Anda di halaman 1dari 10

Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter adalah tindakan pemerintah (atau Bank Sentral) untuk mempengaruhi
situasi makro yang dilaksanakan melalui pasar uang. Secara lebih khusus, kebijakan moneter 
sebagai kegiatan makro pemerintah (Bank Sentral) dengan cara mempengaruhi proses penciptaan
uang. Kebijaksanaan moneter merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan
ekonomi dan merupakan faktor yang dapat dikontrol oleh pemerintah sehingga dengan demikian
dapat dipakai utuk mencapai sasaran pembangunan ekonomi.
Dalam perekonomian suatu Negara, jika pemerintah memandang bahwa pembangunan
ekonomi yang berjalan tidak sesuai dengan yang diharapkan, maka pemerintah akan mengambil
serangkaian tindakan kebijaksanaan untuk menstabilkan kembali situasi perekonomian tersebut.
Diantaranya adalah kebijakan moneter. Dalam kebijakan moneter lembaga yang paling
berwenang mengambil langkah tersebut adalah Bank Sentral. Cara yang ditempuh bisa melalui
operasi pasar terbuka, politik diskonto, cadangan minimum atau perkreditan yang dapat
memperngaruhi jumlah uang yang beredar.
Pengaruh kebijakan moneter yang pertama kali terasa adalah pada sector moneter dan
perbankan. (tingkat bunga, inflasi, kredit dan sebagainya), yang kemudian di transfer ke sektor
rill (misalnya investasi dan konsumsi) yang berarti terbukti bahwa adanya kebijaksanaan
moneter akan mempengaruhi kegiatan ekonomi.

Kebijakan Moneter yang Telah Dilakukan Pemerintah

Pemerintah indonesia sejak jaman kemerdekaan sampai sekarang ini telah


menrapkan berbagai kebijakan moneter.Pada awal tahun 1950 an kebijaksanaan
moneter yang diterapkan cenderung bersifat konservatif yaitu jumlah uang yang
beredar tumbuh dengan mantap,tetapi tekendali dengan laju 22 persen pertahun antara
tahun 1951-1956,setelah itu antara tahun tahun tersebut jumlah uang yang beredar
tumbh dengan lebih cepat dengan laju rata-rata 37 persen pertahun.Kebijaksanaan
moneter selanjutnya lebih terkesan sebagai dampak politik dan kebutuhan untuk
menutup defisit APBN yang semakin membesar. Pada awal 60 an ada usaha-usaha
untuk melakukan pengendalian moneter,tetapi sejak tahun 1963 usaha-usaha
semacam ini tidak dilakukan lagi dan jumlah uang yang tumbuh tidak terkendali, akibat
yang kemudian muncul adalah terjadinya inflasi sampai pada tingkat yang parah dan
mencapai puncaknya pada tahun 1966 sampai 650 persen,kemudian setelah itu terjadi
perubahan dalam pengeloloaan kebijaksanaan moneter dan keadaan milai bosa
dikendalikan lagi, dengan harga-harga mulai stabil kembali. sehingga antara tahun
1969-1971 indonesia mengalami laju inflasi dibawah 10 persen pertahun dan terus
berlangsung sampai dengan triwulan terakhir tahun 1972. Periode setal itu ditandai oleh
adanya inflasi yang cukup tinggi, meskipwun kebijaksanaan moneter yang dianut tidak
banyak berbeda dengan periode-periode sebelumnya.menjelang akhir taun
1976,stabilitas harga dapat dipulihkan kembali,dan laju inflasi mencapai sedikit lebih
tinggi dari 10 persen pertahun,keadaan seperti ini dipertahankan hingga tahun
1978,tetapi devaluasi yang dilakukan pada bukan november 1978 menghidupkan
kembali inflasi 1979.
Jenis Kebijakan Moneter
Berdasarkan tujuannya, ada 2 kebijakan moneter yang biasa dipakai banyak negara,
yaitu kebijakan ekspansi dan kebijakan kontraktif. Berikut adalah penjelasan dari 2 jenis
kebijakan tersebut :

 Kebijakan Ekspansif
Kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan pasokan uang dalam perekonomian
dengan menurunkan suku bunga, membeli sekuritas pemerintah oleh bank-bank sentral,
dan menurunkan persyaratan cadangan untuk bank. Bersamaan dengan itu, kebijakan
ekspansif juga akan menurunkan tingkat pengangguran dan merangsang aktivitas
bisnis dan kegiatan belanja konsumen. Tujuan keseluruhan dari kebijakan moneter
ekspansif adalah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Namun resikonya, kebijakan
ini dapat menyebabkan inflasi yang lebih tinggi.

 Kebijakan Kontraktif
Tujuan dari kebijakan moneter kontraktif adalah untuk mengurangi jumlah uang beredar
dalam perekonomian. Ini dapat dicapai dengan menaikkan suku bunga, menjual obligasi
pemerintah, dan meningkatkan persyaratan cadangan untuk bank. Kebijakan kontraksi
digunakan ketika pemerintah ingin mengendalikan tingkat inflasi.

Tujuan Kebijakan Moneter


Tujuan utama dari kebijakan ini adalah manajemen inflasi atau pengangguran, dan
pemeliharaan nilai tukar mata uang. berikut adalah penjelasan lebih lengkapnya:

1. Inflasi
Kebijakan moneter dapat menargetkan tingkat inflasi. Tingkat inflasi yang rendah
dianggap sehat bagi perekonomian sebuah negara. Namun, jika inflasi sudah sangat
tinggi, kebijakan moneter diharapkan dapat mengatasi masalah ini.

2. Pengangguran
Kebijakan moneter akan mempengaruhi tingkat pengangguran dalam suatu negara.
Sebagai contoh, kebijakan  ekspansif umumnya mengurangi pengangguran karena
pasokan uang yang lebih tinggi merangsang kegiatan bisnis yang mengarah pada
perluasan pasar kerja.

3. Nilai tukar mata uang


Dengan menggunakan otoritas fiskal, bank sentral dapat mengatur nilai tukar antara
mata uang domestik dan asing. Sebagai contoh, bank Indonesia dapat meningkatkan
jumlah uang beredar dengan mengeluarkan lebih banyak uang cetak. Dalam kasus
seperti itu, mata uang negara tersebut menjadi lebih murah dibandingkan dengan mata
uang negara lain.

Mekanisme Kebijakan Moneter :


     sampai saat ini ada beberapa perbedaan pendapat mengenai bagaimana uang mempengaruhi
perekonomian serta bagaimana mekanisme transmisi (jalur pengaruh) perubahan jumlah uang
beredar. sehingga ada beberapa jalur yang bisa dipakai untuk menerangkan bagaimana
perubahan jumlah uang beredar mempengaruhi kegiatan ekonomi.
1.    Jalur Biaya Modal (The Cost of Capital Chanel)
Menurut Keynes, tingkat bunga merupakan penghubung utama antara sektor moneter dengan
sektor rill. Misalnya perubahan jumlah uang yang beredar akan mempengaruhi tingkat bunga.
Selanjutnya melalui perubahan tingkat bunga, pemerintah akan dapat mempengaruhi tingkat
investasi atau juga konsumsi. Yang selanjutnya akan mempengaruhi permintaan agregat atau
pengeluaran total. Perubahan dalam pengeluran total pada akhirnya akan mempengaruhi
keseimbangan pendapatan nasional (GDP) rill. Dengan demikian tingkat bunga uang merupakan
biaya modal dapat moneter terhadap keseimbangan pendapatan nasional sektor rill. Dapat
digambarkan sebagai berikut :
Kebijakan moneter                  Cadangan Bank               Jumlah uang            Tingkat Bunga
(membeli surat berharga)        Umum naik               beredar naik                turun        
  Investasi naik         GDP naik

2.    Jalur Kekayaan (Wealth Chanel)


Pengaruh perubahan jumlah uang yang beredar terhadap pendapatan nasional dapat juga
diterangkan melalui jalur kekayaan. Pengertian kekayaan disini meliputi
- Barang fisik (tanah, rumah, dan sebagainya)
- Surat Berharga
- Uang tunai
Hubungan antara pengeluaran total dengan dengan kekayan sebagai berikut : perubahan nilai
uang kas rill (real cash belance ) baik disebabkan oleh karena turunnya harga (dengan jumlah
uang tetap) ataupun naiknya jumlah uang (dengan harga tetap) akan mempengaruhi tingkat
konsumsi yang merupakan bagian dari pengeluaran total. Perubahan pengeluaran uang total ini,
pada gilirannya akan mempengaruhi keseimbangan pendapatan. Dengan demikian kebijaksanaan
moneter disini akan mempengaruhi jumlah kekayaan (uang) yang selanjutnya akan
mempengaruhi konsumsi melalui apa yang disebut real cash belance. Dapat digambarkan
sebagai berikut :
Kebijaksanaan           JUB            Kekayaan        Konsumsi        Pengeluaran        GNP
moneter                 naik           naik              naik          Total naik         naik
ekpansif  

3.    Jalur Harga Naik (Teori Portofolio)


Teori portofolio merupakan dasar yang rasional mengapa seseorang memegang sesuatu
(beberapa) kekayaan tertentu temasuk dalam bentuk uang. Beberapa anggapan teori ini antara
lain sebagai berikut :
     Setiap orang akan selalu berusaha untuk menyamakan pendapatan marginal
(marginal    return) dari masing-masing bentuk kekayaan portofolionya.
     Bertambahnya salah satu bentuk kekayaan akan menurunkan harga bentuk kekayaan tersebut
relatif terhadap bentuk kekayaan  yang lain.
     Individu tersebut akan menukarkan bentuk kekayaan yang harganya turun tersebut dengan
bentuk kekayaan lain yang lebih tinggi.
        Proses penukaran tersebut juga proses perubahan susunan bentuk akan berjalan terus sampai
pendapatan marginal dari masing-masing bentuk kekayaan sama besar.

     Perubahan harga relatif terjadi sebenarnya merupakan konsekuensi dari proses penyesuaian
susunan portofolio seseorang. Misalnya, penambahan jumlah uang sebagai akibat dari
kebijaksanaan moneter membeli surat berharga oleh Bank Sentral, akan menyebabkan individu
kelebihan uang kas dalam portofolionya, yang kemudian ia akan menukarkan kelebihan uang kas
nya dengan bentuk kekayaan lain. Harga kekayaan lain akan naik (atau returnnya turun).
Produksi (juga investasi) pada bentuk kekayaan lain akan naik. Dengan naiknya investasi, makan
akan menaikan pendapatan pula. Sehingga jelaslah dari contoh tersebut bahwa kenaikan jumlah
uang akan menaikan pendapatan nasional.

4.    Jalur Langsung (Teori Monetarist)


     Teori ini menjelaskan bahwa kebijakan moneter bisa mempengaruhi GNP (pendapatan)
secara langsung. Karena sebenarnya mekanisme transmisi itu begitu kompleks, maka sulit untuk
digambarkan. Sehingga tidak bisa dinyatakan secara spesifik dan tidak bisa digambarkan secara
terperinci. Pengaruh uang dalam pengeluaran total adalah melalui harga.
Kebijakan Moneter                 Jumlah uang            Pengeluaran         GNP
(membeli surat berharga)            naik              total naik        naik
           

Instrumen Kebijakan Moneter


(VERSI SINGKATNYA)
ALAT/INSTRUMEN KEBIJAKSANAAN MONETER 

» KEBIJAKSANAAN MONETER : tindakan yg dilakukan oleh penguasa moneter


(biasanya bank sentral) untuk mempengaruhi jumlah uang yg beredar dan kredit yg
pada gilirannya akan mempengaruhi kegiatan ekonomi masyarakat. 

» TUJUAN KEBIJAKSANAAN MONETER : stabilisasi ekonomi yg dpt diukur dengan


kesempatan kerja, kestabilan hargaw serta neraca pembayaran internasional yg
seimbang.

INSTRUMEN KEBIJAKAN MONETER

1. INSTRUMEN YG UMUM : 
  - Pasar Terbuka : Menjual dan membeli surat- surat berharga oleh Bank Sentral 
  - Politik Diskonto : Tindakan untuk mengubah-ubah tingkat bunga yg harus dibayar
bank umum dlm hal meminjam dana dari bank sentral
  - Politik Cadangan Minimum : Menaikkan dan menurunkan cadangan minimum

2. INSTRUMEN SELEKTIF : 
  - Margin requirements : Membatasi penggunaan kredit utk tujuan pembelian surat
berharga (yg biasanya bersifat spekulatif)
 
3. MORAL SUATION atau OPEN MOUTH POLICY : Dimaksudkan : untuk
mempengaruhi sikap lembaga moneter dan individu yg bergerak di bidang moneter
dengan pidato-pidato Gubernur Bank Sentral, atau publikasi publikasi, agar supaya
bersikap seperti yg dikehendaki oleh penguasa moneter
(VERSI PANJANGNYA)
            Tujuan utama kebijaksanaan moneter yang utama adalah untuk stabilisasi
ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran
internasional yang seimbang. Kalau stabilitas ekonomi terganggu, maka kebijaksanaan moneter
dapat dipakai untuk memulihkannya. Untuk mencapai tujuan yang diiinginkan tersebut, maka
pemerintah perlu mempunyai beberapa alat/instrumen kebijaksanaan moneter yang akan dipakai
sebagai tindak stabilisasi. Pada dasarnya ada dua macam instrumen yang dipakai pemerintah,
yaitu pertama, instrumen yang umum atau kuantitatif, yang bertujuan untuk mengatur jumlah
kredit bank. Misalnya politik diskonto, politik pasar terbuka dan politik perubahan cadangan
minimum. Kedua, instrument khusus atau kualitatif, yang bertujuan mempengaruhi volume
jenis-jenis kredit untuk sektor-sektor ekonomi tertentu. Yang tercakup dalam instrumen khusus
ini antara lain : pengendalian kredit selektif, pembatasan/penentuan tingkat bunga. Selain itu,
masih ada lagi instrumen kebijakan moneter seperti devaluasi, kebijaksanaan moneter
perkreditan, pengaturan sistem perbankan dan menentukan tingkat suku bunga. Berikut ini akan
diuraikan secara terperinci mengenai instrumen kebijakan moneter :
2.4.2.1 Instrumen Kebijakan Moneter Umum/Kuantitatif
1.    Politik Diskonto (Discount Policy)
Politik diskonto ini merupakan suatu kebijaksanaan yang diambil bank sentral dengan
mengambil suatu tindakan merubah-rubah tingkat bunga yang harus dibayar oleh bank umum
yang meminjam dana. Oleh karena bank-bank umum harus memenuhi ketentuan cadangan wajib
minimum setiap waktu, maka ia harus meminjam semua cadangan baru dari bank sentral yang
merupakan cadangan kelebihan. Dalam pinjaman tersebut, bank sentral mengenakan tingkat suku
bunga pinjaman yang dinamakan suku bunga diskonto. Diskonto ini ditetapkan oleh bank sentral
pada saat peminjaman dan bukan pada saat pembayaran kembali oleh bank-bank umum. Dalam
hal ini bank sentral mempunyai wewenang untuk merubah-rubah suku bunga di diskonto
tersebut, yang bagi bank-bank umum suku bunga diskonto tersebut merupakan biaya untuk
memperoleh tambahan cadangan. Jika bank sentral menaikan diskonto, maka akan mengurangi
keinginan dari bank-bank umum untuk meminjam dana dari bank sentral sebab ongkos untuk
meminjam dana dari bank sentral akan naik. Disamping itu bank-bank umum juga harus
menaikan suku bunga bank terhadap pinjaman yang dilakukan oleh masyarakat. Dengan
demikian, hal ini menghalangi masyarakat untuk menambah penawaran uang giral dengan
meminjam dari bank-bank umum, sehingga akibat selanjutnya adalah jumlah uang yang beredar
dimasyarakat dapat ditekan/dikurangi.
       Efektifitas politik diskonto ini mengalami beberapa hambatan ketika diterapkan di Negara-
negara berkembang karena beberapa hal :
a.    Politik diskonto tidak merupakan kebijakan yang bisa digunakan oleh bank-
bank           sentral di Negara berkembang
b.    Kelebihan likuiditas yang biasanya dialami bank-bank umum di Negara-negara
yang     sedang berkembang menghalangi tumbuhnya kebijakan tersebut
c.    Dalam keadaan tertentu bank-bank mungkin tidak diwajibkan untuk meningkatkan       tingkat
bunga nya dan ini tidak berpengaruh terhadap biaya maupun tersedianya kredit
d.   Dan masih banyaknya sektor yang non-monetised di negara berkembang,
mempunyai   pengaruh pada efektifitas kebijakan diskonto yang berarti akan menghambat
efektifitas      politik diskonto tersebut
2.    Politik Pasar Terbuka (Open Market)
       Merupakan kebijaksanaan dari bank sentral dalam melakukan suatu tindakan menujual dan
membeli surat-surat berharga. Kebijaksanaan ini mempunyai beberapa pengaruh atau tujuan,
antara lain: Pertama, menaikan cadangan bank-bank umum yang terlibat transaksi. Sebab dalam
pembelian surat berharga misalnya, bank sentral akan menambah cadangan bank umum yang
menjual surat berharga tersebut, yang ada pada bank sentral. Akibat bertambahnya cadangan ini,
maka bank umum dapat menambah jumlah uang yang beredar (melalui penciptaan
kredit). Kedua, tindakan pembelian/penjualan surat berharga akan mempengaruhi (dan demikian
juga tingkat bunga ) surat berharga. Akibatnya tingkat bunga umum juga akan terpengaruh.
Ketiga, pengembangan dan penyelamatan hutang pemerintah, misalnya penjualan obligasi
pemerintah melalui Operasi pasar terbuka oleh Bank sentral sangat diperlukan pada saat
penebusan hutang pemerintah tersebut. Pembelian dan penjualan surat-surat berharga (obligasi)
oleh pemerintah atau bank sentral dalam operasi pasar terbuka ini dilakukan dari atau ke bank-
bank umum dan masyarakat.
       Terdapat sedikit perbedaan efek antara pembelian obligasi oleh pemerintah yang dilakukan
terhadap bank umum dan terhadap masyarakat. Jika pembelian obligasi dilakukan pemerintah
dari bank umum, maka transaksi tersebut akan menambah cadangan aktual dan cadangan
kelebihan sebesar nilai pembelian. Namun jika pembelian obligasi itu dibeli pemerintah dari
masyarakat, maka tambahan cadangan aktual dan cadangan kelebihan di bank umum akan lebih
kecil. Demikian pula bila terjadi transaksi penjulan obligasi dari bank sentral, akan terdapat
perbeedaan efek antara penjualan kepada bank-bank umum atau kepada masyarakat. Jika bank
sentral menjual obligasi kepada bank umum, maka cadangan kelebihan yang berkurang akan
sama besarnya dengan niai penjualan. Akan tetapi jika dijual kepada masyarakat, maka cadangan
kelebihan hanya akan berkurang sedikit atau lebih sedikit dari nilai penjualan.
       Instrumen ini terutama berlaku di negara-negara dimana sektor keuangan atau pasar uangnya
sudah maju, sehingga terdapat cukup banyak surat-surat berharga, dengan operasi pasar terbuka
ini aka mudah dilaksanakan. Sedangkan jika diterapkan di negara sedang berkembang,
keberhasilan operasi pasar terbuka ini tergantung pada beberapa faktor, antara lain :
a      Pasar surat-surat berharga pemerintah harus cukup luas, aktif dan menyebar, jika tidak        
maka malah akan mengakibatkan ketidakstabilan pasar uang
b      Kurang menariknya surat-surat berharga yang dimiliki oleh bank sentral di negara-negara    
berkembang, sehingga akan mempengaruhi keefektivan bekerjanya kebijakan operasi pasar    
terbuka ini.
c      Kebanyakan bank-bank umum di negara-negara sedang berkembang menjaga fluktuasi       
rasio uang kas dengan deposito. Adakalannya rasio ini melebihi persyaratan minimum yang
ditentukan oleh bank sentral, sehingga dalam keadaan seperti ini kebijakan ini   menjadi tidak
efektiv.
3.    politik perubahan cadangan minimum (reserves requirement)
       politik perubahan cadangan minimum ini adalah intuk mempengaruhi jumlah uang yang
beredar. Jika ketentuan cadangan minimum dinaikkan oleh bank sentral, maka jumlah uang yang
beredar akan cenderung turun, sebaliknya kalau diturunkan maka jumlah uang yang beredar akan
cenderung naik. Dalam hal ini bank indonesia sebagai bank sentral di indonesia dapat
mempengaruhi kemampuan bank-bank umum untuk memberikan pinjaman dengan
memanipulasi sesuai dengan tujuan ketentuan nisbah cadangan wajib minimum
       yang harus dipegang oleh bank-bank umum, sehingga jumlah uang yang beredar akan
cenderung turun. Akibatnya adalah bank akan kehilangan cadangan kelebihan dan megalami
penurunan kemampuan menciptakan uang dengan memebrikan pinjaman atau mereka
mengalami kekurangan cadangan dan terpaksa mengurangi penawaran uang. Sebaliknya jika ada
penurunan ketentuan cadangan wajib minimum mengubah cadangan wajib menjadi cadangan
kelebihan sehigga menaikkan kemampuan bank unutk menciptakan uang giral baru dengan
memberikan pinjaman.
       Disini perubahan ketentuan cadangan wajib minimum akan mempengaruhi kemampuan
penciptaan uang giral oleh sistem perbankan melalui dua cara yaitu, pertama, ia mempengaruhi
besarnya cadangan kelebihan yang dimiliki, dan kedua, ia mengubah angka pengganda uang
giral yang tercipta drngan memberikan pinjaman.
Kebijakan perubahan cadangan minimum ini merupakan alat kebijakan moneter yang paling
mungkin untuk berhasil banyak diterapkan di negara berkembang disebabkan oleh karena :
a      masih sempitnya pasar uang sehingga membatasi efektivitas dan diterapkannya kebijakan
operasi pasar terbuka
b      banyaknya bank-bank umum di negara berkembang yang mempunyai kelebihan dana,  
sehingga kenaikan diskonto mungkin tidak cukup untuk mengurangi kelebihan dana    tersebut.
Dalam keadaan seperti inilah diperlukan piranti yang langsung bisa             digunakan seperti
perubahan cadangan minimum untuk mengalirkan kelebihan dana    tersebut.

2.4.2.2 Instrumen Kebijakan Moneter Khusus (kualitatif)


1.    Moral Suasion
       Untuk menghindari kemungkinan buruk akibat perluasan ataupun kontraksi pembelian kredit
baik itu terhadap bekerjanya sistem perbankan maupun kegiatan ekonomi secara keseluruhan,
maka dibutuhkan bujukan/himbauan moral dari otorita moneter yang ditujukan pada para bankir
dan pengusaha. Persuasi moral ini bertujuan agar para bankir dan pengusaha menaati kebijakan
yang telah ditetapkan oleh bank sentral. Kebijakan ini akan lebih efektif jika didukung oleh
tindakan yang lebih positif oleh bank sentral, antara lain dengan cara melalui pidato-pidato
gubernur bank sentral, publikasi-publikasi agar dicapai kondisi seperti yang diinginkan oleh
otorita moneter. Himbauan ini ditujukan kepada baik terhadap kredit perbankan secara
keseluruhan maupun kepada suatu jenis kredit tertentu atau kepada sektor tertentu. Kebijakan
moral suasion ini hanya akan bermanfaat pada saat tertentu saja sampai kebijakan yang
fundamental dilakukan.
2.    Pengendalian Kredit Selektif atau Selektif Credit control
       Untuk membatasi penggunaaan kredit terlalu besar atau terlalu cepat pada sektor-sektor
tertentu dan terutama unutk mengurangi penggunaan kredit untuk tujuan spekulasi pembeian
surat-surat obligasi, maka diterapkanlah kebijakan pengendalian kredit selektif seperti ini.
Caranya adalah dengan menaikkan ketentuan maksimum kredit yang bisa dipinjam untuk
membiayai pembelian spekulatif tersebut, yang dilakukan dengan menutunkan presentase kredit
maksimum yang dapat digunakan untuk membiayai pembelian tersebut. Dengan demikian akan
mengurangi permintaan kredit untuk tujuan pembelian spekulatif tersebut.
       Sama halnya dibidang kredit konsumsi misalnya untuk kredit perumahan, dilakukan
pengendalian dengan cara menaikkan menurunkan ketentuan minimum pembayaran uang muka
cicilan. Dengan ini akan menaikkan besarnya pembayaran cicilan selanjutnya yang akan semakin
besar, sehingga diharapkana akan mempengaruhi terhadap keputusan permintaan kredit untuk
pembelian tersebut. Hal ini dilakukan apabila memang permintaan kredit untuk pembelian
perumahan tadi sudah terlalu besar sehingga bisa menimbulkan tingkat inflasi yang tinggi.

Anda mungkin juga menyukai