Anda di halaman 1dari 3

Karya Penyelamatan Tuhan

Bila orang mengatakan Allah adalah Roh, atau Allah bersifat biasanya orang mengartikannya
dalam pemahaman bahwa Allah tidak mempunyai tubuh secara fisik. Bahawa Allah itu tidak
berwujud, immaterial dan bahwa Allah adalah mumi roh. Dalam pemahaman seperti ini, roh
menunjukan subtansi, atau hakikat Allah. Namun tipe pemahaman yang filosofis seperti ini asing
bagi masyarakat Ibrani kuno. Berbagai cerita awal dalam Alkitab sama sekali tidak ragu untuk
memberikan atribut fisik kepada Allah, seperti penciptaaan antromorfisme merupakan cirri yang
jelas. Ada perbedaan dalam Perjanjian Lama dan Baru dalam karya Allah dengan manusia dalam
Roh Kudus. Kalau dalam Perjanjian Baru kita membaca bahwa Roh Kudus, Allah curahkan
kepada atas manusia seperti Kisah Para Rasul 2:17 yang mengutip Yohanes 11:28, maka dalam
Perjanjian Lama Roh Kudus hanya hadir dan bekerja dalam orang-orang khusus, seperti para
hakim, raja, nabi, pokoknya tidak dalam semua orang percaya. Roh Kudus adalah kuasa
misterius ilahi, pertama kali di lihat sebagai model tertentu yang melalui pernyataannya terhadap
mereka, memungkinkan mereka untuk memiliki kekuatan, keberanian, kebijaksanaan dan
pengetahuan dari Allah dan maksudnya bagi manusia. Roh Kudus bukanlah suatu yang pribadi
“disamping Allah”. Roh Kudus adalah kuasa dari dalam diri Allah sendiri. Roh Kudus adalah
nama untuk kehadiran Allah uang bertindak dengan kuasa dalam dunia. (Pelajaran katekisasi
GPIB Maranatha Dps) Karya Allah dalam sejarah Israel dan tanggapan Israel terhadap karya
Allah itu terbentang dalam sejarah yang mulai sekitar abad kesembilan belas sebelum Masehi
sampai kedatangan Yesus di dunia ini. Karya Allah di tengah-tengah umat manusia diawali
dengan beberapa titik tolak yang sangat sederhana. Seorang pengembara, Abraham, beserta
keluarganya tidak dapat lagi hidup di daerah Mesopotamia karena terlalu padat penduduknya.
Maka atas dasar alasan-alasan sosial-ekonomis ia pergi ke daerah Palestina dengan berani
menempuh segala resiko. Namun menurut keyakinan dan pengakuannya sendiri, di dalam
hatinya ada suatu dorongan lain yang sulit dirumuskan. Samar-samar dalam hatinya ia merasa
bahwa kepergiannya ke Palestina direstui bahkan dikehendaki oleh Allah. Peristiwa-peristiwa
dan pengalamannya selanjutnya menguatkan keyakinan itu: ia mampu bertahan bahkan berhasil
dalam kehidupannya yang sukar di wilayah yang baru. Tampak dalam peristiwa ini bahwa Allah
menyesuaikan diri dalam memperkenalkan ( menyatakan, mewahyukan) diriNya kepada seorang
Abraham, pengembara. Ternyata Abraham sanggup mempercayakan diri dan masa depannya
kepada Allah Pelindung yang setia. Allah Pelindung yang setia ini disebut Allah Abraham.
Selanjutnya Ia diyakini sebagai Allah Abraham, Ishak dan Yakub. Periode Bapa-bapa Bangsa ini
berakhir di Mesir. Pada waktu itu Yakub dan keluarga besarnya menetap di sana, karena seorang
anaknya berhasil mencapai kedudukan tinggi di negeri itu.

Kitab Suci Perjanjian Lama merupakan endapan dari suatu proses panjang dialog Allah
dengan umat Israel. Pertanyaan yang dapat muncul ialah, apa arti Perjanjian Lama bagi kita
orang beriman di jaman ini? Secara singkat dapat dikatakan begini: melalui Perjanjian Lama kita
dapat mengenal Allah, mengenal diri kita dan mengenal keadaan hidup kita.

Dalam Kitab Suci kita berjumpa dengan Allah yang memperkenalkan diri kepada sekian
banyak orang yang berbeda, melalui berbagai macam peristiwa dan pengalaman. Dapat disebut
salah satu, misalnya pengalaman Ayub. Selangkah demi selangkah melalui suatu proses yang
sangat ngeri dan sulit Ayub dituntun sehingga akhirnya sampai kepada keyakinan: Allah adalah
Misteri. Ia tidak dapat dimengerti, tindakanNya melampaui daya tangkap manusia. Bersama
Ayub setiap orang beriman diajak untuk mempercayakan diri kepada Allah, yang kasih setiaNya
seringkali tidak dapat dimengerti. Secara umum dapat dikatakan, dalam pengalaman para ‘bapa
iman’ dan dalam kata-kata mereka kita dapat bertemu dengan Allah yang sama. Dalam Kitab
Suci kita juga bertemu dengan orang-orang yang mendahului kita dalam perjalanan iman. Kisah
pasang dan surut mereka menerangkan kisah perjalanan kehidupan kita sendiri. Abraham berani
percaya kepada Tuhan (Kej 12:1-9), tetapi kemudian merasa takut (ayat 10-20), tidak sabar
menunggu Tuhan melaksanakan janjiNya (Kej 16). Baru sesudah perjalanan dan pengalaman
panjang ia rela mempercayakan diri seutuhnya kepada Allah (Kej 22:1-19). Atau siapa yang
tidak pernah merasa tak berdaya dalam keadaan sulit seperti Daud ketika berhadapan dengan
Goliat? (1 Sam 17). Demikian tokoh-tokoh lain dalam Perjanjian Lama seperti Yakub, Yusuf,
Amos, Hosea, Yeremia dapat menunjukkan jalan bagi kita dan membentuk sikap-sikap dasar
iman kita. Dalam sejarah hidupnya yang dituntun oleh Allah Israel berhadapan dengan berbagai
macam keadaan dan menghadapi keadaan itu dengan cara yang sesuai dengan keyakinan iman
mereka. Renungan tentang keadaan-keadaan itu dan tentang tanggapan Israel atas keadaan-
keadaan itu, dapat memberikan beberapa pedoman atau patokan bagi kita untuk menilai keadaan
hidup kita sekarang. Penilaian yang disampaikannya pada Yer 2; Yeh 16; 20; 23 dapat
membantu kita untuk menilai sejarah kita sendiri dari sudut pandangan Allah. Untuk
kesekiankalinya harus dikatakan bahwa dalam Perjanjian Lama berisi dialog Allah dengan Israel,
atau menurut judul catatan ini, kesaksian umat terpilih yang disapa oleh Allah. Allah sedikit
demi sedikit menyatakan diri, sesuai dengan tingkat kemampuan yang menerima. Sedikit demi
sedikit gambaran Allah berkembang, semakin dalam dan tanggapan manusia semakin jelas dan
utuh pula. Semua yang tertulis, semua yang dikatakan dalam Perjanjian Lama harus ditempatkan
dalam kerangka ini. Kalau demikian kisah penciptaan (Kej 1-2) tidak akan dimengerti sebagai
pemberitahuan bahwa dunia ini diciptakan selama enam hari. Yang mau dikatakan ialah bahwa
seluruh dunia, semua yang ada diciptakan oleh Allah dengan maksud baik. Keyakinan ini
diungkapkan dalam kisah penciptaan, sesuai dengan cara berpikir orang pada waktu itu.
Demikian juga peraturan nyawa ganti nyawa, gigi ganti gigi, mata ganti mata (Kel 21:23-24 bdk.
Im 24:20; Ul 19:21; Mat 5:38) tidak harus dimengerti sebagai suatu perintah yang berlaku
selama-lamanya. Dalam lingkungan hidup orang yang cenderung membalas lebih kejam
daripada perlakuan yang diterima (kalau dipukul dengan kerikil, dibalas dengan batu), peraturan
itu sudah merupakan suatu langkah maju - langkah yang sedikit demi sedikit akan menuju ke
perintah Kristus sendiri .... “kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya
kamu” (Mat 5:44).

Roh Kudus adalah bahwa seseorang yang sunguh-sunguh mengakui Yesus Kristus
sebagai Tuhan yang berkuasa dalam hidupnya sehari-hari, lalu bersatu sebagai anggota “ tubuh
kristus” yaitu Gereja-Nya. ( I Kor. 12:1-13).

Anda mungkin juga menyukai