Anda di halaman 1dari 10

Pengaruh Arus Masuk Penduduk Terhadap Perluasan Pemukiman di Kecamatan Banjarmasin Tengah..........................................

(Tiara)

PENGARUH ARUS MASUK PENDUDUK TERHADAP EKSPANSI


PEMUKIMAN DI KECAMATAN BANJARMASIN TENGAH
(The Effect of Population Inflows on Expansion Settlement in Central Banjarmasin District)

Deane Monica Tiara


Departemen Geografi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia
Departemen Geografi FMIPA UI Gedung H, Kampus UI Depok
Email: Deane.Monica@ui.ac.id

ABSTRAK

Kota berfungsi sebagai pusat kegiatan ekonomi yang dapat mengundang penduduk dari daerah lain
maupun pedesaan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di kota, pada umumnya kota selalu
dipandang sebagai pusat kegitaan ekonomi, pusat pemerintahan, dan sebagainya. Salah satunya seperti yang
terjadi pada kecamatan Banjarmasin Tengah dimana kecamatan ini merupakan pusat perekonomian dan
pemerintahan kota Banjarmasin. Selain itu, kecamatan ini merupakan kecamatan dengan jumlah pendatang
yang terbesar sehingga mengakibatkan adanya aktivitas manusia yang semakin meningkat setiap tahunnya.
Aktivitas manusia mengakibatkan perluasan bangunan dimana hal itu dapat terlihat dari perubahan pola
penggunaan lahan yang semakin didominasi oleh lahan terbangun. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan
panduan ilmiah tentang persebaran pola spasial kerapatan lahan terbangun di Kecamatan Banjarmasin
Tengah. Teknologi penginderaan jauh yang digunakan adalah citra Landsat-5 dan Landsat-8 yang dimodifikasi
dengan NDBI dan Unsupervised sehingga hasilnya dapat menunjukkan persebaran lahan terbangun dan pola
penggunaan tanah pada Kecamatan Banjarmasin Tengah

Kata kunci: Lahan terbangun, Kecamatan Banjarmasin Tengah, Landsat , NDBI, unsupervised

ABSTRACT
The city function as a center of economic activity that can invite residents from other regions and villages
to get a more decent life in the city, in general, the city is always seen as the center of economic activity, the
center of government, etc. One of them is what happened in the district of Central Banjarmasin where this
sub-district is the center of the economy and government of the city of Banjarmasin. In addition, this sub-
district is the largest sub-district with a number of migrants, resulting in increasing human activities every
year. Human activities have resulted in building expansion where it can be seen from changes in land use
patterns that are increasingly dominated by built land. This study aims to provide scientific guidance on the
distribution of spatial patterns in the density of land constructed in Central Banjarmasin District. The remote
sensing technology used is Landsat-5 and Landsat-8 images that are modified with NDBI and Unsupervised
so that the results can show the spread of built land and land use patterns in the District of Central Banjarmasin

Keywords: Land Building, Center Banjarmasin District, Landsar, NDBI, unsupervised

PENDAHULUAN
Kota merupakan tempat bermukim penduduk serta menjadi tempat penyedia pelayanan umum
(Sinulingga, 2005). Charles Colby (dalam Yunus, 2000) mengemukakan bahwa dari waktu ke waktu
kota berkembang secara dinamis dan demikian juga pola penggunaan lahannya. Kemudahan sistem
di bidang informasi, komunikasi dan transportasi mendorong pergerakan masyarakat untuk
melakukan perpindahan ke wilayah perkotaan sehingga memperbesar arus masuk penduduk di
perkotaan. Tingkat pertumbuhan penduduk dapat menambah beban berat bagi kota salah satunya
perubahan pola penggunaan lahan yang tidak sesuai sehingga mengakibatkan banyak kerugian bagi
kota itu sendiri. Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat menimbulkan berbagai macam
permasalahan yang mengiringinya (Nasution, 2012). Kota mempunyai fungsi sebagai pusat
pemerintahan, kegiatan ekonomi, wisata dan wahana peningkatan kualitas hidup. Besarnya peluang
untuk meningkatkan kualitas hidup, menjadikan kawasan perkotaan semakin padat oleh masyarakat
dari wilayah pinggiran kota maupun masyarakat dari desa yang mencoba peruntungan di kota.
Perkembangan pembangunan didaerah perkotaan ini memicu perubahan penggunaan lahan yang
semakin menjadi setiap tahunnya sehingga seringkali menimpulkan dampak yang merugikan

333
Seminar Nasional Geomatika 2018: Penggunaan dan Pengembangan Produk Informasi Geospasial Mendukung Daya Saing Nasional

manusia itu sendiri. Penelitian ini mengambil lokasi di Kota Banjarmasin Tengah dengan tujuan untuk
mengetahui persebaran wilayah lahan terbangun dan pola penggunaan lahannya. Dengan
diadakannya penelitian ini peneliti berharap dapat menjelaskan tentang persebaran wilayah
terbangun berdasarkan pola penggunaan lahannya serta dapat menjelaskan faktor-faktor
pendukung terjadinya ekspansi wilayah terbangun di Kota Banjarmasin Tengah. Penelitian ini juga
dilakukan guna menjawab pertanyaan penelitian yaitu: Bagaimana variasi atau pola arus masuk
penduduk pada setiap kelurahan dan bagaimana pengaruh arus masuk penduduk terhadap
perluasan?

METODE
Wilayah Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah Kecamatan Banjarmasin Tengah, Kota Banjarmasin secara
geografis terletak antara 3°16’46’’ sampai dengan 3°22’54’’ lintang selatan dan 114°31’40’’ sampai
dengan 114°39’55’’ bujur timur dengan memusatkan perhatian pada dua belas kelurahan yang ada
pada kecamatan tersebut yaitu (Gambar 1): Kelurahan Teluk Dalam; Kelurahan Mawar; Kelurahan
Kertak Baru Ilir; Kelurahan Kertak Baru Ulu; Kelurahan Pasar Lama; Kelurahan Seberang Mesjid;
Kelurahan Melayu; Kelurahan Gadang; Kelurahan Pekapuran Laut; Kelurahan Sungai Baru;
Kelurahan Kelayan Luar; dan Kelurahan Antasan Besar. Luas total Kecamatan Banjarmasin Tengah
sebesar 11,66 km2 dengan jumlah penduduk sebanyak 95.206 orang (BPS, 2016). Sebagai ibu kota
Provinsi Kalimantan Selatan tentunya kecamatan Banjarmasin Tengah memilki daya tarik tersendiri
sehingga mengakibatkan kenaikan arus masuk penduduk yang berpengaruh terhadap perluasan
area pemukiman.

Gambar 1. Peta administrasi Kecamatan Banjarmasin Tengah.

Data dan Analisis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data primer dan jenis data skunder.
Jenis data skunder merupakan jenis data yang didapatkan secara tidak langsung dari lapangan. Data
ini dapat bersumber dari instansi atau organisasi atau lembaga terkait (Lihat Tabel 1). Data primer
merupakan data yang diambil langsung ke lapangan oleh peneliti. Adapun data primer yang
digunakan untuk penelitian ini adalah perkembangan pemukiman, faktor pendorong dan penarik,
serta dampak terhadap lingkungan. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara metode
wawancara dan observasi wilayah penelitian. Melalui uraian dalam kerangka fikir ini, peneliti dapat
334
Pengaruh Arus Masuk Penduduk Terhadap Perluasan Pemukiman di Kecamatan Banjarmasin Tengah..........................................(Tiara)

menjelaskan secara komperhensif variabel-variabel apa saja yang dibutuhkan dan akan diteliti
sehingga dapat dijelaskan hasil yang akan didapat. Berikut adalah alur pikir yang akan dijelaskan
untuk menyelesaikan pertanyaan penelitian (Gambar 2).

Tabel 1. Data penelitian sekunder.


Variable Data Metode Keterangan
Kependudukan - Jumlah penduduk BPS (Banjarmasin dalam angka) Temporal
- Jumlah masuk penduduk
- Angka kenaikan penduduk
Penggunaan Lahan - Persebaran lahan terbangun Shp/citra permukiman Landsat 5 tahun 2007
- Pola penggunaan lahan dan Landsat 8 tahun
2017

Gambar 2. Alur pikir.

Menurut Febriana.L, Normelani.E, Hastuti.K.P tahun dalam Jurnal Pendidikan Geografi tahun
2016, Banjarmasin Tengah dikenal memilki jumlah penduduk tertinggi dari tahun 2009 sampai tahun
2013 diantara kecamatan lainnya di kota Banjarmasin. Dari jumlah penduduk dapat dilihat distribusi
dan jumlah masuk penduduk per kecamatan sehingga melalui data tersebut dapat diperoleh arus
masuk penduduk per kelurahan yang ada di Kecamatan Banjarmasin Tengah. Selanjutnya untuk
mengetahui persebaran wilayah lahan terbangun dan pola penggunaan lahannya menggunakan
data Citra Landsat tahun 2007 dan 2017 yang selanjutnya diolah menggunakan dua metode, yang
pertama menggunakan metode NDBI (Normalized Differenced Built-up Index) untuk memperoleh
diperoleh klasifikasi kerapatan bangunan dan dilanjutkan menggunakan metode Unsupervised untuk
menganalisis pola penggunaan lahan. Pengolahan data dengan menggunakan metode NDBI dan
Unsupervised secara umum menggunakan perangkat lunak ENVI 5.1 dan ArcGIS 10.3 untuk
pembuatan layout peta.
Perluasan pemukiman dapat dilihat dari perubahan pola penggunaan lahannya yang dilihat
secara temporal. Menggunakan metode ini perubahan pola penggunaan lahan dapat tampak secara
signifikan sehingga apabila ada perluasan pemukiman di suatu wilayah akan terlihat dengan jelas.
Setelah mendapatkan data dari perubahan pola penggunaan lahan, klasifikasi bangunan, dan data
arus masuk penduduk, selanjutnya pengolahan data dengan menggunakan teknik SIG overlay dan
analisis secara deskriprif untuk menjawab pertayaan penelitian yang ada.
335
Seminar Nasional Geomatika 2018: Penggunaan dan Pengembangan Produk Informasi Geospasial Mendukung Daya Saing Nasional

HASIL DAN PEMBAHASAN


Klasifikasi NDBI

NDBI (Normalized Difference Built-up Index) atau indeks lahan terbangun merupakan suatu
algoritma untuk menunjukkan kerapatan lahan terbangun/bare soil. NDBI sangat sensitif terhadap
lahan terbangun atau lahan terbuka. Algoritma ini dipilih karena merupakan transformasi yang paling
sering digunakan untuk mengkaji indeks lahan terbangun (Hasanlou, 2015). Formula NDBI dapat
dilihat pada Persamaan 1 berikut:

NDBI = (NIR-SWIR)/(NIR+SWIR).................................................................................(1)

Berikut adalah model persamaan NDBI dengan menggunakan data Landsat-5 (Persamaan 2) dan
Landsat-8 (Persamaan 3):

NDBI = (b5-b4)/(b5+b4)..............................................................................................(2)
NDBI = (b6-b5)/(b6+b5)..............................................................................................(3)

Dimana:
NIR = Near Infrared
SWIR = Shortwave Infrared
B4 = Red
B5 = NIR
B6 = SWIR-1

Klasifikasi NDBI dibagi menjadi empat klasifikasi berdasarkan kerapatan bangunan/pemukiman


(Lihat Tabel 2.). Data yang diperlukan untuk melihat perbandingan secara temporal yaitu citra
landsat tahun 2007 dan 2017 dimana hasil dari pengolahan NDBI (Normalized Difference Built-up
Index) adalah Gambar 3 berikut.

Tabel 2. Klasifikasi NDBI.


Kelas Kerapatan
Kelas 1 Non Bangunan
Kelas 2 Kerapatan Bangunan Rendah
Kelas 3 Kerapatan bangunan Sedang
Kelas 4 Kerapatan Bangunan Tinggi
Sumber: Haeriah et al. (2017)

NDBI secara umum hanya bisa memetakan daerah perkotaan, misalnya kawasan industri,
komersial, dan hunian perkotaan yang tidak mungkin dipisahkan. Berikut merupakan hasil kawasan
terbangun di Kota Banjarmasin pada tahun 2007 dan 2017 dengan menggunakan Citra Landsat – 5
dan Citra Landsat 8 OLI/TIRS. Jika dilihat berdasarkan kedua peta diatas dapat dilihat bahwa
perubahan kerapatan yang signifikan terjadi di Kecamatan Banjarmasin Tengah dimana pada tahun
2007 masih terdapat banyak vegetasi tetapi pada tahun 2017 vegetasi mulai jarang ditemui dan
digantikan dengan lahan terbangun.

336
Pengaruh Arus Masuk Penduduk Terhadap Perluasan Pemukiman di Kecamatan Banjarmasin Tengah..........................................(Tiara)

Gambar 3. Peta persebaran bangunan Kecamatan Banjarmasin Tengah.

Klasifikasi Unsupervised

Teknik klasifikasi Unsupervised dengan algoritma ISODATA disesuaikan dengan sumber


informasi terbatas tentang penggunaan lahan/tutupan lahan dari daerah sekitarnya sesuai dengan
rentan waktu yang sama. Beberapa gambar dari Google Earth juga digunakan untuk memvalidasi
hasil klasifikasi. Lima kelas umum yang ditentukan menggunakan metode ini antara lain: vegetasi,
badan air, lahan terbangun, tutupan awan, dan awan. Peta penggunaan tanah diolah dengan
menggunakan metode Unsupervised. Adapun penelitian ini dilakukan pada 2 tahun yang berbeda
yaitu tahun 2007 dan 2017. Penelitian ini dilakukan dengan menyesuaikan keadaan citra dengan
keadaan sekitar dan bantuan gambar satelit dari Google Earth untuk memvalidasi hasil klasifikasi.
Dalam hal ini klasifikasi dibagi menajadi lima sebagaimana disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Klasifikasi Unsupervised.


Kelas Jenis Penggunaan Lahan
1 Vegetasi
2 Badan Air
3 Lahan Terbangun / Pemukiman
4 Tutupan Awan
5 Awan

Untuk membuat peta penggunaan tanah, salah satu metode yang digunakan yaitu dengan
menggunakan metode Unsupervised. Dimana dalam pengolahannya data dapat menggunakan citra
dari landsat yang kemudian dianalisis dengan menggunakan aplikasi penginderaan jauh serta
metode Unsupervised. Tahun 2007 kenampakan alam tidak terlalu terlihat atau analisis terbatas
karena banyaknya awan dan tutupan awan disekitarnya, berbeda dengan tahun 2017 dimana
kenampakan alam terlihat cukup jelas karena citra bersih atau tidak terlalu tertutup awan. Berikut
ini adalah peta penggunaan tanah yang dibuat menggunakan metode unsupervised (Gambar 4).

337
Seminar Nasional Geomatika 2018: Penggunaan dan Pengembangan Produk Informasi Geospasial Mendukung Daya Saing Nasional

Gambar 4. Peta penggunaan tanah dengan metode unsupervised Kecamatan Banjarmasin Tengah.

Berdasarkan peta diatas dapat dilihat bahwa perubahan penggunaan tanah terjadi secara
signfikan pada rentan waktu 10 tahun. Pada tahun 2007 vegetasi masih mendominasi wilayah
Kecamatan Banjarmasin Tengah tetapi pada tahun 2017 pemukiman mendominasi dan menjadikan
lahan kosong atau vegetasi menjadi berkurang. Pada tahun 2007 vegetasi tersebar secara merata
baik di wilayah pinggiran kota maupun di daerah aliran sungai (DAS) berbeda dengan tahun 2017
dimana vegetasi hanya terdapat di pusat kota atau di daerah aliran sungai (DAS) dan hampir seluruh
wilayah di pinggiran kota dijadikan sebagai wilayah pemukiman.

Arus masuk Penduduk

Penduduk adalah semua orang yang berdomisili suatu wilayah selama enam bulan atau lebih
dan atau mereka yang berdomisili kurang dari enam bulan tetapi bertujuan menetap (Afdholy,
2017). Pada suatu wilayah pasti terjadi adanya perubahan penduduk baik itu peningkatan maupun
penurunannya. Pertumbuhan Penduduk dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan populasi
sewaktu-waktu, dan bisa dihitung sebagai perubahan dalam jumlah individu dalam sebuah populasi
memakai “per waktu unit” untuk pengukuran. Sebutan pertumbuhan penduduk merujuk pada semua
spesies, tapi selalu mengarah pada manusia, dan sering dipakai secara informal untuk sebutan
demografi nilai pertumbuhan penduduk, dan dipakai untuk merujuk pada pertumbuhan penduduk
dunia. Pertumbuhan penduduk diakibatkan oleh tiga komponen yaitu: fertilitas, mortalitas, dan
migrasi/urbanisasi. Gambar 5, Gambar 6, Gambar 7, dan Gambar 8 menyajikan data arus
masuk keluar penduduk di Kecamatan Banjarmasin Tengah.

Gambar 5. Diagram batang penduduk masuk kecamatan Banjarmasin Tengah tahun 2016.

338
Pengaruh Arus Masuk Penduduk Terhadap Perluasan Pemukiman di Kecamatan Banjarmasin Tengah..........................................(Tiara)

Gambar 6. Diagram batang penduduk keluar kecamatan Banjarmasin Tengah tahun 2016.

Gambar 7. Diagram batang penduduk masuk kecamatan Banjarmasin Tengah tahun 2017.

Gambar 8 Diagram batang penduduk keluar kecamatan Banjarmasin Tengah tahun 2017.

Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa arus masuk penduduk yang paling besar terjadi
pada bulan Desember tahun 2016 yaitu sebesar 137 orang, dan arus keluar penduduk paling besar
terjadi pada bulan Mei tahun 2017 yaitu sebesar 224 orang. Adapun faktor yang mendorong
besarnya arus masuk dan keluar salah satunya yaitu faktor ekonomi, dimana berdasarkan hasil
survei menyebutkan bahwa besar keluar masuknya penduduk ke kecamatan Banjarmasin Tengah
karena Kecamatan Banjarmasin Tengah merupakan pusat ekonomi dan pemerintahan di Kalimantan
Selatan sehingga kenaikan jumlah penduduk seringkali terjadi di Kecamatan Banjarmasin Tengah.

Perubahan Penggunaan Lahan

Proses penggunaan lahan yang dilakukan manusia dari waktu ke waktu terus mengalami
perubahan seiring dengan perkembangan peradaban dan kebutuhan manusia. Semakin tinggi
kebutuhan manusia akan semakin tinggi terhadap kebutuhan lahan. Perubahan yang terjadi pada

339
Seminar Nasional Geomatika 2018: Penggunaan dan Pengembangan Produk Informasi Geospasial Mendukung Daya Saing Nasional

lingkungan sosial budaya masyarakat akan menimbulkan tekanan penduduk terhadap kebutuhan
akan lahan. proses perubahan dari penggunaan lahan sebelumnya ke penggunaan lain yang dapat
bersifat permanen maupun sementara dan merupakan konsekuensi logis dari adanya pertumbuhan
dan transformasi perubahan struktur sosial ekonomi masyarakat yang sedang berkembang baik
untuk tujuan komersial maupun industri. Tentunya penggunaan tanah di Kecamatan Banjarmasin
Tengah mengalami perubahan setiap tahunnya seperti peta dibawah ini yang menunjukkan
penggunaan tanah di Kecamatan Banjarmasin Tengah pada tahun 2017 (Lihat Gambar 9.)

Gambar 9. Peta penggunaan tanah kecamatan Banjarmasin Tengah 2017.

Penggunaan lahan pada Kecamatan Banjarmasin Tengah mengalami perubahan yang besar
salah satunya pada wilayah lahan terbuka dan vegetasi, saat ini lahan banyak dimanfaatkan untuk
pemukiman dan perekonomian manusia. Daerah bantaran sungai yang dahulu banyak terdapat
vegetasi sekarang lebih didominasi oleh pemukiman warga sehingga lahan terbuka dan vegetasi
jarang ditemui pada wilayah ini

Hubungan Arus Masuk Penduduk Terhadap Perluasan Pemukiman

Arus masuk penduduk dapat ditentukan berdasarkan lokasi sebuah kelurahan atau wilayahnya,
dimana jumlah penduduk pada Kelurahan yang dekat dengan jalan utama dan sungai akan berbeda
dengan jumlah penduduk yang berada jauh dari jalan utama dan sungai. Pada dasarnya sungai di
provinsi Kalimantan Selatan merupakan pusat ekonomi dan mata pencaharian utama masyarakat
didalamnya oleh karena itu kota Banjarmasin seringkali disebut sebagai kota seribu sungai
dikarenakan aktivitas masyarakatnya banyak bergantung dan dilakukan di sungai. Hal itu dapat
terlihat dari peta persebaran penduduk yang dapat menunjukkan pengaruh sungai terhadap jumlah
penduduk di Kecamatan Banjarmasin Tengah (Lihat Gambar 10.)

Gambar 10. Peta persebaran penduduk kecamatan Banjarmasin Tengah.

340
Pengaruh Arus Masuk Penduduk Terhadap Perluasan Pemukiman di Kecamatan Banjarmasin Tengah..........................................(Tiara)

Di kecamatan Banjarmasin Tengah sungai yang dijadikan sebagai sumber kehidupan adalah
sungai Martapura yang melewati 10 Kelurahan didalamnya dimana 2 keluarahan lainnya terletak
agak jauh dari sungai Martapura sehingga tidak terlihat kelonjakan penduduk yang signifikan pada
2 kelurahan tersebut. Karena fungsinya yang merupakan pusat aktivitas masyarakat otomatis arus
masuk pada kelurahan-kelurahan tersebut menjadi besar sehingga mengakibatkan adanya lonjakan
kenaikan jumlah penduduk didalamya. Adapun ke 10 kelurahan tersebut adalah kelurahan Teluk
Dalam, Mawar, Antasan Besar, Pasar Lama, Seberang Masjid, Melayu, Gadang, Sungai Baru,
Pekapuran Laut, Kalayan Luar. Arus masuk dan jumlah penduduk yang semakin bertambah ini
memberikan dampak yang ekstrim terhadap perluasan pemukiman di 8 kelurahan yang terletak
pada jalan utama dan sungai tersebut seperti kelurahan Teluk Dalam, Antasan Besar, Pasar Lama,
Seberang Masjid, Melayu, Gadang, Pekapuran Laut, Kalayan Luar .Tetapi tidak semua kelurahan
didalamnya mengalami perluasan yang ekstrim ada 2 kelurahan seperti Kertak Baru Ulu dan Kertak
Baru Ilir yang tidak mengalami perluasan pemukiman yang tidak terlalu besar walaupun lokasinya
dekat dengan jalan utama dan sungai Martapura. Jumlah penduduk dan perluasan pemukiman juga
dapat berdampak pada kesejahteraan masyrakat di dalamnya, hal itu dapat ditujukkan dengan peta
perluasan pemukiman berikut ini (Gambar11).

Gambar 11. Peta persebaran penduduk kecamatan banjarmasin tengah.

Lokasi kelurahan yang berada didekat jalan utama dan sungai juga berpengaruh terhadap
kesejahteraan masyarakat di dalamnya. Sungai Martapura berada di pusat kota Banjarmasin
sehingga jenis pekerjaan yang dijalani masyrakat lebih beragam (Heterogen) berbeda dengan
kelurahan yang terdapat di pinggir pusat kota dimana masyrakatnya memiliki jenis pekerjaan yang
lebih sedikit keragamannya (Homogen) sehingga berpengaruh terhadap kualitas hidup dan
kesejahteraan masyarakat didalamnya. Kelurahan yang berada jauh dari pusat kota dan sungai
Martapura cenderung lebih kumuh dan termasuk kedalam pemukiman tidak teratur.

KESIMPULAN
Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, dapat diberikan kesimpulan bahwa arus
masuk penduduk paling besar terjadi pada tahun 2016. Besarnya arus masuk penduduk
mempengaruhi jumlah penduduk dan aktivitas manusia di kecamatan Banjarmasin Tengah sehingga
dapat disimpulkan bahwa arus masuk penduduk mempengaruhi perluasan pemukiman. Perluasan
pemukiman tersebut dapat dilihat berdasarkan besarnya indeks bangunan dan berkurangnya indeks
vegetasi pada Kecamatan Banjarmasin Tengah, penggunaan lahan di wilayah tersebut kini
didominasi oleh lahan terbangun atau pemukiman. Kelurahan yang mengalami perluasan paling
tinggi memiliki karakteristik seperti dilalui oleh jalan utama dan dekat dengan sungai. Penambahan
perluasan pemukiman selalu diikuti dengan pertambahan penduduk sehingga perubahan tersebut
akan terjadi setiap tahunnya tergantung pada jumlah penduduk yang semakin bertambah setiap
tahunnya.

341
Seminar Nasional Geomatika 2018: Penggunaan dan Pengembangan Produk Informasi Geospasial Mendukung Daya Saing Nasional

UCAPAN TERIMA KASIH


Dalam penulisan jurnal ini penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua yang
selalu mendoakan dan mendukung penulis. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada Bapak Hafid
Setiadi., S.Si., M.T. selaku pembimbing akademik penulis. Tidak lupa penulis ucapkan terimakasih
kepada Muhamad Ersan Ricardo dan temen-teman penulis yang senantiasa memberikan dukungan
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan jurnal ini.

DAFTAR PUSTAKA
Afdholy, A.R., (2017). Tipomorfologi Permukiman Tepian Sungai Martapura Kota Banjarmasin. Program Pasca
Sarjana Arsitektur Lingkungan Binaan-Universitas Brawijaya.
Alamin, R., Adyatma, S., Deasy, A. (2015). Faktor yang Mempengaruhi Mobilitas Ulang Alik Penduduk
Kecamatan Tamban Menuju Kota Banjarmasin. JPG (Jurnal Pendidikan Geografi), 2(1), 1-12.
BPS. (2007). Kecamatan Banjarmasin Tengah dalam Angka . BPS Banjarmasin Tengah. Banjarmasin.
Kalimantan Selatan
BPS. (2017). Kecamatan Banjarmasin Tengah dalam Angka . BPS Banjarmasin Tengah. Banjarmasin.
Kalimantan Selatan.
Febriana, L., Normelani, E., Hastuti, K. P. (2016). Identifikasi Kondisi Sosial Ekonomi Penduduk di Kelurahan
Kelayan Luar Kecamatan Banjarmasin Tengah. JPG (Jurnal Pendidikan Geografi), 3(2), 42-50.
Haeriah, S., Nugraha, L.A., Sudarsono, B.(2017). Klasifikasi NDBI. Departemen Teknik Geodesi Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro.
KECAPIL. (2017). Kantor Kependudukan dan Pencatatan Sipil. 2018. KECAPIL Banjarmasin. Banjarmasin.
Tjiptoherijanto, P. (1999).Urbanisasi dan pengembangan kota di Indonesia. Populasi, 10(2), 57-72.
Sinulingga, Budi D. (2005). Pembangunan Kota Tinjauan Regional dan Lokal. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
USGS. (2017). Landsat 8 Pre-Collection Quality Assessment Band. USGS, U.S. Cited in
https://landsat.usgs.gov/qualityband. [18 Maret 2018]
Yunus, Hadi Sabari, 2000. Struktur Tata Ruang Kota, Penerbit Pustaka Pelajar Offset, Yogyakarta

342

Anda mungkin juga menyukai