Bab Ii
Bab Ii
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 1.1
Anatomi Sistem Pencernaan Manusia
Fisiologi sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai
dari mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi
untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi,
menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian
makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari
tubuh. Anatomi dan fisiologi sistem pencernaan yaitu:
a. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan
air. Mulut merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap dan
jalan masuk untuk system pencernaan yang berakhir di anus. Bagian
dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh
organ perasa yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan sederhana
terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf
olfaktorius di hidung, terdiri dari berbagai macam bau. Makanan
dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi
belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih
mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-
bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai
mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya
lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung.
Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.
b. Tenggorokan (Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan.
Didalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kelenjar limfe
yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan
terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan
makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan
ruas tulang belakang keatas bagian depan berhubungan dengan rongga
hidung, dengan perantaraan lubang bernama koana, keadaan tekak
berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan lubang yang
disebut ismus fausium. Tekak terdiri dari bagian superior yaitu bagian
yang sama tinggi dengan hidung, bagian media yaitu bagian yang sama
tinggi dengan mulut dan bagian inferior yaitu bagian yang sama tinggi
dengan laring. Bagian superior disebut nasofaring, pada nasofaring
bermuara tuba yang menghubungkan tekak dengan ruang gendang
telinga. Bagian media disebut orofaring, bagian ini berbatas ke depan
sampai di akar lidah. Bagian inferior disebut laringofaring yang
menghubungkan orofaring dengan laring.
c. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang
dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung.
Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses
peristaltik. Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang
belakang. Menurut histologi, esofagus dibagi menjadi tiga bagian yaitu
bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka), bagian tengah
(campuran otot rangka dan otot halus), serta bagian inferior (terutama
terdiri dari otot halus).
d. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar, yang terdiri dari tiga
bagian yaitu kardia, fundus dan antrium. Lambung berfungsi sebagai
gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur
makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung
menghasilkan 3 zat penting yaitu lendir, asam klorida (HCL), dan
prekusor pepsin (enzim yang memecahkan protein). Lendir melindungi
sel – sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung dan asam klorida
menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin
guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan
sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai
bakteri.
4. Manifestasi Klinis
a. Adanya keluhan benjolan diselangkangan/kemaluan
b. Benjolan tersebut bisa mengecil atau menghilang pada waktu tidur, bila
menangis, mengejan, atau mengangkat benda berat dan dapat timbul
kembali bila dibawa berdiri.
c. Nyeri biasanya dirasakan setelah terjadi komplikasi.
5. Patofisiologi
Hernia inguinalis lateralis menurut Betz, (2014), disebabkan oleh
factor yang pertama kelemahan dinding otot abdomen yang meliputi
kelemahan jaringan, adanya daerah yang luas di ligament inguinal dan
trauma. Yang kedua disebabkan peningkatan tekanan intraabdomen yang
meliputi obesitas, mengangkat beban berat, mengejan, konstipasi,
kehamilan, batu kronik, hipertropi prostat dan yang ketiga factor congenital.
Bila kanalis inguinalis terbuka terus, karena prosesus tidak beroblitasi maka
akan timbul hernia inguinalis lateralis kangenital. Herniasi mengakibatkan
cincin hernia menyempit dan menekan isi hernia sehingga menonjol keluar
maka terjadi edema, indikasi pembedahan dilakukan jika penonjolan besar
yang mengidentifikasikan peningkatan resiko hernia inkaserata dan nyeri
hebat yang merupakan respon masuknya penonjolan melalui kanal inguina.
Jika kantong hernia terdiri atas usus dapat terjadi perforasi yang
akhirnya dapat menimbulkan abses lokal atau prioritas jika terjadi hubungan
dengan rongga perut. Obstruksi usus juga menyebabkan penurunan
peristaltik usus yang bisa menyebabkan konstipasi. Pada keadaan
strangulate akan timbul gejala ileus yaitu perut kembung, muntah dan
obstipasi pada strangulasi nyeri yang timbul letih berat dan kontineu, daerah
benjolan menjadi merah (Syamsuhidajat, 2014).
6. Pathway
(Terlampir)
7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Soeparman (2011) Pemeriksaan Penunjang dari hernia
inguinalis lateralis yaitu:
a. Perabaan kantong hernia pada funikulus spermatikus sebagai gesekkan
dari dua lapis kantong yang memberikan sensasi gesekkan dua
permukaan sutera.
b. Pada inspeksi saat pasien mengejan dapat dilihat hernia inguinalis
muncul sebagai penonjolan di region inguinalis
c. Laboratorium: Darah lengkap: ditemukan leukosit 10.000 – 18.0000
mn.
d. Pemeriksaan Radiologi : BOF tampak adanya hernia atau penonjolan isi
perut
8. Penatalaksanaan
Menurut Mansjoer, (2012) penatalaksanaan Hernia Inguinalis
Lateralis adalah:
a. Secara konservatif
1) Reposisi, dilakukan secara bimanual dengan tangan kiri memegang isi
hernia membentuk corong sedangkan tangan kanan mendorongnya ke
arah cincin hernia dengan tekanan lambat tapi menetap sampai terjadi
reposisi.
2) Pemakaian bantalan-bantalan penyangga atau penunjang untuk
mempertahankan isi hernia yang telah direposisi dan tidak pernah
menyembuhkan sehingga harus dipakai seumur hidup.
b. Secara operatif
1) Herniotomi: pembebasan kantong hernia sampai kelehernya, kantong
dibuka dan diisi hernia dibebaskan kalau ada perlengketan kemudian
direposisi kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong.
2) Hernio plastic: dilakukan tindakan-tindakan memperkecil annulus
inguinalis iterus dan memperkuat dinding belakang kanalis
inguinalis.
3) Hernioraphy: memotong seluruh kantong hernia atau dengan
menjepit defek (bagian lemak di dinding rongga yang bersangkutan)
didalam fasia.
B. Terapi Musik
1. Definisi
Terapi musik terdiri dari dua kata, yaitu “terapi” dan “musik”.
Kata “terapi” berkaitan dengan serangkaian upaya yang dirancang
untuk membantu atau menolong orang. Sedangkan kata “musik” dalam
“terapi musik” digunakan untuk menjelaskan media yang digunakan
secara khusus dalam rangkaian terapi (Campbell, 2006).