Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu pengetahuan dan teknologi adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan, ketika
ilmu pengetahuan berkembang dengan otomatis teknologi juga ikut mengalami
perkembangan. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan suatu hal yang tidak dapat
dipisahkan lagi dari perkembangan zaman saat ini. Semua hal kini selalu berkenaan dengan
teknologi. Berbagai produk teknologi diluncurkan guna mempermudah kegiatan manusia,
semua hal kini dilakukan dengan bantuan teknologi.
Dalam Hindu, ilmu pengetahuan adalah suatu hal yang sangat diagungkan sebagai
suatu anugerah Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang didasari dharma, sehingga ketika sesorang
memanfaatkan pengetahuan itu diharapkan selalu mengingat Ida Sang Hyang Widhi Wasa
sebagai suatu bentuk pengamalan dari berkarma berdasarkan dharma, dan kemudahan serta
kenikmatan yang dapat diberikan oleh hasil pengembangan iptek itu tentunya patut disyukuri
sebagai sebagai anugerah Tuhan.
Dengan pengembangan iptek yang tepat dan akurat, berbagai hal dapat dilakukan
dengan cepat praktis dan dapat memberi kemudahan dalam menjalankan kehidupan ini tetapi
tetap berdasarkan dharma sehingga keseimbangan antara hal-hal tersebut dapat tercapai
sekaligus tujuan hidup manusia untuk kebebasan didunia dan moksa dengan berdasarkan
dharma, atau sehingga keseimbangan hidup dapat dicapai yang menuju pada tercapainya
tujuan hidup dalam agama Hindu yaitu “​Mokshartam Jagadhita Ya Ca Iti Dharma”.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni dalam Perspektif Hindu

Ilmu pengetahuan dalam ajaran Agama Hindu disebut ​Jnana​, sedangkan teknologi
dan seni termasuk pada Gandarva Weda, yaitu cabang Ilmu Seni (Kesenian). Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, Teknologi berarti “kemampuan teknik yang berdasarkan
pengetahuan ilmu eksakta yang berdasarkan proses teknik”. Perkembangan agama Hindu
tidak lepas dari keberadaan teknologi dan seni yang saling melengkapi satu sama lain.
Teknologi berasal dari istilah teckne yang berarti seni (art) atau keterampilan. Menurut
Dictionary of Science, teknologi adalah penerapan pengetahuan teoritis pada
masalah-masalah praktis. Sedangkan Seni berarti 1) halus kecil dan halus, 2) keaktifan
membuat karya-karya bermutu dilihat dari segi kehalusannya, seperti tari, lukis, ukir. Di
bawah ini pengertian seni menurut beberapa ahli yaitu :

1. Emanuel Kant, Seni adalah sebuah impian karena rumus rumus tidak dapat
mengihtiarkan kenyataan.
2. Aristoteles Seni adalah bentuk pengungkapannya dan penampilannya tidak pernah
menyimpang dari kenyataan dan seni itu adalah meniru alam.
3. Ki Hajar Dewantara, Seni merupakan hasil keindahan sehingga dapat menggerakkan
persasaan indah orang yang melihatnya, oleh karena itu perbuatan manusia yang dapat
mempengaruhi dapat menimbulkan perasaan indah itu seni.

Dalam pustaka suci Weda, mengenai teknologi serta seni, yang merupakan salah
satu dari produk budaya, terpancar dari budhi dan mendapat kekuatan hidup dari jiwa-atma,
yang ada dalam diri tiap manusia. Mengenai teknologi dan seni, dapat kita lihat pada
ungkapan dalam Weda sebagai berikut:

“Hendaknyalah ranjau-ranjau yang mengeluarkan bau yang


busuk dan membuat bunyi dasyat, membuat angkatan bersenjata

2
musuh merasa takut dan disiksa dengan bau busuk” (Atharva
Veda VIII.8.2).

Menari, menyanyi dan tertawa bersuka ria diamanatkan dalam kitab suci Weda.
Menari bersama keluarga tidak lain, adalah dalam rangka menempuh dan memperkuat tali
persaudaraan. Tarian menjadi indah bila diikuti gamelan (alat-alat bunyi-bunyian).

“Kelompok orang yang bersembahyang, mempersembahkan


kepada Tuhan Yang Maha Esa dan alat-alat musik (gamelan)
yang menyertainya dimainkan oleh pengatur tinggi nada kecapi
dan seruling” (Rgveda VIII.69.9).

Kemudian dalam perkembangan ajaran Hindu ke bagian dunia lainnya, dan


khususnya di Indonesia dan Bali, maka seni (kesenian) berkembang memuncak dengan aneka
ragam seperti : Seni tari, Gambar, Lukis, Pahat (Patung), Ukir (wayang) rupa, bangunan,
suara, sastra, dan sebagainya.

Hal ini dapat kita saksikan sebagai : Candi, Pura (kahyangan), Arca, (patung)
perwujudan, lukisan yang merupakan simbol Agama, tari-tarian sakral seperti (rejang,
sanghyang). Menurut perspektif Hindu, bahwa ilmu pengetahuan, teknologi, seni merupakan
kesatuan yang saling jalin menjalin untuk mewujudkan sesuatu kesatuan yang indah (seni),
yang secara vertikal diabdikan kepada Tuhan, dan secara horizontal diabadikan kepada
sesama hidup (manusia) untuk mencapai kesejahteraan, kebahagiaan serta kesempurnaan.

2.2 Sradha Jnana dan Karma sebagai Kesatuan dalam Yadnya

Sraddha berarti keyakinan kepercayaan. Panca Sraddha adalah lima keyakinan


dalam ajaran Hindu, yaitu adanya : Brahman (Tuhan Yang Maha Esa), Atma, Karma,
Samsara (Punarbhawa) dan Moksa. Jnana berarti Ilmu pengetahuan, karma, perbuatan,
laksana yadnya : korban, persembahan.

Umat Hindu wajib memiliki keyakinan (kepercayaan ) yang teguh terutama kepada
Tuhan dan diri sendiri, agar tidak cepat goyah, serta dapat menentukan arah harus rajin
mempelajari, menuntun ilmu pengetahuan, tidak terbatas umur maupun waktu, seperti
dinyatakan pada pustaka suci, dan setelah berhasil memiliki berbagai macam ilmu

3
pengetahuan, maka kita diwajibkan bkerja dengan giat mengamalkan ilmu pengetahuan itu
untuk melenyapkan awidya (kebodohan) lahir bathin.

Dalam mengamalkan ilmu pengetahuan ini hendaknya kita persembahkan sebagai


suatu yadnya kehadapan Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) Dewi Saraswati
adalah Dewinya Ilmu Pengetahuan. Pustaka Suci Weda, Purana dan lain-lain memberikan
petuah mengenai hal ini di antaranya ialah :

o Mengenai Jnana (Ilmu Pengetahuan)


- Bhagavadgita :​ IV.39, XVIII.70.
Tujuan ilmu pengetahuan adalah kebijaksanaan hidup yang memberikan
kebebasan dari kegiatan kerja dan kelepasan dari belenggu kerja.

“Ia yang memiliki keyakinan, yang terserap di dalam


kebijaksanaan dan setelah dan yang telah menundukkan
indra-indranya, akan memperoleh kebijaksanaan dan setelah
memperoleh kebijaksanaan dengan cepat ia akan mendapatkan
kedamaian tertinggi” (IV.39).

“Dia ia yang mempelajari percakapan suci kita, Aku akan dipuja


dengan pengorbanan pengetahuan, demikianlah pendapatKu”.
(Bhagavadgita XVIII.70).

- Dalam kitab ​Canakya Nitisastra, ​disebutkan:

“Ilmu pengetahuan ibaratnya bagaikan kamandhenu yaitu yang


setiap saat dapat memenuhi segala keinginan. Pada saat orang
berada di Negara lain, ilmu pengetahuan bagaikan seorang ibu
yang selalu memelihara kita, orang bijaksana mengatakan bahwa
ilmu pengetahuan adalah kekayaan yang rahasia, harta yang tak
kelihatan”.(IV.5).

“Orang yang berkurang dalam harta benda bukanlah orang miskin.


Sebaliknya orang yang kaya adalah dia yang memiliki ilmu

4
pengetahuan. Dia yang kurang dalam ilmu pengetahuan,
sesungguhnya dalam segala keadaan ia disebut orang miskin”(X.1).

“Makan, tidur, kecemasan dan hubungan kelamin, semua itu adalah


persamaan binatang dengan manusia. Kelebihan sifat manusia
adalah pengetahuannya. Orang yang tidak memiliki ilmu
pengetahuan sama dengan binatang”. (XI.17)

- Dalam kitab suci ​Sarasamuscaya :​

“Maka tindakan orang yang tinggi pengetahuannya, tidak sayang


merelakan kekayaannya, nyawanya sekalipun jika untuk
kesejahteraan umum: tahulah beliau akan maut pasti datang dan
tidak adanya sesuatu yang kekal, oleh mereka itu adalah lebih baik
berkorban (rela mati) demi untuk kesejahteraan umum (Sloka,
175).

“Namun demikan janganlah orang tidak cinta kepada ilmu


pengetahuan, tuntunlah kejarlah saja akan ilmu itu, jangan
hendaknya dipengaruhi oleh perbuatan dosa, sebab orang yang
berbudi (berpeketi jahat), karena tiada ada sifat satwam padanya,
merupakan musuh dirinya sendiri (Sloka, 304).

Pustaka suci Hindu yang memberikan penjelasan mengenai karma ataupun yang
menyangkut tentang karma antara lain sebagai berikut :

o Mengenai Karma:

“Tugasmu kini hanyalah berbuat dan jangan sekali-kali


mengharapkan akan hasilnya; jangan sekali-kali hasil yang menjadi
motifmu ataupun sama sekali terikat dengan tanpa kegiatan”
(​Bhagavadgita​ II.47).

Sloka yang terkenal ini mengandung prinsip dasar dari ketidakterikatan.


Bila kita melakukan pekerjaan kita, apakah itu mebajak sawah ataukah mengecat,

5
menyanyi ataupun berpikir, kita akan dibelokkan dari ketidakterikatan, bila kita
berfikir tentang kemansyhuran ataupun penghasilan yang akan diperoleh.

“Tak seorang pun dapat tetap tanpa melakukan kegiatan kerja


walaupun sesaat saja, karena setiap orang dibuat tak berdaya oleh
kecenderungan-kecenderungan alam untuk melakukan kegiatan
kerja” (​Bhagavadgita​ III.5).

o Mengenai yadnya:

Dahulu Kala Prajapati menciptakan manusia bersama-sama dengan


pengorbanan dan bersabdha : “Dengan ini semoga engkau akan
berkembang biak dan biarlah ini menjadi sapi perahan”
(​Bhagavadgita​ III.10).

“Orang-orang yang baik yang makan sisa persembahan kurban


akan terlepas dari segala dosa, tetapi orang-orang yang jahat yang
mempersiapkan makanan hanya bagi dirinya sendiri sesungguhnya
mereka itu makan dosa”(​Bhagavadgita​ III.13).

“Di dunia ini mereka yang tidak membantu memutar roda


kehidupan ini, pada dasarnya bersifat jahat, memperturutkan nafsu
semata dan mengalami penderitaan. Wahai Partha”(​Bhagavadgita
III.16).

Dalam sloka ini konsep Weda tentang pengorbanan sebagai saling tukar antara para
dewa dan manusia diungkapkan dalam konteks saling ketergantungan makhluk-makhluk
yang lebih luas dalam kasus ini. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam semangat
pengorbanan semacam ini sangat berkenan dengan Tuhan. (“Sang Perwira melaksanakan
pengorbanan di medan perang berkehendak untuk melenyapkan angkara murka”).

Dengan merenungkan ungkapan Veda tersebut, maka jelaslah manusia wajib


memiliki ​sraddha (​ keyakinan, keimanan) yang kuat baik kepada Tuhan, maupun kepada diri
sendiri. Sebagai seorang brahmacari, atau penuntut ilmu pengetahuan hendaknya rajin serta
berusaha keras untuk memiliki ilmu pengetahuan, terutama mengenai ketuhanan. Setelah

6
ilmu pengetahuan didapat, selanjutnya bekerja dan amalkanlah ilmu itu sebagai yadnya
maupun bhakti kehadapan Tuhan Yang Maha Esa (Sang Hyang Widhi Wasa).

2.3 Kewajiban Menuntut Ilmu dan Mengamalkan Ilmu

Dalam ajaran Hindu, Catur Asrama (empat tahap kehidupan) terdiri dari
:Brahmacari (Brahmacarya), Grehastha, Wanaprastha dan Bhiksuka. Brahmacari adalah masa
belajar, masa menuntut ilmu pengetahuan tentang ketuhanan (spiritual). Kata Brahmacari
sering dijabarkan melalui pernyataan berikut: “Brahmacari iti Brahmacari”, mereka yang
berkecimpung di bidang pengetahuan (mencari ilmu pengetahuan) disebut Brahmacari.
Brahmacari yang mampu mengendalikan dirinya (dari dorongan nafsu seks), dinyatakan
memiliki kekuatan suci (cahaya) kedewataan.

o Dalam ​Atharva Weda​ 5.17.

“Seorang raja dengan saran menjalankan brahmacari, bila


melingdungi bangsanya. Seorang pendidik (guru, pembimbing),
yang sedang menjalankan brahmacari sendiri berkeinginan
menjaga siswa yang saleh”.

Jnana Marga Yoga, merupakan jalan ilmu pengetahuan untuk menuju atau
mencapai Tuhan. Jnana (ilmu pengetahuan) ini bersumber pada ​Weda, Ithiasa,
Purana, Tattwa.

o Dalam ​Bhagawadgita​ IV.29:

“Beberapa orang lainnya mempersembahkan harta bendanya


sebagai korban, atau kegiatan tapa maupun latihan spiritual
(yoga)nya, sementara yang lainnya mempersembahkan pikiran dan
beberapa orang yang bernazar (bersumpah berat)
mempersembahkan studi dan ilmu pengetahuannya.”

Mungkinkah kita mempersembahkan ilmu pengetahuan, kalau diri kita


sendiri belum memiliki ilmu pengetahuan? Sloka ini menggugah lahir bathin kita
sebagai umat Hindu untuk banyak mempelajari berbagai ilmu pengetahuan, terutama

7
ilmu pengetahuan spiritual untuk mncapai Tuhan. Jika berhasil mendapatkan
berbagai ilmu pengetahuan maka wajiblah kita mengamalkan pengetahuan itu,
mengajarkan dan mendidik saudara-saudara yang masih berada dalam kegelapan.

- Bhagawadgita IV.33.

“Ilmu pengetahuan sebagai yajna, lebih unggul dari pada yajna


material apapun, wahai Pramtapa (Arjuna), karena segala kegiatan
kerja tapa kecuali memuncak dalam kebijaksanaan wahai Partha
(Arjuna)”.

Tujuan ilmu pengetahuan adalah kebijakan hidup yang memberikaan


kebebasan dari kegiatan kerja dan kelesapan dari berbagai belenggu kerja.

Dari kutipan-kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat IPTEK menurut


Ajaran Agama Hindu antara lain :

- Dengan Ilmu pengetahuan segala hambatan dan rintangan dihapan kita dapat diatasi,
- Dengan Ilmu Pengetahuan seseorang akan bisa mendekatkan diri dengan penciptanya,
- Dengan Ilmu Pengetahuan Tuhan akan mengampuni seseorang dari segala dosa yang
pernah diperbuatnya .

Tujuan agama Hindu adalah Moksa dan Jagat Hita yaitu kesejahteraan sekala
niskala, maka dalam mengejar kesejahteraan sekala niskala ini, mau tidak mau kita
dihadapkan pada teknologi karena mengikuti perkembangan dari zaman globalisasi ini.
Agama Hindu akan menerima perkembangan teknologi secara selektif, sepanjang tidak
bertentangan dengan nilai- nilai agama Hindu. Dalam Agama Hindu teknologi itu hanya
sebagai sarana penopang atau penunjang untuk mencapai hakekat daripada tujuan hidup
beragama di dalam pelaksanaan upacara agama. Di dalam kehidupan sebagai manusia
beragama, teknologi berpengaruh di dalam mencapai kesejahteraan hidup dan kehidupan.
Seperti yang tercantum dalam Weda, IPTEK dalam Agama Hindu, hanya sebagai sarana
penopang atau penunjang untuk mencapai hakekat daripada tujuan hidup beragama di dalam

8
pelaksanaan upacara agama. Ajaran-ajaran Agama Hindu yang digunakan sebagai tolok ukur
dalam menerima dan menolak Perkembangan Teknologi.

2.4 Trihita Karana dan Tanggung Jawab Terhadap Alam dan Lingkungan

Trihita Karana adalah salah satu ajaran Agama Hindu, yang secara harafia berarti,
tri (tiga), hita (kesejahteraan, kebahagiaan), karana (penyebab). Keseluruhannya berarti “tiga
penyebab kesejahteraan (kebahagiaan)”. Ketiga penyebab itu ialah Tuhan, manusia, alam
semesta (lingkungan hidup). Ajaran ini bersumber pada ​Weda, Ithiasa dan ​Purana ​yang
memberikan penjelasan mengenai isinya.

1. Tuhan (Tuhan Yang Maha Esa, Sang Hyang Widhi Wasa). Tuhan telah menciptakan
alam ini, di mana kita (manusia) wajib menyatakan rasa terima kasih atas
anugerah-Nya, memuja keagungannya, karena Tuhan sebagai sumber kebahagiaan.

“Dahulu kala, Prajapati menciptakan manusia bersama-sama


dengan pengorbanan dan berkata : “Dengan ini semoga engkau
akan berkembang biak dan biarlah ini menjadi sapi perahanmu.”
(Bhagawadgita III.10)

“Orang-orang yang baik yang makan sisa persembahan korban


(yajna) akan terlepas dari segala dosa, tetapi orang yang jahat yang
mempersiapkan makan hanya bagi dirinya sendiri, sesungguhnya
mereka itu makan dosa” (​Bhagawadgita ​III.13).

Dalam hal ini kita sebagai manusia dapat mengerti bahwa Tuhan menciptakan alam
semesta beserta isinya dengan jalan korban (yajna), dan hendaknya kita mengikuti pula
dengan jalan yadnya (korban) untuk bersatu kepada Sang Maha Pecipta, yang merupakan
kebahagiaan yang kekal abadi.

2. Sebagai manusia ciptaan Tuhan hendaklah kita dapat mengerti mengenal


kemanusiaan kita, perilaku antara sesama manusia, yang tidak terbatas pada golongan
sendiri, namun hendaknya barsifat universal, menciptakan kasih sayang, kedamaian
untuk bersama-sama melenyapkan kebodohan, kemiskinan serta penderitaan.

9
“Om, Sarve bhavantu sukhinah,
Sarve santu niramayah,
Sarve bhdrani pasyantu,
Ma kascid duhkha bhag bhavet”.

(Ia Hyang Widhi, semoga semuanya memperoleh kebahagiaan, semoga


semuanya memperoleh kedamaian, semoga semuanya memperoleh kebijakan
dan saling pengertian, dan semoga semuanya terbebas dari penderitaan).
3. Alam Semesta (Lingkungan Hidup)
Menurut ajaran Hindu, alam semesta (Bhuwana Agung, Macrocosmos)
maupun Bhuwana alit (manusia), microcosmos terdiri dari pada Panca Maha Bhuta
(Lima unsur utama), yaitu Akasa (Ether), Wayu (Udara), Teja (Api), Apah (Air), dan
Prathiwi (unsur tanah). Disamping lima unsur itu, kita ketahui bahwa di alam hidup
berbagai ciptaan Tuhan, Manusia, Makhluk halus, binatang, tumbuh-tumbuhan.
Panca Maha Bhuta merupakan unsur kehidupan yang ada di alam ini ikut
mempengaruhi jalannya hidup manusia, keseimbangan, keselarasan, serta
keharmonisan kehidupan kita. Kalau udara tidak seimbang dapat mendatangkan angin
topan, kalau air tidak seimbang, menyebabkan banjir, kalau api tak seimbang, dapat
mendatangkan bahaya kebakaran, disamping polusi (pencemaran) udara, air, tanah
dan sebagainya.
Bagaimana tanggung jawab umat Hindu terhadap lingkungan hidup? Umat Hindu
sejak perkembangan Agama Hindu di In donesia telah mengadakan pelestarian lingkungan
(alam semesta), yang wujudnya dapat kita lihat pada upacara (ritual) yang mengandung nilai
religious-spiritual.
o Upacara (ritual) tersebut antara lain:
1. Setiap tahun, sehari sebelum Nyepi, umat Hindu mengadakan Tahur Kesanga
yang bertujuan untuk pembersihan serta keseimbangan alam, keharmonisan.
Upacara ini mengingatkan kita agar tidak merusak alam lingkungan dengan
sewenang-wenang, sebab kalau alam marah, bhaya banjir, peletusan gunung
berapi dan tanah longsor dapat mendatangkan bahaya besar dalam kehidupan
manusia. Upacara sepuluh tahun sekali, ialah Pancawalikrama, dan Upacara
Seratus tahun sekali Ekadasa Rusra, di Pura Besakih (Bali).

10
2. Setiap 210 hari sekali diadakan upacara : Tumpek wariga, memuja kehadapan
Tuhan yang telah mengadakan tumbuh-tumbuhan (flora), dan sebagai rasa
terimakasih dan kasih sayangkepada tumbuh-tumbuhan memberikan bubuh
(bubur) kepada pohon kelapa, yang dipandang sebagai perwakilan
tumbuh-tumbuhan.
3. Pada Tumpek Uye 2010 hari sekali, memuja Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan
Yang Maha Esa) yang mengadakan hewan (binatang). Umat hindu menyatakan
rasa sayangnya kepada hewan dengan memberikan makanan secara ritual.

Wujudnya kelihatan pada upacara (ritual), namun dibalik itu mengandung pengertian
relegius dan spritual, dan agar kita menyayangi ciptaan Tuhan, tidak sembarang perlakuan
terhadap Panca Maha Bhuta dan lingkungannya. “Sarwa prani hitangkarah”, agar semua
makhluk sejahtera (bahagia)”. Demikianlah isi salah satu bait Trisandhya, yang diucapkan
oleh umat Hindu dalam persembahyangan sehari-hari.

Ajaran Trihita Karana sejak dahulu kala telah dilaksanakan oleh umat Hindu di
Indonesia dan Bali khususnya.

1. Hubungan antara manusia dengan Tuhannya diwujudkan dengan Dewa Yadnya.


2. Hubungan manusia dengan alam lingkungannya diwujudkan dengan Bhuta Yadnya.
3. Hubungan manusia dengan sesamanya diwujudkan dengan Pitra Yadnya, Resi
Yadnya dan Manusa Yadnya.

Penerapan ajaran ​Trihita Karana ​dalam kehidupan umat Hindu di Bali adalah
sebagai berikut:

Parhyangan : Tempat memuja Tuhan dan Prabhawanya.

Palemahan : Wilayah, daerah, alam lingkungan hidup.

Pawongan : Wong, berarti manusia, pawongan tempat tinggal manusia.

Kalau Ajaran ​Trihita Karana i​ ni benar-benar dilaksanakan dengan baik, maka


persetujuan, kesatuan, kesejahteraan dan kebahagiaan bersama akan dapat dicapai secara
harmonis. Telah kita sadari bersama bahwa alam semesta ini tidak hanya terdiri dari fisik
mental, namun juga unsur magis religius dan mental spiritual, yang tidak boleh kita lalaikan.

11
2.5 Dampak Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni dalam Kehidupan Manusia
Teknologi dan seni berkembang sejalan searah dengan agama yang bersifat saling
melengkapi satu sama lain. Namun seiring berjalannya waktu perjalanan teknologi dan seni
kadang keluar dari lingkaran sifat-sifat welas asih ajaran-Nya yang berupa suatu pengaruh
dan bersifat berkelanjutan. Dampak teknologi dan seni begitu kuat mempengaruhi gaya hidup
manusia abad ini. Manusia hidup tidak lepas dari keberadaan teknologi yang dapat membuat
hidup manusia menjadi jauh lebih efisien. Begitu juga seni manusia hidup dalam lingkaran
kehidupan sosial dimana manusia selalu berusaha untuk mengejawantahkan perasaan dan
mengungkapkannya dengan jalan ide-ide maupun gagasan yang bersifat indah serta mampu
memenuhi kebutuhan hidup manusia baik untuk dirinya sendiri maupun atau untuk
keberadaan orang-orang disekitar lingkungannya, tetapi disisi lain ada beberapa hal yang
nampaknya kini sudah diabaikan karena perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
hal-hal tersebut diantaranya akibat dari kemudahan yang ditimbulkan oleh perkembangan
teknologi kini manusia menjadi mahluk yang manja, hidup beketergantungan pada teknologi,
ini menyebabkan manusia tidak mau lagi bekerja keras dalam menyelesaikan
masalah-masalah dalam kehidupannya, sehingga ketika suatu keadaan mengharuskannya
untuk tidak menggunakan teknologi ia seperti orang yang kehilangan arah dan tidak tahu
harus berbuat apa.
Adanya pengaruh keberadaan teknologi maupun seni dalam kehidupan manusia
tentu saja memberi dapat memberikan suatu pengaruh yang dampaknya berbeda-beda pada
setiap orang. Manusia hidup menggunakan teknologi dapat terkena dampak positif maupun
negatif. Dampak positif tentu saja dapat membuat manusia jauh lebih mudah untuk
mengadakan komunikasi dan tentu dapat membuat manusia mampu menjelajahi cakrawala
tanpa harus menguras banyak uang. Teknologi mampu membuat sang pemakai jauh lebih
berpikir terbuka dan lebih termotivasi untuk selalu mengembangkan wawasan jauh lebih
terbuka. Namun dibawah bayang-bayang dampak positif yang ada tentu ada dampak buruk
yang mengimbanginya. Dampak negatif tersebut biasanya mengincar seluruh kalanngan
pengguna teknologi, terutama bagi mereka yang tidak bijaksana dalam menggunakannya.
Dampak negatif teknologi salah satu contohnya adalah malfungsi penggunaan internet,
telekomunikasi maupun yang lainnya. Semua dapat menimbulkan kerugian baik bersifat
merugikan satu pihak maupun banyak pihak. Sehingga dibutuhkanlah manusia yang mampu
untuk menggunakan teknologi secara bijak untuk mengurangi dampak negatif dari teknologi

12
itu sendiri dan memaksimalkan hal-hal positif yang mampu membawa manusia itu sendiri
tidak terjebak dalam arus minus teknologi.
Lantas seni juga dapat memberikan pengaruh yang sifatnya sama dengan teknologi.
Seni juga mampu memberikan pengaruh yang buruk bagi manusia. Zaman ini banyak sekali
berita yang mengabarkan adanya beberapa seni yang berupa tari-tarian daerah yang
dipergunakan sebagai salah satu sumber penghasil materi yang bersifat besar- besaran
diman tari-tarian daerah tersebut disulap menjadi tari-tarian yang berkonotasi negatif.
Mirisnya lagi tari-tarian daerah yang dipentaskan tidak hanya pada orang-orang dewasa
namun juga anak di bawah umur. Tentunya hal tersebut merupakan salah satu contoh kasus
yang dapat mencirikan bahwa dampak negative dari hal yang berbau seni juga dapat terjadi
secara terang-terangan dan dapat memberikan pengaruh buruk yang sangat luas. Namun
segala sesuatunya yang bersifat negatif tentu seni juga menawarkan keberadaan dampak
positif yang tetntunya dapat membuat manusia itu sendiri mengalami kepuasaan dari adanya
hiburan seni itu sendiri. Seni itu sendiri merupakan hasil ekspresi dari segala ide maupun
gagasan yang terdapat dalam diri manusia. Sehingga manusia akan terhibur dengan adanya
keberadaan seni yang bersifat mndukung jiwa manusia secara keseluruhan.
Tentunya keberadaan seni dan teknologi baik yang berdampak positif maupun
negatif harusnya dapat disikapi oleh manusia itu sendiri. Karena baik dampak positif
maupun negatif semuanya dapat berjalan seimbang bilamana manusia itu sendiri mampu
mengarahkan pikirannya secara logis dan tidak terlepas dengan adanya garis pembatas dalam
memulai melakukan suatu hal itu sendiri. Hanya dengan mengaplikasikan spiritual agama,
dan ilmu secara terpadu, budaya yang negatif itu dapat diatasi. Untuk itu, umat hendaknya
memposisikan agama dan ilmu dalam kehidupannya secara seimbang.
Pada dasarnya ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang diciptakan oleh Tuhan, yang
harus dipelajari untuk dapat mempermudah kehidupan manusia, sehingga ketika seseorang
memanfaatkan teknologi maka tetap harus memperhatikan aspek agama sehingga akan
tercapai suatu keseimbangan antara hal yang menyangkut keduniawian dan juga ketuhanan.
Iptek bertujuan untuk memberikan berbagai kemudahan hidup. Penerapan Iptek seperti itu
banyak menimbulkan kenikmatan hidup. Kenikmatan hidup yang dinikmati dengan
batas-batas tertentu dengan kesadaran rohani tentunya memberi makna pada arti kehidupan.
Maka perlunya beretika dan berwawasan luas dalam menghadapi pengaruh serta dampak
teknologi dan seni yang bersifat negatif haruslah diikuti oleh bekal serta kearifan fondasi

13
agama yang dapat menghantarkan manusia itu sendiri menuju jalan yang lebih baik serta
menuntun manusia agar selalu melakukan yang terbaik dalam hidupnya yang tidak terlepas
dari ajaran agama itu sendiri.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ilmu pengetahuan dalam ajaran Agama Hindu disebut ​Jnana​, sedangkan teknologi
dan seni termasuk pada Gandarva Weda, yaitu cabang Ilmu Seni (Kesenian). Sedangkan Seni

14
berarti 1) halus kecil dan halus, 2) keaktifan membuat karya-karya bermutu dilihat dari segi
kehalusannya, seperti tari, lukis, ukir.

Dalam mengamalkan ilmu pengetahuan ini hendaknya kita persembahkan sebagai


suatu yadnya kehadapan Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) Dewi Saraswati
adalah Dewinya Ilmu Pengetahuan. Pustaka Suci Weda, Purana dan lain-lain memberikan
petuah mengenai Jnana (Ilmu Pengetahuan) contohnya dalam ​Bhagavadgita :​ IV.39,
XVIII.70 , dalam kitab ​Canakya Nitisastra, serta dalam kitab suci ​Sarasamuscaya. ​Mengenai
Karma ada dalam ​Bhagavadgita​ II.47 dan mengenai yadnya ada dalam ​Bhagavadgita​ III.10.

Jika berhasil mendapatkan berbagai ilmu pengetahuan maka wajiblah kita


mengamalkan pengetahuan itu, mengajarkan dan mendidik saudara-saudara yang masih
berada dalam kegelapan terdapat dalam Bhagawadgita IV.33. Tujuan ilmu pengetahuan
adalah kebijakan hidup yang memberikaan kebebasan dari kegiatan kerja dan kelesapan dari
berbagai belenggu kerja.

Pada dasarnya ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang diciptakan oleh Tuhan, yang
harus dipelajari untuk dapat mempermudah kehidupan manusia, sehingga ketika seseorang
memanfaatkan teknologi maka tetap harus memperhatikan aspek agama sehingga akan
tercapai suatu keseimbangan antara hal yang menyangkut keduniawian dan juga ketuhanan.
Iptek bertujuan untuk memberikan berbagai kemudahan hidup. Maka perlunya beretika dan
berwawasan luas dalam menghadapi pengaruh serta dampak teknologi dan seni yang bersifat
negatif haruslah diikuti oleh bekal serta kearifan fondasi agama yang dapat menghantarkan
manusia itu sendiri menuju jalan yang lebih baik serta menuntun manusia agar selalu
melakukan yang terbaik dalam hidupnya yang tidak terlepas dari ajaran agama itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Tim Dosen Agama Hindu. 2009. ​Pendidikan Agama Hindu di Perguruan Tinggi​. Denpasar:
Udayana University Press.

15
Devianti, Puspa. 2011. ​Iptek dalam Pandangan Hindu​. Dalam
https://puspadevianti.wordpress.com/2011/03/15/iptek-dalam-pandangan-hindu/
(diakses pada tanggal 5 Desember 2017)

16

Anda mungkin juga menyukai