Mata Kuliah
08123437549
ok_coi@yahoo.com
solusi17.heri@gmail.com
TOPIK
Topik pada karya ilmiah adalah hal paling dasar yang harus ditentukan terlebih dahulu. Beberapa hal
yang harus diperhatikan dalam menentukan topik, yaitu :
Pemilihan topik perlu memperhatikan pokok masalah yang ada, kemudian dijabarkan menjadi dua
kalimat agar memiliki sifat keterbatasan, contoh-contoh topik:
TEMA
Tema merupakan suatu gagasan pokok atau ide pikiran tentang suatu hal yang menjadi pondasi
sebuah tulisan. Tulisan pasti mempunyai sebuah tema, karena dalam sebuah penulisan dianjurkan harus
memikirkan tema apa yang akan dibuat. Pembaca sebuah tulisan tema merupakan hal utama yang dilihat. Jika
1. Masalah
Penelitian yang baik dan bermanfaat dimulai dari adanya suatu masalah. Jika masalahnya tidak ada
atau belum ditemukan berarti penelitian kita hanya “kepo” (pengin tahu), hampir sebagian besar skripsi,
tesis atau pun disertasi, dalam bab pendahuluannya membahas tentang masalah, pembatasan masalah
dan perumusan masalah. Ketika kita memahami bahwa masalah adalah sebagai kesenjangan negatif
antara apa yang seharusnya terjadi dengan apa yang kenyataanya terjadi, maka penelitian senantiasa baru
bisa dilakukan apabila ada satu fenomena negatif.
Misal: diharapkan dengan menggunakan system informasi akademik maka kinerja karyawan
perguruan tinggi meningkat, namun kenyataannya kinerja justru menurun, maka terjadi
fenomena negative dan itulah masalah penelitian kita.
Masalah (problem) didefinisikan sebagai suatu pernyataan tentang keadaan yang belum sesuai dengan
yang diharapkan. Bisa jadi kata yang digunakan untuk menggambarkan suatu keadaan yang bersumber
dari hubungan antara dua faktor atau lebih yang menghasilkan situasi yang membingungkan.
Jeffey Liker, masalah merupakan sebuah peluang untuk menuju kehidupan yang lebih baik. Lawan dari
masalah adalah peluang.
Richard Carson, pengertian masalah adalah tempat terbaik untuk melatih diri sehingga hati menjadi
lebih terbuka. Masalah merupakan bagian penting yang harus ada dalam kehidupan kita.
Istijanto, masalah adalah bagian terpenting dalam suatu proses riset, karena masalah dapat
menghadirkan petunjuk berupa jenis informasi yang nantinya akan sangat kita butuhkan.
Symtom merupakan gejala-gejala logis yang dialami, sebagai ilustrasi sebagai berikut:
1. Proses bagaimana dokter mengetahui penderita penyakit virus Corona atau Covid-19 (Virus yang
menyerang sistem pernapasan manusia, Virus ini masih berhubungan dengan penyebab SARS dan MERS.
Virus ini disebarkan oleh hewan dan mampu menjangkit dari satu spesies ke spesies lainnya, termasuk
manusia. Diketahui virus Corona berasal dari Kota Wuhan di China dan muncul pada Desember 2019)
Dokter akan menanyakan apakah pasien susah bernafas, apakah suka batuk-batuk, apakah selera
makannya menurun, apakah tidurnya nyenyak, dan apakah demam. Intinya, dokter ingin mengetahui
gejala-gejala negatif yang dialami atau dirasakan oleh pasiennya. Semua yang dialami, dirasakan oleh
pasien dinamakan symptom.
Langkah awal, dokter melakukan pemeriksaan kecil untuk mengetahui penyebab terjadinya symptom
tersebut. Dokter minta pasiennya berbaring, diperiksa denyut jantungnya, diperiksa matanya, diperiksa
lidah dan tenggorokannya, diukur suhu tubuhnya, dan lain sebagainya.
Langkah ini dokter telah melakukan penelitian guna menemukan Problem yang ada dalam diri pasien
yang diperoleh dari data hasil pemeriksaan (observasi lapangan). Ketika dokter belum yakin penyakit
(masalah) apa yang diderita oleh pasiennya, dia melanjutkan penelitiannya dengan bantuan orang lain.
Umumnya dokter meminta agar pasiennya melakukan pemeriksaan lainnya, misalnya pemeriksaan darah,
radiologi, atau aspek lainnya melalui berbagai alat, mis CT Scan, MRI, dan lain sebagainya. Proses terakhir
ini juga merupakan satu tahap penelitian yang disebut sebagai proses pencarian data. Setelah data
berhasil diperoleh, lalu dokter menganalisisnya guna menemukan masalah (penyakit) yang
sesungguhnya.
Maknanya bawah simptom adalah gejala-gejala negatif yang terjadi dalam diri seseorang, kelompok,
organisasi, atau entitas-entitas lainnya yang memerlukan solusi, sedangkan masalah adalah
penyebab terjadinya symptom, dalam contoh diatas adalah Covid-19.
Problemnya akan kita ketahui ketika kita melakukan observasi, melihat langsung IPK
mahasiswa, wawancara dengan mahasiswa, menanyakan gejala-gelaja itu mengapa terjadi ?
Diagnosa awal bahwa mahasiswa sibuk dimalam hari, sibuknya mahasiswa dimalam hari diamati,
ternyata mahasiswa bermain game on-line. Maka masalah sesungguhnya adalah bermain game on-
line secara berlebihan.
Problem dapat diidentifikasi melalui observasi kepada karyawan, dosen, mahasiswa, top management,
dan stake holder lainnya.
Pertanyaan kepada karyawan bisa dimulai dengan bagaimanakah aktifitas sebelum menggunakan
system informasi, bagaimanakah SOP yang diterapkan, bagaimana keseriusan pimpinan, bagaimana
dukungan top manajemen, bagaimana pelatihan, training, dan implementasinya.
a. Aktifitas sebelum menggunakan system informasi adalah dengan cara manual, dan itu lebih
mudah dibandingkan dengan menggunakan system baru.
b. SOP penggunaan system informasi masih tumpang tindih tanggung jawab
c. Pimpinan menyerahkan sepenuhnya kepada kapala bagian untuk mengawal keberlanjutan
system
d. Pimpinan jarang menggunakan, hardware dicukupi, sarana pendukung dicukupi, ketika ada
masalah diberikan kepada kepala bagian.
e. Pelatihan, training, dan implementasi system berjalan sesuai standart dikti.
Dari jawaban karyawan, maka problemnya adalah:
c. dan memungkinkan adanya ketakutan bergesernya tanggung jawab, serta pergantian jabatan.
Karena problemnya adalah di tingkatan key user (top management, manager, kepala bagian, kepala
devisi) maka penelitian bisa mengambil judul, “Pengaruh dukungan manajemen puncak, budaya
organisasi, dan jenjang karier pada kinerja karyawan perguruan tinggi (studi kasus pada
implementasi system informasi akademik)
Dan kurang pas ketika masalah yang diangkat adalah masalah kualitas system / produk,
kualitas penggunaan, kepuasan penggunaan system, pelatihan dan traning.
Karena : Observasi awal menyebutkan Kualitas system, kualitas informasi, dan kualitas pelayanan
yang disediakan oleh system sesuai kebutuhan, biaya yang besar, dan sosialisasi sudah dilakukan.
Dengan demikian proses penentuan masalah penelitian bukanlah hal yang mudah. Misalnya, seorang
manajer telah berupaya meningkatkan produktivitas dengan cara memperbesar upah perpotong
produk yang dihasilkan, namun upaya tersebut kurang berhasil. Apa yang terjadi tersebut walau
sudah menunjukan adanya masalah, namun bukan merupakan masalah yang sesungguhnya,
melainkan baru merupakan “symptom” (tanda-tanda sesuatu sedang dalam kondisi buruk).
Tugas manajer selanjutnya adalah menemukan masalah yaitu faktor-faktor yang diperhitungkan
sebagai penyebab munculnya simptom tadi. Caranya adalah dengan mengumpulkan berbagai macam
informasi atau data yang berkaitan langsung dengan simptom. Setelah data terkumpul maka tugas
manajer berikutnya adalah menganalisis data. Dari hasil analisis tersebut, manajer dapat mengetahui
penyebab terjadinya simptom, atau dengan kata lain, manajer telah menemukan masalah. Ketika
masalahnya telah ditemukan maka akan lebih mudah manajer tadi mengurangi atau melenyapkan
simptom yang dihadapi organisasinya.
Hubungan simptom dan masalah dapat dianalogikan seperti "gunung es" . Yang tampak di
permukaan laut adalah simptom, sedangkan masalahnya ada di dalam laut - tidak kelihatan. Tugas
peneliti adalah menyelam ke dalam laut untuk dapat menemukan masalah.
Untuk menemukan masalah penelitiannya, peneliti melakukan satu upaya yaitu studi literatur.
Hasilnya sebagai berikut : Seringkali yang dijadikan alasan mengapa wanita tidak atau sangat sedikit
menduduki jabatan puncak, adalah karena baru sekarang mereka masuk ke jenjang manajerial.
Artinya belum waktunya wanita sampai di puncak karier. Namun banyak wanita yang sekarang
menduduki tingkat manajerial menengah merasa bahwa paling tidak ada dua unsur penghambat
kemajuan karier wanita, yaitu : stereotype peran jender dan kekurangan akses informasi penting yang
dimiliki wanita (Crosby, 1985; Welch, 1980).
Stereotype peran jender, atau stereotype peran berdasarkan jenis kelamin adalah keyakinan
masyarakat bahwa laki-laki lebih cocok menduduki posisi pemimpin yang harus memiliki kekuasaan
dan wewenang, sedangkan wanita lebih cocok menjadi pengasuh dan mempunyai peran membantu
orang lain. Hal ini cocok dengan pandangan “a glass ceiling effect” (Morrison, White, Van Velsor,
1987). Satu hambatan yang tidak kentara, yang mencegah wanita untuk maju menduduki tingkat
manajerial puncak (Eagly, 1989; Kahn & Crosby, 1985). Kepercayaan atau keyakinan ini
mempengaruhi posisi yang akan diberikan kepada setiap anggota organisasi. Laki-laki yang cakap
diberi posisi lini dan dikembangkan untuk mengambil tanggungjawab posisi eksekutif, dan wanita
yang cakap diberikan posisi staf dan “dead-end-jobs”.
Wanita juga seringkali dijauhkan dari jaringan kerja para “old-boys”, karena alasan jenis kelaminnya.
Pertukaran informasi, strategi pengembangan karier, akses pada sumber-sumber daya penting, dan
beberapa informasi penting untuk mobilitas ke atas, tidak diperoleh para pekerja wanita.
Berdasarkan studi literatur, peneliti telah berhasil menemukan penyebab terjadinya simptom, yaitu
stereo peran jender dan akses informasi penting. Tugas peneliti bukannya fokus hanya mencari
data tentang simptom melainkan yang lebih utama dan terpenting adalah mencari data tentang stereo
peran jender dan akses informasi penting yang dimiliki pegawai perempuan.
Ada beberapa tempat yang dapat dijadikan sebagai sumber masalah. Pertama adalah dari teori.
Seperti yang dikemukakan oleh Kerlinger (1973) : “Teori adalah seperangkat konstruk atau konsep,
definisi, dan proposisi yang saling berkaitan satu sama lain, yang mampu mewakili pandangan yang
sistematik tentang suatu gejala (phenomena) dengan cara menspesifikasikan hubungan antar
Sumber lainnya adalah pengalaman praktis yang dimiliki oleh pihak-pihak yang kesehariannya
berada dalam lingkungan yang sering menghadapi fenomena seperti yang ingin dipelajari oleh
peneliti. Seorang sales manager yang berpengalaman seringkali memahami mengapa seorang
salesman gagal mencapai target penjualan. Seorang montir yang berpengalaman seringkali
mengetahui mengapa mobil sering mogok. Demikian pula seorang dokter yang berpengalaman,
berdasarkan simptom yang diutarakan oleh pasiennya, dia segera tahu apa penyakit pasiennya
#Contoh 2:
Kepatuhan petani pada Sambong A (pengatur air irigasi) dalam menerima jatah pengairan, dan hasil
pertanian di Desa Purwosari. Berdasarkan pengamatan diperoleh data, bahwa apa yang di sampaikan
Sambong dituruti oleh petani, musyawarah berjalan dengan baik, Sambong memberi solusi, dan
mempunyai ide-ide cemerlang dalam mengatasi kebutuhan air, petani saling membantu dalam
menggarap sawah (bergiliran menanam, merawat bersama, dan kompak).
#Contoh 3:
Tradisi orang jawa dalam memilih calon pendamping dengan memperhatikan bibit, bebet , dan bobot
untuk generasi millennial.
Masyarakat Jawa, ada satu pesan filosofi (wasiat) dari para orang tua kepada anak-cucunya terkait
kunci dalam mencari jodoh atau pasangan hidup. Apabila seseorang ingin menikah maka dari target
calon pasangannya itu ia harus melihat bibit, bebet dan bobot-nya terlebih dahulu. Menurut para
orang tua (sesepuh) Jawa zaman dulu, filosofi “bibit, bebet dan bobot” merupakan salah satu rahasia
kesuksesan orang Jawa kala itu dalam membina rumah tangga. Sebuah rumah tangga yang dilandasi
dengan memperhatikan “bibit, bebet dan bobot” sang calon pasangan sebelum melaju ke jenjang
pernikahan, diyakini akan menjadikan sebuah hubungan “dalam konteks berumah tangga” nantinya
menjadi lebih langgeng, sakinah, mawadah, warohmah dan penuh kebahagiaan.
“Bibit” secara harafiah berarti rupa, asal-usul atau keturunan. Maksudnya dalam mencari jodoh
idaman Anda sebaiknya cari tahu dulu berasal dari keluarga seperti apa calon pasangan (pacar) Anda
itu. Apakah dari keluarga baik-baik ataukah tidak? Nah, Anda mesti bisa pintar-pintar mencari tahu
bagaimana latar belakang orang tua dan keluarga besar calon pasangan Anda tanpa membuatnya
merasa tersinggung. Hal ini tentu bertujuan positif, di samping menghindari modus penipuan yang
berkedok pernikahan, juga agar kelak setelah berumah tangga Anda tidak menyesal. Kecuali bila
Anda bersama orang tua (keluarga besar Anda) dan pihak calon pasangan Anda memang sudah bisa
saling menerima, atau mungkin bahkan sudah saling mengenal.
“Bobot” maksudnya kualitas individu sang calon pasangan dalam arti yang luas. Secara umum
meliputi aspek paras atau wajah, body atau postur tubuh (dedek piadek), latarbelakang pendidikan,
akhlak dan agama. Bisa pula dimaknai seberapa sukseskah sang calon pasangan dalam makan garam
kehidupan. Bagaimana wataknya, bagaimana kelakuannya sehari-hari khususnya di lingkungan,
kecerdasan serta jenjang pendidikan yang pernah diselesaikannya. Kini seiring materialisme yang
melanda masyarakat, poinnya pun berkembang menjadi bagaimana kedudukan dan pangkatnya,
kekayaan dan pendapatannya, dan gaya hidupnya.
Itulah tiga pesan wasiat dalam mencari jodoh yang pernah penulis dapatkan dari para sesepuh atau
orang tua Jawa. Nah, mau dijalankan atau tidak, mau setuju atau tidak, mau percaya atau tidak, itu
terserah Anda masing-masing. Toh yang akan menjalin hubungan adalah Anda sendiri.
Pengaruh bibit, bebet, dan bobot pada kepuasan menikah (studi kasus lulusan
pendidikan strata-2)
Pengaruh bibit, bebet, dan bobot pada Keputusan bercerai (studi kasus
tingginya perceraian di Ponorogo)
#Contoh 4:
#Contoh 5:
Pengaruh Hedonisme, Budaya Latah, dan life style pada Kebangkrutan tempat
kuliner di Ponorogo
#Contoh 6:
Perilaku masyarakat Ponorogo dalam aktifitas Ngopi, “sudah pada ngopi blum… kok diem-diem
wae… !, ngopi bukan sekedar minum menghilangkan haus, ngopi bukan sekedar sensasi, ngopi
bukan asal, ngopi untuk inspirasi, ada kopi ada solusi, ada janji diantara kopi, makna kopi di pagi
hari, hidup sepi tanpa kopi, hitamnya kopi tidak membuat hitamnya hati, minumlah kopi pahit agar
kamu kuat menghadapi pahitnya hidup, pasangan hidup serasi adalah kopi, ada kopi ada nyali, ngopi
dulu biar tahu diri, kopi setia pada pahitnya seperti kamu setia pada janji, Ngopi lebih penting dari
Ngobral janji, Ngobrol tanpa kopi seperti kerja tanpa gaji, dan mengamati kopi tiada habisnya, karena
kopi tidak cukup untuk diteliti tapi di sruput sampai habis.
Kebiasasaan ngopi di warung angkringan dilakukan oleh berbagai kalangan (pelajar, pejabat,
mahasiswa, pengangguran, pebisnis, pengusaha, dll). Ngopi sak cingkir nongkrong rong jam (Ngopi
satu cingkir duduknya dua jam).
Kesesuaian atau kecocokan dengan teman ngopi merupakan daya Tarik tersendiri untuk selalu
berkunjung ke tempat ngopi langganannya “ada yang kurang di hari ini jika tidak ngopi bareng
dengan teman di pagi ini” begitu kental dan dekatnya ikatan emosional pertemanan konco ngopi.
Hilangnya kasta (jabatan, kekayaan, dan rupa) ketika di warung, tradisi mbayari (mentraktir) tidak
mengenal siapa yang kaya, tetapi siapa yang dulu selesai, setiap orang merasa bangga ketika bisa
mbayari temannya, mbayari selalu berganti dan tidak pernah mengingat-ingat habis berapa, sehingga
tidak membawa uangpun berani ke warung “bayarono sik yo” (bayari dulu ya) bukan diartikan
hutang, tapi hal biasa dan lumprah.
Solidaritas pertemanan (perkoncoan) biasanya tulus dan awet, selalu ditanyakan ketika tidak hadir
“mengapa dan ada apa”, ketika ada halangan, konco siap membantu tanpa pamrih.
Store atmospire, sense experience, service quality, pada keputusan beli ulang
Kopi di warung
#Contoh 7:
Perubahan perilaku pasca menjadi TKI, berdasarkan pengamatan perilaku TKI pasca dari luar negeri
berubah menjadi lebih modis, gaya hidup juga berubah, cara mendidik anak juga berubah, pola hidup
juga berubah. Perubahan pola hidup tidak dibarengi dengan pendapatan yang stabil menjadikan
habisnya hasil bekerja di LN. Persoalan pemanfaatan hasil bekerja di LN juga kurang optimal,
ditandai dengan banyaknya TKI yang kembali lagi LN ketika hasil bekerja yang lalu habis.
Permasalahan pengelolaan hasil kerja yang berdampak pada perselisihan keluarga, perceraian,
perselingkuhan, dan kurang harmonisnya keluarga. Contoh: kasus perobohan rumah bernilai
600.000.000 karena tidak ada titik temu antara suami yang bekerja di LN dengan istrinya yang
bekerja di rumah (viral pengkol ponorogo, 2020)
Pengaruh wabah virus corona terhadap perekonomian pedagang sayur dari Magetan yang memasok
sayur di pasar Songgolangit.
TUGAS:
CARILAH SEBUAH:
TOPIK, TEMA, JUDUL, DAN MASALAH mendasarkan dari observasi riil dilapangan.
Nilai tugas akan di konversikan ke dalam nilai UTS
Terima kasih
Jaga kesehatan, patuhi pemerintah soal covid-19
Semangat belajar dalam keterbatasan
Tulisan diatas adalah draf buku saya yang belum jadi, tolong tidak udah di share, cetak,
ataupun di publish. Makasih