PROGRAM MALARIA
I. LATAR BELAKANG
Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Kabupaten
Tanjung Jabung Barat, Walaupun angka kesakitan dan kematian akibat Malaria di
Kabupaten Tanjung Jabung Barat saat ini cenderung menurun, namun demikian
Pemerintah daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat memandang Malaria masih
merupakan ancaman terhadap status kesehatan masyarakat terutama pada masyarakat
yang tinggal di desa terpencil.
Dari analisa hasil kegiatan penemuan kasus malaria rentang waktu 3 (tiga) tahun
terakhir 2016 – 2018 di Kabupaten Tanjung Jabung Barat tidak ditemukan kasus
indigenous malaria, dengan proporsi mayoritas kasus impor dan relaps (kambuh) 70 %
kemungkinan dikarenakan pengobatan yang tidak tepat / sesuai pada program maupun
pengobatan yang tidak tuntas / selesai sesuai anjuran, dan 30 % kategori Import
disebabkan mobilisasi masyarakat yang cukup tinggi ke daerah endemis ditambah dengan
belum optimalnya kegiatan surveilans migrasi oleh petugas yang berada di unit pelayanan
kesehatan yang tersebar di lingkup Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
Upaya pengendalian Malaria yang telah dan sedang terus dilakukan di kabupaten
Tanjung Jabung Barat antara lain :
Menemukan semua penderita malaria dengan konfirmasi mikroskopis baik
secara pasif (PCD) di unit pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta,
maupun penemuan penderita secara aktif (ACD).
Mengobati semua penderita malaria (kasus positif) dengan obat malaria efektif
dan aman yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI (saat ini
menggunakan Artemisinin Combination Therapy).
Melakukan follow up pengobatan penderita malaria falcifarum pada hari ke-7
dan ke-28 setelah pengobatan, sedangkan penderita malaria vivax pada hari
ke-7, 28 dan 3 bulan setelah pengobatan.
Melakukan pemerikasaan ulang sediaan darah dan secara berkala menguji
kemampuan mikroskopis menguji sediaan darah.
Memantau efeksifitas obat malaria.
Melibatkan sepenuhnya peran praktek swasta dan klinik serta rumah sakit
swasta dalam penemuan dan pengobatan penderita.
II. TUJUAN
A. TUJUAN UMUM
Dapat diketahui situasi malaria di wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan
upaya yang dilaksanakan dalam tahap pemeliharaan, sebagai bahan acuan
pelaksanaan dalam tahap pemeliharaan malaria di wilayah tersebut.
B. TUJUAN KHUSUS
Dapat diidentifikasi :
- Besarnya angka malaria dan penyebarannya
- Faktor-faktor yang mempengaruhi penularannya
- Luas dan penyebaran wilayah reseptif malaria
- Cakupan dan mutu/kualitas kegiatan yang telah dilakukan
- Sumber daya yang tersedia (tenaga terlatih, bahan dan alat yang standar, dana,
Peraturan Perundangan, buku pedoman)
- Dukungan lintas program dan lintas sektor terkait
B. CARA PELAKSANAAN
a. Melakukan kegiatan di dalam gedung :
1. Melakukan pemeriksaan sediaan darah kapiler pada kunjungan dengan
keluhan demam 3 hari atau lebih.
2. Memberikan pengobatan pada penderita yang dinyatakan positif Malaria
sesuai dengan klasifikasi jenis plasmodiumnya.
b. Diluar Gedung
1. Melakukan kegiatan Penyelidikan Epidemiologi 1 – 2 – 5, sesuai standar
program, yaitu melakukan kunjungan rumah pada penderita malaria untuk
penentuan klasifikasi kasus, survey darah jari, pemeriksaan jentik, dan
penanggulangan kasus, juga dilakukan surveilans migrasi pada pendatang
dari luar daerah
2. Memberikan penyuluhan terhadap anggota keluarga untuk menjaga
kebersihan dan meningkatkan Gizi penderita.
IV. SASARAN
Semua suspek tersangka yang didiagnosa menderita Malaria
V. JADWAL PELAKSANAAN
a. Waktu Pelaksanaan : kegiatan secara isidentil
b. Tempat Pelaksanaan : Dalam Gedung dan Luar Gedung
VI. PEMBIAYAAN
Kegiatan program ini menggunakan Dana BOK Puskesmas
VIII. PENUTUP
1. Pencatatan, Evaluasi Pelaksanaan kegiatan dan Pelaporan
a. Pencatatan suspek penderita Malaria di laporan bulanan penemuan dan
pengobatan malaria Puskesmas dan survey migrasi bagi penderita malaria
b. Pelaporan dilakukan secara bulanan yang ditandatangani Kepala
Puskesmas dan dikirim ke dinas Kesehatan Kabupaten ( sie
Pemberantasan Penyakit Menular ). Paling lambat tanggal 5 bulan
berjalan
2. Rencana Tindak Lanjut
a. Untuk menegakkan kebenaran pemeriksaan slide malaria, slidenya dikirim
ke dinas Kesehatan untuk dilakukan crosscek/uji silang.
b. Meningkatkan kerjasama lintas sektor dalam penanggulangan penyakit
Malaria.
c. Meningkatkan kegiatan surveilans migrasi pada pendatang baru luar
daerah.
3. Demikian Kerangka Acuan Kegiatan (KAK) Program Malaria, untuk menjadi
acuan pelaksanan kegiatan.
Evi Susanti
NIP. 19750427 199703 2 001
I. PENDAHULUAN
Cacingan umumnya terdapat di daerah tropis dan sub tropis di Negara berkembang
termasuk Indonesia. Akibat yang ditimbulkan cacingan antara lain gangguan
perkembangan fisik, intelektual, perkembangan kognitif dan malnutrisi. WHO
memperkirakan 42 % sasaran beresiko cacingan di dunia berada di regional Asia
Tenggara (Data 2009).
Gambaran Epidemiologi cacingan di Indonesia menunjukan penularan masih terjadi
di pedesaan maupun perkotaan. Untuk mengakselerasi pengendalian kecacingan
WHO dalam roadmapnya menetapkan target cakupan pemberian obat cacing minimal
75% pada populasi beresiko.kementerian RI telah menetapkan tujuan program
pengendalian kecacingan pada anak usia sekolah dan anak balita sehingga
menurunkan angka kecacingan dan tidak menjadi masalah kesehatan di masyarakat.
Sampai saat ini pemberian obat cacing di Indonesia belum mencapai target yang
ditetapkan WHO yaitu 75 % dari sasaran. Oleh karena itu perlu adanya program
kecacingan yang terintegrasi dengan kegiatan pemberian vitamin A dan UKS melalui
penjaringan anak SD/ MI. Saat ini Kementerian RI menggunakan Albendazole
400mg sebagai obat program pengendalian kecacingan, karena obat ini relatif aman,
pemberian dosis tunggal, tidak mahal, dan mudah dalam pendistribusian.
Penyakit kecacingan merupakan salah satu diantara banyak penyakit yang menjadi
masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Cacingan ini dapat mengakibatkan
menurunnyakondisi kesehatan, gizi, kecerdasan, kehilangan darah serta kehilangan
karbohidrat dan protein, sehingga menurunkan kualitas sumber daya manusia.
Berdasarkan data dari WHO tahun 2006 mengatakan bahwa kejadian penyakit
kecacingan di dunia masih tinggi yaitu 1 miliar orang terinfeksi cacing Ascaris
lumbricoides, 795 juta orang terinfeksi cacing trichuris trichiura dan 740 juta orang
terinfeksi cacing tambang (hookworm). Prevalensi kecacingan di Indonesia pada
umumnya masih sangat tinggi, terumtama pada golongan penduduk yang kurang
mampu mempunyai resiko tinggi terjangkit penyakit ini. Manusia merupakan hospes
defenitif beberapa nematode usus (cacing perut), yang dapat mengakibatkan masalah
bagi kesehatan masyarakat. Diantara cacing perut terdapat sejumlah spesies yang
ditularkan melalui tanah (soil transmitted hrelminths). Di antara cacing tersebut
adalah cacing gelang (Ascaris Lumbricoides), cacing tambang (Ancylostoma
duedenale dan Necator Americanus) dan cacng cambuk (Trichuris trichiura). Jenis –
jenis cacing tersebut banyak ditemukan di daerah tropis seperti Indonesia. Pada
umumnya telur cacing bertahan pada tanah yang lembab, tumbuh menjadi telur yang
efektif dan siap untuk masuk ke tubuh manusia yang merupakan hospes defenitifnya.
Penyuluhan kesehatan masyarakat adalah upaya memberdayakan individu,
kelompok dan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi
kesehatan, melalui peningkatan pengetahuan, kesadaran dan kemampuan, serta
mengembangkan iklim yang mendukung, yang dilakukan dari, oleh dan untuk
masyarakat, sesuai dengan sosial budaya dan kondisi setempat. Penyuluhan
kesehatan dalam memberantas kecacingan bertujuan untuk meningkatkan praktek
hidup bersih dan sehat.
II. TUJUAN
1. Tujuan umum
Setiap anak usia sekolah di SD/MI serta anaka balita terbebas dari infeksi
kecacingan
2. Tujuan Khusus
Meningkatkan cakupan pemberian obat cacing paada usia 12 bulan sampai 12
tahun
IV. SASARAN
Anak usia 1 – 12 tahun.
V. JADWAL KEGIATAN
Kegiatan dilaksanakan pada bulan Februari dan Agustus
1. Bentuk kegiatan
Secara umum dalam melaksanakan program kecacingan adalah dengan
penyuluhan dan pemberian obat cacing secara gratis
2. Sasaran
Tercapainya 100% sasaran pemberian obat cacing pada usia 12 bulan sampai 12
tahun
VIII. PENUTUP
Demikian Kerangka Acuan Kegiatan (KAK) Program Kecacingana, untuk menjadi
acuan pelaksanan kegiatan.