedua sistem ini dianggap Sebelum dilakukan pengujian, terlebih dahulu
kurang representatif terhadap kondisi aspal Pen 80/100 dan Asbuton murni dicampur
sesuai dengan prosentase kadar Asbuton murni Untuk pengujian Reologi mekanistik dengan
yang telah ditentukan sebelumnya, yaitu alat DSR, dilakukan dengan menggunakan
berkisar antara 0% - 100%. Penentuan kadar variasi waktu pembebanan (Time Sweep) yang
Asbuton ini didasarkan pada hasil penelitian ditentukan dengan cara menentukan interval
sebelumnya dimana diperoleh kadar Asbuton kecepatan kendaraan yang diprediksi akan
optimal yaitu 30%. Oleh karena itu untuk kadar membebani lapisan perkerasan. Untuk
Asbuton dibawah 30% divariasikan lebih rapat penelitian ini, kecepatan yang digunakan adalah
terutama untuk kadar Asbuton dibawah 10% batas kecepatan rencana yang sering digunakan
agar dapat dilihat perilaku campuran dimana di medan datar yang merupakan kecepatan
Asbuton murni berperan sebagai bahan aditif. tipikal kendaraan yang sering melintasi ruas
Proses pencampuran kedua material ini dil- jalan di Indonesia.
akukan dengan prinsip pencampuran by weight
Standar pengujian DSR yang digunakan adalah
dimana kadar Asbuton menyatakan berat As-
AASHTO T 315: Determining the Rheological
buton tersebut terhadap berat total campuran.
Properties of Asphalt Binder Using a Dynamic
Pengujian awal yang dilakukan adalah pen- Shear Rheometer (DSR)
gujian sifat reologi dasar untuk masing-masing
Pengujian DSR dilakukan menggunakan sam-
kadar Asbuton murni. Pengujian ini terdiri atas
pel aspal tipis yang diselipkan diantara dua
beberapa pengujian yaitu pengujian penetrasi,
piringan bundar. Piringan bawah adalah tetap
titik melembek, daktilitas, elastic recovery, dan
sedangkan piringan atas bergerak bolak-balik
viskositas. Setelah pengujian reologi dasar dil-
melintasi sampel dengan kecepatan 10 rad/sec
akukan untuk seluruh sampel maka selanjutnya
(1.59 Hz) untuk menciptakan gaya geser. Pen-
dilakukan evalusi hasil pengujian yang di-
gujian DSR dilakukan pada sampel aspal tanpa
peroleh untuk menentukan variasi kadar As-
penuaan, penuaan dengan RTFO dan penuaan
buton yang memenuhi spesifikasi aspal yang
aspal dengan PAV. Pengujian ini sebagian be-
dimodifikasi dengan Asbuton (SNI 6749 2008).
sar dikendalikan melalui software.
Sebelum membandingkan antara hasil pen-
Sampel kecil dari pengikat aspal diselipkan di
gujian reologi dasar dan spesifikasi,, terlebih
antara dua piring. Suhu pengujian, ukuran
dahulu dilakukan pengolahan data awal untuk
spesimen, diameter piring, dan jarak antar
menentukan nilai representatif dari dua sampel
piring tergantung pada jenis aspal yang akan
untuk setiap pengujian. Dalam hal ini nilai yang
diuji. Aspal tanpa penuaan (original) dan hasil
dimaksud adalah nilai rata-rata dari kedua sam-
pengujian RTFO diuji menggunakan sampel
pel. Nilai rata-rata ini kemudian dibandingkan
dengan ketebalan 0,04 inci (1 mm), diameter 1
dengan spesifikasi untuk menentukan apakah
inci (25 mm), dan jarak antar piringan adalah
perlu dilakukan pengujian lanjut (reologi
1000 micron.
mekanistik) pada sampel tersebut atau tidak.
Seleksi ini dimaksudkan untuk mengefisienkan Sampel hasil pengujian PAV diuji dengan alat
proses pengujian dan agar diperoleh kadar As- DSR menggunakan sampel yang lebih tebal
buton murni yang optimum dan memenuhi spe- (0,08 inci (2 mm)) dengan diameter yang lebih
sifikasi aspal yang dimodifikasi dengan As- kecil (0,315 inci (8 mm)) dan jarak antar
buton agar hasil dan rekomendasi penelitian ini piringan diatur sebesar 2000 micron sehingga
dapat diterapkan secara luas dalam dunia sudut fase terukur (δ) dapat ditentukan. Suhu
perkerasan jalan. pengujian ditetapkan pada nilai performance
grade sebesar 64°C.
Pengujian selanjutnya adalah pengujian sifat
reologi mekanistik dengan menggunakan alat Setelah dilakukan pengumpulan data, selanjut-
Dynamic Shear Rheometer (DSR) yang dil- nya dilakukan proses penyajian data yakni
akukan di Laboratorium Puslitbang Jalan dan dengan membuat Inventarisasi dan Tabelisasi
Laboratorium Balai Besar Peralatan Jalan Na- Hasil Pengujian Laboratorium. Pada tahapan ini
sional (BBPJN) IV Cikampek. Pengujian reolo- dilakukan analisis secara grafis dan analitis un-
gi mekanisik dilakukan dengan 3 pengkondisian tuk menentukan hubungan dan pengaruh dari
yaitu kondisi awal, kodisi RTFOT, dan kondisi setiap parameter berikut:
PAV.
 Analisis Hubungan kadar Asbuton terhadap  Analisis Modulus Kekakuan Bitumen
Sifat Reologi Dasar dan Mekanistik Aspal  Penyusunan Master Curve dan Black Dia-
pen 80/100 gram
 Kajian pengaruh variasi waktu pembebanan  Analisis Kriteria kerusakan
(time sweep) pada sifat reologi viscoelastic Secara lengkap tahapan penelitian disajikan
campuran aspal pen 80/100 dan Asbuton pada gambar 1 berikut
murni

Gambar 1. Diagram alir penelitian


HASIL PENGUJIAN dilakukan dengan alat Dynamic Shear Rhe-
Analisis Pengaruh Kadar Asbuton Murni ometer (DSR), untuk berbagai variasi kadar
Asbuton murni dan sapuan waktu pem-
Analisis hasil pengujian yang telah dilakukan
bebanan (time sweep). Pada penelitian ini
terhadap campuran aspal dengan berbagai
dilakukan pengujian reologi mekanistik pada
variasi kadar Asbuton murni dilakukan untuk
lima kadar Asbuton murni mulai dari yang
mengetahui pengaruh dari penambahan kadar
terkecil hingga terbesar yaitu 0%, 2%,
Asbuton murni dalam bitumen terhadap pa-
6%,
rameter reologi dasar dan mekanistik. Pen-
10%, dan 20%. Pengaruh penambahan kadar
gujian terhadap parameter reologi mekanistik
Asbuton diokuskan terhadap nilai parameter
Rani Bastari Alkam/Pengaruh Variasi Waktu Pembebanan terhadap Sifat Reologi……/ Volume 14, No. 4, April 2018, hlm 208 – 218

reologi mekanistik meliputi Complex Shear yang terjadi pada sampel aspal 80/100.
Modulus dan Phase Angle serta regangan
Tabel 1. Pengaruh penambahan kadar asbuton murni terhadap sifat reologi visco-elastic aspal
Pengaruh Penambahan Kadar
Parameter Model Hubungan
Asbuton
Penetrasi (dmm) Pen = 90,102 . e-3,842 (Ab) Penurunan nilai Penetrasi
Titik Melembek (°) SP = 63,414 (Ab) + 48,229 Peningkatan Suhu Titik Melembek

Daktilitas (cm) - Penurunan nilai Daktilitas


Elastic Recovery (cm) ER= -26,394 (Ab) +11,2 Penurunan elastisitas bitumen
Sc = 89,442 Ab + 155,03
Peningkatan suhu pencampuran
Viskositas
Sd = 75,398 Ab + 146,62 dan suhu pemadatan
G* (Pa) - Peningkatan nilai G*
δ (°) - Penurunan nilai Phase Angle
Regangan (γ) - Penurunan nilai regangan

Gambar 2. Hubungan waktu pembebanan dan complex shear modulus

Tabel 1 menunjukkan bahwa penambahan kadar asbuton yang sama dapat menurunkan
kadar Asbuton Murni memberikan pengaruh nilai G*. Hal ini menunjukkan bahwa
yang berbeda-beda terhadap setiap parameter penambahan waktu pembebanan pada pen-
pengujian baik pengujian reologi dasar mau- gujian aspal pen 80/100 dengan alat DSR
pun pengujian reologi mekanistik. Untuk pa- akan menurunkan daya tahan material ter-
rameter reologi mekanistik model hubungan hadap deformasi ketika terkena tegangan ge-
antara penambahan Asbuton Murni dianalisis ser secara berulang.
untuk setiap waktu pembebanan.
Dari hasil ini dapat diketahui bahwa semakin
lama sampel aspal 80/100 dibebani dengan
Analisis Pengaruh Waktu Pembebanan
besaran tegangan yang konstan menyebabkan
(Time Sweep)
semakin berkurangnya ketahanan sampel
Pengaruh perubahan waktu pembebanan ter-
aspal tersebut dalam menanggung tegangan
hadap nilai parameter reologi mekanistik
yang diaplikasikan pada alat DSR. Hubungan
meliputi Complex.
antara Waktu Pembebanan dan Phase Angle
Pada Gambar 1. terlihat dengan jelas bahwa
secara grafis terlihat pada gambar 3.
peningkatan besaran waktu pembebanan pada
Gambar 3. Hubungan waktu pembebanan dan phase angle

Gambar 4. Hubungan waktu pembebanan dan strain

Berdasarkan gambar 3 dapat dilihat bahwa Asbuton yang sama, sampel aspal yang
penambahan waktu pembebanan pada pen- dibebani dalam waktu yang lebih lama akan
gujian dengan alat DSR cenderung me- memberikan respon regangan yang lebih be-
nyebabkan peningkatan nilai δ pada pen- sar. Peningkatan respon regangan inilah yang
gujian sampel dengan kadar Asbuton yang menyebabkan semakin berkurangnya
sama. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa ketahanan material untuk menahan deformasi
peningkatan waktu pembebanan cenderung yang terjadi akibat aplikasi tegangan.
akan menurunkan elastisitas aspal pen
80/100. Semakin lama sampel aspal dibebani Analisis Modulus Kekakuan Bitumen
dengan tegangan tertentu maka proporsi ba-
gian elastis dari sampel tersebut akan berku- Dalam penelitian ini dilakukan perbandingan
rang (nilai δ semakin mendekati 90°). Se- antara nilai modulus kekakuan bitumen ber-
baliknya, proporsi bagian viscous aspal se- dasarkan hasil pengujian DSR (E*) dengan
makin bertambah. Dengan kata lain, elastis- nilai modulus kekakuan bitumen berdasarkan
itas bitumen 80/100 akan semakin berkurang Persamaan Ullidtz (Shell, 2003) yang
seiring dengan pertambahan waktu pem- diturunkan dari nomograf Van Der Poel
bebanan. (Sbit). Modulus Kekakuan Bitumen (E*)
berdasarkan data Complex Shear Modulus
Berdasarkan data dan grafik hubungan di atas (G*) dihitung menggunakan rumus:
dapat disimpulkan bahwa variabel waktu
pembebanan berbanding lurus dengan regan- E* = 2 G* (1 + υ) (1)
gan yang terjadi dimana peningkatan waktu
pembebanan menyebabkan peningkatan be- dimana:
saran regangan yang terjadi pada sampel E* = Modulus Kekakuan Bitumen (Pa)
Aspal pen 80/100. Hal ini menunjukkan G* = Complex Shear Modulus (Pa)
bahwa dengan besaran tegangan dan adar υ = Poisson Ratio (asumsi υ = 0,5)
Rani Bastari Alkam/Pengaruh Variasi Waktu Pembebanan terhadap Sifat Reologi……/ Volume 14, No. 4, April 2018, hlm 208 – 218

Tabel 2. Modulus kekakuan bitumen (E*) berdasarkan pengujian dynamic shear rheometer (DSR)
Kadar E* = 2G*(1+ υ) (Pa)
No.
Asbuton t1 t2 t3 t4 t5 t6
1 0% 457,2 1156,3 1686,0 2221,5 2894,8 3561,6
2 2% 762,0 1962,4 2683,0 3489,0 4539,0 5492,4
3 6% 822,3 2186,1 3317,4 4503,0 5304,0 6222,0
4 10% 1110,3 2808,5 4068,5 5457,0 6704,0 7973,4
5 20% 3204,0 8337,3 11729,8 13947,0 19492,0 20758,8

Gambar 5. Hubungan waktu pembebabanan dan E*

Berdasarkan tabel dan gambar di atas terlihat Analisis Master Curve ini dilakukan bertujuan
bahwa peningkatan nilai modulus kekakuan untuk meninjau hubungan Modulus Kekakuan
seiring dengan peningkatan kadar Asbuton pada Bitumen (E*) dan Shifting Factor (Master
Aspal Pen 80/100. Hasil ini dapat dijadikan Curve). Master Curve pada gambar di bawah ini
dasar untuk menyimpulkan bahwa peningkatan menunjukkan bahwa semakin tinggi waktu
kadar Asbuton menyebabkan peningkatan pembebanan (semakin kecil frekuensi
modulus kekakuan bitumen tersebut. pembebanan), maka semakin kecil nilai shifting
faktor-nya. Sementara itu, nilai Modulus
Master curve dan black diagram Kekakuan Bitumen (E*) menurun seiring
dengan menurunnya nilai shifting factor.

Gambar 6. Master curve pada kadar asbuton murni 0% sampai 20%

Hubungan Kadar Asbuton murni yang ditinjau bahan kadar Asbuton dapat mempengaruhi ting-
pada Master Curve yaitu seiring dengan penam- kat kepekaan (sensitifitas) aspal terhadap peru-

215
bahan temperatur dan frekuensi pembebanan. yang landai inilah yang diharapkan agar aspal
Kemiringan (gradien) Master Curve yang se- memiliki rentang temperatur dan frekuensi pem-
makin tinggi menyebabkan kurva semakin cu- bebanan yang lebar sehingga mudah untuk diap-
ram seiring dengan penambahan kadar Asbuton likasikan di lapangan. Analisis Black Diagram
murni. Kemiringan kurva yang semakin landai yang dilakukan pada penelitian ini adalah
pada Master Curve menjelaskan bahwa aspal meninjau hubungan Modulus Kekakuan Bitu-
tersebut kurang peka terhadap perubahan tem- men (E*) dan Phase Angle.
peratur dan frekuensi pembebanan. Master
curve

Gambar 7. Black diagram pada kadar asbuton murni 0% sampai 30%

Adapun rekomendasi hasil pengujian adalah se-


Dari analisis Black Diagram yang disajikan pada bagai berikut:
gambar-gambar di atas terlihat pengaruh waktu a. Pengujian Sifat Reologi Dasar
pembebanan terhadap perubahan nilai phase Pengujian sifat reologi dasar yang dikaji da-
Angle yang tidak signifikan namun cenderung lam penelitian ini meliputi lima jenis pen-
menunjukkan penurunan nilai δ seiring gujian yang dapat dijadikan acuan untuk
penurunan waktu pembebanan. Diagram diatas menentukan prosentase kadar Asbuton murni
juga menjelaskan bahwa semakin besar kadar optimum berdasarkan SNI 6749-2008 (per-
Asbuton murni maka semakin besar nilai Modu- syaratan aspal yang dimodifikasi dengan As-
lus Kekakuan (E*). Selain itu, penambahan ka- buton) sebagai berikut:
dar Asbuton murni ini juga mempengaruhi nilai Nilai Penetrasi
Phase Angle (δ). Dimana, semakin besar kadar Batasan nilai penetrasi dengan suhu 250C
Asbuton murni maka nilai Phase Angle (δ) akan adalah minimal 40 dmm. Prosentase kadar
semakin kecil sehingga bitumen akan lebih du- Asbuton murni yang memenuhi persyaratan
rable. tersebut yaitu
maksimum 20% dengan nilai penetrasi sebe-
Rekomendasi Hasil Pengujian sar 42,3 dmm.
Setelah dilakukan analisis terhadap hasil pen- Nilai Titik Lembek
gujian baik pengujian sifat reologi dasar maupun Batasan nilai titik melembek berdasarkan
pengujian sifat reologi mekanistik, maka dapat spesifikasi adalah minimal 550C. Batas kadar
ditentukan rekomendasi prosentase kadar As- Asbuton murni yang memenuhi persyaratan
buton murni optimum dalam bitumen yang me- tersebut adalah minimum 10% dengan titik
menuhi persyaratan dan kriteria batasan masing- melembek sebesar 55,250C.
masing parameter pengujian dan telah dianalisis Nilai Daktilitas
berdasarkan metode pengujian yang sesuai Batasan nilai Daktilitas menurut spesifikasi
dengan kondisi perkerasan di Indonesia. adalah minimal 50 cm. Dengan batasan ter-
sebut, variasi kadar Asbuton murni yang
memenuhi persyaratan tersebut adalah b.Peningkatan waktu pembebanan menyebabkan
maksimum 20% dengan nilai daktilitas rata- penurunan nilai G*, peningkatan nilai phase
rata sebesar 60,5 cm angle, dan peningkatan nilai regangan. Jika
Nilai Elastic Recovery hasil ini dikaitkan dengan kecepatan ken-
Karena batasan parameter Elastic Recovery daraan dan frekuensi pembebanan yang ber-
tidak ditentukan dalam spesifikasi aspal yang banding terbalik dengan waktu pembebanan,
dimodifikasi dengan Asbuton, maka seluruh maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan
variasi kadar Asbuton yang elastisitasnya kecepatan kendaraan dan bertambahnya frek-
dapat diuji dianggap memenuhi persyaratan uensi pembebanan kendaraan akan menyebab-
pengujian.. kan peningkatan nilai G*, penurunan nilai
Nilai Viskositas Phase Angle, dan penurunan nilai regangan
Batasan nilai Viskositas yang diambil ber- pada sampel.
dasarkan AMP (Asphalt Mixing Plant) yaitu c. Hubungan waktu pembebanan dan E* adalah
pada suhu maksimum 180°C karena jika berbanding terbalik dimana peningkatan wak-
lebih akan mempengaruhi workability disaat tu pembebanan menyebabkan penurunan
pencampuran aspal dilapangan. Nilai vis- modulus kekakuan bitumen. Hal ini menun-
kositas dengan alat Saybolt Furol yang me- jukkan bahwa penambahan waktu pem-
menuhi persyaratan batas suhu maksimum bebanan pada pengujian aspal pen 80/100
180°C yaitu pada prosentase kadar Asbuton dengan alat DSR akan menurunkan modulus
murni 0% sampai 20%. kekakuan bitumen.
d.Dalam kajian kriteria kerusakan Permanent
b. Pengujian Sifat Reologi Mekanistik Deformation baik pada kondisi original mau-
Pengujian sifat reologi mekanistik dilakukan pun pada kondisi setelah RTFOT dapat disim-
untuk menentukan batasan kriteria modulus pulkan bahwa semakin kecil waktu pem-
kekakuan bitumen. Kriteria batasan Modulus bebanan maka semakin kuat bitumen tersebut
Kekakuan Bitumen yang digunakan adalah dalam menahan kerusakan Permanent Defor-
sama atau lebih besar dari 5 MPa pada suhu mation. Sedangkan, dalam kajian kriteria ke-
25°C. Batasan tersebut merupakan batasan rusakan fatigue cracking dapat disimpulkan
dimana pengaruh bitumen terhadap penentu- bahwa seluruh kombinasi waktu pembebanan
an modulus kekakuan campuran beraspal memenuhi persyaratan jika dilakukan tinjauan
adalah kecil. Berdasarkan batasan tersebut, ketahanan material terhadap fatigue cracking.
seluruh variasi kadar Asbuton murni mem- e. Secara umum, penelitian ini merekomendasi-
iliki nilai Modulus Kekakuan Bitumen lebih kan penggunaan material Aspal Pen 80/100
besar dari 5 Mpa untuk perhitungan modulus dengan penambahan Asbuton murni dengan
kekakuan bitumen dengan metode Ullidtz proporsi tertentu tergantung pada kecepatan
yaitu minimum sebesar 7.92 Mpa. kendaraan yang dominan digunakan pada sua-
tu lokasi. Untuk lokasi yang sering dibebani
KESIMPULAN DAN SARAN
dengan kisaran kecepatan yang lebih rendah
Kesimpulan (<60 km/jam) menuntut penggunaan Aspal
a. Penambahan kadar Asbuton murni pada Aspal pen 80/100 dengan penambahan kadar As-
pen 80/100 menyebabkan penurunan nilai buton Murni yang lebih tinggi. Sementara un-
penetrasi hingga 42,3 dmm, peningkatan suhu tuk lokasi dengan kisaran kecepatan tinggi
titik melembek hingga 60°C, penurunan elas- (>60 km/jam) membutuhkan Aspal pen
tisitas bitumen hingga 6 %, penurunan nilai 80/100 dengan penambahan kadar Asbuton
daktilitas hingga 60,5 cm, serta peningkatan Murni yang lebih rendah.
suhu pencampuran menjadi 172°C dan suhu
pemadatan menjadi 160°C. Dari analisis sifat Saran
reologi mekanistik dapat disimpulkan bahwa a. Pada pengujian reologi mekanistik, perlu
campuran Asbuton murni dan aspal Pen dikaji pengaruh variasi waktu pembebanan
80/100 mengalami peningkatan nilai G*, pada suhu lain selain suhu 64°C agar dapat
penurunan nilai δ, serta penurunan nilai re- diperoleh model hubungan sifat reologi
gangan seiring dengan penambahan prosen- mekanistik dengan waktu pembebanan dan
tase kadar Asbuton. suhu sebagai variabel bebasnya.
b.Perlu dilakukan penelitian yang merangkum Huang, Y.H. (2004). Pavement Analysis and
perbandingan hasil pencampuran Aspal pen Design. Pearson Education, Inc., Upper
80/100 dan Asbuton Murni dengan hasil pen- Saddle River, New Jersey, 280-299, 301-
campuran Aspal pen 60/70 dan Asbuton Mur- 304.
ni serta kinerja campuran yang dihasilkan dari Indriyati, Eva W., (2012). Jurnal, Kajian
kedua jenis campuran tersebut sehingga dapat Perbaikan Sifat Reologi Visco-Elastic
diperoleh hasil penelitian yang lebih kompleks Aspal dengan Penambahan Asbuton Murni
dan akurat. Menggunakan Parameter Complex Shear
c. Melakukan proses pencampuran aspal Pen Modulus, IntitutTeknologi Bandung, 1-14.
dengan Asbuton murni dengan metode yang Krebs, R. dan Walker,R. (1971). Highway
lebih baik, sehingga dihasilkan campuran Material. McGraw-Hill, New York.
bitumen yang lebih homogen. Mezger, T.G. (2002). The Rheology Handbook.
d.Percobaan laboratorium untuk menentukan Vincentz Verlag, Hannover Germany, 75-
nilai Modulus Resilien Campuran beraspal 83
dengan material Aspal pen 80/100 dan As- Munthe, L. (2008). Jalan Urat Nadi
buton Murni perlu dilakukan. Perekonomian, Majalah Kiprah Vol. 29
Tahun VII, 12-31
DAFTAR PUSTAKA Rahman, H. (2010). Laporan Desertasi,
Asphalt Institute. (1997). Superpave Evaluasi Model Modulus Bitumen Asbuton
Performance Graded Asphalt Binder Dan Model Modulus Campuran Yang
Specification and Testing. Series No.1. Mengandung Bitumen Asbuton, Institut
USA. Teknologi Bandung.
Direktorat Jendral Bina Marga. (2006). Ramdhani, F. (2013). Evaluasi Reologi
Pedoman Konstruksi dan Bangunan, Campuran Aspal Pen 80/100 Dan Bahan
Pemanfaatan Asbuton, Departemen Modifikasi Asbuton Ekstraksi Penuh
Pekerjaan Umum, Republik Indonesia, Sebagai Dasar Penentuan Kadar Bahan
001-01. Modifikasi Optimum, Institut Teknologi
Vader, H.Wyss. (2009). Introduction to Bandung.
Rheology. Weitzlab group meeting tutorial. Read J. (2003). The Shell Bitumen
weitzlab.seas.harvard.edu/links/tutorials/in Handbook.Thomas Telford Publishing,
troductiontorheology2 London, 7.
Francken, L. (1998). Bituminous Binders and Superpave Update For NJDOT/NEAUPG
Mixes; State of The Art and Interlaboratory Mechanistic. (2003). Performance Graded
Test on Mechanical Behaviour and Mix (PG) Asphalts. Pavement Design Seminar.
Design, Routledge, New York, NY Princeton, NJ. Feb. 25, 2003.
100001, 52-55

Anda mungkin juga menyukai