Makalah Hipertensi
Makalah Hipertensi
Disusun oleh :
Meiditha Dwi Arini 1061611074
Meka Rahayuningtyas 1061611075
Nindia Eva Lasari 1061611081
Putri Intan Pratiwi 1061611095
Zena Lutvina Oviyanti 1061611130
1.1 Pendahuluan
Penyakit kardiovaskuler secara tipikal menyerang usia pertengahan keatas.
Namun penyakit kardiovaskuler adalah hasil dari sebuah proses sepanjang hidup
manusia. Kejadian penyakit kardiovaskuler pada usia dewasa tersebut tidak lepas
dari interaksi terus menerus dari masa kanak – kanak hingga remaja. Beberapa
faktor resiko yang memungkinkan menjadi penyebab penyakit kardiovaskuler
pada remaja secara pasti belum diketahui, meskipun demikian secara umum
dikenal berbagai faktor resiko seseorang untuk menderita penyakit kardiovaskuler
contohnya hipertensi ditentukan melalui interaksi dua atau lebih faktor risiko
(Brian, dkk. 2005).
Hipertensi merupakan salah satu penyebab utama mortalitas - morbiditas di
Indonesia sehingga tatalaksana penyakit ini merupakan intervensi yang sangat
umum dilakukan di berbagai tingkat fasilitas kesehatan (PERKI, 2015). Hipertensi
didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg,
merupakan silent killer dan perannya terhadap gangguan jantung serta otak tidak
diragukan lagi. Gejala dari hipertensi dapat bervariasi pada masing – masing
individu dan hampir sama dengan gejala penyakit lainnya. Gejala – gejalanya
adalah sakit kepala / rasa berat di tengkuk, vertigo, jantung berdebar – debar,
mudah lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus) serta mimisan
(INFODATIN).
1.2 Epidemiologi
Di Indonesia prevalensi hipertensi berkisar antara 8,6% - 10%. Saat ini
jumlah penderita hipertensi di Indonesia diperkirakan 15 juta orang. Prevalensi
pada daerah urban dan rural berkisar antara 17 – 21% dan hanya 4% yang
merupakan hipertensi terkontrol. Prevalensi pada dewasa sebesar 6 – 15%, 50% di
antara orang dewasa yang menderita hipertensi tidak menyadari sebagai penderita
hipertensi sehingga mereka cenderung untuk menjadi hipertensi berat karena
tidak menghindari dan tidak mengetahui faktor risikonya sedangkan 90%
merupakan hipertensi esensial (Syahrini, 2013). Sedangkan di Amerika,
berdasarkan American Heart Association (AHA), penduduk Amerika yang
berusia diatas 20 tahun penderita hipertensi telah mencapai angka hingga 64,5 juta
jiwa dengan 90 – 95% diantaranya belum diketahui pasti penyebabnya
(INFODATIN).
Tekanan darah tinggi merupakan penyakit degenerative yang umumnya
tekanan darah bertambah secara perlahan dengan bertambahnya umur. Risiko
penderita hipertensi yang tadinya tekanan darahnya normal pada populasi ≥ 55
tahun adalah 90%.2. Kebanyakan orang mempunyai tekanan darah prehipertensi
sebelum mereka didiagnosis menderita hipertensi, dan kebanyakan terjadi pada
umur diantara dekade ketiga dan dekade kelima. Sampai dengan umur 55 tahun,
laki-laki lebih banyak menderita hipertensi dibanding perempuan. Dari umur 55
s/d 74 tahun, sedikit lebih banyak perempuan dibanding laki-laki yang menderita
hipertensi. Pada populasi lansia (umur ≥ 60 tahun), prevalensi untuk hipertensi
sebesar 65.4 % (Hajjar, 2003).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PATOFISIOLOGI
2.1.1 Definisi Hipertensi
Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada
pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi, yang dibawa
oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya dimana
tekanan darah persisten diatas 140/90 mmHg. Pada manula hipertensi
didefinisikan sebagai tekanan sistoliknya 160 mmHg dan tekanan diastoliknya 90
mmHg (Brunner dan Suddarth, 2002).
Hipertensi merupakan suatu penyakit kronis yang sering disebut silent killer
karena pada umumnya pasien tidak mengetahui bahwa mereka menderita penyakit
hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya. Selain itu penderita
hipertensi umumnya tidak mengalami suatu tanda atau gejala sebelum terjadi
komplikasi. Kalaupun muncul gejala, seringkali dianggap sebagai gangguan biasa,
sehingga penderita terlambat menyadari penyakit hipertensi tersebut (Chobanian
dkk., 2004).
2.1.2 Etiologi
Hipertensi berdasarkan etiologinya dibagi menjadi dua yaitu hipertensi
primer (esensial) dan hipertensi sekunder.
a) Hipertensi primer
Sekitar 95% pasien dengan hipertensi merupakan hipertensi esensial
(primer). Penyebab hipertensi esensial ini masih belum diketahui, tetapi factor
genetik dan lingkungan diyakini memegang peranan dalam menyebabkan
hipertensi esensial (Weber dkk., 2014). Faktor genetik dapat menyebabkan
kenaikan aktivitas dari sistem renin-angiotensin-aldosteron dan sistem saraf
simpatik serta sensitivitas garam terhadap tekanan darah. Selain faktor genetik,
faktor lingkungan yang mempengaruhi antara lain yaitu konsumsi garam, obesitas
dan gaya hidup yang tidak sehat serta konsumsi alkohol dan merokok (Weber
dkk., 2014).
Penurunan ekskresi natrium pada keadaan tekanan arteri normal merupakan
peristiwa awal dalam hipertensi esensial. Penurunan ekskresi natrium dapat
menyebabkan meningkatnya volume cairan, curah jantung, dan vasokonstriksi
perifer sehingga tekanan darah meningkat. Faktor lingkungan dapat memodifikasi
ekspresi gen pada peningkatan tekanan. Stres, kegemukan, merokok, aktivitas
fisik yang kurang, dan konsumsi garam dalam jumlah besar dianggap sebagai
faktor eksogen dalam hipertensi (Robbins dkk., 2007).
b) Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder diderita sekitar 5% pasien hipertensi (Weber dkk.,
2014). Hipertensi sekunder disebabkan oleh adanya penyakit komorbid atau
penggunaan obat-obat tertentu yang dapat meningkatkan tekanan darah. Obat-obat
tertentu, baik secara langsung ataupun tidak, dapat menyebabkan hipertensi atau
memperberat hipertensi. Penghentian penggunaan obat tersebut atau mengobati
kondisi komorbid yang menyertainya merupakan tahap pertama dalam
penanganan hipertensi sekunder (Depkes RI, 2006). Beberapa penyebab hipertensi
sekunder .
Tabel 1. Penyebab hipertensi yang dapat diidentifikasi (Depkes RI, 2006)
2.1.5 Komplikasi
Tekanan darah tinggi dalam jangka waktu lama akan merusak endothel
arteri dan mempercepat atherosklerosis. Komplikasi dari hipertensi termasuk
rusaknya organ tubuh seperti jantung, mata, ginjal, otak, dan pembuluh darah
besar. Hipertensi adalah faktor resiko utama untuk penyakit serebrovaskular
(stroke, transient ischemic attack), penyakit arteri koroner (infark miokard,
angina), gagal ginjal, dementia, dan atrial fibrilasi. Bila penderita hipertensi
memiliki faktor-faktor resiko kardiovaskular lain, maka akan meningkatkan
mortalitas dan morbiditas akibat gangguan kardiovaskularnya. Menurut Studi
Framingham, pasien dengan hipertensi mempunyai peningkatan resiko yang
bermakna untuk penyakit koroner, stroke, penyakit arteri perifer, dan gagal
jantung (Dosh,2001).
3.1 KASUS
Seorang pasien bernama Bapak Aan usia 55 tahun (berat 85 kg), komisaris
sebuah perusahaan nasional yang terkenal datang ke RS dengan keluhan pusing,
leher terasa kaku, mata berkunang-kunang. Bapak Aan juga mengeluh batuk
produktif dan sakit tenggorokan. Bapak Aan juga mengeluh sulit sekali
mengeluarkan dahaknya. Diketahui bahwa pasien merupakan perokok aktif dan
sering tidur larut malam. Setelah dilakukan pemeriksaan, didapatkan hasil sbb :
Tekanan darah : 142 / 91
Heart rate : 70 kali per menit
Kolesterol : 214 mg/dl
Trigliserida : 100 mg/dl
Gula darah : 120 mg/dl
Asam Urat : 4,7
Dari data tersebut dokter mendiagnosa Bapak Aan menderita hipertensi G 1
disertai kolesterol dan batuk produktif. Bapak Aan mendapatkan resep sebagai
berikut:
Objektif :
Tekanan darah : 142 / 91
Heart rate : 70 kali per menit
Kolesterol : 210 mg/dl
Trigliserida : 150 mg/dl
Gula darah : 120 mg/dl
Asam Urat : 4,7
Asessment :
Amlodipin merupakan obat golongan Calsium antagonis, digunakan
sebagai lini pertama terapi antihipertensi.
Levofloxacin merupakan antibiotik golongan Quinolon. Pada kasus ini
tidak terdapat data pendukung adanya infeksi bakteri.
Valsartan merupakan obat golongan Angiotensin Reseptor Bloker,
digunakan sebagai pengobatan hipertensi.
N-acetylsistein tergolong kedalam obat – obat mukolitik, berfungsi untuk
menghancurkan atau melarutkan mukus atau lendir. Pada kasus ini,
digunakan untuk mengatasi keluhan pasien terkait batuk berdahak dimana
dahak sulit diekskresikan.
Fenofibrat digunakan untuk mengatasi hiperlipidemia atau kolesterol
tinggi dan kadar trigliserida berlebih, digunakan untuk mengatasi kadar
kolesterol dan trigliserida yang berlebih.
Methylprednisolon merupakan obat golongan kortikosteroid untuk
mengurangi gejala peradangan seperti pembengkakan, nyeri dan ruam.
Pada kasus ini digunakan untuk mengatasi keluhan sakit tenggorokan yang
dialami oleh bapak Aan.
DRP butuh obat :-
DRP terapi tidak tepat :-
DRP gagal menerima obat :-
DRP dosis terlalu tinggi :-
DRP dosis terlalu rendah :-
DRP obat tanpa indikasi : Levofloxacin sebagai antibiotik
DRP efek samping :-
Fenofibrat memiliki efek samping gangguan pernafasan.
DRP interaksi obat :
Terjadi interaksi obat antara methylprednisolon dan amlodipine,
methylprednisolon akan menurunkan kadar / efek dari amlodipin sehingga
efek antihipertensi amlodipin akan menurun.
Plan :
Disarankan pada pasien untuk diet rendah garam dan tinggi kolesterol.
Disarankan Pengontrolan rutin tekanan darah dan kolestrol.
Metilprednisolon yang menurunkan kadar dan efek dari amlodipin,
diantisipasi dengan memberikan dosis amlodipin yang tinggi yaitu 10 mg.
Disarankan kepada dokter untuk tidak menggunakan Levofloxacin karena
tidak ada data yang mengindikasikan pasien mengalami infeksi.
3.3 KIE
Konseling mengenai komunikasi, informasi dan edukasi untuk penderita
hipertensi antara lain :
Sebisa mungkin kurangi atau hindari merokok
Diinformasikan kepada pasien untuk rutin mengecek tekanan darah dan
kadar kolesterol
Hindari stress
Menyarankan untuk melakukan pola hidup sehat.
Mengenalkan metode diet DASH kepada pasien dan menyarankan untuk
melakukan metode diet tersebut.
Penggunaan Amlodipine diminum satu kali sehari satu tablet pada malam
hari
Penggunaan Valsartan diminum satu kali sehari satu tablet pada malam
hari
Penggunaan N-acetylsistein diminum tiga kali sehari satu tablet tiap 8 jam
Penggunaan Fenofibrat diminum tiga kali sehari satu tablet tiap 8 jam
Penggunaan Metilprednisolon diminum tiga kali sehari satu tablet tiap 8
jam
DAFTAR PUSTAKA
Kementrian Kesehatan RI. 2014. Info DATIN Pusat Data dan Informasi
Kementrian Kesehatan RI. KEMENKES RI : Jakarta
Chobanian, A.V., Bakris, J.L., Black, H.R., Cushman, W.C., Green, L.A., Izzo, Jr,
J.L., Jones, DW., et al., 2003. The seventh report of The Joint National
Committee on prevention, detection, evaluation and treatment of high
blood pressure. http://hyper.ahajournals.org/cgi/content/full/42/6/1206,
diakses 28 April 2009.
Goodman dan Gilman. 2008. Dasar Farmakologi Terapi Vol 1. Edisi 10. Jakarta :
Buku Kedokteran EGC.
ISFI. 2007. Pembekalan Tenaga Farmasi Rumah Sakit Tentang Penyakit Jantung,
Diabetes Mellitus, dan Hipertensi. Media Informasi Farmasi Indonesia.
MEDISINA. 1. (3) : 57.
Robbins, S.L., Cotran, R.S., Kumar, V. 2007. Buku Ajar Patologi Vol 2. Edisi 7.
Diterjemahkan oleh Pendit, B.U. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Tjay, T.H, dan Rahardja, K. 2007. Obat-Obat Penting. Edisi VI. Cetakan Pertama.
Jakarta : PT Elex Media Komputindo Gramedia.