Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOTEKNOLOGI DAN KULTUR JARINGAN


“AKLIMATISASI”

Dosen Pengampu :
Yen Yen Ari Indrawijaya, M.Farm.Klin, Apt.

Disusun Oleh :
Nama : Yudintya Aisyah Ermandy
NIM : 17930036
Kelas : Farmasi B 2017 / Ck
Asisten : Dwi Puspita
Kelompok :1

LABORATORIUM STERIL
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kultur jaringan sebagai suatu metoe untuk mengisolasi bagian tanaman,
serta menumbuhkan dalam media buatan yang kaya akan nutrisi dengan
penambahan zat pengatur tumbuh (ZPT) secara aseptic (steril) dalam wadah ini
secara in vitro yang tembus cahaya, sehingga bagian-bagian tersebut dapat
memperbanyak diri dalam beregenerasi menjadi tanaman lengkap kembali (Fauzy,
2016)
Disebutkan pada firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surah An-Naba’ ayat
14-16:

Yang artinya : “Dan Kami turunkan dari awan, air yang banyak tercurah, supaya
Kami tumbuhkan dengan air itu biji-bijian dan tumbuh-tumbuhan, dan kebun-
kebun yang lebat”. Dari hal tersebut, Allah telah menciptakan air dengan maksud
salah satunya agar dapat digunakan untuk menumbuhkan biji-bijian dan tumbuh-
tumbuhan yang nantinya dapat digunakan atau dimanfaatkan untuk kehidupan
manusia dan hewan. Apabila kita melakukan penanaman/perbanyakan tanaman,
hal tersebut termasuk perbuatan yang mulia dan sangat diridhoi Allah, karena kita
memanfaatkan dengan baik dan tidak kufur dengan nikmat yang telah diberikan
oleh Allah SWT. Selain itu, tanaman tersebut juga akan tumbuh dengan baik
dengan tambahan nutrisi yang kita buat.
Aklimatisasi merupakan proses penyesuaian peralihan lingkungan dari
kondisi heterotrof ke lingkungan autotrof pada planlet tanaman yang diperoleh
melalui teknik in vitro (Sukmadijaya dkk., 2015). Menurut Kumar (2012),
keterbatasan utama dalam mikropropagansi adalah tingginya mortalitas yang
dialami oleh tanaman in vitro selama transfer laboratorium ke kondisi luar.
Tanaman yang di mikropropagasikan dan dipindahkan ke kondisi ex vitro
terpapar pada kondisi (suhu berubah, intensitas cahaya dan air berbeda) sehingga
perlu akulturasi untuk keberhasilan pembentukan dan kelangsungan hidup
planlet.
Oleh sebab itu, penting bagi farmasis mengenal dan memahami faktor-
faktor yang mengendalikan aklimatisasi, perbedaan in vitro dan ex vitro. Selain
itu, dapat meningkatkan rasa keingintahuan sehingga bisa diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Hal ini menjadi dasar dari manusia dan peduli dengan
hijaunya bumi. Dari kultur jaringan, seorang farmasis juga bisa mendapatkan
senyawa marker dari tanaman yang sudah dikultur, sampai dengan ia tumbuh.

1.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum ini antara lain :
1. Praktikan dapat mengetahui cara mempersiapkan tanaman untuk aklimatisasi
2. Praktikan dapat mengetahui cara mengaklimatisasi tanaman hasil kultur
jaringan dalam media aklimatisasi

1.3 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari praktikum ini antara lain :
1. Praktikan dapat memahami cara mempersiapkan tanaman untuk
diaklimatisasikan.
2. Praktikan dapat mengaklimatisasi tanaman hasil kultur jaringan dalam media
aklimatisasi
BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN

2.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Bioteknologi dan Kultur Jaringan tentang “Aklimatisasi”
dilaksanakan pada hari Selasa, 17 Maret 2020 pukul 09.30 – selesai, bertempat di
halaman gedung Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

2.2 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain :
1. Botol 1 buah
2. Pinset 1 buah
3. Pot plastic 1 buah
4. Sarung tangan / handscoon 1 pasang
5. Wadah/nampan 1 buah
6. Ember 2 buah
7. Beaker glass 2 buah
8. Batang pengaduk 2 buah

2.3 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain :
1. Planlet anggrek (jenis dendrobium) secukupnya
2. Air secukupnya
3. Bayclin secukupnya
4. Larutan fungisida secukupnya
5. Larutan bakterisida secukupnya
6. Akar pakis secukupnya
7. Arang secukupnya
8. Sekam secukupnya
2.4 Cara Kerja
Bahan

Disiapkan alat dan bahan


Dikeluarkan planlet dari botol dengan menggunakan pinset, pada botol
dapat diisi air untuk mempermudah pengeluaran.
Dicuci planlet dengan air bersih selama ± 12 menit.
Direndam planlet anggrek dalam larutan fungisida sambil diaduk.
Dicuci planlet dengan air bersih.
Direndam kembali planlet anggrek dalam larutan bakterisida sambil
diaduk.
Dicuci planlet anggrek dengan air bersih.
Disiapkan media tanam dalam pot plastik, terdiri dari akas pakis, arang,
dan sekam.
Ditanam planlet ke dalam pot plastik dan disiram dengan air.
Disimpan planlet yang telah ditanam dan dirawat dengan baik.

Hasil
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Data Hasil Pengamatan


No Perlakuan Hasil Gambar

Alat-alat dan bahan


1. Disiapkan alat dan bahan. yang akan digunakan
telah siap

Planlet yang dikeluar


Dikeluarkan planlet dari botol
kan adalah anggrek,
dengan menggunakan pinset,
2. yang dibantu dengan
pada botol dapat diisi air untuk
air untuk mengeluar
mempermudah pengeluaran.
kan.

Dicuci planlet dengan air Planlet sudah mulai


3.
bersih selama ± 12 menit. bersih.

Direndam planlet anggrek Larutan fungisida


4. dalam larutan fungisida sambil berwarna kecoklatan
diaduk. dan keruh.
Dicuci planlet dengan air Planlet sudah dicuci
5.
bersih. dengan air bersih.

Direndam kembali planlet Larutan bakterisida


6. anggrek dalam larutan berwarna hitam dan
bakterisida sambil diaduk. bening.

Dicuci planlet anggrek dengan Planlet sudah dicuci


7.
air bersih. dengan air bersih.

Disiapkan media tanam dalam


Pot plastic berisi arang,
8. pot plastik, terdiri dari akas
akar pakis, dan sekam.
pakis, arang, dan sekam.

Ditanam planlet ke dalam pot Planlet anggrek sudah


9.
plastik dan disiram dengan air. di dalam pot plastik.
Tanaman disimpan
Disimpan planlet yang telah
dengan suhu yang
10. ditanam dan dirawat dengan
sesuai dengan sifat
baik.
tumbuh anggrek.

3.2 Pembahasan
Teknik kultur jaringan memiliki beberapa tahapan, menurut Dwiyani
(2002) tahapan kultur jaringan antara lain yaitu isolasi bahan tanam, sterilisasi,
inisiasi subkultur, pengakaran, dan aklimatisasi. Pada praktikum kali ini,
praktikan akan melakukan tahapan aklimatisasi. Aklimatisasi dalam kultur in
vitro adalah suatu proses adaptasi dari tanaman hasil kultur in vitro (plantlet)
terhadap cemaran lingkungan baru sebelum ditanam di tanah lapang. Pada proses
ini terjadi proses pemindahan plantlet dari media aseptik ke media tanah
(Dwiyani,2002).
Aklimatisasi dapat didefinisikan sebagai proses penyesuaian suatu
organisme untuk beradaptasi pada lingkungan yang baru (Kartikasari, 2009).
Selain itu, aklimatisasi diartikan sebagai kegiatan akhir teknik kultur jaringan.
Dimana aklimatisasi adalah proses pemindahan planlet dari lingkungan yang
terkontrol (aseptic dan heterotrof) ke kondisi lingkungan yang tidak terkendali,
baik suhu, cahaya, dan kelembapan, serta tanaman harus dapat hidup dalam
kondisi autotrof (Febriyani dkk., 2019). Adapun tujuan dari tahap aklimatisasi
yaitu agar tanaman yang sebelumnya ditumbuhkan dalam botol kultur dengan
suplai media lengkap, tetap dapat bertahan hidup secara mandiri dan
berfotosintesis pada kondisi lingkungan eksternal (Yasepa dkk., 2012)
Tanaman (planlet) yang digunakan dalam proses aklimatisasi ini adalah
anggrek dengan jenis Dendrobium sp, yang mana jenis anggrek tersebut
merupakan genus anggrek terbesar dari famili orchidaceae yang memiliki
kekayaan sumber daya genetik, selain itu banyak digunakan dalam rangkaian
bunga, karena memiliki keseragaman yang relatif lama, warna dan bentuk bunga
bervariasi, serta produktivitasnya tinggi (Widiastoety dkk., 2010)
Anggrek Jenis Dendrobium sp
Tahapan pada aklimatisasi diawali dengan menyiapkan alat dan bahan
yang akan digunakan, kemudian planlet anggrek yang berada dalam botol kultur
dikeluarkan dengan menggunakan pinset. Selain itu, juga dimasukkan air ke
dalam botol sambil dilakukan pengocokan secara perlahan agar media yang
menempel pada planlet lepas, sehingga mempermudah proses pengeluaran planlet
anggrek.
Tahanan selanjutnya, planlet anggrek yang telah dikeluarkan dicuci
dengan air bersih dalam ember. Tujuannya adalah untuk membersihkan media
yang masih menempel pada planlet, sehingga planlet menjadi lebih bersih.
Setelah itu, planlet direndam dalam larutan fungisida selama ± 5 menit dengan
tujuan untuk mengendalikan (membunuh, menghambat, atau mencegah) jamur
atau cendawan patogen penyebab penyakit yang merupakan jenis peptisida
(Widianto, 2002). Langkah berikutnya dilanjutkn dengan mencuci planlet dengan
air bersih dalam ember untuk menghilangkan bahan sterilan dari permukaan
ekspan, karena pada umumnya bahan tersebut dapat menjadi sumber kontaminasi
(Hendrayono dan Wijayani, 2002)
Tahapan berikutnya, planlet anggrek direndam kembali pada larutan
bakterisida dengan tujuan untuk membunuh bakteri penyebab penyakit busuk dari
bagian tanaman (Widianto, 2002). Dalam hal ini, apabila larutan fungisida dan
larutan bakterisida sama-sama digunakan, maka dapat mencegah kontaminasi
yang menyerang tanaman induk (Yusnita, 2003). Setelah itu, dilanjutkan
pencucian planlet dengan air bersih yang bertujuan untuk menghilangkan bahan
sterilan dari permukaan eksplan, yang umumnya menjadi sumber kontaminasi
(Hendrayono dan Wijayani, 2002)
Selanjutnya, disiapkan media tanam pada pot plastic yang akan
digunakan. Media tanam yang termasuk dalam kategori bahan organic umumnya
berasal dari komponen organisme hidup antara lain: daun, batang, bunga, akar,
dan kulit tanaman. Penggunaan media bahan organic sudah menyediakan unsur
haara bagi tanaman. Selain itu bahan organic mempunyai pori-pori makro dan
mikro yang hampir seimbang sehingga sirkulasi udara yang dihasilkan cukup
banyak dan daya serap air yang tinggi (Rossa, 2011). Adapun media tanam yang
digunakan diantaranya adalah :
a. Akar pakis yang memiliki kelebihan yaitu dapat menyimpan air, sehingga
kelembaban media cukup tinggi sehingga menyebabkan pertambahan tinggi
tanaman (Suryani dan Sari, 2019)
b. Sekam padi, merupakan media tanam yang baik karena ringan, memiliki
drainase dan aerasi yang baik, tidak memengaruhi pH, mengandung hara atau
larutan garam, mempunyai kapasitas menyerap air serta harganya murah
(Marlina dan Dedi, 2007)
c. Arang yang memiliki kelebihan yaitu mudah menyerap air, tidak mudah
ditumbuhi cendawan, dan dapat bertahan lama (Andalasari dkk, 2014)
Media tumbuh aklimatisasi berfungsi untuk tempat tumbuhnya tanaman,
mempertahankan kelembaban dan tempat penyimpanan hara serta air
yang diperlukan. Peranan lingkungan juga mempengaruhi fungsi media
tumbuh aklimatisasi itu sendiri. Sesuai dengan fungsi dari media tumbuh
aklimatisasi yang paling penting adalah untuk mempertahankan kelembaban
karena planlet anggrek yang akan dipindahkan ke lingkungan eksternal
membutuhkan kelembaban yang cukup tinggi, karena proses transpirasi
berlangsung secara berlebihan yang disebabkan fungsi stomata pada planlet yang
baru diaklimatisasi belum berfungsi secara sempurna yang dapat
menyebabkan planlet tersebut mengalami kematian (Wardani dkk., 2013).
Berikutnya, ditanam planlet anggrek ke dalam pot plastik yang berisi
media tanam, kemudian disiram dengan air lalu disimpan dan dirawat dengan
baik. Dimana faktor-faktor yang dapat memengaruhi pertumbuhan anggrek
diantaranya adalah intensitas cahaya, air, dan adanya patogen (Ginting dkk.,
2001).
Pada proses aklimatisasi terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan
antara lain adalah faktor lingkungan, seperti sinar matahari, kelembaban nisbi,
dan temperature serta pemeliharaan antara lain, pemupukan, penyiraman, serta
pengendalian hama penyakit tanaman. Temperatur yang dibutuhkan 28 + 2 oC
dengan temperature minimum 15 oC. Hal ini disebabkan bahwasanya temperature
yang tinggi dapat menyebabkan dehidrasi yang dapat menghambat pertumbuhan
tanaman. Kelembaban nisbi (RH) yang diperlukan bekisar 60-85%. Karena
kelembaban yang tinggi memiliki fungsi untuk menghindari penguapan yang
terlalu tinggi bagi tanaman. Pada malam hari kelembaban dijaga agar tidak terlalu
tinggi, karena dapat mengakibatkan busuk akar pada tunas muda. Oleh karena itu
perlu untuk diusahakan agar media pada pot jangan sampai terlalu basah.
Sedangkan kelembaban yang terlalu rendah pada siang hari dapat diatasi dengan
memberikan semprotan kabut (mist) di sekitar tempat penanaman dengan sprayer
(Deden, 2003).
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat diambil
kesimpulan yaitu :
1. Cara untuk menyiapkan tanaman yang akan diaklimatisasikan yaitu dengan
cara pencucian planlet dengan air bersih, larutan bakterisida, dan larutan
fungisida. Tujuan dilakukannya prosedur tersebut yaitu agar planlet menjadi
bersih dan bebas dari mikroba atau cendawan yang menempel pada planlet,
sehingga proses aklimatisasi mendapatkan hasil yang maksimal.
2. Cara untuk mengaklimatisasikan tanaman yaitu dengan cara membuat media
tanam yang sesuai dan cocok dengan kondisi ataupun karakteristik tanaman.
Pada praktikum ini, digunakan planlet tanaman anggrek dengan media tanam
akar pakis, arang dan sekam. Setelah media telah siap, kemudian planlet
ditanam pada media tanam untuk selanjutnya dirawat dengan baik. Faktor
yang berpengaruh dalam proses aklimatisasi antara lain kelembapan, air,
intensitas cahaya, dan suhu dijaga pada kisaran 28 + 2oC.

4.2 Saran
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka saran yang dapat
diberikan yaitu :
1. Praktikan sebaiknya memahami prosedur dengan baik dan melakukan setiap
prosedur dengan hati-hati, terutama dalam pengambilan planlet agar tidak
merusak jaringan maupun organ planlet
2. Praktikan sebaiknya menjaga dan merawat tanaman aklimatisasi dengan baik,
agar diperoleh hasil sesuai dengan yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Andalasari, T.D, dkk. 2014. “Respon Pertumbuhan Anggrek Dendrobium terhadap


Media Tanam dan Pupuk Daun”. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan. Vol.
14 No. 1
Deden, Sukmadjaja dan Mariska, Ika. 2003. Perbanyakan Bibit Jati Melalui Kultur
Jaringan. Bogor : Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik
Pertanian.
Dwiyani, R. 2002. Kultur Jaringan Tanaman. Bali : Pelawa Sari
Fauzy. 2016. “Pengaruh Penggunaan Media Murashage dan Skoog (MS) dan Vitamin
terhadap Tekstur, Warna, dan Berat Kalus Rumput Gajah (Pennisetum
purpureum CU. Hawai) Pasca Radiasi Sinnar Gamma pada Pasien LD 50.
Jurnal Biologi Sel
Febriyani, Sustri, dkk. 2010. “Aclimatization of Penal Orchid as Affected by
Different Types of Planting Media and Fertilizing Frequency”. Asian Journal
of Plant Sciences. Vol. 22 Issue. 1
Ginting, B, dkk. 2001. Pengaruh Cara Pemberian Air, Media, dan Pemupukan
terhadap Pertumbuhan Anggrek. Jakarta : Balithi Press
Hendrayono, D dan Wijayani, A. 2002. Teknik Kultur Jaringan. Yogyakarta :
Penerbit Kanisius
Kartikasari, R. 2009. Media Tanam terhadap Keberhasilan Aklimatisasi. Malang :
UM Press
Kumar, K. 2012. “Morphophysiologicals Problem in Aclimatization of
Micropropyazid Plants in Ex-Vitro Conditions”. A Review : Journal of
Omamentral and Hortizoltoral Plants. Vol. 2 No. 4
Marlina, H dan Dedi, R. 2007. “Teknik Aklimatisasi Planlet Beberapa Media Tanam”.
Buletin Teknik Pertanian
Rossa, Y.E dan Gati, L. 2011. “Perbanyakan Tanaman Pulai Pandak (Rauwolfia
serpentine L.) dengan Teknik Kultur Jaringan”. Jurnal Natur Indonesia. Vol.
14 No. 1
Sukmadijaya, D, dkk. 2013. “Pertumbuhan Planlet Kantong Semar (Nepenthes
rafflesiana Jack.) pada Beberapa Media Tanam Selama Tahap Aklimatisasi”.
J. Hort. Indonesia. Vol. 4 No. 3
Suryani, R dan Sari M, 2019. “Penggunaan Berbagai Macam Media Tanam dan
Pemberian Pupuk Organik Cair pada Tahap Aklimatisasi terhadap
Pertumbuhan Planlet Anggrek Bulan (Phalaenopsis amabilis) Hasil Kultur
Jaringan”. Journal of Applied Agrycultural Science and Technology. Vol. 3
No. 1
Wardani, Sri., H. Setiadodan, & S. Ilyas. 2013. Pengaruh Media Tanam dan Pupuk
Daun terhadap Aklimatisasi Anggrek Dendrobium (Dendrobium sp.).
Jurnal Ilmu Pertanian KULTIVAR Vol.1 (3)

Widiastoety, Dyah, dkk. 2010. “Potensi Anggrek Dendrobium dapat Meningkatkan


Variasi dan Kualitas Anggrek Bunga Potong”. Jurnal Litbang Pertanian.
Vol. 29 No. 3

Widianto, R. 2000. Petunjuk Penggunaan Peptisida. Jakarta : Penerbit Swadaya


Yasepa, I.C, dkk. 2012. “Pengaruh Penggunaan Jenis Media terhadap Aklimatisasi
Anggrek Dendrobium sp (Hibrida)”. Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian.
Vol. 2 No. 2
Yusnita. 2003. Kultur Jaringan : Cata Memperbanyak Tanaman Secara Efisien.
Jakarta : Agromedia Pustaka

Anda mungkin juga menyukai