Anda di halaman 1dari 11

lOMoARcPSD|4757735

Fisiologi Partus dan Post Partus

Veterinary Reproduction (Universitas Gadjah Mada)

StuDocu is not sponsored or endorsed by any college or university


Downloaded by Siti Intan Kemala Sari (sarifahqory@yahoo.co.id)
lOMoARcPSD|4757735

Learning Objectives

1. Bagaimanakah mekanisme hormonal pada partus dan laktasi?


2. Bagaimanakah tahapan-tahapan pada proses partus
3. Bagaimanakah manajemen anak dan induk pasca partus?
4. Apa sajakah kandungan kolostrum induk? Bagaimana perbedaannya dengan kolostrum
buatan?

Pembahasan

1. Mekanisme hormonal pada partus


Parturisi terjadi akibat aktivasi aksis fetal hypothalamus-pituitary-adrenal (HPA), area
pada hipotalamus yang berperan adalah nukleus paraventriculare. Aksis fetal HPA sama
dengan aksis HPA hewan dewasa, hanya saja otak fetus masih berkembang pada
kebuntingan akhir dan bagian awal otak yang terbentuk dan bagian akhir terhubung
melalui placenta. Aktivasi fetal hipotalamus sendiri belum teridentifikasi penyebabnya.
(Noakes et.al., 2001)
Beberapa teori yang berkembang antara lain:
a. Maturasi hipotalamus fetus mampu menyebabkan perkembangan sinaps pada nukleus
paraventriculare, sehingga mampu meningkatkan fungsi nneuroendokrin pada fetus
b. Kemampuan hipotalamus untuk merespon hormonal plasenta
c. Stres fetus seperti hipoksia, hiperkapnia, perubahan pada tekanan darah dan glukosa
darah
(Noakes et.al., 2001)
Selain itu juga dipostulatkan bahwa hormon derivat dari plasenta seperti estrogen,
progesteron, PGE2, atau corticotropin-releasing factor (CRF) juga mampu merangsang
aksi hipotalamus. (Noakes et.al., 2001)
Aksi hipotalamus dan korteks adrenalin
Sebelum 120 hari kebuntingan, kortisol dalam jumlah yang banyak hanya terdapat
pada fetus dan merupakan derivat dari induk melalui transfer transplacental. Selama 20-25
hari akhir kebuntingan, konsentrasi cortisol fetal mengalami peningkatan drastis,
kemudian 2-3 hari sebelum partus cortisol fetus mencapai puncak, kemudian akan
berkurang dan menghilang pada 7-10 hari postpartum. Sumber dari peningkatan fetal
cortisol adalah adrenal fetal, dikarenakan peningkatan ukuran organ dan hubungannya
dengan total berat badan, dan peningkatan sensitivitasnya terhadap adrenocorticotropic

Downloaded by Siti Intan Kemala Sari (sarifahqory@yahoo.co.id)


lOMoARcPSD|4757735

hormone (ACTH) yang dihasilkan oleh proses percepatan transformasi ACTH dari POMC
(pro-opiomelanocortin); konsentrasi cortisol maternal hanya akan meningkat di sekitar
waktu kelahiran. Pada saat yang bersamaan, kapasitas pengikatan plasma fetal meningkat,
sehingga mengurangi jumlah cortisol bebas pada sirkulasi fetal sehingga mengurangi efek
umpan balik negatif terhadap sekresi ACTH dari pituitari fetus. (Noakes et.al., 2001)
Pada pituitari fetus domba, “fetal” corticotropin akan digantikan oleh sel stelat,
sehingga disebut sebagai corticotropin “dewasa”, di sekitar hari ke 125 kebuntingan, yang
dapat meningkatkan sekresi ACTH. Terjadi peningkatan corticotropine-releasing hormone
(CRH) pada fetal hipotalamus selama 10 hari terakhir kebuntingan, selain itu, pada domba
plasenta juga mampu mensekresikan CRH. Opioid endogen juga berperan dalam stimulasi
sekresi ACTH melalui efeknya terhadap fetal hipotalamus dibandingkan pituitari. Ketika
eksogen opioid diinfusikan pada fetus domba, terjadi peningkatan ACTH sehingga mampu
mengakhiri penyaluran opioid antagonis naloxone. POMC peptida dan arginin prosessin
juga berperan dalam mempengaruhi sekresi ACTH pada akhir kebuntingan. (Noakes et.al.,
2001)
Fetal adrenal akan menjadi lebih responsif pada stimuasi ACTH seiring
berkembangnya fetus. Maturasi diinduksikan oleh ACTH. Peningkatan fetal cortisol
menstimulasi koversi progesteron derivat plasenta menjadi estrogen melalui pengaktifan
enzim 17α-hidroksilase; yaitu progesteron hidroksilat melalui androstenedion menjadi
estrogen pada sirkulasi perifer. Beberapa akibat dari peningkatan estrogen pada sirkulasi
perifer antara lain, (1) estrogen akan bekerja pada miometrium, meningkatkan
responsivitasnya terhadap oksitosin, (2) mengubah struktur kolagen cervix uteri sehingga
menjadi lebih lunak, (3) berperan pada karunkula dan kotiledon (plasentom) untuk
memproduksi dan pelepasan PGF2α. Perubahan selanjutnya yang terjadi akan diinduksi
oleh aktivasi enzim fosfolipase A2 yang terstimulasi akibat turunnya progesteron dan
peningkatan estrogen. Enzim ini akan menstimuulasi pelepasan asam arachidonat dari
fosfolipid sehingga di bawah pengaruh dari enzim prostaglandin sintetase, PGF 2α dibentuk.
(Noakes et.al., 2001)
Stimulasi sintesis dan pelepasan hormon dari miometrium selanjutnya juga dapat
diinduksi oleh aksi dari oksitosin dan mekanisme stimulasi vagina. (Noakes et.al., 2001)
Prostaglandin berperan dalam menginisiasi kelahiran; dikarenakan struktur
molekulernya yang larut lemak dan air sehingga dapat dengan mudah melalui sel-sel. Dua
jenis prostaglandin disekresikan oleh uterus- PGF2α pada endometrium dan selama
ekspulsi fetus pada miometrium, prostacyclin (PGI2). Prostaglandin memiliki banyak

Downloaded by Siti Intan Kemala Sari (sarifahqory@yahoo.co.id)


lOMoARcPSD|4757735

peran, antara lain; mampu menyebabkan kontraksi otot polos, luteolisis, dan pelunakan
kolagen cervix uteri dan menstimulasi otot polosnya untuk mengembangkan area khusus
kontak yang disebut gap junction, sehingga memungkinkan terjadinya saluran pulsus
electrical dan mengkoordinasikan kontraksi. Refleks Ferguson merupakan terdorongnya
fetus menuju ke cervix dan vagina di mana fetus akan menstimulasi reseptor sensorik dan
terjadilah refleks Ferguson, dengan pelepasan oksitosin dari pituitari posterior dalam
jumlah besar. Oksitosin akan mampu menstimulasi kontraksi miometrial dan pelepasan
PGF2α akan berperan dalam beberapa hal, yaitu: (1) menambah stimulasi kontraksi
miometrial, (2) melisiskan corpus luteum, dan (3) merangsang pelepasan relaksin dari
ovarium. Relaksin akan semakin meningkat sehingga perannya dalam relaksasi ligamen
pada maternal passage semakin maksimal, relaksin juga menyebabkan dilatasi cervix.
(Noakes et.al., 2001)

Gambar 1. Skematik mekanisme hormonal menjelang partus

Downloaded by Siti Intan Kemala Sari (sarifahqory@yahoo.co.id)


lOMoARcPSD|4757735

Fisiologi Laktasi
Laktasi merupakan sekresi dan
ejeksi air susu dari glandula
mammae. Hormon yang berperan
penting pada sintesis dan sekresi
susu adalah prolactin (PRL),
yang disekresikan oleh
adenohipofisis. Meskipun
prolactin akan meningkat seiring
berkembangnya fetus, tidak akan
terjadi sekresi dari air susu
diakibatkan tingginya kadar
progesteron. Stimulus utama
dalam pengaturan sekresi
prolactin selama laktasi
adalah aksi menghidap anak.
Penghisapan pada puting
ambing akan merangsang
nervus (impuls) dari reseptor
pada puting kemudian
dikirimkan menuju
hipotalamus, impuls akan
menyebabkan hipotalamus
mengurangi rilisnya prolactin
inhibiting hormon (PIH) dan
meningkatkan rilisnya
prolactin-releasing hormone

Gambar 2. Skema refleks ejeksi susu. (PRH), sehingga prolactin


mampu dirilis oleh
adenohipofisis. Oksitosin akan berperan dalam pelepasan air susu menuju ductus mammae
melalui refleks milk ejection. Air susu yang dihasilkan oleh sel-sel glandular mammae
akan tersimpan hingga anak aktif menyusu. Stimulasi reseptor sentuhan pada puting akan
menginisiasi impuls nervus sensoris pada hipotalamus. Sehingga, sekresi dari oksitosin
dari pituitari posterior meningkat. Oksitosin berperan dalam menstimulasi kontraksi sel

Downloaded by Siti Intan Kemala Sari (sarifahqory@yahoo.co.id)


lOMoARcPSD|4757735

mioepitelial yang mengitari sel glandular dan ductus, air susu dari alveoli glandula
mammae akan memasuki ductus mammari. Proses inilah yang disebut sebagai milk
ejection (let-down milk). (Tortora dan Derrickson, 2009)
2. Umumnya proses parturisi terbagi menjadi tiga tahap yang disebut sebgai tahap-tahap
partus. Proses tersebut meliputi:
a. Tahap pertama
Perubahan yang terjadi selama fase partus ini secara eksternal tidak tampak namun
sangat penting untuk persiapan maternal passage dan fetus untuk diekspulikan.
Pertama, terjadi perubahan struktur cervix sehingga mampu berdilatasi; ke dua, terjadi
kontraksi miometrial; dan ketiga, fetus mempersiapkan posisinya untuk diekspulsikan,
meliputi rotasi aksis longitudinalnya dan ekstensi ekstremitasnya. (Noakes et.al., 2001)
b. Tahap ke dua
Pada spesies monotokus fase ini merupakan fase ekspulsi fetus; namun, pada
spesies politokus membran fetal dan fetus bergabung menjadi satu sehingga pada
spesies ini tahap ke dua kelahiran tidak dapat dipisahkan dengan tahap ke tiga partus.
(Noakes et.al., 2001)

Downloaded by Siti Intan Kemala Sari (sarifahqory@yahoo.co.id)


lOMoARcPSD|4757735

Gambar 3. Tahap pengeluaran fetus pada sapi

Tanda-tanda
Gambar 4. Tahap pengeluaran fetus pada domba
dari fase ini adalah
tampilan abdomen
tampak terjadi kontraksi. Kontraksi abdomen ini tidak ada hubungannya dengan
pelepasan oksitosin dan tidak sama dengan reflex Ferguson. Kontraksi abdomen ini
akan menyebabkan fetus menuju cervix dan anterior vagina, sehingga menyebabkan
reflex Ferguson, di mana oksitosin yang dilepaskan akan menyebabkan kontraksi
miometrium selanjutnya. (Noakes et.al., 2001)
Kantung alantochorion luruh, sehingga cairan di dalamnya akan mengalir
keluar melalui vulva. Tahap ini dianggap selesai ketika seluruh fetus telah keluar.
(Noakes et.al., 2001)

c. Tahap ke tiga
Pasca partus, kontraksi abdominal tetap terjadi. Kontraksi miometrial juga masih
terjadi namun amplitudonya menjadi lebih frekuentif. Kontraksi ini berperan untuk
ekspulsi membrana fetal. Selain pada babi, induk akan melakukan penjilatan pada

Downloaded by Siti Intan Kemala Sari (sarifahqory@yahoo.co.id)


lOMoARcPSD|4757735

anakan yang baru lahir, kemudian anakan akan langsung menyusu pada induknya.
(Noakes et.al., 2001)

Gambar 5. Induk sapi membersihkan tubuh anaknya post partus


Menurut
Jackson (2004) tahap-tahap kebuntingan masing-masing spesies memiliki durasi yang
berbeda-beda. Berikut merupakan perbandingan durasi masing-masing tahap kelahiran
pada beberapa spesies domestik Tabel 1.

Tabel 1. Perbandingan fase-fase partus pada beberapa spesies domestik


Hewan Tahap I (jam) Tahap II (jam) Tahap III (jam)
Sapi 4-24 0.5 8-12
Domba 6-12 0.5-1 3-4
Babi 12-24 0.5-4 6
Kuda 6-12 0.5-1 3-4
Anjing 4-24 1 2
Kucing 2-12 1 2

3. Manajemen anak dan induk post partus.


a. Perawatan anak dan induk
Penanganan pada neonatus meliputi beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain:
1) Segera membersihkan seluruh lendir yang menyelubungi tubuh anak, terutama
yang menutupi cavum nasal dan cavum oris

Downloaded by Siti Intan Kemala Sari (sarifahqory@yahoo.co.id)


lOMoARcPSD|4757735

2) Ketika membersihkan lendir, lakukan penekanan pada dada untuk membantu


pernafasan
3) Potong tali pusar, sisakan sepanjang 10 cm dan desinfektan dengan larutan yodium
tinctura 10%
4) Sekitar 30 menit post parus, biasanya anak (pedet) akan langsung menyusu pada
induknya yang sebelumnya juga telah dibersihkan
5) Tempat pedet berbaring harus diberi alas berupa jerami atau rumput kering yang
bersih dan hangat
(Toelihere, 2006)
Pada indukan juga diperlukan penanganan yang baik. Betina yang baru mellahirkan
akan mengalami kelelahan sehingga perlu diberikan pemberian nutrisi (pakan, minum,
air garam, air gula merah, dll.) sehingga dapat mengembalikan tenaga indukan, selain
itu diperlukan suatu pengamatan untuk memeriksa saluran uterus untuk memastikan
ada atau tidaknya fetus lain. Involusi uterus mulai segera setelah kelahiran, selain itu
pada glandula mammae induk juga perlu dilakukan pemeriksaan apakah terjadi
mastitis atau tidak. (Toelihere, 2006)
4. Kandungan kolostrum induk
Kolostrum adalah sekret dari glandula mammae pada mamalia pada beberapa hari
awal postpartus, sebelum susu sesungguhnya muncul. Kolostrum mengandung protein,
karbohidrat, lemak, vitamin, mineral, dan protein antibodi yang akan melawan agen
penyebab penyakit seperti bakteria dan virus. Tingkat antibodi pada colostrum bisa seratus
kali lebih tinggi dibandingkan susu reguler. Bovine colostrum kaya akan antibodi.
(Saputra, 2008)
Jika dibandingkan dengan susu, kolostrum mengandung:
 protein – lactalbumin
 lactogolubin dan imunoglobulin tertentu (IgG, IgG2, IgM, dan IgA)
 peptida (lactoferin, transferin)
 hormon (insulin, prolactin, tiroid, kortisol)
 growth factor
 prostaglandin
 enzim
 sitokin
 protein fase-akut (α1-glikoprotein)
 nukleotida

Downloaded by Siti Intan Kemala Sari (sarifahqory@yahoo.co.id)


lOMoARcPSD|4757735

 poliamin
 mineral
 (pro)vitamin: terutama β-karoten, vitamin A, E, D, B, elemen sel
 Limfosit, monosit, dan sel epitelial

Berikut merupakan hasil perbandingan antara kolostrum induk dan kolostrum buatan
menurut penelitian Saputra (2008):

Tabel 2. Hasil pengujian proksimat


Kadar
Kadar air (g/ Kadar abu Kadar lemak Kadar
Sampel protein
100 g) (g/100 g) (g/100 g) karbohidrat
(g/100 g)
Kolostrum 84.57 1.01 0.53 5.63 8.26
sapi cair
Kolostrum 84.19 1.20 0.45 4.74 9.22
sapi bubuk
yang
dicairkan
Susu UHT 83.39 0.75 1.73 2.73 10.90

Tabel 3. Hasil pengujian asam lemak


Kolostrum sapi
Kolostrum Sapi Cair
Asam lemak bubuk yang Susu UHT (g/100 g)
(g/100 g)
dicairkan (g/100 g)
Palmitat 0.05 0.04 0.02
Stearat 2.32 3.19 0.65
Oleat 4.98 4.55 1.32
Linoleat 0.37 0.29 0.14

Tabel 4. Hasil Pengujian Mineral


Kolostrum sapi
Kolostrum sapi cair
Mineral bubuk yang Susu UHT (ppm)
(ppm)
dicairkan (ppm)
Ca 877.1 1746.32 808.32
K 2131.7 1992.3 2437.8
Na 572.03 56.52 149.18
Mg 62.21 59.24 68.01

Downloaded by Siti Intan Kemala Sari (sarifahqory@yahoo.co.id)


lOMoARcPSD|4757735

Kesimpulan dari ketiga tabel di atas adalah kadar air, abu, lemak, protein, dan karbohidrat
yang terdapat pada kolostrum cair dan kolostrum bubuk memiliki nilai yang hampir sama
sehingga proses pembuatan kolostrum bubuk ternyata tidak begitu berpengaruh terhadap
kandungan yang ada di dalamnya. Mineral yang terkandung dalam kolostrum sapi cair,
kolostrum sapi bubuk, dan susu UHT di antaranya kalsium, kalium, natrium, dan magnesium.
(Saputra, 2008)

Downloaded by Siti Intan Kemala Sari (sarifahqory@yahoo.co.id)

Anda mungkin juga menyukai