Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

‘’RUPAMA MAKASSAR’’

Oleh kelompok 1:

Ismail Ahmad Bilal

Riska Helmi Zulfiana


Syam

ST. Majidah Hajrah

Nisrawati Nurismi Auliyah

FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

PRODI PEND.BAHASA DAN SASTRA DAERAH S.1

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena


telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”Rupama Makassar ", untuk
memenuhi tugas mata kuliah “Teori Apresiasi Prosa Fiksi Makassar” yang
diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah Ibu "Aswati Asri., S. Pd., M. Pd."
tepat pada waktunya.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para


pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
Akhir kata, Penulis sampaikan terimakasih semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Aamiin

Penulis

i
DAFTAR ISI

KataPengantar............................................................................................................i

Daftar Isi....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................1

1.3 Tujuan..................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian rupama...............................................................................................2
B. Unsur-unsur cerita...............................................................................................3
C. Latar ...................................................................................................................4
D. Tokok dan penokohan.........................................................................................5
E. Amanat................................................................................................................5

BAB III PENUTUP

a. Kesimpulan ......................................................................................................11

b. Saran .................................................................................................................11

Daftar Pustaka ...........................................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Di Indonesia tumbuh berbagai cerita rakyat daerah dengan corak dan


budaya yang berbeda beda. Cerita rakyat itu ada yang berupa cerita binatang
(fabel), asal usul suatu tempat (legenda), dan cerita tentang makhluk halus (mite).

Cerita rakyat adalah cerita yang berkembang di suatu daerah dan dianggap
sebagai karya kolektif (milik bersama) masyarakat daerah itu. Pasti kita perna
mendengar cerita Malin Kundang, Si Pahit Lidah, Roro Jonggrang, Jaka Tarub,
semua cerita itu termasuk dalam cerita rakyat.

Banyak manfaat yang kita akan dapatkan dengan mendengarkan cerita


rakyat. Salah satunya, kita akan memperoleh pengalaman berharga dari cerita
tersebut, melalui peristiwa-peristiwayang dialami tokoh-tokohnya. Di dalam cerita
rakyat terkandung pesan moral yang berguna bagi pembacanya. Pesan
(amanat)dalam cerita kadang diungkapkan secara langsung, tetapi kadang
diungkapkan secara tidak langsung melalui tingkah laku tokoh-tokohnya.

1.2 Rumusan masalah

1. Apa pengertian dari rupama ?


2. Unsur apa saja yang terdapat dalam rupama ?

1.3 Tujuan

1. Menjelaskan pengertian rupama.


2. Menjelaskan unsur-unsur apa saja yang terdapat dalam rupama.

BAB II

PEMBAHASAN

1
A. Pengertian Rupama/cerita Rakyat Makassar

Rupama atau cerita rakyat Makassar yang berkembang secara lisan di tengah
masyarakat pendukungnya telah diabadikan dan disusun menjadi sebuah buku
oleh Zainuddin Hakim. Kumpulan ceritera itu hanya merupakan sebagian kecil
dari jumlah ceritera yang tersebar secara lisan di Makassar. Dalam kumpulan ini
penyusun mengelompokkan ceritera rakyat itu menjadi dua jenis, yakni ceritera
kepercayaan dan ceritera binatang. Berikut ini akan dikemukakan judul ceritera
tersebut.

Kumpulan ceritera kepercayaan terdiri atas: (1) Ceritera Pung Tedong


(Kerbau) Bersama Tiga Orang Putra Raja; (2) Sebab Musabah Ikan Hiu Tidak
Dimakan (Dalam Satu Keluarga); (3) I Kukang; (4) Kisah Percintaan; (5) Ceritera
Musang Berjanggut; (6) Kisah Orang yang Tujuh Anaknya; (7) Dua Orang
Bersahabat; (8) Orang yang Durhaka kepada Orang Tuanya; (9) Kisah Tinuluk;
(10) Dua Orang Bersaudara. Kumpulan ceritera bintang terdiri atas: (1) Ceritera
Pelanduk dan Buaya; (2) Ceritera Buaya dengan Kerbau; (3) Monyet dengan
Kura-kura; (4) Kisah Rusa dengan Kura-Kura; dan (5) Kisah Pelanduk dengan
Macan.

Rupama atau ceritera rakyat tersebut berfungsi sebagai hiburan dan sebagai
sarana pendidikan bagi anak-anak. Dalam ceritera itu (sebagai ceritera lisan)
terlukis curahan perasaan yang disampaikan dengan sangat indah oleh penuturnya
kepada pendengar. Selain itu perilaku manusia yang terdapat dalam rupama
merupakan cerminan sikap, pandangan hidup dan cita-cita masyarakat
pendukungnya. Ceritera rakyat tersebut tidak hanya diungkapkan dalam bentuk
sastra lisan, tetapi juga dalam bentuk tulisan yang berwujud naskah. Ceritera yang
disajikan dalam bentuk tulisan memiliki nilai dan bobot yang lebih baik daripada
yang disajikan dalam bentuk lisan.

Berikut ini akan dikemukakan secara ringkas cerita Pung Tedong (Kerbau)
Bersama Tiga Orang Puteri Raja. Dalam cerita ini, dikisahkan tiga gadis yang
masing-masing adalah anak tiga pangeran yang beristerikan seekor kerbau. Ketiga
gadis itu dilahirkan dari seekor kerbau yang telah meminum air seni tiga pangeran
yang sedang bermain-main di hutan. Setelah ketiga gadis itu berkeluarga, suatu
ketika ibunya datang menjenguknya, tetapi dua anaknya itu sangat sombong,
kejam dan tidak mengakui ibunya yang berwujud kerbau. Kedua putrid itu adalah
Putri Lila Sari dan Putri Limba Sari. Mereka memukuli kerbau itu dan

2
mengusirnya hingga ibunya sakit hati. Akan tetapi kerbau itu mendapat perlakuan
yang baik setelah sampai di rumah anak bungsunya, yang bernama Putri Bida
Sari. Putri itu menangis mendengar cerita ibunya tentang kelakukan kakak-
kakaknya terhadap ibunya. Selanjutnya ia rawat ibunya dengan kasih sayang,
seperti ketika ibunya membesarkannya dahulu. Putri yang baik hati itu akhirnya
hidup bahagia setelah ibunya mati. Sebelum mati ibunya berpedan kepada Putri
Bida Sari agar tubuhnya dipotong-potong dan dimasukkan ke dalam beberapa
guci. Ternyata seluruh tubuh kerbau yang dimasukkan ke dalam guci-guci
berubah menjadi emas, intan dan permata. Rumah Putri Bida Sari menjadi terang
benderang terkenca cahaya emas tersebut. Ketika mendengar berita itu, kedua
kakaknya datang ke rumah Putri Bida Sari dengan maksud ingin meminta seidikit
emas milik adiknya itu. Putri Bida Sari mengizinkan mereka mengambil sendiri
emas dan permata itu, tetapi mereka tidak dapat mengambil emas itu sedikit pun
sehingga mereka kepayahan. Setiap emas dan permata yang mereka ambil
menjauh. Melihat kejadian itu Putri Bida Sari menceritakan kepada kedua
kakaknya bahwa emas dan permata itu berasal dari tubuh ibunya. Mengetahui hal
itu, pulanglah mereka dengan rasa penuh penyesalan akan tabiatnya yang buruk
kepada ibu mereka.

Cerita bertema kebijaksanaan terdapat juga pada cerita Kisah orang Tujuh
Anaknya. Cerita ini mengisahkan orangtua yang sangat sedih karena ketujuh
anaknya yang telah mendapatkan hartanya tidak memperdulikannya lagi. Agar ia
diperhatikan lagi oleh ketujuh anaknya, orangtua itu menyusun siasat. Ia bercerita
kepada ketujuh anaknya bahwai amasih mempunyai harta yang disimpan di atap
rumahnya, yaitu di dalam sebuah periuk kecil. Mendengar kisah ayahnya itu,
ketujuh anaknya berdatangan ke rumah ayahnya dan berebut untuk merawat
ayahnya dengan sebaik-baiknya. Setelah ayahnya meninggal, ketujuh anak laki-
laki itu.

B. Unsur-Unsur rupama/cerita Rakyat

Setiap karya sastra memiliki unsur-unsur pembangun/unsur sastra, begitu


pula dengan cerita rakyat. Unsur sastra dalam cerita rakyat adalah sebagai berikut:

3
1. Unsur Instrinsik rupama
Unsur instrinsik adalah unsur yang membangun cerita dari dalam. Unsur-unsur
instrinsik cerita rakyat, yaitu :
a. Tema
Adalah pokok pikiran yang dipakai sebagai dasar pengarang, pokok pikiran
pengaran, ide pokok permasalahan.
b. Alur
Adalah jalannya cerita rangkaian peristiwa yang membentuk cerita dengan dasar
hubungan sebab akibat. Pada umumnya alur ada tiga macam, yaitu :

 Alur maju
Merupakan peristiwa-peristiwa yang disajikan secara berurutan dari
peristiwa pertama ke peristiwa selanjutnya.
 Alur mundur
Merupakan peristiwa yang diceritakan kembali.
 Alur gabungan/ zik-zak
Merupakan gabungan dari alur maju dan alur mundur.

C. Latar rupama

Keterangan tentang tempat, waktu dan suasana; tempat/waktu terjadinya


peristiwa. Latar ada tiga macam, yaitu :
1. Latar tempat
Lokasi atau bangunan fisik lain yang menjadi tempat terjadinya peristiwa-
peristiwa dalam cerita.
2. Latar waktu
Waktu (masa) tertentu ketika peristiwa cerita itu terjadi.
3. Latar suasana
Salah satu unsur instrinsik yang berkaitan dengan keadaan psikologis yang
timbul dengan sendirinya bersamman dengan jalannya cerita. Suatu cerita menjadi
menarik karena berlangsung dalam suasana tertentu.

D. Tokoh dan penokohan rupama

4
Penokohan dalah lukisan watak pelaku; cara pengarang menggambarkan
watak tokoh. Istilah tokoh menunjukkan pada orangnya, pelaku cerita, sedangkan
pekonokohan menunjukkan pada sikap kualitas pribadi tokoh.
Dilihat dari fungsi penampilan tokoh dalam cerita, tokoh dibedakan atas dua
yaitu:

1. Protagonist adalah tokoh yang berfungsi memberikan simpati, empati,


melibatkan diri secara emosional terhadap tokoh tersebut. Tokoh yang
disikapi demikian disebut tokoh protagonis
2. Antagonis adalah tokoh yang berfungsi menimbulkan konflik dan
berposisi dengan tokoh protagonist.

E. Amanat rupama
Adalah pesan yang disampaikan oleh pengarang.

2. Unsur Entrinsik

Adalah unsur yang berada di luar karya sastra atau cerita namun turut
menetukan bentuk dan isi suatu karya/cerita. Unsur-unsur eksttrinsik cerita
rakyat, yaitu : agama, politik, moral, aliran pengarang, psikologi, sejarah, sosial
budaya, dan lain-lain.

Contoh :

I Kukang

Narampei patannaya carita angkanaya, niak sekre kampong na kamponga


anjo taena tonngare na nikajappui bajiki pammantanganna. I lalanna anjo
kamponga sumpaleng niak sekre tukkalabini taenamo kamma ballasakna,
kasiasina. Na niak todong sekre tukalumannyang taklangga-langga i lalanna anjo
kamponga. Tau kalumannyanga anjo sumpaleng talekbakkami napisakringi
ballasaka, kapakrisanga. Katallassang linona mammadaimi nataenamo
nakakurangang. Na anjo tukalumannyanga tunggalak alloi aklampa mange
akjappajappa, battuang kana akrannu-rannu sipamanakang ri sekrea
pammantangang apapaia punna allo lompoi. Na anjo lapong tukalumannyang niak
anakna sitau burakne nikana I Makkuraga.

5
Na lapong tukasiasi anjo sumpaleng niak todong anakna sitau burakne
niareng I Kukang. Naia jama-jamanna anne manggena I Kukang iami natungga
allo-allo antamaya ri romanga anngalle kayu pappallu, na nampami naerang
mange ri tukalumannyanga nabalukang. Na anjo kayunna battuang kana kayu
pappalluna lapong tukasiasi simata niballi tariballinnai, battuang kana niballi
lammoroki ri tukalumannyanga, nataena tong maka tau napammantangi akbaluk
iareka appalak tulung passanngalinna anjoreng tonji ri tukalumannyanga.
Kammami anjo gaukna tunggalak allo. Taenamo kamma pakrisikna tallasakna
anjo lapong kasiasi. Na anjo bainenna akkoko tonji. Niak tong pole anakna lapong
kasiasi sitau cakdi-cakdi ammantang ri ballakna tinro tattapperek,
tamappaklungang, tamaccare-care.

Naia tong erok kalompoanna karaenga, anjo anakna niarenga I Kukang


simata salewangang mangkaji manna mamo tena nagannak kanre balanjana,
battuang kana niak ri alloa tena ri banngia. Nasabak nakajappuinna maknassa
sikamma dalleka anu battu ngaseng ri Allahu Taala, kammaya tompa pole
nikanaya abalak, paccoba, kammayami nikanaya kakasiasiang battu ngaseng tonji
ri erok kakuasanna karaeng Allahu Taala, karaeng Malannyinga na Matinggi.

Naia ri wattu akrapponamo lamung-lamunna lapong tukasiasi,


kammayami birallena siagang lamenna, tikring battumami tedonna lapong
tukalumannyang angkanre ngasengi lamung-lamunna lapong tukasiasi,
kammayami birallena.

Apaji na napabattuammo anjo sumpaleng ri passalana lamung-lamunna ri


tukalumannyanga siagang nakabaranna pole. Apa nalarromo lapong
tukalumannyang ri tukasiasia siagang erok tommi nibuno, kammaya tompa pole
taena tommo naerok tukalumannyanga amballi kaju pappalluna. Naia ri wattu
nalanngereknamo kana-kananna lapong tukalumannyang nasapu mami naung
barambanna napakamma pakrisik allanngereki kana-kananna lapong
tukalumannyang. Kammami anjo sipak-sipakna lapong tukalumannyang mange ri
tukasiasia.

Nappalak doammo lapong tukasiasi mange ri karaeng Malompoa,


"Barangna nipappidallekiji ati maciknong, battuang kana ati sakbarang
andallekangi paccoba antattabaiai." Apa na napaccinikammi erok kalompoanna
karaeng Malompoa ri atanna, matei manggena I Kukang natuju batu lompo. Naia
ri wattu matenama manggena I Kukang sannakmi pakapacce-pacce parrukna
nasabak taena sekre tau anturungi, taena todong tau erok anngerangi mange ri
kuburuka antarawangi nasabak kasiasina. Anngarrukmi ammakna I Kukang,

6
assolong-solong jeknek matanna, appirau appalak tulung mange ri suro-surona
tukalumannyanga. Apaji naiamo anjo nasuro anngerangi mayakna buraknenna
mange ri kuburuka. Nitarawammi manngena I Kukang mingka taena nisarei
misang.

Naia ri wattu matenamo manggena ammantammi I Kukang siagang


ammakna. Naiaji jama-jamanna ammakna iamintu akdengkangi asena taua nampa
nisare tommi tapunna, ia tommi anjo nirekeng sangkama gajina akdengka. Naiami
anjo tapua napallu, ia tommi nakanre, ia tonuni sallang nabuburangi I Kukang.

Tanikana-kanami pakrisikna katallassanna i Kukang siagang ammakna,


tenamo pakrisang i rateanna napisakringi. I Kukang tammakemi baju, tammakemi
saluarak, tattapperekmi punna tinroi, battuang kana akbonjeng-bonjeng mami.
Ammakna aklipak kae-kae tamakbaju ka taena memang todong bajunna. Naia
ballak-ballak pammantanganna runtung-runtung tommi, apaji naklettekmo mange
ri sekrea kalikbong ri sekrea batu lompo. Naanjo babanna kalikbong batua taena
nammake pakkekbuk.

Nasiapa are sallona I Kukang siagang ammakna ammantang anjoreng ri


kalikbonga sanggenna akkale tau rungkami, battuang kana niakmo umurukna
sampulo tuju taung, nasabak patirikna annuntuk, akguru ri tucarakdeka sanggenna
anjari pandegarak lompo I Kukang. Naerok kakuasanna karaeng Allahu Taala
anjarimi I Kukang tau kalumannyang, naia tosseng anjo sumpaleng
tukalumannyanga nasabak katakakboranna anjarimi tau pakrisik dudu talla· sakna.

Kammami anne pau-paunna I Kukang.

Unsur-unsur yang terkandung dalam cerita rakyat tersebut adalah sebagai berikut :

A. Unsur Intrinsik

Unsur instrinsik I kukang

1. Tema : tau kasiasi sagang tau kalumanyang

2. Tokoh dan penokohan :

 Makkuraga ( tau kallumanyang ) : antagonis

 I Kukang ( tau kasiasi ) : protagonis

7
 Mangena I kukang : tritagonis

 Ammakna I kukang : protagonis

 Andikna I kukang : figuran

 Mangena Makkuraga : antagonis

3. Alur : maju

4. Setting

 tempat : kampong, romang, ballak, kuburan, kalikbonga

Waktu : alloa sanggengna bangi

Suasana : sedih, bahagiah

5. Sudut pandang : orang ketiga ( pengamat )

6. Gaya bahasa :

 Alusio : menggunakan gaya bahasa ungkapan yang sudah di ketahui

(umum)

Ebarakna : taukalumanyang (orang kaya) sagang taukasiasi (orang miskin)

 litotes : merendahkan diri

Contohna : niak sekre tukkalabini taenamo kamma ballasakna

7. Amanat : punna anjariki tau kalumanyang teakki takaluppai karaeng Allahu

subhanallahu ta'ala sagang taua ngaseng. Punna anjariki tau kasiasi teakki tappuki

sumangakta sagang teakki takaluppai ri Allahu subhanallahu ta'ala harusukki

lompo sumangak.

Unsur ekstrinsik prosa : I Kukang

8
1. Nilai-nilai dalam cerita (agama, budaya, politik, ekonomi)

 Agama

Walaupun si miskin memiliki kekurangan harta, tapi dia tidak lupa

terhadap tuhannya dan tetap meminta kepadanya.

Contoh : Si miskin senantiasa bermohon kepada Tuhan agar ia

diheri keteguhan hati dan kekuatan jiwa menghadapi segala cobaan

yang menimpa diri dan keluarganya

 Budaya

Kebiasaan mereka yang sangat berbeda dalam menggunakan

hartanya.

Contoh : Mereka hidup serba cukup, bahkan sudah berlebih-

lebihan. Setiap hari libur atau hari raya keluarga orang kaya itu

berfoya-foya dan berpesta di sebuah tempat tertentu

 Politik

Kondisi taktis bagaimana cara si kaya memperlakukan si miskin

dalam bekerja.

Contoh: Meskipun pekerjaannya cukup berat, tetapi upah yang

diterima untuk pekerjaan itu tak setimpal dengan beratnya

pekerjaan itu

 Ekonomi

Kondisi ekonomi yang jauh berbeda antara satu sama lain.

Contoh

9
- Di situ tinggal pula keluarga yang kaya raya, yang tidak pernah

mengenal penderitaan dan kesengsaraan

- Setiap hari, sang ayah membanting tulang mengumpulkan kayu

bakar dari hutan dan selanjutnya dibawa ke rumah orang kaya

untuk dijual. Meskipun pekerjaannya cukup berat, tetapi upah

yang diterima untuk pekerjaan itu tak setimpal dengan beratnya

pekerjaan itu.

2. Situasi sosial ketika cerita itu diciptakan.

a. Kondisi sosial

Terjadi ketimpangan sosial antara si kaya dan si miskin di mana Si

kaya yang kebutuhannya selalu terpenuh dan suka berfoya-foya serta

memperkerjakan si miskin dengan upah yang kecil sedangkan Si

miskin yang senantiasa rajin bekerja mengumpulkan kayu untuk dijual

kepada si kaya

b. Kondisi ekonomi

Kondisi ekonomi dari kedua keluarga tersebut juga sangat berbeda,

bagaikan langit dan bumi, yang satu suka menghambur-hamburkan

hartanya yang satu malah sangat kesusahan dalam mencari makan

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Rupama atau cerita rakyat Makassar yang berkembang secara lisan


di tengah masyarakat pendukungnya telah diabadikan dan disusun menjadi
sebuah buku oleh Zainuddin Hakim. Kumpulan ceritera itu hanya
merupakan sebagian kecil dari jumlah ceritera yang tersebar secara lisan di
Makassar. Rupama atau ceritera rakyat tersebut berfungsi sebagai hiburan
dan sebagai sarana pendidikan bagi anak-anak. Dalam ceritera itu (sebagai
ceritera lisan) terlukis curahan perasaan yang disampaikan dengan sangat
indah oleh penuturnya kepada pendengar.

B. Saran

Dari hasil yang telah diperoleh dari penulisan makalah ini, maka
penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Tingkatkan belajar kalian, karena kita adalah calon generasi guru yang
akan datang sehingga kita dapat mencetak generasi anak bangsa yang aktiv
dan kreatif.
2. Bagi pembaca makalah ini, ambillah pelajaran yang memang itu perlu
bagi kalian sehingga makalah ini bisa bermanfaat untuk kalian dan orang
lain pada khususnya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Syamsuddin. 2007. Kompetesnsi Berbahasa dan Sastra Indonesia.

Solo : Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.

Tatang, atep. 2008. Bahasa Indonesiaku Bahasa Negeriku.

Solo : Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.

Tukan, Paulus. 2006. Mahir Berbahasa Indonesia 1. Jakarta: Yudhistira.

www://scribd.com/doc/54052408/ceritarakyat.

http://www.g-vanstudent.com/2013/02/kata-pengantar=puji-syukur-kehadirat.html

12

Anda mungkin juga menyukai