Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KEPERAWATAN JIWA

Disusun oleh kelompok 3 :

1. AMELIAN CINDI F (18.156.01.11.112)


2. ASRI RIYASHATUL ULYA (18.156.01.11.119)
3. MUTIA NURLINA (18.156.01.11.130)
4. SYAMSUL MA’ARIEF (18.156.01.11.145)

2D KEPERAWATAN

STIKes MEDISTRA INDONESIA

TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah
tepat pada waktunya yang berjudul “KONSEP MODEL SOSIAL KEPERAWATAN JIWA”
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah
ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai
segala usaha kita. Amin.

Penyusun

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i

Daftar Isi ii

BAB I 1

A.Latar Belakang 1

B.Rumusan Masalah 2

C.Tujuan Penulisan 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Model konseptual keperawatan 3

B. Model social keperawatan jiwa 3

C. Faktor faktor perubahan perilaku 4

D. Model terapi 5

E. Model social berdasarkan paradigm keperawatan 6

F. Peran perawat dalam model social keperawatan jiwa 7

G. Peran pasien dalam model social keperawatan jiwa 8

H. Kesehatan jiwa 8

I. Tindakan keperawatan 9

J. Ketentuan umum 13

BAB III PENUTUP 15

Kesimpulan 15

DAFTAR PUSTAKA 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kesehatan merupakan kebutuhan yang esensial dari setiap individu, keluarga,


masyarakat dan juga merupakan perwujudan dari tingkat kesejahteraan suatu masyarakat
atau bangsa. Oleh karena itu, kesehatan mempunyai arti yang strategis dalam
pembangunan dan juga modal dasar dalam pembangunan. Hanya masyarakat yang sehat
memiliki tingkat produktivitas kerja yang tinggi, yakni manusia yang amat dibutuhkan
dalam pembangunan (Zulkarnaen, 1991 dalam Suliswaty, 2004)
Masalah kejiwaan itu begitu luas, kompleks, mengandung banyak misteri dan hal-
hal yang menarik sehingga selalu saja menantang manusia untuk mengadakan study
intensif terhadapnya. Luas dan kompleksitasnya tidak hanya disebabkan oleh tidak
mampunya orang mengkuantifisir gejala-gejala kejiwaan yang misterius itu, akan tetapi
oleh sebab faktor-faktor penyebabnya bersifat multifaktor sehingga gejala-gejalanya juga
bisa didekati dari berbagai macam perspektif. (Videbeck, 2008 dalam Yosef, 2009)
Seiring dengan perubahan jaman, peran perawat kesehatan jiwa mulai muncul pada tahun
1950-an. Weiss (1947) menggambarkan beda perawatan kesehatan jiwa dengan
perawatan umum yaitu adanya terapi sikap. Perawat menggunakan sikap yang baik dalam
menyembuhkan pasien. (Videbeck, 2008 dalam Yosef, 2009)
Dalam mengimplementasikan terapi ini, perawat mendemonstrasikan
penerimaan, pengertian tentang klien, meningkatkan interest dan partisipasi. Pada
realitas, klien diperlakukan secara individual dan unik, jadi sikap perawat harus sesuai
dengan masalah yang dihadapi pasien. (Zulkarnaen, 1991 dalam Suliswaty, 2004).

1
B. RUMUSAN MASAALAH
1. Apa yang dimaksud konseptual keperawatan jiwa?
2. Apa yang dimaksud konsep model social keperawatan jiwa?
3. Apa peran perawat dalam model social dalam keperawatan jiwa?
4. Apa peran pasien dalam model social dalam keperawatan jiwa?
5. Apa yang dimaksud dengan keseahtan jiwa?

C. TUJUAN
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan konseptual keperawatan jiwa
2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan model social keperawatan jiwa
3. Mengetahui peran perawat dalam model social keperawatan jiwa
4. Mengetahui peran pasien dalam model social keperawatan jiwa
5. Mengetahui apa yang dimaksud dengan kesehatan jiwa
6. Mengetahui ketentuan umum dalam uu kesehatan jiwa

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. MODEL KONSEPTUAL KEPERAWATAN


Perawatan kesehatan jiwa adalah proses berhubungan yang meningkatkan dan
mempertahankan perilaku yang akan menyokong integritas fungsi. Yang dimaksud klien
meliputi individu, kelompok, keluarga, organisasi atau masyarakat. (Zulkarnaen, 1991
dalam Suliswaty, 2004).
Menurut American Nurses Association (ANA) divisi perawatan kesehatan jiwa,
mendefinisikan perawatan kesehatan jiwa sebagai area khusus dalam praktek
keperawatan yang menggunakan ilmu perilaku manusia dan diri sendiri secara terapeutik
untuk meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan jiwa klien dan
meningkatkan kesehatan mental masyarakat dimana klien berada. (Brockopp, 1999 dalam
Potter, 2009).
Model konseptual keperawatan merupakan suatu cara untuk memandang situasi dan
kondisi pekerjaan yang melibatkan perawat di dalamnya. Model konseptual keperawatan
memperlihatkan petunjuk bagi organisasi dimana perawat mendapatkan informasi agar
mereka peka terhadap apa yang terjadi pada suatu saat dengan apa yang terjadi pada suatu
saat juga dan tahu apa yang harus perawat kerjakan (Brockopp, 1999 dalam Potter, 2009).
Model konseptual keperawatan jiwa mengurai situasi yang terjadi dalam situasi
lingkungan atau stresor yang mengakibatkan seseorang individu berupa menciptakan
perubahan yang adaktif dengan menggunakan sumber-sumber yang tersedia. Model
konseptual keperawatan jiwa mencerminkan upaya menolong orang tersebut
mempertahankan keseimbangan melalui mekanisme koping yang positif unutk mengatasi
stresor ini (Videbeck, 2008 : 54 dalam Yosef, 2009)

B. MODEL SOSIAL KEPERAWATAN JIWA

Model ini berfokus pada lingkungan sosial yang mempengaruhi individu dan
pengalaman hidupnya. Pandangan sosial terhadap penyimpangan perilaku, kondisi sosial
bertanggung jawab terhadap penyimpangan perilaku, perilaku yang dianggap normal pada
suatu daerah tertentu mungkin sebagai penyimpangan pada daerah yang lain.

3
Individu yang sudah dilabel/dicap jika tidak dapat menyesuaikan diri dengan norma
lingkungan, maka perilaku tersebut memerlukan perawatan/dirawat.

Menurut Szazz, individu bertanggung jawab terhadap perilakunya. Individu tersebut


harus mampu mengontrol untuk menyesuaikan perilakunya dengan yang diharapkan
masyarakatnya.

Kaplan, meyakini bahwa situasi sosial dapat mencetuskan gangguan jiwa. Oleh
karena itu, konsep pencegahan primer, sekunder dan tersier sangat penting. Situasi yang
dapat menjadi pencetus:

a. Kemiskinan, situasi keuangan tidak stabil, pendidikan tidak adekuat.


b. Kurang mampu mengatasi stress.
c. Kurang support system.
Situasi tersebut di atas dapat diantisipasi dan dapat dicegah.

Proses terapi:

A. Prevensi primer
B. Kesehatan jiwa masyarakat
C. Crisis intervensi (Zulkarnaen, 1991 dalam Suliswaty, 2004)

C. FAKTOR FAKTOR PERUBAHAN PERILAKU


Di dalam kehidupan sosial masyarakat, individu memiliki beberapa aspek factor
terjadinya ganguan prilaku sosial terhadap individu.
1. Fisik
Kondisi fisik adalah salah satu kondisi tejadinya kehilangan organ tubuh akibat bencana
yang memerlukan pelayanan dalam rangka adaptasi terhadap kondisi fisiknya. Tetapi
disini lingkungan tidak dapat menerima dan memberikan adaptasi yang baik sesuai
dengan keadaan normal sebelumnya. Maka hal ini bisa menyebabkan sesorang tidak mau
bersosialisasi pada masyarakat sekitarnya. Ini merupakan salah satu factor pemicu
terjadinya HDR pada sesorang tersebut.

4
2.      Psikologi
Berbagai masalah psikologi yang dialami masyarakat atau individu seperti
ketakutan, trauma, kecemasan maupun kondisi yang lebih berat di karenakan kondisi
suatu peristiwa atau insiden yang terjadi di lingkungan pada masa lalu.
3.       Sosial
Dimana seseorang akan mengalami keadaan duka dan konflik berkepanjangan
seperti kehilangan keluarga yang di cintai, kehilangan pekerjaan, tempat tinggal dan harta
benda akibat musibah yang melanda. Akibat tidak adanya pelayanan dari berbagai sektor
dapat memicu ketidakpuasan dalam kehidupan sosial.
4.      Budaya
Semakin berkembangnya budaya idealism di dalam masyarakat kita menjadi lebih
mementingkan diri masing – masing, yang seharusnya budaya lebih mementingkan
kebersamaan untuk menciptakan masyarakat yang lebih nyaman. Hal ini lah yang dapat
membuat terjadinya kesenjangan di dalam masyarakat.
5.       Spiritual
Nilai – nilai agama yang terlalu kuat di dalam masyarakat dapat menimbulkan
deskriminasi terhadap agama minoritas. Potensi inilah yang dapat berkembang di
masyarakat terjadinya konflik dan berbagai masalah yang tidak dapat terselesaikan.

D. MODEL TERAPI
Peran perawat dalam memberikan terapi menurut model ini adalah pasien harus
menyampaikan masalah menggunakan sumber yang ada di masyarakat melibatkan teman
sejawat, atasan, keluarga atau suami-istri. Sedangkan terapis berupaya menggali system
sosial klien seperti suasana dirumah, di kantor, di sekolah, di masyarakat atau tempat
kerja. (Anna, 2004).

5
E. MODEL SOSIAL BERDASARKAN PARADIGMA KEPERAWATAN
Paradigma Keperawatan terdiri dari :
1. Manusia
Fungsi seseorang sebagai makhluk holistik yaitu bertindak, berinteraksi dan bereaksi
dengan lingkungan secara keseluruhan. Setiap individu mempunyai kebutuhan dasar
yang sama dan penting. Setiap individu mempunyai harga diri dan martabat. Tujuan
individu adalah untuk tumbuh, sehat, mandiri dan tercapai aktualisasi diri. Setiap
individu mempunyai kemampuan untuk berubah dan keinginan untuk mengejar
tujuan personal.
2. Lingkungan
Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dirinya
dan lingkungan luar, baik keluarga, kelompok, komunitas. Dalam berhubungan
dengan lingkungan, manusia harus mengembangkan strategi koping yang efektif agar
dapat beradaptasi. Hubungan interpersonal yang dikembangkan dapat menghasilkan
perubahan diri individu.
3. Kesehatan
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang menunjukkan salah
satu segi kualitas hidup manusia, oleh karena itu, setiap individu mempunyai hak
untuk memperoleh kesehatan yang sama melalui perawatan yang adekuat.
4. Keperawatan
Dalam keperawatan jiwa, perawat memandang manusia secara holistik dan
menggunakan diri sendiri secara terapeutik. Metodologi dalam keperawatan jiwa
adalah menggunakan diri sendiri secara terapeutik dan interaksinya interpersonal
dengan menyadari diri sendiri, lingkungan, dan interaksinya dengan lingkungan.
Kesadaran ini merupakan dasar untuk perubahan. Klien bertambah sadar akan diri
dan situasinya, sehingga lebih akurat mengidentifikasi kebutuhan dan masalah serta
memilih cara yang sehat untuk mengatasinya.
Untuk mengatasi masalah ini perlu mengetahui adanya permasalahan dalam
keperawatan jiwa seperti masalah psikososial. Masalah psikososial terutama yang
kami buat ini salah satunya masalah kehilangan dan berduka. Kehilangan adalah
suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada,

6
kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan ( limbert dan
lambert, 1985).

F. PERAN PERAWAT DALAM MODEL SOSIAL KEPERAWATAN JIWA

Menurut Weiss (1947) yang dikutip oleh Stuart Sundeen dalam Principles and Practice of
Psychiatric Nursing Care (1998), peran perawat Atitude Therapi, yakni:

1. Mengobservasi perubahan, baik perubahan kecil atau yang menetap yang terjadi
pada klien.
2. Mendemonstrasikan penerimaan.
3. Respek.
4. Memahami klien.
5. Mempromosikan ketertarikan klien dan berpartisipasi dalam interaksi.

Selain itu menurut (Anna, 2004), peran perawat adalah sebagai berikut :
1. Peran perawat kesehatan jiwa adalah dalam pemberian terapi sikap. Perawat
menggunakan sikap yang baik dalam menyembuhkan pasien.
2. Peran perawat kesehatan jiwa adalah dalam pemberian terapi yang dianjurkan adalah
terapi sosial dan pasien tidak dianjurkan untuk dirawat di rumah sakit. Terapis
dianjurkan untuk ke mengunjungi pasien di masyarakat. Dan aktivitas yang
dilakukan adalah penyuluhan terhadap kelompok masyarakat dan konseling
3. Pengkajian yg mempertimbangkan budaya
4. Merancang dan mengimplementasikan rencana tindakan
5. Berperan serta dlm pengelolaan kasus
6. Meningkatkan dan memelihara kesehatan mental, mengatasi pengaruh penyakit
mental - penyuluhan dan konseling
7. Mengelola dan mengkoordinasikan sistem pelayanan yang mengintegrasikan
kebutuhan pasien, keluarga staf dan pembuat kebijakan
8. Memberikan pedoman pelayanan kesehatan

7
G. PERAN PASIEN DALAM MODEL SOSIAL KEPERAWATAN JIWA
Peran pasien adalah mampu mengontrol untuk menyesuaikan perilakunya dengan
yang diharapkan masyarakatnya.
Bekerja samalah dengan terapis dengan menceritakan seluruh masalah yang dialaminya
dan aktif terlibat dalam proses pemulihan. Disini tujuannya yaitu perawat mampu
menganalisa faktor utama yang menyebabkan klien mengalami gangguan jiwa, selain itu
klien juga dapat membina hubungan baik antara perawat sehingga lebih mudah dalam
proses pemulihan.
Menggunakan sistem pendukung sosial. yang dimaksud kan system pendukung sosial
disini adalah selain terapis dalam proses pemulihan juga diharapkan berperannya anggota
keluarga lain yang dapat membantu karena klien akan lebih mudah mengerti tujuan
utama yang diharapkan oleh terapis jika yang menyampaikan adalah orang terdekat klien.
Selain itu dalam proses sosialisasi juga dibutuhkan alat bantu pendukung seperti gambar,
buku cerita sehingga klien lebih mudah untuk mengerti.
Mengubah perilaku sehingga menjadi sehat
Disini klien diharapkan secara bertahap mampu untuk memulihkan prilaku yang kurang
baik menjadi baik, juga klien dapat mengerjakan sesuatu dimulai dari hal yang terkecil
seperti mengurusi mandi sendiri pada setiap hari.

H. KESEHATAN JIWA
Pengertian Kesehatan Jiwa Kesehatan jiwa merupakan suatu bagian yang tidak
terpisahkan dari kesehatan atau bagian integral dan merupakan unsur utama dalam
menunjang terwujudnya kualitas hidup manusia yang utuh. Kesehatan jiwa menurut UU
No 3 tahun 1966 tentang kesehatan jiwa didefinisikan sebagai suatu kondisi yang
memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, dan emosional yang optimal dari
seseorang dan perkembangan itu berjalan secara selaras dengan keadaan orang lain. Pakar
lain mengemukakan bahwa kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi mental yang
sejahtera (mental wellbeing) yang memungkinkah hidup harmonis dan produktif, sebagai
bagian yang utuh dan kualitas hidup seseorang dengan memperhatikan semua segi
kehidupan manusia. Dengan kata lain, kesehatan jiwa bukan sekedar terbebas dari
gangguan jiwa, tetapi merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh semua orang, mempunyai

8
perasaan sehat dan bahagia serta mampu menghadapi tantangan hidup, dapat menerima
orang lain sebagaimana adanya dan mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan
orang lain (Sumiati, dkk, 2009).

I. TINDAKAN KEPERAWATAN

Tindakan keperawatan yang dilakukan oleh perawat CMHN meliputi (Budi, Keliat,skk,
2010):

1. Melakukan pendidikan kesehatan pada kelompok sehat jiwa sesuai dengan usianya.

2. Melakukan pendidikan kesehatan pada kelompok yang berisiko mengalami gangguan


jiwa dan masalah psikososial.

3. Melakukan pendidikan kesehatan pada kelompok pasien dan keluarga yang


mengalami gangguan jiwa.

4. Melakukan TAK dan terapi rehabilitasi pada kelompok pasien gangguan jiwa.

5. Memberikan asuhan keperawatan pada pasien dan keluarga melalui kunjungan rumah
sesuai masalahnya.

6. Mendokumentasikan semua kegiatan.

Pelayanan Kepada Pasien Puskesmas memiliki pelayanan kesehatan jiwa untuk rawat
jalan dan kunjungan ke masyarakat sesuai wilayah kerja puskesmas. Tenaga kesehatan
yang memberikan pelayanan kesehatan jiwa adalah perawat yang telah dilatih CMHN
dan dokter yang telah dilatih kesehatan jiwa yang bekerja secara tim yang disebut tim
kesehatan jiwa puskesmas (Budi, Keliat, dkk, 2012).

Pelayanan keperawatan jiwa komperhensif adalah pelayanan keperawatan jiwa yang


diberikan pada masyarakat pascabencana dan konflik, dengan kondisi masyarakat yang
sangat beragam dalam rentang sehat-sakit yang memerlukan pelayanan keperawatan pada
tingkat pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Pelayanan keperawatan kesehatan jiwa
yang komperhensif mencakup 3 tingkat pencegahan yaitu pencegahan primer, sukender,
dan tersier (Budi, Keliat,dkk, 2012).

9
1. Pencegahan Primer
Fokus pelayanan keperawatan jiwa adlah pada peningkatan kesehatan dan
pencegahan terjadinya gangguan jiwa. Tujuan pelayanan adalah mencegah terjadinya
gangguan jiwa, mempertahankan dan meningkatkan kesehatan jiwa. Target pelayanan
yaitu anggota masyarakat yang belum mengalami gangguan jiwa. Aktivitas pada
pencegahan primer adalah program pendidikan kesehatan, program stimulasi
perkembangan, program sosialisasi kegiatan jiwa, manajemen setres, dan persiapan
menjadi orang tua.

2. Pencegahn Sekunder

Fokus pelayanan keperawatan pada pencegahan sekunder adalah deteksi dini dan
penanganan dengan segera masalah psikososial dan gangguan jiwa. Tujuan pelayanan
adalah menurunkan angka kejadia gangguan jiwa. Target pelayanan adalah anggota
masayrakat yang berisiko/ memperlihatkan tandatanda masalah psikososial dan
gangguan jiwa. Aktivitas yang dilakukan pada pencegahan sekunder seperti
menemukan kasus sedini mungkin dengan cara memperoleh informasi dan berbagai
sumber seperti masyarakat, tim kesehatan lain, dan penemuan langsung, melakukan
penjaringan kasus.

2. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah pelayanan keperawatan yang berfokus pada
peningkatan fungsi dan sosialisasi serta pencegahan kekambuhan pada pasien
gangguan jiwa. Tujuan pelayanan adalah mengurangi kekacauan/ketidakmampuan
akibat gangguan jiwa. Target pelayanan yaitu anggota masyarakat yang mengalami
gangguan jiwa pad tahap pemulihan. Aktivitas yang dilakukan meliputi program
dukungan sosial, program rehabilitasi, program sosialisasi, dan program mencegah
stigma.

10
Pelayanan keperawatan holistik adalah pelayanna menyeluruh pada semua aspek
kehidupan manusia yaitu aspek bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual (Keliat, Budi,
dkk, 2012:4):

1. Aspek (bio-fisik) dikaitkan dengan masalah kesehatan fisik seperti kehilangan


organ tubuh yang dialami anggota masyarakat akibat bencana yang memerlukan
pelayanan dalam rangka adaptasi mereka terhadap kondisi 47 fisiknya. Demikian
pula dengan penyakit fisik lain baik yang akut, kronis maupun terminal yang
memberi dampak pada kesehatan jiwa.

2. Aspek psikologis dikaitkan dengan berbagai masalah psikologis yang dialami


masyarakat seperti ketakutan, trauma, kecemasan maupun kondisi yang lebih
berat yang memerlukan pelayanan agar mereka dapat beradaptasi dengan situasi
tersebut.

3. Aspek sosial dikaitkan dengan kehilangan suami/istri/anak, keluarga dekat,


ehilangan pekerjaan, tempat tinggal, dan harta benda yang memerlukan pelayanan
dari berbagai sektor terkait agar mereka mampu mempertahankan kehidupan
sosial yang memuaskan.

4. Aspek kultural dikaitkan dengan budaya tolong menolong dan kekeluargaan


yang dapat digunakan sebagai sistem pendukung sosial dalam mengatasi berbagai
permasalahan yang ditemukan.

5. Aspek spiritual dikaitakn dengan nilai-nilai keagamaan yang kuat yang dapat
diberdayakan sebagai potensi masyarakat dalam mengatasi berbagai konflik dan
masalah kesehatan yang terjadi.

11
Evaluasi Asuhan Keperawatan Evaluasi dilakukan untuk menilai perkembangan
kemampuan pasien dan keluarga dalam memenuhi kebutuhan dan menyelesaikan
masalah. Kemampuan yang diharapkan adalah (Budi, Keliat, dkk, 2012):

 Pada tingkat individu diharapkan pasien mampu:

a. Melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari sesuai dengan kemampuannya.

b. Membina hubungan dengan orang lain di lingkungannya secara bertahap.

b. Melakukan cara-cara menyelesaikan masalah yang di alami.

 Pada tingkatan keluarga diharapkan keluarga mampu:

a. Membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari pasien hinggan pasien mandigeri.

b. Mengenal tanda dan gejala dini terjadinya gangguan jiwa.

c. Melakukan perawatan pada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa atau
kekambuhan.

d. Mengidentifikasi perilaku pasien yang membutuhkan konsultasi segera.

e. Menggunakan sumber-sumber yang tersedia di masyarakat seperti tetangga, teman


dekat, dan pelayanan kesehatan terdekat. Faktor pemberi pelayanan keperawatan
memiliki hubungan dalam peningkatan kesehatan pasien jiwa. Menurut (Bailey, 2014)
menjelaskan bahwa adanya peningkatan dari pelayanan keperawatan yang diberikan
kepada pasien gangguan jiwa menghasilkan hasil yang baik dan dapat mengantisipasi
kekambuhan pasien.

12
J. KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

1. Kesehatan Jiwa

adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental,
spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat
mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi
untuk komunitasnya.

2. Orang Dengan Masalah Kejiwaan

yang selanjutnya disingkat ODMK adalah orang yang mempunyai masalah fisik,
mental, sosial, pertumbuhan dan perkembangan, dan/atau kualitas hidup sehingga
memiliki risiko mengalami gangguan jiwa.

3. Orang Dengan Gangguan Jiwa

yang selanjutnya disingkat ODGJ adalah orang yang mengalami gangguan dalam
pikiran, perilaku, dan perasaan yang termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala
dan/atau perubahan perilaku yang bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan dan
hambatan dalam menjalankan fungsi orang sebagai manusia.

4. Upaya Kesehatan Jiwa

adalah setiap kegiatan untuk mewujudkan derajat kesehatan jiwa yang optimal
bagi setiap individu, keluarga, dan masyarakat dengan pendekatan promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu, dan
berkesinambungan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat.

13
5. Pemerintah Pusat

yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang


memegang kekuasaan Pemerintahan Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

6. Pemerintah Daerah

adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota dan perangkat daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah. www.peraturan.go.id 2014, No.185 3 7. Menteri
adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan. Pasal
2 Upaya Kesehatan Jiwa berasaskan: a. keadilan; b. perikemanusiaan; c. manfaat; d.
transparansi; e. akuntabilitas; f. komprehensif; g. pelindungan; dan h. nondiskriminasi.

14
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Model sosial merupakan salah satu contoh model yang dapat dikembangkan dan
diaplikasikan dalam tatanan pelayanan keperawatan khususnya keperawatan jiwa.
Fokus model sosial ini adalah lingkungan sosial yang dapat berpengaruh terhadap
individu dan pengalaman hidupnya.

Aplikasi model sosial ini dapat diterapkan pada proses keperawatan jiwa yaitu
pada saat perawat mengkaji pasien dengan gangguan sosial dan saat melakukan
tindakan keperawatan. Dengan mengaplikasikan model sosial ini maka diharapkan
dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan jiwa.

B. SARAN
1. Perawat diharapkan dapat menerapkan model konseptual keperawatan jiwa
khususnya model sosial dalam melakukan asuhan keperawatan jiwa dirumah sakit
maupun dilingkungan masyarakat.
2. Institusi pelayanan keperawatan khususnya rumah sakit maupun puskesmas
diharapkan mampu melayani masyarakat dengan menggunakan model konseptual
sosial kepada masyarakat baik yang mengalami gangguan maupun tidak.
3. Institusi pendidikan keperawatan dapat memberikan pendidikan yang mendalam
mengenai model konseptual khususnya model sosial sehingga ketika turun
kelapangan mahasiswa dan mahasiswi dapat melakukan perawatan yang baik dan
benar.

15
DAFTAR PUSTAKA

Potter, Patricia dkk.2009. Fundamental Keperawatan (Fundamental Of Nursing) Jakarta;


Salemba Medika
Stuart, sundeen. 1998. Buku saku Keperawatan jiwa edisi 3. Jakarta ; EGC
Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan jiwa. Bandung : PT Refika Aditama
Suliswati, Dkk. 2004. Konsep dasar keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta : EGC
Anna, budi. 2004. Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC 
http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/ln/2014/uu18-2014bt.pdf
http://eprints.umm.ac.id/42098/3/jiptummpp-gdl-imeldasulf-49052-3-bab2.pdf

16

Anda mungkin juga menyukai