PROYEK AKHIR
Oleh :
MUHAMMAD IQBAL
1708002020005
0
BAB 1
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Energi angin merupakan salah satu energi yang telah lama digunakan untuk
berbagai kebutuhan akan energi yang salah satunya untuk mendorong perahu layar.
Angin terjadi akibat adanya perbedaan tekanan udara, udara pada tekanan yang lebih
besar akan bergerak ke daerah udara yang bertekanan rendah, pergerakan itulah yang
disebut angin. Angin sejak zaman dulu sudah banyak dimanfaatkan untuk mendorong
kapal yaitu dengan menggunakan layar. Pada saat ini, energi angin banyak
dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik dengan cara mengubah energi kinetik
menjadi energi listrik. Selain itu, angin merupakan salah satu sektor energi terbarukan
yang memiliki potensi dan semakin maju di tahun tahun mendatang karena memiliki
rasio yang tinggi sebagai pemasok kebutuhan energi dunia saat ini. (Grogg, Kira :
2005).
Energi angin merupakan sumber energi terbarukan yang keberadaaanya tidak
akan habis jika dibandingkan dengan bahan bakar fosil dan energi angin yang tersedia
di atmosfer lima kali lebih banyak dari pada konsumsi energi dunia saat ini.
Indonesia yang secara geografis terletak pada jalur kartulistiwa memiliki
potensi angin dengan kecepatan rata-rata 3-5 m/s termasuk tertinggal dalam
memanfaatkan energi angin sebagai sumber energi listrik. Indonesia yang memiliki
garis pantai yang panjang dapat menjadi potensi besar untuk memanfaatkan energi
angin yang ada dan perubahan iklim yang terjadi akibat dari pemanasan global ternyata
meningkatkan potensi angin di Indonesia terutama di daerah-daerah tertentu seperti
Sumatera terutama di Aceh, pantai Selatan Jawa, Nusa Tenggara dan Sulawesi.
Kincir angin adalah sebuah alat yang digerakkan oleh energi angin sehingga
menghasilkan energi gerak atau energi mekanik. Dahulu, kincir angin banyak
ditemukan di negara Belanda, Denmark dan negara-negara eropa lainnya yang pada
saat itu dimanfaatkan untuk menumbuk hasil pertanian, penggilingan gandum dan
irigasi. Sekarang, kincir angin dapat dimanfaatkan sebagai penghasil energi listrik.
3
2.3 Jenis-Jenis Kincir Angin
Jenis-jenis kincir angin dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :
2.3.1 Horizontal Axis Wind Turbine (HAWT) / Turbin Angin Sumbu Horizontal
(TASH)
Turbin Angin Sumbu Horizontal adalah turbin atau kincir angin yang memiliki
poros utama sejajar dengan tanah dan arah poros utama sesuai dengan arah datangnya
angin. Terdiri dari sebuah menara dan sebuah kincir yang dipasang dipuncak menara
kincir. Poros kincir jenis ini dapat berputar 360 derjat terhadap sumbu vertikal untuk
menangkap dan menyesuaikan arah angin.
Kelebihan Kincir Angin Sumbu Horizontal adalah :
1. Mampu mengkonversi energi angin pada kecepatan tinggi.
2. Memiliki faktor keamanan yang baik karena posisi sudut yang berada dipuncak
Menara.
3. Material yang digunakan lebih sedikit.
Kekurangan Kincir Angin Sumbu Horizontal adalah :
1. Biaya pemasangan lebih mahal dibandingkan dengan kincir angin sumbu vertical.
2. Proses pembuatan dan pemasangan kincir angin sumbu horizontal cukup sulit
karena memiliki konstruksi yang tinggi.
3. Rawan apabila dipasang di daerah padat penduduk.
Beberapa jenis kincir angin horizontal yang sudah umum dikenal dan dikembangkan:
Sumber : Youtube
Gambar 2.1 Kincir Angin Sumbu Horizontal
4
2.3.2 Vertical Axis Wind Turbine (VAWT) / Turbin Angin Sumbu Vertikal (TASV)
Turbin Angin Sumbu Vertikal merupakan turbin angin yang didesain untuk
menerima angin dari segala arah dan mampu bekerja pada kecepatan yang rendah.
Selain itu, turbin ini memiliki tingkat efisiensi yang lebih rendah dibandingkan
dengan turbin angin sumbu horizontal. Ada beberapa tipe turbin angin sumbu vertikal
yang sering digunakan, diantaranya adalah Tipe Savonius dan Tipe Darrieus.
a) Turbin Angin Sumbu Vertikal Tipe Savonius ini pertama kali diciptakan oleh
seorang insinyur asal Filandia SJ Savonius pada tahun 1929. Kincir Turbin Angin
Sumbu Vertikal ini adalah jenis turbin yang paling sederhana dan menjadi versi
besar dari anemometer. Tipe Savonius ini dapat berputar karena adanya gaya
dorong dari angin, sehingga rotor tidak akan melebihi kecepatan angin. Jenis
turbin ini cocok untuk aplikasi daya yang rendah dan biasanya digunakan pada
kecepatan angin yang berbeda.
Sumber : Google
Gambar 2.2 Kincir Angin Sumbu Vertikal Tipe Savonius
b) Turbin Angin Sumbu Vertikal Tipe Darrieus ini pertama kali diciptakan oleh
seorang insinyur Perancis George Jeans Maria Darrieus yang dipatenkan pada
tahun 1931. 2 bentuk dari turbin darrieus ini diantaranya “ Eggbeater / Curved
Bladed “ dan “ Straightbladed “ Turbin Angin Sumbu Vertikal. Kincir angin
Darrieus mempunyai bilah sudu yang disusun dalam posisi simetri dengan sudu
5
bilah yang diatur relatif terhadap poros. Dengan pengaturan tersebut, cukup efektif
untuk menangkap berbagai arah angin. Kincir angin Darrieus bergerak dengan
memanfaatkan gaya angkat yang terjadi ketika angin bertiup. Bilah sudu turbin
Darrieus bergerak berputar menggelilingi sumbu
Sumber : Google
Sumber : Youtube
Gambar 2.4 Kincir Angin Sumbu Vertikal
6
Kelebihan Kincir Angin Sumbu Vertikal yaitu :
1. Dapat dibangun pada lokasi yang relatif padat penduduk.
2. Tidak membutuhkan struktur menara yang tinggi.
3. Pemasangan dekat dengan tanah mempermudah menjaga bagian yang bergerak.
4. Kincir angin jenis ini tidak harus diubah posisinya jika arah angin berubah.
Kekurangan Kincir Angin Sumbu Vertikal yaitu :
1. Sebagian besar jenis Kincir Angin Sumbu Vertikal mempunyai torsi awal yang
rendah dan membutuhkan energi untuk mulai berputar.
2. Turbin Angin Sumbu Vertikal tidak mengambil keuntungan dari angin yang melaju
lebih kencang di elevasi yang lebih tinggi.
3. Sebagian besar Turbin Angin Sumbu Vertikal memproduksi energi hanya 50% dari
efisiensi Turbin Angin Sumbu Horizontal karena dragtambahan yang dimilikinya
saat kincir berputar.
EK = 1/2 . m . v2
Dimana :
m : massa udara (kg)
v : kecepatan angin (m/s)
Pin = 1/2 ρ A v3
7
Dimana :
Pin : daya yang tersedia pada angin (Watt)
A : luas penampang sudut (m2)
ρ : massa jenis udara (kg/m3)
v : kecepatan angin (m/s)
2.4.3 Torsi
Torsi (T) adalah hasil perkalian besarnya gaya pembebanan (F) dengan
panjang lengan torsinya (τ ) sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut :
T=Fτ
Dimana :
T : torsi (N.m)
F : gaya pembebanan (N)
τ : panjang lengan torsi (m)
8
BAB III
METODE PENELITIAN
10
Tabel 3.3 Spesifikasi Plat Rata Yang Digunakan
11
Gambar 3.5 Diagram proses perancangan alat
12
agar dapat dipergunakan untuk pembuatan proyek akhir ini. Hal tersebut dilakukan
untuk membandingkan putaran pada drum minyak dan plat rata, maka yang diharapkan
supaya perbandingannya saling berdekatan atau sama .
13