Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH AKUNTANSI SYARIAH

AKAD IJARAH

Dosen Pengampu: Dian Puji Puspita Sari, SE., M.Ak

Disusun Oleh :
Renuke Utari 170301025
Reza Pujiarti 170301037
Purwanto Priatmojo 170301029

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
PEKANBARU
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang merupakan tugas mata
kuliah Akuntansi Syariah yang berjudul “Akad Ijarah”.
Pada kesempatan ini, tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Dian Puji
Puspita Sari, SE., M.Ak selaku dosen mata kuliah Akuntansi Syariah di Universitas
Muhammadiyah Riau yang telah mengamanahkan tugas ini kepada kami. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kami dalam
pembuatan makalah ini.
Kami mengharapkan agar makalah ini dapat memberikan manfaat kepada
pembaca. Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat
kesalahan sehingga kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun
demi kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, Januari 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 1

1.3 Tujuan ............................................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 2


2.1. Pengertian Akad Ijarah ................................................................................... 2

2.2. Jenis Akad Ijarah ............................................................................................ 3

2.3. Dasar Syariah ................................................................................................. 5

2.4. Perlakuan Akuntansi (PSAK 107) ................................................................ 10

2.5. Ilustrasi Akuntansi Akad Ijarah .................................................................... 14

BAB III PENUTUP .................................................................................................... 16


3.1 Simpulan ...................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang beragam, manusia dapat membeli atau
melakukan barter untuk memperoleh aset yang dibutuhkan. Selain itu manusia juga
dapat menyewa aset yang diperlukan, untuk dapat menggunakan atau mengambil
manfaat dari aset yang disewanya. Akad sewa-menyewa seperti ini merupakan salah
satu contoh dari akad Ijarah. Ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas
suatu aset atau jasa sementara hak kepemilikan aset tetap pada pemberi sewa.
Sebaliknya penyewa atau pengguna jasa memiliki kewajiban membayar sewa atau
upah.
Pengalihan kontrak atau aset yang disewa kemudian disewakan kembali pada
pihak lain boleh dilakukan baik dengan harga sama, lebih tinggi atau lebih rendah
asalkan pemberi sewa mengizinkannya. Namun bila disewakan kembali pada pemberi
sewa, maka syaratnya adalah kedua akad (yaitu dari pemberi sewa ke penyewa pertama
atau dari penyewa pertama ke penyewa berikutnya yang tidak lain memberi sewa
sendiri) harus tunai.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan akad ijarah?
2. Apa saja jenis akad ijarah?
3. Apa dasar syariah akad ijarah?
4. Bagaimana perlakuan akuntansi terhadap akad ijarah?
5. Bagaimana ilustrasi akuntansi pada akad ijarah?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari akad ijarah.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis akad ijarah.
3. Untuk mengetahui dasar syariah akad ijarah.
4. Untuk mengetahui perlakuan akuntansi terhadap akad ijarah.
5. Untuk mengetahui ilustrasi akuntansi pada akad ijarah.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.Pengertian Akad Ijarah


Menurut sayyid sabiq dalam fikih sunah, al ijarah berasal dari kata al ajru yang
berarti al ‘iwadhu (ganti/kompensasi). Ijarah dapat di definisikan sebagai akad
pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa, dalam waktu tertentu
dengan pembayaran upah sewa (ujrah), tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan
atas suatu barang atau jasa (mempekerjakan seseorang) dengan jalan penggantian
(membayar sewa atau upah sejumlah tertentu).
Dari pengertian diatas, ijarah sejenis dengan akad jual beli namun yang
dipindahkan bukan hak kepemilikanya tapi hak guna atau manfaat, manfaat dari suatu
aset atau dari jasa/pekerjaan.
Aset yang disewakan (objek ijarah) dapat berupa rumah, mobil, peralatan dan lain
sebagainya, karena yang ditransfer adalah manfaat dari suatu aset, sehingga segala
sesuatu yang dapat ditransfer manfaatnya dapat menjadi objek ijarah. Dengan demikian
barang yang dapat habis dikonsumsi tidak dapat menjadi objek ijarah, karena
mengambil manfaatnya berarti memilikinya. Bentuk lain dari objek ijarah adalah
manfaat dari suatu jasa yang berasal dari hasil karya atau dari pekerjaan seseorang.
Contoh : nona sanas menggunakan jasa penjahit isma, atau isma mempekerjakan elin,
hubungan pekerja dan pemberi kerja (upah-mengupah) termasuk dlam akad ijarah, dan
pengguna jasa harus membayar upah.
Akad ijarah mewajibkan pemberi sewa untuk menyediakan aset yang digunakan
atau dapat diambil manfaat darinya selama periode akad dan memberikan hak kepada
pemberi sewa untuk menerima sewa upah (ujrah). Misalnya menyewakan LCD, maka
LCD tersebut harus dapat digunakan, bukan LCD yang rusak tidak dapat diambil
manfaat darinya. Apabila setelah akad terdapat kerusakan sebelum digunakan dan
sedikitpun waktu belum berlalu maka akad dapat dikatakan batal atau pemberi sewa
harus mengganti dengan aset sejenis lainya.
Apabila terjadi kerusakan yang mengakibatkan penurunan nilai kegunaan dari
aset yang disewakan dan bukan disebabkan kelalaian penyewa, pemberi sewa
berkewajiban menanggung biaya pemeliharaanya selama periode akad atau
menggantinya dengan aset sejenis. Pada hakikatnya pemberi sewa seharusnya
berkewajiban untuk menyiapkan aset yang disewakan dalam kondisi yang dapat diambil
manfaat darinya.
Penyewa merupakan pihak yang menggunakan/mengambil manfaat atas aset
sehingga penyewa berkewajiban membayar sewa dan menggunakan aset sesuai dengan
kesepakatan (jika ada), tidak bertentangan dengan syari’ah dan merawat atau menjaga
keutuhan aset tersebut. Apabila kerusakan aset terjadi karena kelalaian penyewa maka
ia berkewajiban menggantinya atau memperbaikinya. Selama masa perbaikan, masa
sewa tidak bertambah. Pemberi sewa dapat meminta penyewa untuk menyerahkan
jaminan atas ijarah untuk menghindari resiko kerugian (ED PSAK 107).
Dalam kontrak, tidak boleh dipersyaratkan biaya pemeliharaan akan ditanggung
penyewa karena hal ini dapat menimbulkan ketidakpastian (gharar). Hanya biaya

2
pemeliharaan rutin dan tidak material yang dapat ditanggung penyewa, seperti ganti
busi pada mobil yang disewa.
Seperti yang telah dijelaskan diatas, penyewa dan pengguna jasa atau pemberi
kerja berkewajiban membayarkan sejumlah tertentu berupa sewa atau upah sesuai
dengan akad. Begitu harga itu disepakati maka sepanjang masa akad tidak boleh
berubah, misalnya: A menyewakan rumahnya pada B dengan harga sewa Rp. 20 juta
untuk waktu 2 tahun. Dalam akad ijarah, rumah tetap milik A, B mempunyai hak untuk
menggunakan rumah tersebut selama 2 tahun, dan B berkewajiban membayar Rp. 20
juta. Sepanjang masa akad yaitu 2 thn, harga sewa tidak boleh berubah yaitu tetap Rp.
20 juta. Namun apabila kontrak diperpanjang, maka atas kontrak yang baru ini boleh
saja harga berubah bisa sama, lebih tinggi atau lebih rendah.
Pengalihan kontrak atau aset yang disewa kemudian disewakan kembali pada
pihak lain, boleh dilakukan baik dengan harga sama lebih tinggi atau rendah asalkan
pemberi sewa mengizinkanya. Namun bila disewakan kembali pada pemberi sewa,
maka syaratnya adalah kedua akad (yaitu dari pemberi sewa ke penyewa pertama atau
dari penyewa pertama kepenyewa berikutnya yang tidak lain pemberi sewa sendiri)
harus tunai. Hal ini untuk menghindari transaksi sejenis bai al innah yang dilarang
secara syariah (lihat bab 5).
Pembayaran sewa dapat dibayar dimuka, ditangguhkan ataupun diangsur sesuai
kesepakatan antara pemberi sewa dan penyewa. Apabila yang disepakati adalah
pembayaran tangguh dan terjadi penundaan pembayaran akibat penyewa lalai (bukan
karena tidak mapu secara finansia), maka dapat dikenakan denda, yang akan dikenakan
sebagai dana kebajikan.
Apabila atas ijarah dibayarkan uang muka, dan penyewa membatalkan akad,
maka uang muka tersebut menjadi hak pemberi sewa. Lebih disarankan agar hak
pemberi sewa adalah sebesar opportunity cost yang ditimbulkanya, yaitu uang yang bisa
didapatkanya dengan menyewakan pada pihak lain dapat sehingga selisih antara uang
dimuka dan opportunity costnya dikembalikan pada penyewa.
Akad ijarah memiliki resiko beruba gagal bayar dari penyewa, aset ijarah rusak,
atau penyewa menghentikan akad sehingga pemberi sewa harus mencari penyewa baru.
Akad ijarah hendaknya memuat aturan tentang jangka waktu akad, besarnya sewa
atau upah, cara pembayaran sewa atau upah (dimuka, angsuran atau diakhir),
peruntukan aset yang disewakan dan hal lainya yang dianggap penting. Begitu kontrak
disetujui maka ia bersifat mengikat kedua belah pihak dan apabila ada perubahan pada
isi kontrak harus disepakati keduanya. Setelah akad ditandatangani, pemberi sewa tidak
dapat menyewakan aset yang telah disewakanya pada pihak lain untuk periode akad
yang sama.
Perjanjian mulai berlaku efektif ketika penyewa dapat menggunakan aset yang
disewanya bukan saat penandatanganan kontrak, sebaliknya pada saat itu pemberi sewa
berhak menerima pembayaran sewa atau upah.

2.2.Jenis Akad Ijarah


2.2.1. Berdasarkan objek yang disewakan
Berdasarkan objek yang disewakan, ijarah dapat dibagi 2, yaitu ;

3
1. Manfaat atas aset yang tidak bergerak seperti rumah atau aset bergerak seperti
mobil, motor, pakaian dan sebagainya.
2. Manfaat atas jasa berasal dari hasil karya atau dari pekerjaan seseorang.

2.2.2 Berdasarkan PSAK 107


Berdasarkan PSAK 107, ijarah dapat dibagi menjadi 3, namun yang telah
dikenal secara luas adalah dua jenis ijarah yang disebutkan pertama, yaitu:
1. Ijarah merupakan sewa menyewa objek ijarah tanpa perpindahan resiko dan
manfaat yang terkait kepemilikan aset terkait, dengan atau tanpa wa’ad untuk
memindahkan kepemilikan dari pemilik (mu’jir) kepada penyewa (musta’jir)
pada saat tertentu.
2. Ijarah muttahiya Bin Tamlik adalah ijarah dengan wa’ad perpindahan
kepemilikan aset yang dijarahkan pada saat tertentu.

Skema Ijarah

Keterangan :
(1) Penyewa dan pemberi sewa melakukan kesepakatan ijarah
(2) Pemberi sewa menyerahkan objek sewa pada penyewa
(3) Penyewa melakukan pembayaran
Perpindahan kepemilikan suatu aset yang disewakan dari pemilik kepada
penyewa, dalam ijarah muntahiya bit tamlik dapat dilakukan jika seluruh pembayaran
sewa atas objek ijarah yang dialihkan telah diselesaikan dan objek ijarah telah
diserahkan kembali kepada pemberi sewa. Kemudian untuk perpindahan kepemilikan
akan dibuat akad baru, terpisah dari akad ijarah sebelumnya.
Perpindahan kepemilikan dapat dilakukan melalui :
a. Hibah
b. Penjualan dimana harga harus disepakati kedua belah pihak sebelum akad
penjualan, namun pelaksanaan penjualan dapat dilakukan:
1) Sebelum akad berakhir
2) Setelah akad berakhir
3) Penjualan secara bertahap sesuai dengan wa’ad (janji) pemberi sewa. Untuk
perpindahan secara bertahap, harus ditentukan bagian penyewa setiap kali ia
melakukan pembayaran dari harga total sampai ia memiliki aset tersebut secara
penuh diakhir kontrak. Sistem ini mengharuskan pembuatan kontrak untuk
setiap bagian penjualan, sampai bagian terakhir dijual kepada penyewa. Jika
kontrak ijarah batal karena alasan-alasan yang mendasar sebelum perpindahan
kepemilikan secara penuh kepada penyewa, aset yang disewanya menjadi milik
bersama penyewa dan pemberi sewa secara proporsional.

4
c. Jual dan ijarah adalah transaksi menjual objek ijarah kepada pihak lain, dan
kemudian menyewa kembali objek ijarah tersebut yang telah dijual tersebut. Alasan
dilakukanya transaksi tersebut bisa saja sipemilik aset membutuhkan uang
sementara ia masih memerlukan manfaat dari aset tersebut. Transaksi jual dan
ijarah harus merupakan transaksi yang terpisah dan tidak saling bergantung
(ta’alluq) sehingga harga jual harus dilakukan pada nilai wajar dan penjual akan
mengakui keuntungan atau kerugian atau pada periode terjadinya penjualan dalam
laporan laba rugi. Keuntungan atau kerugian yang timbul dari transaksi jual tidak
dapat diakui sebagai pengurang atau penambah beban ijarah yang muncul karena ia
menjadi penyewa.
d. Ijarah-lanjut menyewakan labih lanjut kepada pihak lain atas aset yang sebelumnya
disewa dari pemilik. Jika suatu entitas menyewa objek ijarah untuk disewa-
lanjutkan, maka entitas mengakui sebagai beban ijarah (sewa tangguhan) untuk
pembayaran ijarah jangka panjang dan sebagai beban ijarah untuk sewa jangka
pendek.

2.3.Dasar Syariah
2.3.1 Sumber hukum akad ijarah
1. Alqur’an, sebagai firman Allah SWT :
“apakah mereka yang membagi-bagi rahmat tuhanmu? Kami telah menetukan
antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah
meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar
sebagian mereka dapat mempergunakan yang lain. Dan rahmat tuhanmu lebih
baik dari apa yang mereka kumpulkan.’ QR. 43:32)

“dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak dosa bagimu
apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu
kepada ALLAH dan ketahuilah bahwa ALLAH maha melihat apa yang kamu
kerjakan.” (QS. 2:223)

“salah seorang dari kedua wanita itu berkata wahai ayahku mabilah ia sebagai
orang yang bekerja (pada kita), sesungguhnya orang yang paling baik untuk
bekerja (pada kita) adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.” (QS. 28:26)

2. As-sunah
Diriwayatkan dari ibnu abbas, bahwa Rasulullah SAW bersabda : “berbekamlah
kamu, kemudian berikanlah olehmu upahnya kepada tukang bekam itu.” (HR.
Bukhari dan Muslim)

Dari ibnu umar, bahwa Rasulullah SAW bersabda : “berikanlah upah pekerja
sebelum keringatnya kering.” (HR. Ibnu Majah)
“barang siapa mempekerjakan, beritahukanlah upahnya.” (HR. ‘Abd ar-razzaq
dari Abu Hurairah dan Abu Sa’id al-khudri)

5
Dari saad bid abi waqqash r.a., bahwa Rasulullah bersabda: “dahulu kami menyewa
tanah dengan (jalan membayar) dari tanaman yang tumbuh. Lalu Rasulullah
melarang kami cara itu dan memerintahkan kami agar membayarnya dengan uang
emas atau perak.” (HR. Nasa’i)

Dari abu hurairah r.a dari Nabi SAW beliau bersabda : “Allah ta’ala berfirman :
ada tiga golongan yang pada hari kiamat (kelak) aku akan menjadi musuh mereka:
(pertama) seorang laki-laki yang mengucapkan sumpah karena aku kemudian ia
curang, (kedua) seorang laki-laki yang menjual seorang merdeka lalu dimakan
harganya, dan (ketiga) seorang laki-laki yang mempekerjakan seorang buruh lalu
sang buruh mengerjakan tugas dengan sempurna, namun ia tidak memberikan
upahnya.” (Hasan: Irwa-ul Ghalil no:1489 dan Fathul Bari IV:417 No 2227)

“Rasulullah melarang dua bentuk akad sekaligus dalam satu objek.” (HR. Ahmad
dari ibnu mas’ud)

2.3.2 Rukun dan Ketentuan Syariat Ijarah


Rukun ijarah ada tiga macam, yaitu:
1. Pelaku yang terdiri atas pemberi sewa/pemberi jasa/lessor/mu’jjir dan
penyewa/pengguna jasa/lessee/musta’jjir.
2. Objek akad ijarah berupa: manfaat asset/ma’jur dan pembayaran sewa: atau
manfaat jasa dan pembayaran upah.
3. Ijab Kabul/serah terima
Ketentuan syari’ah:
1. Pelaku harus cakap hokum dan baligh
2. Objek akad ijarah
a. Manfaat asset/jasa adalah sebagai berikut:
1) Harus bias dinilai dan dapat dilaksanakan dalam kontrak, misalnya sewa
computer, maka computer itu harus dapat berfungsi sebagaimana mestinya
dan tidak rusak.
2) Harus yang bersifat dibolehkan secara syariah (tidak diharamkan); maka
ijarah atas objek sewa yang melanggar perintah Allah tidak sah. Misalnya
mengupah seseorang untuk membunuh, menyewakan rumah untuk tempan
main judi atau menjual khamar dan lain sebagainya.
3) Dapat dialihkan secara syariah, contoh manfaat yang tidak dapat dialihkan
secara syariah sehingga tidak sah akadnya:
a. Kewajiban sholat, puasa tidak dapat dialihkan karena ia merupakan
kewajiban setiap individu (fardhu’ain-lihat Bab 2)
b. Mempekerjakan seorang untuk membaca Al-qur’an dan pahalanya
(manfaatnya) ditujukan untuk orang tertentu, karena pahala/nilai
kebaikan akan kembali pada yang membacanya, sehingga tidak ada
manfaat yang dialihkan.

6
c. Barang yang dapat habis dikonsumsi tidak dapat dijadikan objek ijarah
karena mengambil manfaat darinya sama saja dengan
memilikinya/menguasainya. Misalnya makanan/minuman/buah-buahan
atau uang (kas), jika mengambil manfaat darinya berarti
menggunakanya.
4) Harus dikenali secara spesifik sedemikian rupa untuk menghilangkan
ketidaktahuan yang dapat menimbulkan sengketa, misalnya kondisi fisik
mobil yang disewa. Untuk mengetahui kejelasan manfaat dari suatu asset
dapat dilakukan identifikasi fisik.
5) Jangka waktu penggunaan manfaat ditentukan dengan jelas misalnya 2
tahun.

b. Sewa dan Upah yaitu sesuatu yang dijanjikan dan dibayar penyewa atau
pengguna jasa kepada pemberi sewa atas pemberi jasa sebagai pembayaran
atas manfaat asset atau jasa yang digunakanya:
1) Harus jelas besaranya dan diketahui oleh para pihak yang berakad.
Misalnya berkah toserba merekrut karyawanya yang ditugaskan sebagai
pramuniaga (hubunganya adalah pekerja dan pemberi kerja) dan gaji yang
disepakati sebesar Rp. 2 juta perbulan. Tidak boleh menyatakan gajinya
tergantung dari penjualan perusahaan karena besaranya menjadi tidak pasti.
2) Boleh dibayarkan dalam bentuk jasa (manfaat lain) dari jenis yang serupa
dengan objek akad.
3) Bersifat fleksibel, dalam arti dapat berbeda untuk ukuran waktu, tempat dan
jarak serta lainya yang berbeda. Misalnya, sewa atas mobil yang jenisnya
sama misalnya innova 2006, di Jakarta sewa perhari Rp. 500.000 sedangkan
di Yogyakarta Rp. 400.000, atau menyewakan toko kalau digunakan untuk
pakaian harga sewanya Rp. 20 juta per tahun tapi kalau digunakan untuk
bengkel Rp. 25 juta per tahun atau sewa took untuk 1 tahun Rp. 25 juta tapi
kalau 2 tahun Rp. 45 juta begitu disepakati maka harga sewa akan mengikat
dan tidak boleh berubah selama masa akad.

c. Ketentuan syariah untuk ijarah muntahiya bit tamlik


1) Pihak yang melakukan ijarah muntahiya bit tamlik harus melaksanakan
akad ijarah terlebih dahulu. Akad pemindahan kepemilikan, baik dengan
jual beli atau pemberian, hanya dapat dilakukan setelah berakhirnya akad
ijarah.
2) Janji pemindahan kepemilikan yang disepakati di awal akad ijarah adalah
wa’ad, yang hukumnya tidak mengikat. Apabila janji itu ingin dilaksanakan,
maka harus ada akad pemindahan kepemilikan yang dilakukan setelah
berakhirnya akad ijarah.

7
3. Ijab Qabul
Adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela diantara pihak-pihak pelaku akad yang
dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondesi atau menggunakan cara-cara
komunikasi modern.

2.3.3 Berakhirnya Akad Ijarah


1. Periode akad sudah selesai sesuai perjanjian, namun kontrak masih dapat
berlaku walaupun dalam perjanjian sudah selesai dengan beberapa alas an,
misalnya keterlambatan masa panen jika menyewakan lahan untuk pertanian,
maka dimungkinkan berakhirnya akad setelah panen selesai (sayyid sabbiq,
2008).
2. Periode akad belum selesai tetapi pemberi sewa dan penyewa sepakat
menghentikan akad ijarah
3. Terjadi kerusakan asset
4. Penyewa tidak dapat membayar sewa
5. Salah satu pihak meninggal dan ahli waris tidak berkeinginan untuk meneruskan
akad karena memberatkanya. Kalau ahli waris merasa tidak masalah maka akad
tetap berlangsung. Kecuali akadnya adalah upah menyusui maka bila sang bayi
atau yang menyusui meninggal maka akadnya menjadi batal.

2.3.4 Perbedaan Ijarah dengan Sewa


Ada orang berpendapat ijarah sama dengan leasing, padahal pendapat ini tidak
sepenuhnya benar, Karim (2003) mencoba membandingkan ijarah dengan leasing
sebagai berikut :
No. Keterangan Ijarah Leasing
1. Objek Manfaat barang dan jasa Manfaat barang saja
2. Metode Tergantung atau tidak Tidak tergantung pada
pembaaran tergantung pada kondisi kondisi barang yang disewa
barang/jasa yang disewa
3. Perpindahan a. Ijarah : a. a. Sewa Guan Operasi : tidak
kepemilikan tidak adaperpindahan ada transfer kepemilikan
kepemilikan b. b. Sewa Guna dengan Opsi:
b. IMBT : janji untuk memiliki opsi membeli atau
menjual/menghibahkan tidak membeli di akhir masa
di awal akad sewa.
4. Jenis leasing a. Lease purchase: tidak a. a. lease purchase :
lainya dibolehkan karena dibolehkan
akadnya gharar, yakni b. sale and lease back :
antara sewa dan beli dibolehkan
b. Sale and lease back:
dibolehkan

8
Table diatas memberikan ikhtisar perbedaan dan kesamaan antara ijarah dan
leasing. Sedikitnya ada empat aspek yang dapat dicermati, yakni :objek, metode
pembayaran, perpindahan kepemilikanya dan jenis leasing.
1. Objek
Dalam ijrah, objek yang disewakan dapat berupa asset maupun jasa. Ijrah bila
diterapkan untuk mendapatkan manfaat dari asset disebut sewa menyewa, sedangkan
bila diterapkan untuk mendapatkan manfaat tenaga kerja disebut upah mengupah.
Dalam leasing hanya berlaku untuk sewa menyewa asset saja. Dengan kata lain terbatas
pada pemanfaatan asset. Dengan demikian ijarah memiliki cakupan yang lebih luas
daripada leasing.
2. Metode pembayaran
Dalam ijarah, metode pembayaran dapat dibedakan menjadi dua, yaitu ijarah
yang pembayaranya tergantung pada kinerja objek yang disewa (contingent to
performance).
3. Perpindahan kepemilikan
Pada dasarnya akad ijarah sama seperti operating lease, yakni dipindahkan
adalah manfaat dari asset yang disewakan. Untuk jenis akad ijarah muntahiya bit tamlik
(IMBT), kepemilikan asset tetap pada pemberi sewa diawal akad berjanji (wa’ad)
kepada pihak penyewa. Pengalihan hak milik pada asset yang bersangkutan dapat
dilakukan dengan menjual atau dengan menghibahkanya. Atas pemindahan
kepemilikan tersebut akan dibuatkan akad secara terpisah.
Sementara dalam leaseing, jenis leasing tergantung pada sisi pemberi sewa dan
penyewa. Dari sisi pemberi sewa, secara umum dikenal 4 jenis leasing; yaitu financial
lease, sales type lease, operating lease, dan leverage lease. Sedangkan dari sisi
penyewa, dikenal 2 jenis yaitu operating lease dan capital lease.
Dalam financial lease (sisi lessor) atau capital lease (sisi lessee) adalah
merupakan bentuk transfer sebagian resiko dan keuntungan kepemilikan yang mengikat
pada lessee, periode jangka panjang, dan lessee akan menanggung semua biaya
perbaikan dan pada akhir periode memiliki hak untuk membeli karena resiko barang
ditanggung olehnya. Dalam operating lease, hak kepemilikan berada pada pemilik aset,
yang dialihkan hanya manfaat dari aset tersebut. Syariah tidak
menghalalkan capital/financial lease karena memiliki akad yang tidak jelas (gharar),
sedangkan untuk operating lease dibolehkan karena bentuknya seperti sewa-menyewa.
4. Jenis sewa lainnya
 Purchase lease adalah suatu bentuk lease yang menggabungkan antara hak beli
dan leasing sekaligus. Ciri dalam purchase lease: pembeli membayar sejumlah
uang untuk hak beli yang tidak dapat ditarik kembali serta bukan bagian dari
uang muka pembelian, harga jual ditetapkan di awal dan biasanya lebih tinggi
dari harga pasar, selama belum terjadi pembelian pembeli membayar sejumlah
uang sewa, perjanjian tidak dapat dibatalkan kecuali gagal bayar yang biasanya
objek sewa akan disita oleh lessor, dan tidak ada orang yang dapat membeli aset
tersebut setelah perjanjian pembeli dan pemilik. Akad lease-purchase ini
diharamkan karena adanya two in one (dua akad sekaligus atau shafqatain fi

9
shafqah). Ini menyebabkan gharar dalam akad, yakni ada ketidakjelasan akad:
apakah yang berlaku akad sewa atau akad beli.
 Sale and Lease Back (al bai’ tsumma ‘iadatul ijarah atau jual dan ijarah) adalah
suatu bentuk lease dimana penjual menjual barang kepada pembeli kemudian
pembeli menyewakan kembali kepada penjual. Akad jenis ini dibolehkan secara
syariah, asalkan akad jual dan akad ijarah harus terpisah dan tidak boleh
dipersyaratkan.

2.4.Perlakuan Akuntansi (PSAK 107)


2.4.1 Akuntansi Untuk Pemberi Sewa (Mu’jir)
1. Biaya perolehan, untuk objek ijarah baik asset berwujud maupun tidak berwujud,
diakui saat objek ijarah diperoleh sebesar biaya perolehan. Asset tersebut harus
memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Kemungkinan besar perusahaan akan memperoleh manfaat ekonomis masa
depan dari asset tersebut, dan
b. Biaya perolehanya dapat diukur secara andal
Jurnal :
Dr. asset ijarah xxx
Kr. Kas/utang xxx

2. Penyusutan, jika asset ijarah tersebut dapat disusutkan/diamortisasi maka


penyusutan atau amortisasinya diperlakukan sama untuk asset sejenis selama umur
manfaat (umur ekonomisnya). Jika asset ijarah untuk akad jenis IMBT maka masa
manfaat yang digunakan untuk menghitung penyusutan adalah periode akad IMBT.
Jurnal :
Dr. biaya penyusutan xxx
Kr. Akumulasi penyusutan xxx

3. Pendapatan sewa, diakui pada saat manfaat atas asset telah diserahkan kepada
penyewa pada akhir periode pelaporan. Jika manfaat telah diserahkan tapi
perusahaan belum menerima uang, maka akan diakui sebagai piutang pendapatan
sewa dan diukur sebesar nilai yang dapat direalisasikan.
Jurnal :
Dr. kas/piutang sewa xxx
Kr. Pendapatan sewa xxx

4. Biaya perbaikan objek ijarah, adalah tanggungan pemilik, tetapi pengeluaranya


dapat dilakukan oleh pemilik secara langsung atau dilakukan oleh penyewa atas
persetujuan pemilik.
a. Jika perbaikan rutin yang dilakukan penyewa dengan persetujuan pemilik maka
diakui sebagai beban pemilik pada saat terjadinya.
Jurnal :
Dr. biaya perbaikan xxx
Kr. Utang xxx

10
b. Jika perbaikan tidak rutin atas objek ijarah yang dilakukan oleh penyewa diakui
pada saat terjadinya.

Jurnal :
Dr. biaya perbaikan xxx
Kr. Kas/utang/perbaika xxx
c. Dalam ijarah muntahiya bit tamlik melalui penjualan secara bertahap, biaya
perbaikan objek ijarah yang dimaksut dalam huruf (a) dan (b) ditanggung
pemilik maupun penyewa sebanding dengan bagian kepemilikan masing-masing
atas objek ijarah.
Jurnal :
Dr. biaya perbaikan xxx
Kr. Kas/utang/perlengkapan xxx

5. Perpindahan kepemilikan objek ijarah dalam ijarah muntahiya bit tamlik dapat
dilakukan dengan cara:
a. Hibah, maka jumlah tercatat objek ijarah diakui sebagai beban
Jurnal:
Dr. beban ijarah xxx
Dr. akumulasi penyusutan xxx
Kr. Asset ijarahxxx xxx
b. Penjualan sebelum berakhirnya masa, sebesar sisa cicilan sewa atau jumlah
yang disepakati, maka selisih antara harga jual dan jumlah tercatat objek ijarah
diakui sebagai keuntungan atau kerugian.
Jurnal :
Dr. kas/piutang xxx
Dr. akumulasi penyusutan xxx
Dr. kerugian* xxx
Kr. Keuntungan** xxx
Kr. Asset ijarah xxx
*jika nilai buku lebih besar dari harga jual
**jika nilai buku lebih kecil dari harga jual
c. Penjualan setelah selesai masa akad, maka selisih antara harga jual dan jumlah
tercatat objek ijarah diakui sebagai keuntungan atau kerugian.
Jurnal :
Dr. kas xxx
Dr. kerugian* xxx
Dr. akumulasi penyusutan xxx
Kr. Keuntunagan** xxx
Kr. Asset ijarah xxx
*jika nilai buku lebih besar dari harga jual
**jika harga buku lebih kecil dari harga jual
d. Penjualan objek ijarah secara bertahap, maka:

11
1) Selisih antara harga jual dan jumlah tercatat sebagian objek ijarah yang telah
dijual diakui sebagai keuntungan atau kerugian.
Jurnal:
Dr. kas xxx
Dr. kerugian* xxx
Dr. akumulasi penyusutan xxx
Kr. Keuntungan** xxx
Kr. Asset ijarah xxx
*jika nilai buku lebih besar dari harga jual
**jika nilai buku lebih kecil dari harga jual
2) Bagian objek ijarah yang tidak dibeli penyewa diakui sebagai asset tidak lancar
atau asset lancar sesuai dengan tujuan penggunaan asset tersebut.
Jurnal:
Dr. asset lancar/tidak lancar xxx
Dr. akumulasi penyusutan xxx
Kr. Asset ijarah xxx
Seluruh beban maupun keuntungan/kerugian yang timbul akibat penjualan ijarah
tersebut diakui sebagai beban/keuntungan/kerugian pada periode berjalan.
Keuntungan/kerugian yang timbul tidak dapat diakui sebagai pengurang atau
penambah dari beban ijarah.

6. Penyajian, pendapatan ijarah disajikan secara neto setelah dikurangi beban-


beban yang terkait, misalnya beban penyusutan, beban pemeliharaan dan
perbaikan, dan sebagainya.

7. Pengungkapan, pemilik mengungkapkan dalam laporan keuangan terkait


transaksi ijarah dan ijarah muntahiya bit tamlik, tetapi tidak terbatas pada:
a. Penjelasan umum isi akad yang signifikan yang meliputi tetapi tidak terbatas
pada:
 Keberadaan wa’ad pengalihan kepemilikan dan mekanisme yang digunakan
(jika ada wa’ad pengalihan kepemilikan)
 Pembatasan-pembatasan, misalnya ijarah lanjut;
 Agunan yang digunakan (jika ada)
b. Nilai perolehan dan akumulasi penyusutan untuk setiap kelompok asset ijarah;
dan
c. Keberadaan transaksi jual dan ijarah (jika ada).

2.4.2 Akuntansi untuk Penyewa (Musta’jir)


1. Beban sewa, diakui selama masa akad pada saat manfaat atas aset terima diterima.
Jurnal pencatatan:
Dr. Beban sewa xxx
Kr. Kas/utang xxx
Untuk pengakuan sewa di ukur sebesar jumlah yang harus dibayar atas manfaat yang
telah diterima.

12
2. Biaya pemeliharaan objek ijarah, yang disepakati dalam akad menjadi tanggungan
penyewa diakui sebagai beban pada saat terjadinya. Sedangkan dalam ijarah
muntahiya bit tamlik melalui penjualan objek ijarah secara bertahap, biaya
pemeliharaan objek ijarah yang menjadi beban penyewa akan meningkat sejalan
dengan peningkatan kepemilikan objek ijarah.
Jurnal:
Dr. Beban pemeliharaan ijarah xxx
Kr. Kas/utang/perlengkapan xxx
Jurnal pencatatan atas biaya pemeliharaan yang menjadi tanggungan pemberi sewa tapi
dibayarkan terlebih dahulu oleh penyewa.
Dr. Piutang xxx
Kr. Kas/utang/perlengkapan xxx

3. Perpindahan kepemilikan, dalam ijarah muntahiya bit tamlik dapat dilakukan


dengan cara:
a. Hibah, maka penyewa mengakui aset dan keuntungan sebesar nilai wajar objek
ijarah yang diterima.
Jurnal :
Dr. Aset nonkas (eks ijarah) xxx
Kr. Keuntungan xxx
b. Pembelian sebelum masa akad berakhir, maka penyewa mengakui aset sebesar
pembayaran sisa cicilan sewa atau jumlah yang disepakati.
Jurnal:
Dr. Aset nonkas (eks. Ijarah) xxx
Kr. Kas xxx
c. Pembelian setelah masa akad berakhir, maka penyewa mengakui aset sebesar
pembayaran yang disepakati:
Jurnal:
Dr. Aset nonkas (eks ijarah) xxx
Kr. Kas xxx
d. Pembelian objek ijarah secara bertahap, maka penyewa mengakui aset sebesar
pembayaran objek ijarah yang diterima.
Jurnal:
Dr. Aset nonkas (eks ijarah) xxx
Kr. Kas xxx
Kr. Utang xxx
4. Jika suatu entitas/penyewa menyewakan kembali aset ijarah lebih lanjut pada
pihak lain atas aset yang sebelumnya disewa, maka ia harus menerapkan
perlakuan akuntansi untuk pemilik dan akuntansi penyewa dalam PSAK ini.
5. Pengungkapan, penyewa mengungkapkan dalam laporan keuangan terkait
transaksi ijarah dan ijarah muntahiya bit tamlik, tetapi tidak terbatas pada:
a. Penjelasan umum isi akad yang signifikan yang meliputi tetapi tetapi tidak
terbatas pada:
 Total pembayaran

13
 Keberadaan wa’ad pemilik untuk pengalihan kepemilikan dan
mekanisme yang digunakan (jika ada wa’ad pemilik untuk pengalihan
kepemilikan)
 Pembatasan-pembatasan, misalnya ijarah lanjut
 Agunan yang digunakan (jika ada)
b. Keberadaan transaksi jual dan ijarah dan keuntungan atau kerugian yang
diakui (jika ada transaksi jual dan ijarah)

2.5.Ilustrasi Akuntansi Akad Ijarah


Kasus Ijarah
Transaksi (dalam ribuan Pemberi sewa Penyewa
rupiah)
Tgl. 2 jan 2007 pemberi sewa Saat pembelian aset dari PT B :
dan penyewa menandatangani Aset ijarah 150.000
akad ijarah atas mobil selama 3 Kas 150.000
tahun. Disepakati bahwa
pembayaran dilakukan setiap
bulan sebesar Rp. 12.500

Pemberi sewa membeli mobil


yang disewakan sebesar Rp. Saat menerima pendapat dari penyewa:
150.000 dari PT B Kas 12.500 Beban sewa 12.500
Pendapatan sewa 12.500 Kas 12.500
Setiap penerimaan pendapatan Kas 12.500 Beban sewa 12.500
sewa pada awal bulan. Pendapatan sewa 12.500 Kas 12.500

Pada akhir periode dilakukan Beban penyusutan 30.000


alokasi untuk beban depresiasi Akumulasi penyusutan 30.000
selama 5 tahun sesuai masa
manfaat mobil dengan metode
garis lurus
Penyajian pada akhir tahun Aset ijarah 150.000
pertama untuk aset ijarah. Akumulasi penyusutan 30.000
120.000
Pada saat akhir kontrak aset Aset nonkas (eks ijarah) 150.000
ijarah dikembalikan kepada Aset ijarah
pemberi sewa, sehingga 150.000
dibuatkan ayat jurnal
reklasifikasi.

14
Kasus Ijarah Muntahiya bit Tamlik

Transaksi (dalam ribuan rupiah) Pemberi sewa Penyewa


Tgl. 2 jan 2007 pemberi sewa Saat pembelian aset dari PT B :
dan penyewa menandatangani Aset ijarah 150.000
akad ijarah atas mobil selama 3 Kas 150.000
tahun. Disepakati bahwa
pembayaran dilakukan setiap
bulan sebesar Rp. 12.500

Pemberi sewa membeli mobil Saat menerima pendapat dari penyewa:


yang disewakan sebesar Rp. Kas 12.500
150.000 dari PT B. Dan Pendapatan sewa 12.500 Beban sewa 12.500
disepakati bahwa pada akhir Kas 12.500
masa sewa akan dibeli oleh
penyewa.
Setiap penerimaan pendapatan Kas 12.500 Beban sewa 12.500
sewa pada awal bulan. Pendapatan sewa 12.500 Kas 12.500

Pada akhir periode dilakukan Beban penyusutan 30.000


alokasi untuk beban depresiasi Akumulasi penyusutan 30.000
selama 5 tahun sesuai masa
manfaat mobil dengan metode
garis lurus
Penyajian pada akhir tahun Aset ijarah 150.000
untuk aset ijarah, jurnal untuk Akumulasi penyusutan 30.000
tahun ke-2 dan ke-3 sama 120.000
dengan pencatatan diatas.
Pada saat akhir kontrak aset Kas 65.000 Aset nonkas 65.000
ijarah dijual kepada pemberi Akumulasi penyusutan 90.000 Kas 65.000
sewa secara tunai Rp. 65.000. Aset ijarah 150.000
dilakukan dengan akad jual beli. Keuntungan penjualan 5.000

Apabila pada saat akhir kontrak Beban ijarah 60.000 Aset nonkas 40.000
aset ijarah dihibahkan dari Akumulasi penyusutan 90.000 Keuntungan 40.000
pemberi sewa kepada penyewa Aset ijarah 150.000
dan nilai wajar Rp. 40.000

15
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Menurut sayyid sabiq dalam fikih sunah, al ijarah berasal dari kata al ajru yang
berarti al ‘iwadhu (ganti/kompensasi). Ijarah dapat di definisikan sebagai akad
pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa, dalam waktu tertentu
dengan pembayaran upah sewa (ujrah), tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan
atas suatu barang atau jasa (mempekerjakan seseorang) dengan jalan penggantian
(membayar sewa atau upah sejumlah tertentu).
Dari pengertian diatas, ijarah sejenis dengan akad jual beli namun yang
dipindahkan bukan hak kepemilikanya tapi hak guna atau manfaat, manfaat dari suatu
aset atau dari jasa/pekerjaan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Al-qur’anul karim dan terjemahnya. Tafsir.


Sri Nurhayati-wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.
https://boardcreations.blogspot.com/2014/11/akuntansi-syariah-pada-akad-
ijarah_53.html
https://re-alitha.blogspot.com/2012/03/akad-ijarah-akuntansi-syariah.html

Anda mungkin juga menyukai