Anda di halaman 1dari 2

“ilmu sosial sudah mendarah daging"

Karya : Aditya R

Setiap mendongak keatas,

Algoritma tentang satu ditambah dua.

Lima ditambah lima, sepuluh dibagi lima.

Lebih manjur diucap doa,

Daripada aku yang hanya berbicara kepada diriku sendiri.

Berkata,

Kemarin aku jatuh lalu mati.

Malaikat menyatatku antara hidup dan mati.

Karena aku ingin tapi tidak mati mati.

Sedangkan mati, seakan enggan menantapku disini.

Malaikat menjelma ibu,

Jangan mati dulu. Ada uang yang menelisip di buku sejarah itu.

Aku tidak tahu, kurasa aku sudah kenyang.

Sarapan ibu pagi ini membuatku bertanya,

Lambungku sudah penuh, jiwaku sudah utuh.

Lalu uang apalagi?

Ibu membohongiku rupanya,


Tidak ada uang di buku sejarah itu.

Tidak ada yang tertinggal dan tersisa apa apa.

Hanya tinggal bait bait yang disusun secara runtut.

Tentang masa lalu, Kini dan nanti.

Kucoba telisik lagi,

Mana mungkin seorang ibu membodohi anaknya.

Rupanya,

Uang itu menjelma waktu sebagai guru terbaikmu.

Dan juga kemanusiaan.

Kraksaan, 25 agustus 2019.

Anda mungkin juga menyukai