Materi ASPEK HUKUM DALAM PERBANKAN
Materi ASPEK HUKUM DALAM PERBANKAN
_______________________________________________________________________________________________________ 1
ASPEK HUKUM DALAM PERBANKAN Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA.
d. periode 1950 - 1959
_______________________________________________________________________________________________________ 2
ASPEK HUKUM DALAM PERBANKAN Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA.
dan sejumlah bank Hindia-Belanda dan bank-bank asing lainnya
ditutup.
Sehubungan dengan penutupan bank-bank tersebut, ditunjuk satu
likuidator yaitu Nanpo Kaihatsu Kinko yaitu sebuah bank yang berkantor
pusat di Tokyo yang bertindak sebagai bank sirkulasi.
_______________________________________________________________________________________________________ 3
ASPEK HUKUM DALAM PERBANKAN Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA.
Pada 1953 dikeluarkan UU No. 11 tahun 1953 tentang penetapan UU
Pokok Bank Indonesia sebagai pengganti UU De Javasche Banktahun
1922. Di samping itu terdapat pula aturan tambahan yaitu PP No. 1
tahun 1955, keputusan-keputusan Dewan Moneter No. 25, 26, dan 27
tahun 1957. Dengan demikian BI telah dilengkapi dengan kekuasaan
dan hak-hak prerogatif sebagai suatu bank central modern.
Bank lain milik pemerintah Belanda yang dinasionalisasi pada waktu itu
adalah PT. Escomto Bank yang semula bernama Nederlandsche Indische
Handlesbank yang didirikan tahun 1863, sebagai bank ini oleh
pemerintah didirikan Bank Dagang Negara (BDN) dengan UU No.
13/prp/1960 tertanggal 1 April 1960.
Laju pertumbuhan yang terjadi selama periode ini kurang dari dua
persen. Artinya lebih rendah daripada pertambahan jumlah penduduk,
sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan pendapatan per kapita.
Pemerintah Orde Baru yang baru lahir dihadapkan pada suatu urgensi
untuk segera menormalkan keadaan ekonomi dan moneter yang telah
berantakan pada tahun-tahun terakhir pemerintahan orde lama.
Adapun tindakan-tindakan yang diambil oleh pemerintah Orde Baru
adalah :
_______________________________________________________________________________________________________ 4
ASPEK HUKUM DALAM PERBANKAN Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA.
1. Tindakan moneter tahun 1965 yang menetapkan mata uang rupiah
baru menggantikan seribu rupiah uang lama.
_______________________________________________________________________________________________________ 5
ASPEK HUKUM DALAM PERBANKAN Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA.
3. Ketiga, membimbing dan memanfaatkan segala potensi tersebut di
atas bagi kepentingan ekonomi rakyat.
Pasar uang antar bank tersebut dapat dijadikan arena bagi BI untuk
mempengaruhi perkembangan dana dan kredit perbankan. Melalui
intervensinya pada pasar uang antar bank ini. BI dapat mengendalikan
perkembangan uang primer dan jumlah uang yang beredar. Selanjutnya
perkembangan transaksi dan suku bunga dalam pasar ini dapat
dijadikan ukuran bagi perlu atau tidaknya diambil tindakan untuk
mempengaruhinya.
Periode ini disebut juga periode deregulasi, karena pada periode ini
turun banyak sekali kebijakan baru yang merupakan kemajuan besar
yang perlu dicatat dalam sejarah pembangunan bangsa ini khususnya di
bidang moneter dan perbankan.
_______________________________________________________________________________________________________ 6
ASPEK HUKUM DALAM PERBANKAN Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA.
Ciri pokok kebijaksanaan ini adalah deregulasi di bidang perbankan
khususnya di bidang perkreditan, penghapusan pagu kredit yang telah
berlaku sejak April 1974.
Sementara itu sejak Desember 1986 sampai akhir Mei 1987 terjadi
capital outflow yang cukup deras. Beberapa kondisi yang menyebabkan
larinya modal ke luar negeri tersebut antara lain :
_______________________________________________________________________________________________________ 7
ASPEK HUKUM DALAM PERBANKAN Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA.
3. Manajemen kurs BI sering tertinggal oleh perkembangan kurs pasar
internasional. Di samping itu BI menetapkan premi swap valuta
asing pada tingkat konstan tertentu. Keterlambatan kurs valuta
asing dan tingkat premi swap tersebut telah membuka peluang bagi
spekulator valuta asing untuk memperoleh keuntungan.
5. BPR boleh didirikan di kecamatan di luar ibukota dati II, dan ibukota
propinsi dengan syarat berbentuk perseroan terbatas (PT) atau
perusahaan daerah (PD) dan modal setornya 50 juta rupiah.
Sedangkan untuk yang berbentuk badan hukum koperasi, simpanan
pokok dan simpanan wajibnya minimal 50 juta rupiah.
_______________________________________________________________________________________________________ 8
ASPEK HUKUM DALAM PERBANKAN Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA.
6. BPR boleh membuka cabang di kecamatan rempat kedudukan bank
yang bersangkutan tanpa izin dari menteri keuangan tetapi harus
lapor kepada BI setempat.
8. BPR yang ada di ibukota negara, ibukota propinsi atau ibukota dati II
harus ditingkatkan menjadi bank umum atau bank pembangunan
atau dipindahkan ke kecamatan. Batas waktu penyesuaian tersebut
dua tahun sejak berlakunya peraturan.
_______________________________________________________________________________________________________ 9
ASPEK HUKUM DALAM PERBANKAN Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA.
15. Bank asing yang tela hada dan tergolong sehat dapat membuka
kantor cabang pembantu baik di Jakarta maupun di lima kota
besar tadi. Setelah 12 bulan sejak dibukanya kantor cabang
pembantu tersebut, posisi kredit ekspornya harus mencapai
sekurang-kurangnya 50 persen dari total kredit yang diberikan.
17. Jangka swap diperpanjang dari maksimal enal bulan menjadi tiga
tahun. Premi swap yang selama ini sembilan persen diubah
berdasarkan keadaan pasar yaitu perbedaan antara rata-rata suku
bunga deposito di dalam negeri dengan LIBOR (London Inter Bank
Over Rate). Bila bank mengenakan premi lebih tinggi maka premi
swap ulang BI disesuaikan denganpremi tersebut.
18. BUMN dan BUMD dapat menempatkan dananya pada semua bank
unum dan LKBB, namun penempatan dana tersebut pada bank-
bank yang bukan milik pemerintah atau pemerintah daerah tidak
boleh melebihi 50 persen dari dana yang dapat ditempatkan dan
pada masing-masing bank maksimum 20% dari seluruh
penempatan dana BUMN/BUMD yang bersangkutan.
19. Bank dan LKBB dikenakan btas maksimum pemberian kredit (legal
lending limit) kepda debitor dan debitor grup, pemegang saham dan
pengurus antara lain :
a. Sebanyak 20% dari modal sendiri bank atau LKBB untuk
fasilitas yang disediakan bagi satu debitor.
b. Sebanyak 50% dari modal sendiri bank atau LKBB untuk
fasilitas yang disediakan bagi suatu debitor grup.
c. Sebanyak 5% dari modal sendiri bank atau LKBB untuk kredit
bagi anggota dewan komisaris bukan pemegang saham beserta
grup perusahaan yang dimilikinya.
d. Sebanyak 10% dari jumlah penyertaan pada bank atau LKBB
bagi pemegang saham atau perusahaan yang dimilikinya.
_______________________________________________________________________________________________________ 10
ASPEK HUKUM DALAM PERBANKAN Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA.
22. Perluasan modal bank dan LKBB dapat dilakukan dengan
menerbitkan penjualan saham baru melalui pasar modal.
_______________________________________________________________________________________________________ 11
ASPEK HUKUM DALAM PERBANKAN Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA.
3. Dalam rangka penyempurnaan tata perbankan di Indonesia,
ditempuh langkah-langkah antara lain sebagai berikut :
a. Penyederhanaan jennis bank menjadi bank umum dan bank
perkreditan rakyat, serta memperjelas ruang lingkup dan batas
kegiatan yang dapat diselenggarakan.
b. Persyaratan pokok untuk mendirikan suatu bank diluar secara
rinci sehingga ketentuan pelaksanaan yang berkaitan dengan
kegiatan perbankan lebih jelas dan terarah.
c. Peningkatan perlindungan dana masyarakat dipercayakan pada
lembaga perbankan melalui prinsip kehati-hatian dan pemenuhan
ketentuan persyaratan kesehatan bank.
d. Peningkatan profesionalisme para pelaku di bidang perbankan.
e. Perluasan kesempatan untuk menyelenggarakan kegiatan di
bidang perbankan secara sehat dan bertanggung jawab, sekaligus
mencegah terjadinya praktek-praktek yang merugikan
kepentingan masyarakat luas.
_______________________________________________________________________________________________________ 12
ASPEK HUKUM DALAM PERBANKAN Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA.
BAB II. JENIS DAN USAHA PERBANKAN
1. Bank Umum Milik Negara, yaitu Bank yang hanya dapat didirikan
berdasarkan UU.
2. Bank Umum Swasta, yaitu bank yang hanya dapat didirikan dan
menjalankan usaha setelah mendapat izin dari Menteri Keuangan
dengan mendengar pertimbangan-pertimbangan BI. Ketentuan
_______________________________________________________________________________________________________ 13
ASPEK HUKUM DALAM PERBANKAN Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA.
tentang perizinan, bentuk hukum, dan kepemilikan Bank Umum
Swasta ditetapkan dalam pasal 16, 21 dan pasal 22 UU No. 7 tahun
1992 tentang Perbankan. Sedangkan syarat pendiriannya saat ini
diatur dalam SK Menteri Keuangan RI No. 1061/KMK/00/1988
tentang pendirian Bank Swasta, Nasional, dan Bank Koperasi
tanggal 28 Oktober 1988.
3. Bank Campuran, yaitu bank umum yang didirikan bersama oleh
satu atau lebih bank umum yang berkedudukan di Indonesia dan
didirikan oleh warga negara Indonesia dan atau badan hukum
Indonesia yang dimiliki sepenuhnya oleh warga negara Indonesia,
dengan satu atau lebih bank yang berkedudukan di luar negeri.
Ketentuan tentang pendirian Bank Campuran diatur dan ditetapkan
dalam pasal 17 UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan. Syarat
pendirian Bank Campuran untuk saat ini diatur dalam SK Menteri
Keuangan RI No. 1068/KMK?001/1988 tentang pendirian Bank
Campuran tanggal 28 Oktober 1988.
4. Bank Pembangunan Daerah, yaitu bank milik Pemerintah Daerah.
Berdasarkan pasal 54 UU Perbankan 1992 dimana dinyatakan
bahwa UU No. 13 tahun 1962 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Bank Pembangunan Daerah dinyatakan hanya berlaku untuk
jangka waktu 1 tahun sejak mulai berlakunya UU tersebut, maka
bentuk Bank Pembangunan Daerah tersebut akan disesuaikan
menjadi Bank Umum sesuai dengan UU Perbankan 1992.
USAHA BANK
_______________________________________________________________________________________________________ 14
ASPEK HUKUM DALAM PERBANKAN Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA.
e. Obligasi.
f. Surat dagang berjangka waktu sampai dengan satu tahun.
g. Instrumen surat berharga lain yang berjangka waktu sampai
dengan satu tahun.
5. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun
kepentingan nasabah.
6. Menempatkan dana, meminjam dana dari atau meminjamkan dana
kepada bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana
telekomunikasi, maupun dengan wesel unjuk, cek, atau sarana
lainnya.
7. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan
melakukan perhitungan dengan atau antar pihak ketiga.
8. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga.
9. Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain
berdasarkan suatu kontrak.
10. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya
dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek.
11. Membeli melalui pelelangan agunan baik semua maupun sebagian
dalam hal debitur tidak memenuhi kewajibannya kepada bank,
dengan ketentuan agunan yang dibeli tersebut wajib dicairkan
secepatnya.
12. Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan kegiatan
wali amanat.
13. Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi
hasil sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan
Pemerintah.
14. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang
tidak bertentangan dengan Undang-undang dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
_______________________________________________________________________________________________________ 15
ASPEK HUKUM DALAM PERBANKAN Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA.
4. Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana pensiun
sesuai dengan ketentuan dalam perundang-undangan dana pensiun
yang berlaku.
PENGERTIAN
_______________________________________________________________________________________________________ 16
ASPEK HUKUM DALAM PERBANKAN Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA.
BAB IV. ASPEK HUKUM RAHASIA BANK
PENGERTIAN
_______________________________________________________________________________________________________ 17
ASPEK HUKUM DALAM PERBANKAN Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA.
Perbankan. Rahasia lain yang bukan rahasia bank tersebut misalnya
rahasia mengenai data dalam hubungan dengan pengawasan bank oleh
Bank Indonesia, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat 3 dan
Pasal 33 Undang-Undang Perbankan.
_______________________________________________________________________________________________________ 18
ASPEK HUKUM DALAM PERBANKAN Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA.
tersebut tidak tergolong ke dalam perkecualian yang
dibenarkan oleh perundang-undangan yang berlaku.
_______________________________________________________________________________________________________ 19
ASPEK HUKUM DALAM PERBANKAN Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA.
BAB V. ASPEK HUKUM SURAT BERHARGA
PENGERTIAN
_______________________________________________________________________________________________________ 20
ASPEK HUKUM DALAM PERBANKAN Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA.
uang dalam jumlah besar, kemungkinannya timbul bahaya atau
kerugian, misalnya pencurian, penodongan.
Dalam KUHD tidak ada definisi apa yang dimaksud dengan surat
berharga itu. Hanya dapat disimpulkan dari ciri-ciri atau syarat-syarat
yang ditetapkan dalam pasal-pasal KUHD bahwa surat itu dapat
dikatakan surat berharga.
Seperti yang diatur dalam KUHD, perlu dibedakan dua macam surat itu
yaitu :
1. Surat berharga terjemahan dari istilah dalam bahasa Belanda
”waarde papier”, di negara-negara Anglo Saxon dikenal dengan
istilah ”negotiable instruments”.
2. Surat yang mempunyai harga atau nilai terjemahan dari istilah
aslinya dalam bahasa Belanda ”papier van waarde”, dalam bahasa
Inggrisnya ”letter of value”.
_______________________________________________________________________________________________________ 21
ASPEK HUKUM DALAM PERBANKAN Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA.
Hak tagih itu kemudian dapat pula diperalihkan kepada pemegang
berikutnya dengan mudah atau sederhana, baik dengan cara
penyerahan suratnya dari tangan ke tangan, maupun dengan cara
membuat suatu pernyataan atau akta pada surat itu lalu suratnya
diserahkan kepada pemegang berikutnya.
Pemegang surat itu merupakan bukti bahwa sebagai yang berhak atas
tagihan yang tersebut di dalamnya. Apabila datang kepada pihak yang
diperintahkan atau yang menyanggupi membayar seperti disebutkan
dalam surat itu untuk memperoleh pembayaran, cukup dengan
menunjukkan dan menyerahkan suratnya saja tanpa ada formalitas
lain.
KLAUSULA PENGALIHAN
Fungsi surat berharga ialah sebagai alat untuk memindahkan hak tagih,
artinya dapat diperjualbelikan atau dipindahtangankan kepada
pemegang berikutnya setiap saat apabila dikehendaki oleh
pemegangnya.
_______________________________________________________________________________________________________ 22
ASPEK HUKUM DALAM PERBANKAN Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA.
Cara memperalihkan hak tagih itu dapat diketahui dari klausula yang
terdapat dalam surat berharga itu. Dalam surat berharga selalu
terdapat klausula atas tunjuk atau atas pengganti.
SURAT WESEL
PENGERTIAN
Surat Wesel adalah surat yang memuat kata wesel, yang ditebitkan
pada tanggal dan tempat tertentu, dengan mana penerbit
memerintahkan tanpa syarat kepada tersangkut untuk membayar
sejumlah uang tertentu kepada pemegang atau penggantinya pada
tanggal dan tempat tertentu.
_______________________________________________________________________________________________________ 23
ASPEK HUKUM DALAM PERBANKAN Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA.
6. Endosan, adalah indorser, yaitu orang yang memperalihkan surat
wesel kepada pemegang berikutnya.
Apabila surat wesel tidak memuat salah satu dari syarat-syarat formal
tersebut, surat itu tidak dapat diperlakukan sebagai surat wesel
menurut Undang-undang, kecuali dalam hal-hal berikut ini :
1. Pada waktu diperlihatkan, surat wesel ini disebut surat wesel atas
penglihatan.
2. Pada waktu tertentu sesudah diperlihatkan (after sight), surat wesel
ini disebut surat wewel sesudah penglihatan (after sight draft).
_______________________________________________________________________________________________________ 24
ASPEK HUKUM DALAM PERBANKAN Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA.
3. Pada waktu tertentu sesudah hari tanggal penerbitannya (after date),
surat wesel ini disebut surat wesel sesudah penanggalan (after date
draft).
4. Pada hari tanggal yang ditentukan (date), surat wesel ini disebut
wesel penanggalan (date draft).
Dalam peredaran surat wesel itu, dapat terjadi hal-hal yang oleh
penerbit tidak inginkan, misalnya :
_______________________________________________________________________________________________________ 25
ASPEK HUKUM DALAM PERBANKAN Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA.
Menurut ketentuan Pasal 108 ayat 1 KUHD, penerbit surat wesel harus
menjamin akseptasi dan pembayaran. Arti pasal ini ialah penerbit
menjamin pemegang pertama atau pemegang berikutnya bahwa
tersangkut akan mengakseptasi surat wesel itu, atau tersangkut akan
membayar pada hari bayar baik dengan maupun tanpa akseptasi.
Jika pada hari bayar penerbit tidak menyediakan dana pada tersangkut,
akan menimbulkan akibat bahwa tersangkut tidak akan mengakseptasi
dan tidak akan membayar surat wesel itu. Jika surat wesel oleh
tersangkut tidak diakseptasi dan kemudian diprotes, pemegang tidak
berhak menuntut tersangkut untuk membayar, karena ia tidak terikat
_______________________________________________________________________________________________________ 26
ASPEK HUKUM DALAM PERBANKAN Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA.
untuk membayar menurut hukum wesel. Tersangkut yang tidak
mengakseptasi surat wesel berada di luar hukum wesel.
SURAT SANGGUP
Istilah surat sanggup berasal dari promissory note. Surat Sanggup juga
disebut surat aksep. Aksep berarti setuju. Kata sanggup atau setuju itu
mengandung suatu janji untuk membayar, yaitu kesediaan dari pihak
penanda tangan untuk membayar sejumlah uang kepada pemegang
atau penggantinya pada waktu tertentu. Jadi surat sanggup atau surat
aksep adalah surat tanda sanggup atau setuju membayar sejumlah
uang kepada pemegang atau penggantinya pada hari tertentu.
_______________________________________________________________________________________________________ 27
ASPEK HUKUM DALAM PERBANKAN Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA.
menyanggupi tanda syarat untuk membayar sejumlah uang tertentu
kepada pemegang atau penggantinya pada tanggal dan tempat tertentu.
_______________________________________________________________________________________________________ 28
ASPEK HUKUM DALAM PERBANKAN Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA.
pada penanda tangan, atau dapat digunakan sebagai alat bayar dalam
transaksi jual beli.
SURAT CEK
Beberapa personil dalam hukum cek, yang terlihat dalam lalu lintas
pembayaran dengan surat cek adalah :
_______________________________________________________________________________________________________ 29
ASPEK HUKUM DALAM PERBANKAN Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA.
1. Penerbit (trekker, drawer) yaitu orang yang mengeluarkan surat cek.
2. Tersangkut (drawee) yaitu bankir yang diberi perintah tanpa syarat
untuk membayar sejumlah uang tertentu.
3. Pemegang (holder) yaitu orang yang diberi hak untuk memperoleh
pembayaran, yang namanya tercantum dalam surat cek.
4. Pembawa (bearer) yaitu orang yang ditunjuk untuk menerima
pembayaran, tanpa menyebutkan namanya dalam surat cek Siapa
yang membawa dan memperlihatkan surat cek itu kepada bankirnya,
akan memperoleh pembayaran. Adanya pembawa ini sebagai akibat
dari klausula atas tunjuk yang berlaku bagi surat cek.
5. Pengganti (order) yaitu orang yang menggantikan kedudukan
pemegang surat cek dengan jalan endosemen. Surat cek diterbitkan
dengan klausula atas pengganti dengan mencantumkan nama
pemegang dalam surat cek.
Sebagai pihak yang mempunyai piutang atau dana pada bank, penerbit
sewaktu-waktu dapat menagih atau mengambil dana yang tersedia pada
bank tersebut. Untuk mengambil dana itu digunakan cara tertentu
yaitu dengan menerbitkan surat cek.
_______________________________________________________________________________________________________ 30
ASPEK HUKUM DALAM PERBANKAN Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA.
Surat cek termasuk surat tagihan hutang yang berupa perintah untuk
membayar sejumlah uang tertentu, jadi sama seperti pada surat wesel.
_______________________________________________________________________________________________________ 31
ASPEK HUKUM DALAM PERBANKAN Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA.
2. Perintah tidak bersyarat untuk membayar sejumlah uang tertentu.
3. Nama orang yang harus membayar (tersangkut).
4. Penetapan tempat dimana pembayaran harus dilakukan.
5. Tanggal dan tempat surat cek diterbitkan.
6. Tanda tangan orang yang menerbitkan.
Surat cek adalah perikatan dasar yang terjadi antara penerbit dan
pemegang pertama atau penerima. Dalam hukum pihak penerbit
berposisi sebagai debitur yang berkewajiban membayar sedangkan
penerima surat cek berposisi sebagai kreditur.
_______________________________________________________________________________________________________ 32
ASPEK HUKUM DALAM PERBANKAN Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA.
(tersangkut) dan mecukupi untuk membayar surat cek itu maka
penerbit dianggap menunjukkan itikad baik memenuhi kewajibannya.
BILYET GIRO
Pengantar
Bilyet Giro adalah surat berharga yang tidak diatur dalam KUHD yang
tumbuh dan berkembang dalam praktik perbankan karena kebutuhan
dalam lalu lintas pembayaran secara giral. Bank Indonesia sebagai
bank sentral mengatur dan memberi petunjuk cara penggunaan Bilyet
Giro. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 28/32/Kep/Dir
tahun 1995 tanggal 4 Juli 1995 menggantikan Surat Edaran Bank
Indonesia No. 4/670/UPPB/PdB tanggal 24 Januari 1972 tentang Bilyet
Giro yang mulai berlaku tanggal 1 November 1995.
Pembayaran dana bilyet giro tidak dapat dilakukan dengan uang tunai
dan tidak dapat dipindahtangankan dengan endosemen. Bilyet artinya
surat dan giro artinya simpanan nasabah pada bank yang
pengambilannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek
atau dengan pemindahbukuan. Dengan pemindahbukuan itu
menggunakan Bilyet Giro.
_______________________________________________________________________________________________________ 33
ASPEK HUKUM DALAM PERBANKAN Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA.
4. Tertarik (tersangkut), yaitu bank penyimpan dana yang menerima
perintah pemindahbukuan.
5. Dana, yaitu uang simpanan nasabah pada bank.
6. Pemindahbukuan, yaitu pembayaran dengan cara mengalihkan dana
dari rekening penarik ke rekening pemegang.
7. Pemegang, yaitu nasabah yang memperoleh pemindahbukuan dana
sebagaimana diperintahkan oleh penarik kepada tertarik.
8. Bank Penerima, yaitu bank yang menatausahakan rekening
pemegang.
_______________________________________________________________________________________________________ 34
ASPEK HUKUM DALAM PERBANKAN Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA.
Dengan semakin maraknya dunia bisnis, tidak bisa kita elakkan lagi
adanya kebutuhan dana yang diperlukan baik oleh kalangan usahawan
perseorangan maupun usahawan yang tergabung dalam suatu badan
hukum di dalam mengembangkan usahanya maupun di dalam
meningkatkan mutu produknya, sehingga dapat dicapai suatu
keuntungan yang memuaskan maupun tingkat kebutuhan bagi
kalangan lainnya.
_______________________________________________________________________________________________________ 35
ASPEK HUKUM DALAM PERBANKAN Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA.
e. Perusahaan Kartu Kredit (credit card company) adalah : badan
usaha yang melakukan usaha pembiayaan untuk membeli barang
dan jasa dengan menggunakan kartu kredit.
A. Pengertian
Finance Lease, artinya: kegiatan sewa guna usaha dimana penyewa guna
usaha pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli
objek sewa guna usaha berdasarkan nilai sisa yang disepakati bersama.
_______________________________________________________________________________________________________ 36
ASPEK HUKUM DALAM PERBANKAN Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA.
2. Pihak yang disebut Lesee, yaitu pihak yang menikmati barang-
tersebut dengan membayar sewa guna yang mempunyai hak opsi.
3. Pihak kreditur atau lender atau disebut juga dept-holders atas loan
participans dalam transaksi leasing. Mereka umumnya terdiri dari
bank, insurance company (perusahaan asuransi), trusts, yayasan.
B. Manfaat Leasing
Usaha pembiayaan melalui leasing ini dapat diperoleh dalam waktu yang
cepat. Bagi perusahaan yang modalnya lemah, dengan perjanjian
leasing akan memberikan kesempatan pada perusahaan tersebut untuk
bernafas dan perusahaan tersebut juga dapat memiliki barang modal
yang bersangkutan.
Dalam hukum perdata, ada 3 (tiga) bentuk ikatan yang mirip satu sama
lainnya, namun berlainan dalam hukumnya yaitu antara sewa guna
usaha (leasing), sewa beli (hire purchase), dan jual beli secara angsuran
(credit sale).
Ketiga bentuk ikatan ini berbeda satu dengan yang lainnya, yang dapat
diuraikan sebagai berikut :
a. Sewa Beli (hire purchase) adalah : jual beli barang dimana penjual
melaksanakan penjualan barang dengan cara memperhitungkan
setiap pembayaran yang dilakukan oleh pembeli yang dengan
pelunasan atas harga barang yang telah disepakati bersama dan
yang diikat dalam suatu perjanjian, serta hak milik atas barang
tersebut baru beralih dari penjual kepada pembeli setelah jumlah
harganya dibayar lunas oleh pembeli kepada penjual.
_______________________________________________________________________________________________________ 37
ASPEK HUKUM DALAM PERBANKAN Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA.
b. Jual Beli secara Angsuran (credit sale) adalah : jual beli dimana
penjual melaksanakan penjualan barang dengan cara menerima
pelunasan pembayaran yang dilakukan oleh pembeli dalam
beberapa kali angsuran atas harga barang yang telah disepakati
bersama dan yang diikat dalam suatu perjanjian, serta hak milik
atas barang tersebut beralih dari penjual kepada pembeli pada saat
barangnya diserahkan oleh penjual kepada pembeli.
C. Mekanisme Leasing
_______________________________________________________________________________________________________ 38
ASPEK HUKUM DALAM PERBANKAN Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA.
5 1
8 Supplier 6
9 7
2
Lessor 3 Lesse
10
Perusahaan 4
Asuransi
_______________________________________________________________________________________________________ 39
ASPEK HUKUM DALAM PERBANKAN Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA.
tersebut, supplier akan menandatangani perjanjian pelayanan
purna jual.
10. Lesse membayar sewa lease secara periodik sesuai dengan jadwal
pembayaran yang telah ditentukan kontrak lease.
_______________________________________________________________________________________________________ 40
ASPEK HUKUM DALAM PERBANKAN Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA.
a. Conventional Loan, Pinjaman jenis ini bisa diberikan tanpa
jaminan dan bisa pula disertai dengan jaminan.
Secara resmi lembaga modal ventura baru ada di Indonesia sejak adanya
Keppres No. 61 tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan, yang diatur
lebih lanjut dengan Keputusan Menteri Keuangan No.
1251/KMK.013/1988 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan
Lembaga Pembiayaan. Ketentuan tersebut merupakan landasan
berpihak yang cukup kuat dan merupakan satu-satunya peraturan
pelaksanaanyang ada bagi para pemodal (investor) yang ingin
melakukan usaha atau bisnisnya.
B. Potensial Usaha
_______________________________________________________________________________________________________ 41
ASPEK HUKUM DALAM PERBANKAN Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA.
Selain perusahaan swasta nasional dan koperasi, pihak bank pun dapat
menjalankan usaha di bidang modal ventura dengan terlebih dahulu
membentuk perusahaan pembiayaan yang bergerak di bidang modal
ventura dan telah memperoleh izin usaha dari Menteri Keuangan.
A. Pengertian
Pada jasa factoring terbagi dalam 2 (dua) bagian yaitu jasa keuangan dan
jasa non keuangan. Dalam hal jasa keuangan biasanya perusahaan
faktor dapat memberi pre-financing sampai 80 % dari piutang dagang.
Sedangkan untuk jasa non-financing perusahaan faktor melayani
pengelolaan kredit bagikepentingan klien.
_______________________________________________________________________________________________________ 42
ASPEK HUKUM DALAM PERBANKAN Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA.
Perusahaan factoring segera membayar sampai 80 % dari nilai
kepada pembeli, lalu pembeli membayar tagihan tadi kepada
perusahaan factor.
Perusahaan factor mengembalikan sisa pembayaran (refund) kepada
penjual sebesar 20 % dari nilai invoice yang dikurangi fee yang telah
disepakati bersama dalam kontrak factoring.
Pabrik Tekstil
1. Penyerahan barang
2. Invoice
3. Copy Invoice
6. Refund
Departemen
Store
4. Initial Payment
5. Payment
Perusahaan
Factor
_______________________________________________________________________________________________________ 43
ASPEK HUKUM DALAM PERBANKAN Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA.
1. Setelah barang dan invoice diserahkan (angka 1 dan 2), pabrik
menyerahkan pula copy invoice kepada perusahaan factor (angka 3)
Indonesia Amerika
Eksportir Eksportir
Goods and Invoice
Copy Statement
Invoice
Prepayment Payment
Copy Invoice
Eksport Factor Import Factor
Payments
_______________________________________________________________________________________________________ 44
ASPEK HUKUM DALAM PERBANKAN Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA.
2. Eksportir mengajukan permohonan credit limit tertentu sehubungan
dengan rencana ekspor yang bersangkutan kepad importer di
Amerika.
3. Eksportir factor memilih salah satu import factor di Amerika.
10. Setelah eksport factor menerima remittance dari import factor, sisa
pembayaran (sebesar 20 %) segera diselesaikan setelah dikurangi
biaya factoring.
C. Keuntungan Factoring
_______________________________________________________________________________________________________ 45
ASPEK HUKUM DALAM PERBANKAN Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA.
mudah tidaknya piutang tersebut ditagih, dan berat tidaknya risiko bagi
pihak penagih pada saat menagih utangnya.
Perusahaan kartu kredit (credit card company) adalah badan usaha yang
melakukan usaha pembiayaan untuk membeli barang dan jasa dengan
menggunakan kartu kredit.
_______________________________________________________________________________________________________ 46
ASPEK HUKUM DALAM PERBANKAN Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA.
Kartu kredit atau yang lebih dikenal dengan credit card ini adalah :
Suatu kartu plastik yang berukuran hapir sama dengan ukuran
KTP, yang diterbitkan oleh issuer (penerbit) dan dipergunakan oleh
cardholder (pemegang kartu) dan berfungsi sebagai alat pembayaran
pengganti uang tunai dan pihak penerima adalah kaun usahawan/
pedagang (merchant) yang telah ditentukan oleh pemegangnya
kepada penerbit.
Penerbitan kartu kredit itu sendiri sebenarnya merupakan satu
pemberian fasilitas kredit oleh suatu bank penerbit kepada pemegang
kartu. Pemberian fasilitas ini tidaklah berdasarkan akte-akte secara
otentik melainkan hanya dengan akte-akte di bawah tangan dan tidak
mutlak harus ada jaminan kredit. Akan tetepi bukan berarti kartu
kredit mudah diperoleh oleh siapa saja, melainkan harus memenuhi
persyaratan-persyaratan yang sangat selektif yang ditentukan oleh
penerbit.
PEMBIAYAAN KONSUMEN
_______________________________________________________________________________________________________ 47
ASPEK HUKUM DALAM PERBANKAN Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA.
Setiap konsumen menginginkan adanya kemudahan, keringanan,
pelayanan yang cepat, waktu yang singkat, prosedur yang tidak
birokratis dan tidak berbelit-belit, oleh karena itu beberapa hal akan
menjadi pertimbangan bagi konsumen untuk memilih lembaga
pembiayaan mana yang dapat membantu untuk mendapatkan barang-
barang konsumsi yang diinginkan, antara lain :
_______________________________________________________________________________________________________ 48
ASPEK HUKUM DALAM PERBANKAN Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA.
_______________________________________________________________________________________________________ 49
ASPEK HUKUM DALAM PERBANKAN Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA.