PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
1. Pengertian
a. Hiperplasia prostat adalah pembesanan prostat yang jinak bervariasi berupa
hiperplasia kelenjar atau hiperplasia fibromuskular. Namun orang sering
menyebutnya dengan hipertropi prostat namun secara histologi yang dominan
adalah hyperplasia (Sabiston, David C,1994)
b. BPH adalah pembesaran adenomatous dari kelenjar prostat, lebih dari
setengahnya dan orang yang usianya diatas 50 tahun dan 75 % pria yang
usianya 70 tahun menderita pembesaran prostat (C. Long, 1996 :331).
c. Hiperplasia prostat jinak (BPH) adalah penyakit yang disebabkan oleh
penuaan. Price&Wilson (2005)
d. Hiperplasi prostat adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat ( secara
umum pada pria > 50 tahun) yang menyebabkan berbagai derajat obstruksi
uretra dan pembiasan aliran urinarius. (Doenges, 1999)
e. BPH adalah suatu keadaan dimana kelenjar prostat mengalami pembesaran,
memanjang ke atas ke dalam kandung kemih dan menyumbat aliran urine
dengan menutupi orifisium uretra (Brunner and Suddart, 2001)
f. BPH adalah suatu keadaan dimana prostat mengalami pembesaran memanjang
keatas kedalam kandung kemih dan menyumbat aliran urin dengan cara
menutupi orifisium uretra. (Smeltzer dan Bare, 2002)
Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen menyebabkan epitel dan stroma
dari kelenjar prostat mengalami hiperplasi .
Pada proses penuaan pada pria terjadi peningkatan hormon estrogen dan penurunan
testosteron yang mengakibatkan hiperplasi stroma.
Estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama hidup stroma dan epitel
dari kelenjar prostat.
Teori sel steam menerangkan bahwa terjadi proliferasi abnormal sel steam sehingga
menyebabkan produksi sel stroma dan sel epitel kelenjar prostat menjadi berlebihan
(Poernomo, 2000, hal 74-75).atau Sel stem yang meningkat mengakibatkan
proliferasi sel transit (Roger Kirby, 1994 : 38).
3.Patofisiologi
Hiperplasia prostat adalah pertumbuhan nodul-nodul fibroadenomatosa majemuk
dalam prostat, pertumbuhan tersebut dimulai dari bagian periuretral sebagai proliferasi
yang terbatas dan tumbuh dengan menekan kelenjar normal yang tersisa. Jaringan
hiperplastik terutama terdiri dari kelenjar dengan stroma fibrosa dan otot polos yang
5. Differensial Diagnosa
Gejala saluran kemih bagian bawah pada pria tidak selalu disebabkan oleh BPH. Kondisi
lain yang perlu dipertimbangkan dalam diagnosis banding adalah kandung kemih terlalu
aktif, sistitis interstisial, prostatitis, struktur uretra, serta kanker prostat atau kanker
kandung kemih.
6.Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada pasien BPH antara lain: sering dengan semakin
beratnya BPH, dapat terjadi obstruksi saluran kemih, karena urin tidak mampu melewati
prostat. Hal ini dapat menyebabkan infeksi saluran kemih dan apabila tidak diobati, dapat
mengakibatkan gagal ginjal. (Corwin, 2000)
Kerusakan traktus urinarius bagian atas akibat dari obstruksi kronik mengakibatkan
penderita harus mengejan pada miksi yang menyebabkan peningkatan tekanan
intraabdomen yang akan menimbulkan hernia dan hemoroid. Stasis urin dalam vesiko
urinaria akan membentuk batu endapan yang menambah keluhan iritasi dan hematuria.
Selain itu, stasis urin dalam vesika urinaria menjadikan media pertumbuhan
mikroorganisme, yang dapat menyebabkan sistitis dan bila terjadi refluks menyebabkan
pyelonefritis (Sjamsuhidajat, 2005).
Konsep Keperawatan
A. Pengkajian
1. Identitas
BPH merupakan pembesaran progresif dari kelenjar prostat ( secara umum pada
pria lebih tua dari 50 tahun ) menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretral
dan pembatasan aliran urinarius ( Marilynn, E.D, 2000 ). Hiperplasia prostat atau
BPH adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat, bersifat jinak disebabkan oleh
hyperplasia beberapa atau semua komponen prostat yang mengakibatkan penyumbatan
uretra pars prostatika (Muttaqin : 2012).
2. Keluhan Utama
Merupakan keluhan yang paling dirasakan oleh klien sehingga ia mencari pertolongan.
Keluhan yang diungkapkan klien pada umumnya yaitu adanya rasa nyeri. Disuria yaitu
nyeri pada waktu kencing. Hesitansi yaitu memulai kencing yang lama dan seringkali
disertai dengan mengejan yang disebabkan oleh karena otot destrussor buli-buli
memerlukan waktu beberapa lama meningkatkan tekanan intravesikal guna mengatasi
adanya tekanan dalam uretra prostatika.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Hal- hal yang perlu dikaji adalah mulai kapan keluhan dirasakan, lokasi keluhan,
intensitas, lamanya atau frekuensi, faktor yang memperberat atau memperingan
serangan, serta keluhan- keluhan lain yang menyertai dan upaya- upaya yang telah
dilakukan.
4. Riwayat Personal dan Keluarga
Riwayat penyakit keluarga perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang pernah
menderita penyakit BPH atau tidak.
5. Riwayat Pengobatan
Apakah klien pernah menggunakan obat- obatan. Yang perlu dikaji perawat yaitu:
Kapan pengobatan dimulai, Dosis dan frekuensi,Waktu berakhirnya minum obat
6. Pemeriksaan Fisik
a. Dilakukan dengan pemeriksaan tekanan darah, nadi dan suhu. Nadi
dapat meningkat pada keadaan kesakitan pada retensi urin akut, dehidrasi
sampai syok pada retensi urin serta urosepsis sampai syok.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang timbul adalah :
Pre Operasi :
1. Retensi urin berhubungan dengan obstruksi uretra sekunder dari pembesaran prostat,
dekompensasi otot destrusor dan ketidakmampuan kandung kemih untuk berkontraksi
secara adekuat.
2. Kecemasan atau ancietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan atau
menghadapi prosedur bedah
Post Operasi
1.Nyeri berhubungan dengan spasmus kandung kemih dan insisi sekunder pada post
operasi.
C. RENCANA KEPERAWATAN
Pre Operasi
1.Retensi urin berhubungan dengan obstruksi uretra sekunder dari pembesaran prostat,
dekompensasi otot destrusor dan ketidakmampuan kandung kemih untuk berkontraksi
secara adekuat.
Tujuan : Setelah di lakukan asuhan keperawatan dalam waktu 3x24 jam pola eliminasi
INTERVENSI RASIONAL
1. Dorong pasien untuk Meminimalkan retensi urina
berkemih tiap 2-4 jam dan distensi berlebihan pada kandung
bila tiba-tiba dirasakan. kemih.
INTERVENSI RASIONAL
1. Dampingi klien dan bina Menunjukkan perhatian, hubungan
hubungan saling percaya. saling percaya dapat membantu
klien kooperatif terhadap
tindakan medis.
Post Operasi
1. Nyeri berhubungan dengan spasmus kandung kemih dan insisi sekunder pada post
operasi.
Tujuan: Setelah di lakukan asuhan keperawatan dalam waktu 3x24 jam nyeri berkurang
atau hilang.
Kriteria hasil : Klien mengatakan nyeri berkurang / hilang, Ekspresi wajah klien tenang,
TTV dalam batas normal (TD: 120/80 mmHg, RR:16-24 x/mnt,N:80-100x/mnt,T:36’C)
d. Ajarkan tehnik
c. Meningkatkan asupan O2
relaksasi sehingga akan menurunkan
pernapasan dalam nyeri.
D. Implementaasi
Implementasi di sesuaikan dengan intervensi(rencana tindakan)
BAB IV
PENUTUP