PENDAHULUAN
Fever (DHF) merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh virus
dengue melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang masih menyerang penduduk
dunia saat ini. World Health Organization (WHO) memperkirakan Insiden DBD
telah tumbuh meningkat secara dramatis di seluruh dunia dalam beberapa dekade
terakhir. Angka-angka yang sebenarnya dari kasus DBD yang tidak dilaporkan
dan banyak kasus yang kesalahan klasifikasi. Salah satu perkiraan baru-baru ini
menunjukkan bahwa infeksi DBD sebesar 390 juta per tahun. Penelitian lain
memperkirakan 3,9 milyar orang di 128 negara, berada pada daerah yang beresiko
Penyakit DBD dapat muncul sepanjang tahun dan dapat menyerang seluruh
kelompok umur. Penyakit ini berkaitan dengan kondisi lingkungan dan perilaku
wilayah urban, menyerang lebih dari 100 juta penduduk tiap tahun, dan sekitar
30.000 kematian terjadi terutama untuk anak-anak. Data dari seluruh dunia
setiap tahunnya. Sementara itu terhitung sejak tahun 1968 hingga tahun 2009,
WHO mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di
Asia Tenggara (Achmadi, 2010).
dengan jumlah penderita sebanyak 112.511 orang dan jumlah kasus meninggal
sebanyak 871 meskipun secara umum terjadi penurunan kasus tahun ini
peningkatan jumlah kasus DBD, diantaranya Sumatera Utara, Riau, Kepri, DKI
Indonesia sebanyak 201.885 kasus dengan jumlah kematian 1.585 orang (IR 77,96
per 100.000 penduduk dan CFR 0.79%). Jumlah kasus ini mengalami peningkatan
jika dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar 129.650 kasus dengan jumlah
kematian 1.071 orang (IR 50,75 per 100.000 penduduk dan CFR 0.83%)
Di Provinsi Riau, jumlah kasus DBD yang dilaporkan pada tahun 2014
sebanyak 2.342 kasus dan meninggal sebanyak 31 orang (IR = 36,83 per 100.000
penduduk dan CFR = 1,32%). Sedangkan untuk tahun 2015 terjadi sebanyak
3.261 kasus dan meninggal sebanyak 22 orang (IR = 51,40 per 100.000 penduduk,
CFR = 0,67%). Pada tahun 2016 terjadi sebanyak 4.170 kasus dan meninggal
sebanyak 39 orang (IR = 64,14 per 100.000 penduduk, CFR = 0,94%) (Kemenkes
RI, 2016).
tempat-tempat yang terdapat air bersih, maka orang yang menjaga kebersihan
lingkungan masih dapat terkena DBD. Oleh karena itu program pemberantasan
DBD tidak cukup hanya dengan menjaga kebersihan lingkungan, tetapi harus
menghindari keberadaan jentik di tempat air yang bersih, misalnya menguras bak
mandi setiap seminggu sekali. Hal ini dilakukan mengingat kehidupan nyamuk
sampai 14 hari. Dengan menguras bak mandi seminggu sekali tidak memberi
perindukannya.
Vektor DBD di Indonesia adalah nyamuk Aedes Aegypti sebagai vektor
utama dan Aedes Albopictus sebagai vektor sekunder. Spesies tersebut merupakan
dengan air yang relatif jernih. Nyamuk Aedes Aegypti lebih banyak ditemukan
ember, vas bunga, tempat minum burung, kaleng bekas, dan sejenisnya.
alami di luar rumah seperti axilla daun, lubang pohon, potongan bambu dan
DBD adalah faktor host (umur, jenis kelamin, mobilitas), faktor lingkungan
nyamuk, kepadatan nyamuk, angka bebas jentik, curah hujan), serta faktor
perilaku (pola tidur dan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk). Curah hujan
yang tinggi saat musim penghujan misalnya, dapat menimbulkan banjir dan
nyamuk, seperti cekungan di pagar bambu, pepohonan, kaleng bekas, ban bekas,
Sampai saat ini upaya pemberantasan DBD yang telah dilakukan menitik
dan Mengubur) untuk jentik nyamuk, serta pengasapan untuk nyamuk dewasa.
Selain itu telah diterapkan pula sistem kewaspadaan dini terhadap kemungkinan
terjadinya KLB DBD (Dinkes Prov. Sumut, 2009).
menanggulangi penyakit DBD. Ini merupakan cara utama yang dianggap efektif,
efisien, dan ekonomis untuk memberantas vektor penular DBD mengingat obat
dan vaksin pembunuh virus DBD belum ditemukan. Program PSN 3M-plus perlu
tingkat pusat dan tingkat daerah belum menunjukkan hasil yang maksimal,
pencegahan dan penanggulangan DBD di Negara Kuba. Negara Amerika Latin ini
labiofam, sebuah vaksin yang terbuat dari bakteri, efektif menurunkan angka
Jepara Kabupaten Jepara, bahwa ada hubungan antara pengalaman sakit DBD (p =
Survei awal yang peneliti lakukan pada bulan April 2017 dengan observasi
dan wawancara langsung dengan masyarakat di Desa Sukasari Kecamatan
DBD masih kurang. Hal ini ditunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat belum
paham betul mengenai DBD terutama dalam hal penularan, tanda dan gejala
masyarakat yang masih menampung air hujan menggunakan drum atau ember
untuk tempat air minum hewan ternak, dan untuk keperluan sehari-hari tanpa
pengetahuan dan tindakan yang benar sehingga dapat diterapkan dengan benar.
masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan pengetahuan dan sikap
Tahun 2020.
3. Menjadi dasar atau bahan yang dapat digunakan peneliti lain sebagai
berdarah dengue.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dalam waktu yang sangat pendek. Gejala klinis DBD berupa demam tinggi yang
berlangsung terus menerus selama 2-7 hari dan manifestasi perdarahan yang
(patechia) pada badan penderita. Penderita dapat mengalami syok dan meninggal.
Vektor utama DBD adalah nyamuk yang disebut Aedes aegypti, sedangkan vektor
Aedes yang terinfeksi, terutama aedes aegypti dan karenanya di anggap sebagai
arbovirus (virus yang ditularkan melalui artropoda). Bila terinfeksi nyamuk tetap
pada manusia.
Arthropod Borne virus (arbovirus). Keempat serotipe virus ini telah ditemukan di
Dengue-3 sangat berkaitan dengan kasus DBD berat dan merupakan serotipe yang
paling luas distribusinya disusul oleh Dengue-2, Dengue-1 dan Dengue-4. Dari
empat tipe virus yang banyak berkembang di masyarakat adalah virus dengue
flaviviridae. Setiap serotipe cukup berbeda sehingga tidak ada proteksi silang dan
Penyakit Demam Berdarah Dengue atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ini
disebarkan kepada manusia oleh nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus.
hari, panas dapat turun pada hari ke-3 yang kemudian naik lagi dan pada hari
berupa uji tourniquet (Rumple Leede) positif atau dalam bentuk 1 atau lebih
pembesaran hati tidak sejajar dengan beratnya penyakit, nyeri tekan sering
ditemukan tanpa disertai ikterus;
7) Gejala klinik lain: gejala klinik lain yang menyertai penderita DBD adalah
nyeri otot, anoreksia, lemah, mual, muntah, sakit perut, diare atau konstipasi,
dan kejang.
tanpa sebab jelas, berlangsung terus-menerus selama 2-7 hari disertai manifestasi
kriteria diagnosis menurut WHO yaitu terdiri dari kriteria klinis dan laboratories
Kriteria Klinis meliputi: (1) Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang
nyamuk terinfeksi itu mencucuk inang (manusia) untuk mengisap cairan darah,
maka virus yang berada di dalam air liurnya masuk ke dalam sistem aliran darah
manusia. Setelah mengalami masa inkubasi sekitar empat sampai enam hari,
Nyamuk Aedes aegypti jantan mengisap cairan tumbuhan atau sari bunga
nyamuk Aedes aegypti betina mencari mangsanya pada siang hari. Aktifitas
menggigit biasanya mulai pagi sampai petang hari dengan 2 puncak aktifitas
antara pukul 09.00-10.00 dan 16.00-17.00, dan nyamuk ini mempunyai kebiasaan
menghisap darah berulang kali (multiple bites) dalam satu siklus gonotropik ,
untuk memenuhi lambungnya dengan darah. Dengan demikian nyamuk ini sangat
diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Inilah yang disebut praktik (practice)
meliputi:
1. Fogging
Fogging dilakukan terhadap nyamuk dewasa dengan insektisida. Kegiatan fogging
Pemantauan jentik berkala dilakukan setiap 3 (tiga) bulan di rumah dan tempat-
tempat umum. Diharapkan Angka Bebas Jentik (ABJ) setiap kelurahan/desa dapat
Cara yang tepat dalam pencegahan DBD adalah dengan melaksanakan PSN
a. Fisik, cara ini dikenal dengan ”3M” yaitu: menguras dan menyikat
mengubur).
Pengetahuan merupakan “hasil tahu” dari manusia dan ini terjadi setelah
pengetahuan. Jadi pengetahuan adalah hasil dari tahu. Berdasarkan teori Bloom
(overt behaviour).
tingkatan yaitu :
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling
rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari
sebagainya.
2. Memahami (comprehension)
tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara
benar, orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat
3. Aplikasi (application)
telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini
metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke
masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
5. Sintesis (synthetis)
Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru
dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, merencanakan,
6. Evaluasi (evaluation)
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini didasarkan pada suatu
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
yang penting bagi pemeliharaan kesehatan dan membutuhkan orang tertentu untuk
masyarakat.
pelaksanaan penyemprotan.
penanggulangan DBD.
nyamuk DBD.
1970-an dan disahkan sebagai model perencanaan sampai akhir tahun 1970-an.
bagian yang sangat diutamakan sebagai target untuk intervensi”. PRECEDE juga
sangat logis untuk program promosi kesehatan. Dasar dari model ini adalah untuk
akhirnya mendesain serta intervensi yang diarahkan untuk mencapai hasil yang
PROCEED.
ini berupa lingkungan fisik, sarana kesehatan atau sumber-sumber khusus yang
Faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku, yang terwujud dalam
sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lainnya yang dipercaya oleh
masyarakat.
Predisposing Factors
- Pengetahuan
Tindakan Pencegahan
DBD
Reinforcing Factors
- Peran Petugas Kesehatan
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian
METODE PENELITIAN
Kerinci tahun 2020. Penelitian ini akan mulai dilaksanakan pada bulan Oktober
3.3.1 Populasi
3.3.2 Sampel
Sampel penelitian adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh
populasi, yaitu kepala keluarga (Bapak atau Ibu) di Perumahan Lingkar Mas Kabupaten
slovin.(49)
N
n= 2
1+ N (e)
Keterangan:
N = Besarnya Sampel
N = Besarnya Populasi
N
n=
1+ N ( e )2
1879
n=
1+1879 ¿ ¿
1879
n=
19,79
n=94,95
Dari rumus diatas maka didapatkan jumlah sampel yang akan diteliti yaitu
sebanyak 95 orang..
Besar sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus
(Vincent Gasperz).
( )
() ( )
( )
()( )
P =
Proporsi
populasi =
0.5 Gp =
Galat
pendugaan
= 0.1
Zc = Nilai derajat
n =
Sampel/Responden
KK.
dengue.
Data primer diperoleh langsung dari responden dengan menggunakan
kuesioner.
Data tertier dalam penelitian ini adalah data yang didapat dari studi
penelitian ini adalah tindakan pencegahan DBD, sedangkan variabel bebas adalah
Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh
salah maka diberi skor 0. Berdasarkan total nilai yang diperoleh dari
Diukur dari item pertanyaan yang terdiri dari 5 pertanyaan berbentuk soal.
Jika menjawab “ya” diberi nilai 1, dan menjawab “tidak” diberi nilai 0,
menjawab dengan benar diberi nilai1, dan menjawab salah diberi nilai 0.
Berdasarkan jumlah skor yang diperoleh maka dapat dikategorikan sebagai berikut:
4. Pengukuran dilakukan pada setiap variabel penelitian. Cara ukur, alat ukur, skala
ukur, dan kategori masing-masing variabel penelitian diuraikan pada tabel berikut :
ukur
Tindakan Wawancara Kuesioner Ordinal 1 = Ya
Pencegahan 2 = Tidak
DBD
Pengetahuan Wawancara Kuesioner Ordinal 1 = Baik
2 = Kurang
Baik
ioner 2 = Kurang
Baik
P Wawancara Kues
Nominal 1 = Baik
e ioner 2 = Kurang
r Baik
et
a
t
n
Umur - Kues
Ordinal 1 = Umur 20–
ioner 30 tahun
2 = Umur 31–
41 tahun
3 = Umur 42–
52 tahun
Jenis Kelamin - Kues
Nominal 1 = Laki-laki
ioner 2=
Perempuan
Pendidikan - Kuesioner Ordinal 1=
Pendidikan
rendah
2=
Pendidikan
tinggi (SLTA,
Akademi/PT)
Informal
(buruh,p
etani,ped
agang,
IRT)
2
=Formal
(PNS)
1. Analisis Univariat
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan
variable terikat. Untuk mengetahui ada tidaknya kemaknaan dilakukan uji Chi-