Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi
Hernia inguinalis lateral merupakan penonjolan yang keluar dari
rongga peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang terletak
lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk
kedalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar
dari anulus inguinalis eksternus (Sjamsuhidajat, 2010).

Hernia inguinalis lateralis adalah hernia yang melalui anulus


inguinalis internus atau lateralis menyelusuri kanalis inguinalis dan
keluar rongga perut melalui anulus inguinalis externa atau medialisis
(Kusala Giri, 2012).

Hernia inguinalis lateral adalah hernia yang melalui anulus


inguinalis internus yang terletak di sebelah lateral vasa epigastrika
inferior, menyusuri kanalis inguinalis dan keluar ke rongga perut
melalui anulus inguinalis eksternus (Mansjoer, 2012).

Berdasarkan beberapa definisi Hernia inguinalis lateral diatas


dapat disimpulkan bahwa hernia inguinalis lateral adalah suatu kondisi
dimana sebagian usus masuk melalui sebuah lubang pada dinding
perut kedalam kanalis inguinalis.
2. Anatomi Fisiologi
Anatomi saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan
(faring), kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan
anus.

Gambar 1.1
Anatomi Sistem Pencernaan Manusia
Fisiologi sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai
dari mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi
untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi,
menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian
makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari
tubuh. Anatomi dan fisiologi sistem pencernaan yaitu:

a. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan
air. Mulut merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap dan
jalan masuk untuk system pencernaan yang berakhir di anus. Bagian
dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh
organ perasa yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan sederhana
terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf
olfaktorius di hidung, terdiri dari berbagai macam bau. Makanan
dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi
belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih
mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-
bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai
mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya
lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung.
Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.

b. Tenggorokan (Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan.
Didalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kelenjar limfe
yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan
terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan
makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan
ruas tulang belakang keatas bagian depan berhubungan dengan rongga
hidung, dengan perantaraan lubang bernama koana, keadaan tekak
berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan lubang yang
disebut ismus fausium. Tekak terdiri dari bagian superior yaitu bagian
yang sama tinggi dengan hidung, bagian media yaitu bagian yang sama
tinggi dengan mulut dan bagian inferior yaitu bagian yang sama tinggi
dengan laring. Bagian superior disebut nasofaring, pada nasofaring
bermuara tuba yang menghubungkan tekak dengan ruang gendang
telinga. Bagian media disebut orofaring, bagian ini berbatas ke depan
sampai di akar lidah. Bagian inferior disebut laringofaring yang
menghubungkan orofaring dengan laring.

c. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang
dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung.
Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses
peristaltik. Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang
belakang. Menurut histologi, esofagus dibagi menjadi tiga bagian yaitu
bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka), bagian tengah
(campuran otot rangka dan otot halus), serta bagian inferior (terutama
terdiri dari otot halus).

d. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar, yang terdiri dari tiga
bagian yaitu kardia, fundus dan antrium. Lambung berfungsi sebagai
gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur
makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung
menghasilkan 3 zat penting yaitu lendir, asam klorida (HCL), dan
prekusor pepsin (enzim yang memecahkan protein). Lendir melindungi
sel – sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung dan asam klorida
menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin
guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan
sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai
bakteri.

e. Usus halus (usus kecil)


Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan
yang terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan
pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui
vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan
air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang
dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang
mencerna protein, gula dan lemak. Lapisan usus halus terdiri dari lapisan
mukosa (sebelah dalam), lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang
dan lapisan serosa. Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua
belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan
(ileum).
1) Usus Dua Belas Jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus
yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus
kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan bagian
terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir
di ligamentum treitz. Usus dua belas jari merupakan organ
retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput
peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada derajat
sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu
dari pankreas dan kantung empedu. Lambung melepaskan makanan ke
dalam usus dua belas jari (duodenum), yang merupakan bagian
pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum melalui
sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika
penuh, duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk
berhenti mengalirkan makanan.
2) Usus Kosong (Jejenum)
Usus kosong atau jejunum adalah bagian kedua dari usus
halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan
(ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8
meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus
penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.
Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat
jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus.
3) Usus Penyerapan (Illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus
halus. Pada sistem pencernaan manusia ileum memiliki panjang
sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan
dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral
atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam
empedu.

f. Usus Besar (Kolon)


Usus besar atau kolon adalah bagian usus antara usus buntu dan
rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus
besar terdiri dari kolon asendens (kanan), kolon transversum, kolon
desendens (kiri), kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum).
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna
beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam
usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K.
Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit
serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam
usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan
dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.

g. Rektum dan Anus


Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar
(setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai
tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena
tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens.
Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka
timbul keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding
rektum karena penumpukan material di dalam rektum akan memicu
sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi.
Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke usus
besar, di mana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi
tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses
akan terjadi. Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan,
dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari
permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus. Pembukaan dan
penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh
melalui proses defekasi (buang air besar) yang merupakan fungsi utama
anus (Pearce, 2014).
3. Etiologi
Penyebab hernia inguinalis lateralis menurut (Betz, 2014) adalah:
a. Kelemahan dinding otot abdomen (Kelemahan jaringan, Adanya daerah
yang luas diligamen inguinal, Trauma)
b. Peningkatan tekanan intraabdomen (Obesitas, Mengangkat beban berat,
Mengejan, Konstipasi, Kehamilan, Batuk kronik, Hipertropi prostat)
c. Factor kelainan ( kongenital)

4. Manifestasi Klinis
a. Adanya keluhan benjolan diselangkangan/kemaluan
b. Benjolan tersebut bisa mengecil atau menghilang pada waktu tidur, bila
menangis, mengejan, atau mengangkat benda berat dan dapat timbul
kembali bila dibawa berdiri.
c. Nyeri biasanya dirasakan setelah terjadi komplikasi.

5. Patofisiologi
Hernia inguinalis lateralis menurut Betz, (2014), disebabkan oleh
factor yang pertama kelemahan dinding otot abdomen yang meliputi
kelemahan jaringan, adanya daerah yang luas di ligament inguinal dan
trauma. Yang kedua disebabkan peningkatan tekanan intraabdomen yang
meliputi obesitas, mengangkat beban berat, mengejan, konstipasi,
kehamilan, batu kronik, hipertropi prostat dan yang ketiga factor congenital.
Bila kanalis inguinalis terbuka terus, karena prosesus tidak beroblitasi maka
akan timbul hernia inguinalis lateralis kangenital. Herniasi mengakibatkan
cincin hernia menyempit dan menekan isi hernia sehingga menonjol keluar
maka terjadi edema, indikasi pembedahan dilakukan jika penonjolan besar
yang mengidentifikasikan peningkatan resiko hernia inkaserata dan nyeri
hebat yang merupakan respon masuknya penonjolan melalui kanal inguina.
Jika kantong hernia terdiri atas usus dapat terjadi perforasi yang
akhirnya dapat menimbulkan abses lokal atau prioritas jika terjadi hubungan
dengan rongga perut. Obstruksi usus juga menyebabkan penurunan
peristaltik usus yang bisa menyebabkan konstipasi. Pada keadaan
strangulate akan timbul gejala ileus yaitu perut kembung, muntah dan
obstipasi pada strangulasi nyeri yang timbul letih berat dan kontineu, daerah
benjolan menjadi merah (Syamsuhidajat, 2014).

6. Pathway
(Terlampir)

7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Soeparman (2011) Pemeriksaan Penunjang dari hernia
inguinalis lateralis yaitu:
a. Perabaan kantong hernia pada funikulus spermatikus sebagai gesekkan
dari dua lapis kantong yang memberikan sensasi gesekkan dua
permukaan sutera.
b. Pada inspeksi saat pasien mengejan dapat dilihat hernia inguinalis
muncul sebagai penonjolan di region inguinalis
c. Laboratorium: Darah lengkap: ditemukan leukosit 10.000 – 18.0000
mn.
d. Pemeriksaan Radiologi : BOF tampak adanya hernia atau penonjolan isi
perut

8. Penatalaksanaan
Menurut Mansjoer, (2012) penatalaksanaan Hernia Inguinalis
Lateralis adalah:
a. Secara konservatif
1) Reposisi, dilakukan secara bimanual dengan tangan kiri memegang isi
hernia membentuk corong sedangkan tangan kanan mendorongnya ke
arah cincin hernia dengan tekanan lambat tapi menetap sampai terjadi
reposisi.
2) Pemakaian bantalan-bantalan penyangga atau penunjang untuk
mempertahankan isi hernia yang telah direposisi dan tidak pernah
menyembuhkan sehingga harus dipakai seumur hidup.

b. Secara operatif
1) Herniotomi: pembebasan kantong hernia sampai kelehernya, kantong
dibuka dan diisi hernia dibebaskan kalau ada perlengketan kemudian
direposisi kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong.
2) Hernio plastic: dilakukan tindakan-tindakan memperkecil annulus
inguinalis iterus dan memperkuat dinding belakang kanalis
inguinalis.
3) Hernioraphy: memotong seluruh kantong hernia atau dengan
menjepit defek (bagian lemak di dinding rongga yang bersangkutan)
didalam fasia.

B. Terapi Musik
1. Definisi
Terapi musik terdiri dari dua kata, yaitu “terapi” dan “musik”.
Kata “terapi” berkaitan dengan serangkaian upaya yang dirancang
untuk membantu atau menolong orang. Sedangkan kata “musik” dalam
“terapi musik” digunakan untuk menjelaskan media yang digunakan
secara khusus dalam rangkaian terapi (Campbell, 2006).

Djohan (2009) dalam bukunya Psikologi Musik, mendefinisikan


terapi musik sebagai sebuah aktivitas terapeutik yang menggunakan
musik sebagai media untuk memperbaiki, memelihara,
mengembangkan mental, fisik, dan kesehatan emosi. Hal ini disebabkan
karena musik memiliki beberapa kelebihan, yaitu musik memberikan
rasa nyaman, menenangkan, membuat rileks, berstruktur dan universal
(Murtisari, Ismonah& Supriyadi, 2014).
Wigram (2002) dalam Djohan (2006) mendefinisikan terapi
musik adalah penggunaan musik dalam lingkup pendidikan dan sosial
bagi klien atau pasien yang membutuhkan pengobatan, pendidikan atau
intervensi pada aspek sosial dan psikologis.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan
bahwa terapi musik adalah bentuk terapi yang menggunakan musik
sebagai media dalam memberikan intervensi bagi klien untuk
memperbaiki, memelihara, mengembangkan mental, fisik, dan
kesehatan emosi (aspek psikologis).

2. Manfaat Terapi Musik


Terapi musik dapat memberikan banyak manfaat untuk
membantu klien yang mengalami masalah. Seorang terapis musik
akanmenggunakan musik dan aktivitas musik untuk memfasilitasi proses
terapi dalam membantu kliennya. Dengan bantuan musik, pikiran klien
dibiarkan untuk mengembara, baik untuk mengenang hal-hal yang
membahagiakan, membayangkan ketakutan-ketakutan yang dirasakan,
mengangankan hal-hal yang diimpikan atau langsung mencoba
menguraikan permasalahan yang dihadapi (Djohan, 2006).Terapi musik
dirancang dengan pengenalan yang mendalam terhadap keadaan dan
permasalahan klien, sehingga akanberbeda untuk setiap orang. Ada klien
yang lebih sesuai menggunakan model terapi musik tertentu, ada pula
yang terbantu dengan model yang lain. Setiap terapi musik juga akan
berbeda maknanya untuk orang yang berbeda. Namun, setiap terapi
musik mempunyai tujuan yang sama, yaitu membantu mengekspresikan
perasaan, membantu rehabilitasi fisik, memberi pengaruh positif terhadap
kondisi suasana hati dan emosi, meningkatkan memori, serta
menyediakan kesempatan yang unik untuk berinteraksi dan membangun
kedekatan emosional. Dengan demikian, terapi musik juga dapat
membantu mengatasi stress, mencegah penyakit, dan meringankan rasa
sakit atau nyeri (Djohan, 2006). Musik juga dianggap menjadi terapi
yang bersifat non-invasif, murah dan berguna sebagai intervensi untuk
mengurangi rasa sakit,kecemasan dan untuk meningkatkan relaksasi
(Heijden dkk, 2015).

3. Prinsip Terapi Musik


4. Prosedur Terapi Musik
Terapi musik dapat dilakukan di rumah, disaat santai dan
dimana saja, jaraknya sekitar setengah meter (50 cm) dari tape dapat
juga menggunakan walkman. Usahakan suara (volume) tidak terlalu
keras atau lemah (Satidarma, 2004). urasi pemberian terapi musik
selama 10-15 menit dapat memberikan efek relaksasi, pemberian
terapi musik selama 15-20 menit memberikan efek stimulasi
sedangkan untuk memberikan efek terapi, musik dapat diberikan
selama 30 menit. Musik harus didengarkan minimal 15 menit supaya
mendapatkan efek terapeutik (Potter & Perry, 2005).

Anda mungkin juga menyukai