Anda di halaman 1dari 18

BAHAN DISKUSI

Mata Kuliah

Metodologi Penelitian Akuntansi


Universitas Muhammadiyah Ponorogo

MENELITI UNTUK INSPIRASI


Dr. Heri Wijayanto, ST., MM., M.Kom

08123437549

ok_coi@yahoo.com

solusi17.heri@gmail.com

Solusi 17 Metopen Heri Wijayanto


1
01 TOPIK, TEMA dan Judul

TOPIK

Topik pada karya ilmiah adalah hal paling dasar yang harus ditentukan terlebih dahulu. Beberapa hal
yang harus diperhatikan dalam menentukan topik, yaitu :

1. Sesuai dengan bidang ilmu yang kita tekuni


2. Menarik, Fenomenal, lagi trend, lagi viral, dan unik.
3. Problematik, harus dapat menyelesaikan suatu permasalahan, baik yang diperkirakan akan menjadi
masalah ataupun sudah menjadi masalah. Masalah tidaklah selalu negatif, bisa jadi masalah bersifat
positif.
4. Mengandung pengetahuan dasar, karena topik bersifat mendasar.
5. Memperhatikan proses pengumpulan data (bisa atau tidak, lama atau tidak, memerlukan biaya besar
atau tidak, dan beresiko atau tidak).
6. Bermanfaat (diri sendiri, orang lain, dan berkontribusi pada organisasi)

Pemilihan topik perlu memperhatikan pokok masalah yang ada, kemudian dijabarkan menjadi dua
kalimat agar memiliki sifat keterbatasan, contoh-contoh topik:

1. Ekonomi : Ekonomi hijau / ekonomi digital / ekonomi mikro


2. Kepemimpinan : Gaya Kepemimpinan / Kepemimpinan
Transaksional / kepemimpinan Transformasional
3. Pemasaran : Strategi Pemasaran
4. Budaya : Budaya organisasi / Budaya organisasional
5. Sistem : Sistem Informasi / Sistem Operasional
6. Kemiskinan : Dampak kemiskinan / Indek kemiskinan

7. TKI : TKI berdaya / keuangan TKI / TKI terampil


8. Perilaku : Perilaku konsumen
9. Digital : e-wom / Jual-beli on-line / e-market

TEMA
Tema merupakan suatu gagasan pokok atau ide pikiran tentang suatu hal yang menjadi pondasi
sebuah tulisan. Tulisan pasti mempunyai sebuah tema, karena dalam sebuah penulisan dianjurkan harus
memikirkan tema apa yang akan dibuat. Pembaca sebuah tulisan tema merupakan hal utama yang dilihat. Jika

Solusi 17 Metopen Heri Wijayanto


2
temanya menarik, maka akan memberikan nilai lebih pada tulisan tersebut. Pada karya sastra tema adalah
gagasan (makna) dasar umum yang menopang sebuah karya sastra sebagai struktur semantis dan bersifat
abstrak yang secara berulang-ulang dimunculkan lewat motif-motif dan biasanya dilakukan secara implisit
(Nurgiyantoro & Burhan, 2015).
Tema bisa berupa persoalan moral, etika, agama, sosial budaya, teknologi, tradisi, ekonomi, politik, dll
yang terkait erat dengan masalah kehidupan. Tema juga bisa berupa pandangan pengarang, ide, atau
keinginan pengarang dalam menyiasati persoalan yang muncul (Fananie & Zainuddin, 2000). Tema penelitian
merupakan pokok masalah atau pokok pikiran yang dikemukakan ke dalam sebuah penelitian.
Tema adalah topik yang sudah bertujuan. Sederhananya, tema adalah topik yang sudah diberikan kata
operasional (mengandung pe-an), contoh:
1. Perkembangan ekonomi digital
2. Percerminan gaya kepemimpinan
3. Pengembangan strategi pemasaran
4. Perubahan budaya organisasi
5. Perencanaan system informasi
6. Perkembangan indek kemiskinan
7. Pemberdayaan TKI / Pengelolaan keuangan TKI / Peningkatan ketrampilan TKI
8. Perubahan perilaku konsumen
9. Pemanfaatan situs on-line

STRATEGI MEMILIH TEMA


Memilih tema bukanlah sesuatu yang mudah, sehingga perlu keseriusan, perenungan, dan
pengembaraan pikiran untuk mencari ide. Pemilihan tema yang bagus dimulai dari :

1. Masalah
Penelitian yang baik dan bermanfaat dimulai dari adanya suatu masalah. Jika masalahnya tidak ada
atau belum ditemukan berarti penelitian kita hanya “kepo” (pengin tahu), hampir sebagian besar skripsi,
tesis atau pun disertasi, dalam bab pendahuluannya membahas tentang masalah, pembatasan masalah
dan perumusan masalah. Ketika kita memahami bahwa masalah adalah sebagai kesenjangan negatif
antara apa yang seharusnya terjadi dengan apa yang kenyataanya terjadi, maka penelitian senantiasa baru
bisa dilakukan apabila ada satu fenomena negatif.
Misal: diharapkan dengan menggunakan system informasi akademik maka kinerja karyawan
perguruan tinggi meningkat, namun kenyataannya kinerja justru menurun, maka terjadi
fenomena negative dan itulah masalah penelitian kita.

Masalah (problem) didefinisikan sebagai suatu pernyataan tentang keadaan yang belum sesuai dengan
yang diharapkan. Bisa jadi kata yang digunakan untuk menggambarkan suatu keadaan yang bersumber
dari hubungan antara dua faktor atau lebih yang menghasilkan situasi yang membingungkan.

Jeffey Liker, masalah merupakan sebuah peluang untuk menuju kehidupan yang lebih baik. Lawan dari
masalah adalah peluang.

Richard Carson, pengertian masalah adalah tempat terbaik untuk melatih diri sehingga hati menjadi
lebih terbuka. Masalah merupakan bagian penting yang harus ada dalam kehidupan kita.

Istijanto, masalah adalah bagian terpenting dalam suatu proses riset, karena masalah dapat
menghadirkan petunjuk berupa jenis informasi yang nantinya akan sangat kita butuhkan.

Solusi 17 Metopen Heri Wijayanto


3
JANGAN TERJEBAK
Symptom bukan Problem
Problem harus ditemukan, tetapi jangan terjebak symptom.

Symtom merupakan gejala-gejala logis yang dialami, sebagai ilustrasi sebagai berikut:
1. Proses bagaimana dokter mengetahui penderita penyakit virus Corona atau Covid-19 (Virus yang
menyerang sistem pernapasan manusia, Virus ini masih berhubungan dengan penyebab SARS dan MERS.
Virus ini disebarkan oleh hewan dan mampu menjangkit dari satu spesies ke spesies lainnya, termasuk
manusia. Diketahui virus Corona berasal dari Kota Wuhan di China dan muncul pada Desember 2019)

Gejala Virus Corona


Infeksi virus Corona atau COVID-19 bisa menyebabkan penderitanya mengalami gejala flu, seperti demam,
pilek, batuk, sakit tenggorokan, dan sakit kepala; atau gejala penyakit infeksi pernapasan berat, seperti
demam tinggi, batuk berdahak bahkan berdarah, sesak napas, dan nyeri dada. Namun, secara umum ada 3
gejala umum yang bisa menandakan seseorang terinfeksi virus Corona, yaitu:
 Demam (suhu tubuh di atas 38 derajat Celcius)
 Batuk
 Sesak napas
Menurut penelitian, gejala COVID-19 muncul dalam waktu 2 hari sampai 2 minggu setelah terpapar virus
Corona.

Dokter akan menanyakan apakah pasien susah bernafas, apakah suka batuk-batuk, apakah selera
makannya menurun, apakah tidurnya nyenyak, dan apakah demam. Intinya, dokter ingin mengetahui
gejala-gejala negatif yang dialami atau dirasakan oleh pasiennya. Semua yang dialami, dirasakan oleh
pasien dinamakan symptom.

Langkah awal, dokter melakukan pemeriksaan kecil untuk mengetahui penyebab terjadinya symptom
tersebut. Dokter minta pasiennya berbaring, diperiksa denyut jantungnya, diperiksa matanya, diperiksa
lidah dan tenggorokannya, diukur suhu tubuhnya, dan lain sebagainya.

Langkah ini dokter telah melakukan penelitian guna menemukan Problem yang ada dalam diri pasien
yang diperoleh dari data hasil pemeriksaan (observasi lapangan). Ketika dokter belum yakin penyakit
(masalah) apa yang diderita oleh pasiennya, dia melanjutkan penelitiannya dengan bantuan orang lain.
Umumnya dokter meminta agar pasiennya melakukan pemeriksaan lainnya, misalnya pemeriksaan darah,
radiologi, atau aspek lainnya melalui berbagai alat, mis CT Scan, MRI, dan lain sebagainya. Proses terakhir
ini juga merupakan satu tahap penelitian yang disebut sebagai proses pencarian data. Setelah data
berhasil diperoleh, lalu dokter menganalisisnya guna menemukan masalah (penyakit) yang
sesungguhnya.

Maknanya bawah simptom adalah gejala-gejala negatif yang terjadi dalam diri seseorang, kelompok,
organisasi, atau entitas-entitas lainnya yang memerlukan solusi, sedangkan masalah adalah
penyebab terjadinya symptom, dalam contoh diatas adalah Covid-19.

Solusi 17 Metopen Heri Wijayanto


4
2. Mahasiswa malas belajar, presensi kehadiran rendah, indek prestasi mahasiswa menurun, dan
prestasi non akademis menurun, semua itu adalah symptom bukan Problem.

Problemnya akan kita ketahui ketika kita melakukan observasi, melihat langsung IPK
mahasiswa, wawancara dengan mahasiswa, menanyakan gejala-gelaja itu mengapa terjadi ?

Misalnya hasil wawancara diperoleh data sementara:

a. Mengapa mahasiswa malas belajar, jawabnya Ngantuk


b. Mengapa sering tidak masuk kuliah, jawabnya Bangun Kesiangan
c. Mengapa IP menurun dari semester sebelumnya, jawabnya terlambat mengumpulkan tugas.
d. Mengapa tidak aktif lagi ke kegiatan kemahasiswaan, jawabnya tidak ada waktu.

Diagnosa awal bahwa mahasiswa sibuk dimalam hari, sibuknya mahasiswa dimalam hari diamati,
ternyata mahasiswa bermain game on-line. Maka masalah sesungguhnya adalah bermain game on-
line secara berlebihan.

3. Undang-undang perguruan tinggi mensyaratkan penerapan system infomasi berbasis IT untuk


menunjang tri dharma perguruan tinggi. Namun demikian pada perguruan tinggi tertentu ditemukan
karyawan jarang menggunakan, penggunaan system sebatas mandatory, intensitas penggunaan
system informasi oleh dosen rendah, tingkat kerusakan tinggi, dan capaian kerja tidak meningkat. Hal
ini tidak sebanding dengan kualitas system, kualitas informasi, dan kualitas pelayanan yang
disediakan oleh system yang sudah sesuai dengan kebutuhan, biaya yang besar, dan sosialisasi sudah
dilakukan. Perilaku karyawan perguruan tinggi tersebut adalah symptom.

Problem dapat diidentifikasi melalui observasi kepada karyawan, dosen, mahasiswa, top management,
dan stake holder lainnya.

Pertanyaan kepada karyawan bisa dimulai dengan bagaimanakah aktifitas sebelum menggunakan
system informasi, bagaimanakah SOP yang diterapkan, bagaimana keseriusan pimpinan, bagaimana
dukungan top manajemen, bagaimana pelatihan, training, dan implementasinya.

Misal Jawaban karyawan adalah sebagai berikut:

a. Aktifitas sebelum menggunakan system informasi adalah dengan cara manual, dan itu lebih
mudah dibandingkan dengan menggunakan system baru.
b. SOP penggunaan system informasi masih tumpang tindih tanggung jawab
c. Pimpinan menyerahkan sepenuhnya kepada kapala bagian untuk mengawal keberlanjutan
system
d. Pimpinan jarang menggunakan, hardware dicukupi, sarana pendukung dicukupi, ketika ada
masalah diberikan kepada kepala bagian.
e. Pelatihan, training, dan implementasi system berjalan sesuai standart dikti.
Dari jawaban karyawan, maka problemnya adalah:

Solusi 17 Metopen Heri Wijayanto


5
a. Dukungan top manajemen belum optimal (pemahaman tentang investasi dibidang IT yang
berbeda dengan investasi dengan infrastruktur yang lain),

b. Budaya organisasi tidak mau berubah ke system berbasis IT,

c. dan memungkinkan adanya ketakutan bergesernya tanggung jawab, serta pergantian jabatan.

Karena problemnya adalah di tingkatan key user (top management, manager, kepala bagian, kepala
devisi) maka penelitian bisa mengambil judul, “Pengaruh dukungan manajemen puncak, budaya
organisasi, dan jenjang karier pada kinerja karyawan perguruan tinggi (studi kasus pada
implementasi system informasi akademik)

Dan kurang pas ketika masalah yang diangkat adalah masalah kualitas system / produk,
kualitas penggunaan, kepuasan penggunaan system, pelatihan dan traning.

Karena : Observasi awal menyebutkan Kualitas system, kualitas informasi, dan kualitas pelayanan
yang disediakan oleh system sesuai kebutuhan, biaya yang besar, dan sosialisasi sudah dilakukan.

4. Produktivitas karyawan menurun, tingkat absensi bertambah, volume penjualan menurun,


pengangguran bertambah, semua contoh tersebut adalah symptom, bukan masalah. Umumnya
masalah tidak tampak dipermukaan, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian yang seksama.

Dengan demikian proses penentuan masalah penelitian bukanlah hal yang mudah. Misalnya, seorang
manajer telah berupaya meningkatkan produktivitas dengan cara memperbesar upah perpotong
produk yang dihasilkan, namun upaya tersebut kurang berhasil. Apa yang terjadi tersebut walau
sudah menunjukan adanya masalah, namun bukan merupakan masalah yang sesungguhnya,
melainkan baru merupakan “symptom” (tanda-tanda sesuatu sedang dalam kondisi buruk).

Tugas manajer selanjutnya adalah menemukan masalah yaitu faktor-faktor yang diperhitungkan
sebagai penyebab munculnya simptom tadi. Caranya adalah dengan mengumpulkan berbagai macam
informasi atau data yang berkaitan langsung dengan simptom. Setelah data terkumpul maka tugas
manajer berikutnya adalah menganalisis data. Dari hasil analisis tersebut, manajer dapat mengetahui
penyebab terjadinya simptom, atau dengan kata lain, manajer telah menemukan masalah. Ketika
masalahnya telah ditemukan maka akan lebih mudah manajer tadi mengurangi atau melenyapkan
simptom yang dihadapi organisasinya.

Hubungan simptom dan masalah dapat dianalogikan seperti "gunung es" . Yang tampak di
permukaan laut adalah simptom, sedangkan masalahnya ada di dalam laut - tidak kelihatan. Tugas
peneliti adalah menyelam ke dalam laut untuk dapat menemukan masalah.

Solusi 17 Metopen Heri Wijayanto


6
Apa yang seharusnya diteliti?
Contoh ini diambil dari buku Uma Sekaran 2003. Simptom: Walaupun telah terjadi perubahan
yang dramatis dalam hal jumlah manajer wanita dalam dekade sekarang, namun jumlah
wanita yang menduduki jabatan manajerial puncak ternyata sangat sedikit. Penelitian ini
merupakan upaya untuk mengidentifikasi faktor-faktor organisasional yang merintangi wanita
menduduki jabatan manajerial puncak.

Untuk menemukan masalah penelitiannya, peneliti melakukan satu upaya yaitu studi literatur.
Hasilnya sebagai berikut : Seringkali yang dijadikan alasan mengapa wanita tidak atau sangat sedikit
menduduki jabatan puncak, adalah karena baru sekarang mereka masuk ke jenjang manajerial.
Artinya belum waktunya wanita sampai di puncak karier. Namun banyak wanita yang sekarang
menduduki tingkat manajerial menengah merasa bahwa paling tidak ada dua unsur penghambat
kemajuan karier wanita, yaitu : stereotype peran jender dan kekurangan akses informasi penting yang
dimiliki wanita (Crosby, 1985; Welch, 1980).

Stereotype peran jender, atau stereotype peran berdasarkan jenis kelamin adalah keyakinan
masyarakat bahwa laki-laki lebih cocok menduduki posisi pemimpin yang harus memiliki kekuasaan
dan wewenang, sedangkan wanita lebih cocok menjadi pengasuh dan mempunyai peran membantu
orang lain. Hal ini cocok dengan pandangan “a glass ceiling effect” (Morrison, White, Van Velsor,
1987). Satu hambatan yang tidak kentara, yang mencegah wanita untuk maju menduduki tingkat
manajerial puncak (Eagly, 1989; Kahn & Crosby, 1985). Kepercayaan atau keyakinan ini
mempengaruhi posisi yang akan diberikan kepada setiap anggota organisasi. Laki-laki yang cakap
diberi posisi lini dan dikembangkan untuk mengambil tanggungjawab posisi eksekutif, dan wanita
yang cakap diberikan posisi staf dan “dead-end-jobs”.

Wanita juga seringkali dijauhkan dari jaringan kerja para “old-boys”, karena alasan jenis kelaminnya.
Pertukaran informasi, strategi pengembangan karier, akses pada sumber-sumber daya penting, dan
beberapa informasi penting untuk mobilitas ke atas, tidak diperoleh para pekerja wanita.

Berdasarkan studi literatur, peneliti telah berhasil menemukan penyebab terjadinya simptom, yaitu
stereo peran jender dan akses informasi penting. Tugas peneliti bukannya fokus hanya mencari
data tentang simptom melainkan yang lebih utama dan terpenting adalah mencari data tentang stereo
peran jender dan akses informasi penting yang dimiliki pegawai perempuan.

TUGAS PENELITI ADALAH MENEMUKAN DAN MEMBAHAS


MASALAH, BUKAN MENEMUKAN SYMPTOM

Sumber informasi masalah


Kadang kita bertanya pada diri kita sendiri: ”Di mana saya bisa menemukan masalah dari fenomena
yang akan saya teliti?”

Ada beberapa tempat yang dapat dijadikan sebagai sumber masalah. Pertama adalah dari teori.

Seperti yang dikemukakan oleh Kerlinger (1973) : “Teori adalah seperangkat konstruk atau konsep,
definisi, dan proposisi yang saling berkaitan satu sama lain, yang mampu mewakili pandangan yang
sistematik tentang suatu gejala (phenomena) dengan cara menspesifikasikan hubungan antar

Solusi 17 Metopen Heri Wijayanto


7
variabel, dengan maksud menjelaskan dan memprediksi gejala tersebut”. Misalnya, bagi yang
mempelajari teori tentang kinerja (performance) dengan baik, pastilah dia mengetahui variabel-
variabel apa saja yang terlibat dalam pembentukan kinerja. Kemampuan, motivasi, dan
kesempatan, hal-hal tersebutlah yang seringkali disebutkan. Artinya ketika terdapat kinerja yang
kurang baik dari seorang atau sekelompok pegawai, maka ada tiga variabel yang perlu diteliti.
Sumber masalah kedua adalah survai literatur (literature survey) atau bahan-bahan bacaan ilmiah
atau pun populer. Jurnal-jurnal, majalah, koran, atau bahkan laporan-laporan penelitian. Melalui
informasi-informasi yang ditulis di media-media tersebut, peneliti bisa menemukan masalah atas
fenomena negatif yang menarik untuk diteliti. Karena pentingnya upaya penemuan masalah,
beberapa pembimbing mewajibkan mahasiswa yang dibimbingnya membaca paling sedikit 25 artikel
yang berkaitan dengan fenomena yang akan ditelitinya. Ada juga yang menuntut membaca paling
sedikit 5 jurnal penelitian yang relevan.

Sumber lainnya adalah pengalaman praktis yang dimiliki oleh pihak-pihak yang kesehariannya
berada dalam lingkungan yang sering menghadapi fenomena seperti yang ingin dipelajari oleh
peneliti. Seorang sales manager yang berpengalaman seringkali memahami mengapa seorang
salesman gagal mencapai target penjualan. Seorang montir yang berpengalaman seringkali
mengetahui mengapa mobil sering mogok. Demikian pula seorang dokter yang berpengalaman,
berdasarkan simptom yang diutarakan oleh pasiennya, dia segera tahu apa penyakit pasiennya

Solusi 17 Metopen Heri Wijayanto


8
Memunculkan Masalah Penelitian
Masalah penelitian muncul karena adanya berbagai hal, di antaranya :
 Harapan dan Tantangan
 Kesangsian atau kebingungan terhadap suatu hal atau fenomena
 Kemenduaan arti
 Halangan dan rintangan
 Celah (gap) antar kegiatan atau antar fenomena
 Perbedaan hasil penelitian terdahulu
 Perbedaan antara teori dengan kenyataan dilapangan

Ciri masalah yang Baik


a. Masalah harus memiliki nilai penelitian, artinya:
• Mempunyai nilai keaslian
• Menyatakan suatu hubungan (setidaknya memiliki 2 variabel)
• Merupakan hal yang sesungguhnya bukan mengada-ada atau kepo (sok ingin tahu)
• Ketersediaan data atau data dapat diperoleh

b. Masalah harus memiliki kelayakan, artinya:


• Metode untuk memecahkan masalah harus jelas
• Biaya, sesuai kemampuan
• Dapat diuji dengan statistika
• Ketersediaan Biaya dan waktu
• Hasil harus balance
• Tidak bertentangan dengan hukum & adat.

c. Masalah harus sesuai dengan kualifikasi peneliti


• Sesuai dengan kualifikasi
• Sesuai dengan kepakaran
Sumber untuk Memperoleh Masalah
Jika dieksplorasi secara cermat, sebenarnya banyak sekali permasalahan yang berada di lingkungan
sekitar kita, dan tidak perlu melihat permasalahan yang jauh, besar atau rumit. Persoalannya adalah
keterbatasan kemampuan peneliti dalam mengidentifikasi berbagai persoalan yang harus dipecahkan.
Terdapat beberapa sumber untuk memperoleh dan menemukan masalah:
a. Pengamatan terhadap kegiatan/perilaku manusia
#Contoh 1:
Kegiatan mahasiswa dalam belanja on-line, setelah dilakukan pengamatan diperoleh data: 1).
Delapan puluh prosen mahasiswa suka belanja melalui media on-line untuk jenis barang sekunder
(baju, celana, sepatu, buku, tas, alat kecantikan, dll), 2). Kecenderungan mahasiswa untuk beli di
salah satu situs saja karena riwayat pembeliaan sebelumnya atau review pembeli sebelumnya yang
sesuai dengan exspektasi mahasiswa (bukalapak, shopee, lazada, bli bli, Alibaba, zalora, dll) 3). Tujuh
puluh prosen Mahasiswa menjual kembali barang yang dibeli.

Solusi 17 Metopen Heri Wijayanto


9
Maka Masalahnya adalah :
mengapa mahasiswa cenderung beli barang sekunder ?
mengapa kepercayaan sangat penting ?
mengapa dijual lagi ?

Judulnya penelitian yang sesuai di antaranya:


Pengaruh kebutuhan sekunder, kepercayaan, dan motivasi menjadi pebisnis
pada keputusan belanja on-line

#Contoh 2:
Kepatuhan petani pada Sambong A (pengatur air irigasi) dalam menerima jatah pengairan, dan hasil
pertanian di Desa Purwosari. Berdasarkan pengamatan diperoleh data, bahwa apa yang di sampaikan
Sambong dituruti oleh petani, musyawarah berjalan dengan baik, Sambong memberi solusi, dan
mempunyai ide-ide cemerlang dalam mengatasi kebutuhan air, petani saling membantu dalam
menggarap sawah (bergiliran menanam, merawat bersama, dan kompak).

Maka masalahnya adalah:


Mengapa petani begitu menurut pada Sambong A sementara pada Sambong B tidak ?
Mengapa petani di Desa Purwosari bisa maju ?

Judulnya penelitian yang sesuai di antaranya:


Gaya kepemimpinan Sambong, dan gotong royong terhadap kesuksesan
petani di desa Purwosari

#Contoh 3:
Tradisi orang jawa dalam memilih calon pendamping dengan memperhatikan bibit, bebet , dan bobot
untuk generasi millennial.

Masyarakat Jawa, ada satu pesan filosofi (wasiat) dari para orang tua kepada anak-cucunya terkait
kunci dalam mencari jodoh atau pasangan hidup. Apabila seseorang ingin menikah maka dari target
calon pasangannya itu ia harus melihat bibit, bebet dan bobot-nya terlebih dahulu. Menurut para
orang tua (sesepuh) Jawa zaman dulu, filosofi “bibit, bebet dan bobot” merupakan salah satu rahasia
kesuksesan orang Jawa kala itu dalam membina rumah tangga. Sebuah rumah tangga yang dilandasi
dengan memperhatikan “bibit, bebet dan bobot” sang calon pasangan sebelum melaju ke jenjang
pernikahan, diyakini akan menjadikan sebuah hubungan “dalam konteks berumah tangga” nantinya
menjadi lebih langgeng, sakinah, mawadah, warohmah dan penuh kebahagiaan.

“Bibit” secara harafiah berarti rupa, asal-usul atau keturunan. Maksudnya dalam mencari jodoh
idaman Anda sebaiknya cari tahu dulu berasal dari keluarga seperti apa calon pasangan (pacar) Anda
itu. Apakah dari keluarga baik-baik ataukah tidak? Nah, Anda mesti bisa pintar-pintar mencari tahu
bagaimana latar belakang orang tua dan keluarga besar calon pasangan Anda tanpa membuatnya
merasa tersinggung. Hal ini tentu bertujuan positif, di samping menghindari modus penipuan yang
berkedok pernikahan, juga agar kelak setelah berumah tangga Anda tidak menyesal. Kecuali bila
Anda bersama orang tua (keluarga besar Anda) dan pihak calon pasangan Anda memang sudah bisa
saling menerima, atau mungkin bahkan sudah saling mengenal.

Solusi 17 Metopen Heri Wijayanto


10
“Bebet”, maksudnya kesiapan seseorang dalam memberi nafkah keluarga. Filosofi “bebet” lebih
menitikberatkan pada aspek ekonomi atau harta. Atau, bisa pula dilihat daripada kepribadian sang
calon pasangan Anda, bagimana pergaulannya? Atau mungkin sudah punya rumah pribadi belum,
sudah punya penghasilan pribadi belum, sudah punya mobil pribadi belum. Intinya sudah bisa
mandiri, berdikari dan tidak lagi bergantung kepada orang tua. Ini penting, jangan sampai setelah
menikah justru makin merepotkan orang tua.

“Bobot” maksudnya kualitas individu sang calon pasangan dalam arti yang luas. Secara umum
meliputi aspek paras atau wajah, body atau postur tubuh (dedek piadek), latarbelakang pendidikan,
akhlak dan agama. Bisa pula dimaknai seberapa sukseskah sang calon pasangan dalam makan garam
kehidupan. Bagaimana wataknya, bagaimana kelakuannya sehari-hari khususnya di lingkungan,
kecerdasan serta jenjang pendidikan yang pernah diselesaikannya. Kini seiring materialisme yang
melanda masyarakat, poinnya pun berkembang menjadi bagaimana kedudukan dan pangkatnya,
kekayaan dan pendapatannya, dan gaya hidupnya.

Itulah tiga pesan wasiat dalam mencari jodoh yang pernah penulis dapatkan dari para sesepuh atau
orang tua Jawa. Nah, mau dijalankan atau tidak, mau setuju atau tidak, mau percaya atau tidak, itu
terserah Anda masing-masing. Toh yang akan menjalin hubungan adalah Anda sendiri.

Maka masalahnya adalah:


Kalo sudah terlanjur cinta bagaimana?
Generasi millennial yang tidak paham hal itu bagaimana?
Bagaimana dengan ungkapan if love is blink ?

Judulnya penelitian yang sesuai di antaranya:


Pengaruh bibit, bebet, dan bobot pada keputusan memilih pacar (studi kasus
generasi millennial)

Pengaruh bibit, bebet, dan bobot pada kepuasan menikah (studi kasus lulusan
pendidikan strata-2)

Pengaruh bibit, bebet, dan bobot pada Keputusan bercerai (studi kasus
tingginya perceraian di Ponorogo)

#Contoh 4:

Kecenderungan mahasiswa dalam memilih HP, berdasarkan pengamatan mahasiswa cenderung


memilih HP dengan kualitas kamera belakang yang lebih bagus, ketertarikan pada iklan dengan
endorser penyanyi, rela indent untuk mendapatkan HP yang diinginkan.

Maka masalahnya adalah :


Mahasiswa mementingkan aktualisasi diri melalui pamer foto di media social.
Public figure merupakan panutan dalam membeli HP.
Lock in pada produk yang berlebihan

Judulnya penelitian yang sesuai di antaranya:

Solusi 17 Metopen Heri Wijayanto


11
Pengaruh lifestyle, endorser, dan fanatisme pada keputusan beli HP

#Contoh 5:

Kebiasaan masyarakat Ponorogo dalam menikmati wisata kuliner, berdasarkan pengamatan


diperoleh data sebagai berikut: 1) Masyarakat Ponorogo suka jajan (wisata kuliner), 2) Nongkrong-
nongkrong, ngangkring (angkringan/warung HIK), 3) Kebiasaan pindah-pindah tempat makan,
mengajak teman-teman dan suka menceritakan kepada orang lain, 3) mendokumenkan dan pamer
makanan yang dimakan, 4) menilai keberhasilan dari jumlah pengunjung, dan mencoba Amati Tiru
dan Modifikasi (ATM) akhirnya ikut-ikutan membuka usaha sejenis.

Maka masalahnya adalah :


Mengapa masyarakat Ponorogo cenderung Hedonisme.
Budaya latah (meniru) di masyarakat
Pertemanan dan suka pamer

Judulnya penelitian yang sesuai di antaranya:


Pengaruh Hedonisme, Budaya Latah, Pertemanan, Perilaku Pamer, dan status
social pada keputusan memilih tempat kuliner di Ponorogo

Faktor-faktor yang mempengaruhi banyaknya tempat kuliner di Ponorogo

Pengaruh Hedonisme, Budaya Latah, dan life style pada Kebangkrutan tempat
kuliner di Ponorogo

#Contoh 6:

Perilaku masyarakat Ponorogo dalam aktifitas Ngopi, “sudah pada ngopi blum… kok diem-diem
wae… !, ngopi bukan sekedar minum menghilangkan haus, ngopi bukan sekedar sensasi, ngopi
bukan asal, ngopi untuk inspirasi, ada kopi ada solusi, ada janji diantara kopi, makna kopi di pagi
hari, hidup sepi tanpa kopi, hitamnya kopi tidak membuat hitamnya hati, minumlah kopi pahit agar
kamu kuat menghadapi pahitnya hidup, pasangan hidup serasi adalah kopi, ada kopi ada nyali, ngopi
dulu biar tahu diri, kopi setia pada pahitnya seperti kamu setia pada janji, Ngopi lebih penting dari
Ngobral janji, Ngobrol tanpa kopi seperti kerja tanpa gaji, dan mengamati kopi tiada habisnya, karena
kopi tidak cukup untuk diteliti tapi di sruput sampai habis.

Kebiasasaan ngopi di warung angkringan dilakukan oleh berbagai kalangan (pelajar, pejabat,
mahasiswa, pengangguran, pebisnis, pengusaha, dll). Ngopi sak cingkir nongkrong rong jam (Ngopi
satu cingkir duduknya dua jam).

Solusi 17 Metopen Heri Wijayanto


12
Berkunjung ke warung angkringan, biasanya bersama-sama, sudah janjian sama teman, sudah
ditunggu komunitasnya. Topik pembicaraan mengalir tanpa batas mulai dari politik terkini, isu-isu
menarik, berita penyakit Covid-19, budaya, olahraga, dll.

Kesesuaian atau kecocokan dengan teman ngopi merupakan daya Tarik tersendiri untuk selalu
berkunjung ke tempat ngopi langganannya “ada yang kurang di hari ini jika tidak ngopi bareng
dengan teman di pagi ini” begitu kental dan dekatnya ikatan emosional pertemanan konco ngopi.

Hilangnya kasta (jabatan, kekayaan, dan rupa) ketika di warung, tradisi mbayari (mentraktir) tidak
mengenal siapa yang kaya, tetapi siapa yang dulu selesai, setiap orang merasa bangga ketika bisa
mbayari temannya, mbayari selalu berganti dan tidak pernah mengingat-ingat habis berapa, sehingga
tidak membawa uangpun berani ke warung “bayarono sik yo” (bayari dulu ya) bukan diartikan
hutang, tapi hal biasa dan lumprah.

Solidaritas pertemanan (perkoncoan) biasanya tulus dan awet, selalu ditanyakan ketika tidak hadir
“mengapa dan ada apa”, ketika ada halangan, konco siap membantu tanpa pamrih.

Maka masalahnya adalah :


Mengapa sedemikian kuat perkoncoan yang terjadi di warung angkringan.
Motivasi ke warung yang tinggi
Semangat ngopi yang luar biasa
Ada apa dengan Ngopi ?
Ada yang dicari dari Ngopi ?
(apa dirumah tidak ada Kopi, apa kopi dirumah tidak enak, apa istri tidak mau membuatkan, apakah
gula habis, apakah tidak ada kerjaan sampai nongkrong 2 jam)
Apakah daya Tarik penyaji kopi ?
Apakah daya Tarik dan yang dicari di tempat ngopi ?

Judulnya penelitian yang sesuai di antaranya:

Store atmospire, sense experience, service quality, pada keputusan beli ulang
Kopi di warung

Pengaruh perkoncoan, kesetiaan, dan ketagihan pada keputusan Ngopi di


Angkringan

Pengaruh tema pembicaraan, factor lingkungan, budaya ngopi, dan


pelampiasan stress pada kepuasan Ngopi di Angkringan

Pengaruh penampilan penyaji, kedekatan pemilik, dan gengsi pada keputusan


Ngopi di Angkringan

Pengaruh bentuk konsolidasi, promosi, dan pencitraan yang dilakukan di


Angkringan pada kesuksesan caleg

Pengaruh nilai pelanggan, kualitas pelayanan pada kepuasan pelanggan Ngopi

Solusi 17 Metopen Heri Wijayanto


13
Pengaruh penyajian, higienisitas, dan kepercayaan pada keputusan Ngopi di
Angkringan

#Contoh 7:
Perubahan perilaku pasca menjadi TKI, berdasarkan pengamatan perilaku TKI pasca dari luar negeri
berubah menjadi lebih modis, gaya hidup juga berubah, cara mendidik anak juga berubah, pola hidup
juga berubah. Perubahan pola hidup tidak dibarengi dengan pendapatan yang stabil menjadikan
habisnya hasil bekerja di LN. Persoalan pemanfaatan hasil bekerja di LN juga kurang optimal,
ditandai dengan banyaknya TKI yang kembali lagi LN ketika hasil bekerja yang lalu habis.

Permasalahan pengelolaan hasil kerja yang berdampak pada perselisihan keluarga, perceraian,
perselingkuhan, dan kurang harmonisnya keluarga. Contoh: kasus perobohan rumah bernilai
600.000.000 karena tidak ada titik temu antara suami yang bekerja di LN dengan istrinya yang
bekerja di rumah (viral pengkol ponorogo, 2020)

Maka masalahnya adalah :


Manajeman pengelolaan dana yang kurang
Pergeseran budaya
Planning keberlanjutan pengembangan dana dari LN yang belum maksimal

Judulnya penelitian yang sesuai di antaranya:

Pengaruh budaya di tempat kerja, strategi pemasaraan, dan manajemen


keuangan pada keputusan kembali ke LN
Dampak budaya, religiusitas, dan life style pada keputusan menjadi TKI,
keputusan perceraian, kepuasan hidup berumah tangga

Solusi 17 Metopen Heri Wijayanto


14
b. Fenomena
b. #Contoh 1:
Merebaknya Virus Corona (untuk mengenang COVID-19)

Solusi 17 Metopen Heri Wijayanto


15
Solusi 17 Metopen Heri Wijayanto
16
Maka masalahnya adalah :
Sebagian Masyarakat belum paham tentang keganasan virus corona, tuntutan untuk tetap
bekerja bagi buruh adalah keharusan, pembelajaran anak sekolah secara on-line sulit karena
infrastruktur belum disiapkan, dan tidak semua siswa mempunyai perangkat yang bisa
digunakan, serta sebagian wilayah di Indonesia masih Blank spot, pembengkakan anggaran
untuk beli kuota. Tidak semua perkerjaan bisa dilakukan dan diselesaikan secara daring.

Solusi 17 Metopen Heri Wijayanto


17
Sikap apatis (tidak mau tahu), sikap over, dan berita hoax menjadikan masalah tersendiri
untuk memutus mata rantai penyebaran Corona.

Judulnya penelitian yang sesuai di antaranya:

Pengaruh pengetahuan, pemahaman, tuntutan ekonomi, Sikap, dan kesadaran pada


ketaatan keputusan Lockdown

Pengaruh wabah virus corona terhadap perekonomian pedagang sayur dari Magetan yang memasok
sayur di pasar Songgolangit.

TUGAS:
CARILAH SEBUAH:
TOPIK, TEMA, JUDUL, DAN MASALAH mendasarkan dari observasi riil dilapangan.
Nilai tugas akan di konversikan ke dalam nilai UTS

Terima kasih
Jaga kesehatan, patuhi pemerintah soal covid-19
Semangat belajar dalam keterbatasan

Tulisan diatas adalah draf buku saya yang belum jadi, tolong tidak udah di share, cetak,
ataupun di publish. Makasih

Solusi 17 Metopen Heri Wijayanto


18

Anda mungkin juga menyukai