Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan
kekuatan dan ketabahan bagi hamba-Nya. Serta memberi ilmu pengetahuan yang banyak agar
kita tidak merasa kesulitan. Salawat serta salam tidak lupa penulis sanjungkan kepada Nabi
Besar Muhammad SAW, yang telah menyampaikan wahyu kepada hamba-Nya yang setia
sampai akhir zaman.
Makalah yang berjudul “Keterampilan Memberikan Penguatan” ini, disusun sebagai
salah satu tugas mata kuliah Micro Teaching. Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak
mendapat bantuan dan sumbangan pemikiran, serta dorongan dari berbagai pihak, tetapi tidak
luput dari kendala yang begitu banyak.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama bagi
penulis, Amin yarobbal ‘alamiin.
                                                           

Bangkinang,  20 Maret2017

                                                           

Penulis
                                                                                                  

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..............................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH..........................................................................................................1
C. TUJUAN...................................................................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................................................3
A. PENGERTIAN PENGUATAN...............................................................................................3
B. KOMPONEN-KOMPONEN YANG TERDAPAT DALAM PEMBERIAN
PENGUATAN..........................................................................................................................3
BAB III.................................................................................................................................................9
PENUTUP............................................................................................................................................9
A. KESIMPULAN........................................................................................................................9
B. SARAN.....................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Guru merupakan sosok yang digugu dan ditiru. Program kelas tidak akan berarti
bilamana tidak diwujudkan menjadi kegiatan. Untuk itu peranan guru sangat menentukan
karena kedudukannya sebagai pemimpin pendidikan di antara siswa di dalam suatu kelas

Semua usaha yang dilakukan guru di dalam pembelajaran mengacu pada bagaimana
memfasilitasi siswa mencapai kompetensi yang sudah ditetapkan. Pencapaian kompetensi
tidak mungkin terjadi tanpa melibatkan secara langsung di dalam pembelajaran. Oleh sebab
itu guru mestinya merencsiswaan pembelajaran yang mendorong siswa untuk berpartisipasi
secara aktif di dalam proses pembelajaran.

Partisipasi siswa di dalam pembelajaran sebaiknya diberikan tanggapan balik oleh


guru sehingga siswa termotivasi untuk mengulangi aktivitas tersebut dengan kualitas yang
lebih baik. Tanggapan yang diberikan guru sesaat setelah siswa berpartisipasi disebut
penguatan atau reinforcement. Reinforcement berbeda dengan reward. Reward merupakan
hadiah keberhasilan siswa yang mencapai hasil memuaskan dalam kegiatan pembelajaran.
Berbagai bentuk penguatan dapat dikombinasikan oleh guru, sehingga tidak terkesan
mengada-ada, tidak alami atau tidak spontan.

Keterampilan dasar memberikan penguatan perlu dimiliki oleh seorang guru, karena
terkadang guru suka bersikap dingin terhadap respon yang diberikan siswa ketika di kelas.
Sepertinya pemikiran tersebut tidak dihargai. Tentu hal ini dapat mengakibatkan
melemahnya motivasi dalam belajar. Tanpa motivasi, mungkin tidak akan tercipta
pembelajaran yang kondusif.

Dengan demikian, seorang guru harus mampu untuk menjaga motivasi belajar
siswanya agar dapat mencapai suatu hasil yang optimal ketika melakukan suatu proses
pembelajaran.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah yang dimaksud dengan penguatan dalam pembelajaran?


2. Apakah komponen-komponen yang terdapat dalam pemberian penguatan?

1
C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui pengertian dari penguatan dalam pembelajaran.


2. Untuk mengetahui komponen-komponen yang terdapat dalam pemberian penguatan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PENGUATAN

Penguatan adalah respon terhadap suatu perilaku yang dapat meningkatkan


kemungkinan berulangnya kembali perilaku itu. Dalam rangka pengelolaan kelas, dikenal
penguatan positif dan penguatan negatif. Penguatan positif adalah penguatan yang bertujuan
untuk mempertahankan dan memelihara perilaku positif, sedangkan penguatan negatif
merupakan penguatan perilaku dengan cara menghentikan atau menghapus rangsangan yang
tidak menyenangkan. Misalnya dalam penguatan negatif, guru memberikan sindiran kepada
siswa yang tidak memperhatikan saat guru tersebut menerangkan suatu materi pelajaran.

Manfaat penguatan bagi siswa, antara lain.

1. Meningkatnya perhatian dalam belajar.


2. Membangkitkan dan memelihara perilaku.
3. Menumbuhkan rasa percaya diri.
4. Memelihara suasana belajar yang kondusif.

Keterampilan memberikan penguatan merupakan keterampilan yang harus dikuasai


oleh guru karena penguatan yang diberikan kepada siswa akan membangkitkan semangat
dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Semangat siswa yang tinggi akan meningkatkan
daya tangkap ilmu sehingga nantinya tujuan yang ingin dicapai oleh guru dapat diraih
dengan baik.

Penguatan harus dilakukan secara merata kepada siswa yang baik ataupun kurang
baik perilakunya. Guru tidak boleh membeda-bedakan dalam memberikan penguatan.

B. KOMPONEN-KOMPONEN YANG TERDAPAT DALAM PEMBERIAN


PENGUATAN

a. Penguatan Verbal

Salah satu bentuk penguatan yang bisa diberikan oleh guru untuk memotivasi siswa
agar berpartisipasi dalam pembelajaran adalah lewat ucapan. Segala ungkapan kata-kata
yang dilontarkan guru untuk menanggapi balik aktivitas siswa termasuk ke dalam
penguatan verbal.

Beberapa contoh pemberian penguatan verbal.

1) Guru bertanya ,“Konsep apa yang diterapkan pada kapal laut?”

Beny mengacungkan tangan dan menjawab, “Hukum Archimedes, Bu!!”

3
Guru menanggap balik, “Ya benar. Bagaimana bunyi Hukum Archimedes?”

Beny menjawab, “Setiap benda padat yang dimasukan ke dalam zat cair akan
mendapat gaya ke atas seberat zat cair yang dipisahkan. Gaya ke atas itulah yang
membuat kapal terapung di dalam air.”

Guru menanggapi, “Hebat Beny. Kita beri tepuk tangan buat Beny.”

2) Pada saat belajar tentang tekanan, guru mengajukan pertanyaan, “Mengapa ujung
paku dibuat runcing?”

Sally menjawab, “Karena ujung paku yang runcing memiliki luas penampang kecil,
sehingga tekanan terhadap benda menjadi besar.”

Guru menanggap balik, “Iya, lengkap sekali jawaban Santi,” atau “Betul, tepat
sekali!!”

3) Pada saat belajar tentang pemuaian, guru meminta siswanya untuk menyebutkan
aplikasi konsep pemuaian di kehidupan sehari-hari.

Salah satu siswa menyebutkan, “Penyambungan rel kereta api, Bu!!”

Guru menanggapi balik, “Bagaimana dengan penyambungan rel kereta api?”

Siswa tersebut menjelaskan, “Pada daerah sambungan diberi jarak antara batang satu
dengan lainnya, sehingga pada saat panas batang tersebut memiliki tempat untuk
memuai.”

Guru memberikan tanggapan balik, “Tepat sekali. Kamu memang pintar, Nak!!”

4) Pada saat guru memberikan pertanyaan kepada siswanya. Jawaban dari siswa kurang
benar. Guru tidak boleh berkata, “Jawabanmu salah!!” atau “Bodoh sekali, Kamu!”.
Seharusnya guru berkata, “Ya, jawabanmu sudah baik tetapi masih kurang tepat. Ada
pendapat yang lain?”.

Beragam ucapan-ucapan lain yang bisa dilontarkan guru secara spontan, kata yang
digunakan diusahakan bervariasi agar tetap segar dan bersemangat.  Dengan ucapan
atau tanggapan balik tersebut siswa merasa terpuji, dihargai, diberikan perhatian, dan
yang tidak kurang pentingnya adalah siswa merasa bahwa belajar tersebut sangat
bermanfaat bagi dia.

b. Penguatan Non Verbal

Memberikan tanggapan balik yang bertujuan agar siswa terdorong untuk lebih
berprestasi, tidak terbatas dalam bentuk ucapan saja. Banyak bentuk pemberian
penguatan yang dapat dipilih oleh guru, sehingga tidak membosankan bagi siswa.
Bentuk-bentuk perbuatan tersebut dapat dibedakan dalam kategori berikut:

1) Mimik dan gerak badan

4
Komunikasi akan berjalan dengan baik apabila dua orang atau lebih yang
berinteraksi saling berhadapan. Selama proses interaksi tersebut dipertahankan agar
mimik muka atau wajah tidak cemberut, dingin, tanpa ekspresi, dan tampilan-
tampilan lain yang menimbulkan kesan tidak simpatik. Selama proses pembelajaran,
interaksi antara siswa dengan guru berlangsung terus menerus selama waktu 2 x 40
menit atau 2 x 45 menit.

Selama selang waktu yang relatif panjang tersebut diharapkan siswa berpartisipasi
secara aktif dan untuk mempertahankan kondisi positif tersebut guru secara
berkesinambungan memberikan berbagai penguatan. Salah satu bentuk penguatan
tersebut adalah mimik. Senyuman, anggukan, gelengan yang mengisyaratkan rasa
takjub dengan tanggapan siswa, mengangkat kedua alis, acungan jempol, dan lain-
lain. Variasi-variasi tersebut dapat dipilih dan divariasikan guru selama proses
pembelajaran berlangsung.

2) Mendekati

Setiap siswa memiliki kecenderungan yang sangat mungkin berbeda dengan


temannya. Ada siswa yang senang dipuji dan dibesarkan hatinya dengan kata-kata
manis dan simpatik, ada siswa yang puas hanya dengan senyuman atau tatapan
bangga sesaat dari gurunya. Tapi ada siswa yang berharap lebih dari itu. Mereka
lebih senang kalau guru berada di sampingnya saat memberikan penguatan.

Tipe siswa yang lebih suka didekati tersebut. Sebaiknya guru berusaha memenuhi
harapan tersebut. Karena tidak berat bagi guru untuk berpindah dari depan ke tempat
siswa yang baru saja memberi tanggapan atau jawaban dari pertanyaan yang
diberikan, atau memberi penjelasan. Mendekati di sini bukan sekedar berdekatan
secara fisik, tetapi digabung dengan bentuk penguatan yang lain, sehingga tidak
terkesan hambar atau dingin.

3) Sentuhan

Kontak fisik atau sentuhan yang diberikan oleh guru suatu kebanggaan tersendiri
bagi sekelompok siswa. Bagi siswa yang sudah memberikan jawaban pertanyaan,
melengkapi jawaban temannya atau memberi penjelasan, tanggapan bahkan kritikan
atau meralat argumentasi temannya, guru dapat memberikan penguatan dengan
menyalami, menepuk-nepuk pundak siswa, membelai kepala siswa atau sentuhan
lain yang membuat siswa bangga dan ingin tampil lebih baik lagi.

4) Kegiatan yang menyenangkan hati siswa

Guru yang profesional berusaha mengenal kecenderungan dan karakter semua


siswanya. Guru berusaha mengetahui hal-hal seperti apa yang lebih disenangi oleh
siswa. Sehingga apabila diberikan suatu tugas, mereka merasa senang
melakukannya.

Sehubungan dengan pemberian penguatan di dalam pembelajaran fisika guru juga


dapat memilih aktivitas yang membuat siswa senang. Misalnya, mengajukan
pertanyaan yang bersifat kompetisi dalam menjawab, memperagakan sesuatu di
depan kelas, mengerjakan latihan berbentuk teka-teki silang, melakukan studi tour,

5
atau memberikan tugas proyek dan banyak lagi aktivitas lain yang dapat dipilih dan
divariasikan.

Bentuk kegiatan yang dipilih oleh guru disesuaikan dengan kesenangan siswa di
dalam belajar fisika. Misalnya, apabila kelas tersebut dinominasi oleh siswa yang
senang berolahraga. Pada saat mempelajari gerak dalam bidang, guru membawa
siswa ke lapangan untuk memperagakan berbagai bentuk gerak parabola, gerak
melingkar, ataupun gerak pada bidang miring.

5) Simbol atau benda

Bentuk lain dari penguatan non verbal adalah simbol atau pemberian hadiah
berbentuk benda. Misalnya guru mempersiapkan mainan kecil dan lucu atau alat
tulis, atau mungkin hanya permen untuk dibagikan kepada siswa yang berpartisipasi
secara aktif di dalam pembelajaran.

Bagi siswa yang mendapatkan  hadiah, pemberian tersebut  akan mendorong dia
untuk tampil lebih baik dari sebelumnya. Sedangkan siswa yang lain menjadi lebih
bersemangat, juga ingin mendapat hadiah. Karena hadiah tersebut melambangkan
prestasi mereka dalam belajar fisika. Hadiah dapat memberi kebanggaan dan
mendorong semangat mereka untuk lebih baik lagi pada kesempatan berikutnya.

6) Penguatan tak penuh

Pada penguatan ini, siswa yang menyampaikan pendapat yang kurang benar atau
tidak benar tidak langsung disalahkan secara kasar tetapi dengan memberikan
penguatan tetapi tidak penuh, misalnya “Jawabanmu sudah baik, tetapi masih kurang
tepat”. Kemudian guru meminta siswa lain untuk menyempurnakan atau
menambahkan sehingga siswa tadi mengetahui bahwa jawabannya tidak seluruhnya
benar, namun juga tidak salah.

c. Prinsip dan cara penggunaan penguatan dalam pembelajaran

1. Prinsip penguatan dalam pembelajaran

Supaya penguatan yang diberikan oleh guru tepat sasaran. Pemberian penguatan
di dalam pembelajaran harus memperhatikan beberapa prinsip pemberian penguatan,
sebagai berikut:

(a) Hangat dan Antusias

Guru adalah pemberi semangat bagi siswanya. Semangat tentu saja tidak mampu
diberikan oleh orang yang kurang atau tidak bersemangat. Aktivitas yang bertujuan
memberikan semangat tersebut juga tidak akan sampai pada sasaran, apabila
pemberiannya dilakukan tanpa dukungan kehangatan. Kehangatan yang ditampilkan
oleh guru secara psikologis berdampak positif terhadap siswa. Kehangatan tersebut
dapat mencairkan suasana kaku, diam, ramai, dan tegang menjadi kondusif.

Sikap antusias dalam batas kewajaran atau tidak berlebihan punya makna sendiri
di hati siswa. Melihat gurunya antusias, siswa yang tadinya malas, mengantuk,

6
capek, atau melakukan aktivitas lain menjadi tertarik ikut di dalam pembelajaran.
Jadi apabila sebelumnya hanya sebagian siswa yang aktif di dalam pembelajaran,
sikap antusias yang ditampilkan guru dapat menarik yang belum aktif menjadi aktif.

(b) Kebermaknaan

Penguatan yang diberikan oleh guru sangat berarti atau bermakna bagi siswa.
Mereka merasa lebih percaya diri, merasa dihargai, merasa diperhatikan, merasa
berhasil dalam belajar, merasa terpuji dan tersanjung. Perasaan ini berdampak
terhadap mental mereka. Siswa jadi lebih berani mengemukakan pendapatnya,
meningkat rasa ingin tahunya, dan lebih percaya diri. Dengan demikian diharapkan
partisipasinya menjadi lebih baik pada kesempatan berikutnya.

Bila guru melakukan penguatan secara tepat dan terus menerus, rasa ingin tahu
siswa terpenuhi, akibatnya mereka merasakan bahwa belajar fisika membuat mereka
jadi tahu banyak hal. Apa yang mereka ketahui tersebut membantu mereka
menjawab pertanyaan tentang suatu kejadian, yang mungkin sebelumnya membuat
mereka penasaran atau bingung.

(c) Menghindari respon negatif

Kadangkala siswa kurang baik dalam mengungkapkan buah pikirannya di dalam


kelas atau bahkan bisa jadi pendapat tersebut keliru. Seorang guru profesional
berusaha membesarkan hati siswa dengan tanggapan yang positif. Tidak langsung
menyalahkan atau menghakimi siswa di hadapan teman-temannya. Contoh.

 Guru tahu ada siswa yang kurang memperhatikan pada saat memperagakan. Guru
berpikir mungkin si siswa sudah paham, jadi demonstrasi itu tidak menarik buat
dia.
 Guru menganggap semua siswa sudah paham dan bersiap untuk memberi
kesempatan kepada siswa untuk berlatih menggunakan jangka sorong.
 Guru menunjuk siswa yang tadinya tidak memperhatikan untuk membaca hasil
pengukuran dan menyampaikan kepada teman-temannya.
 Siswa tersebut tidak tahu cara membacanya, sehingga kebingungan.

Pada kejadian seperti ini, seorang guru professional guru tidak langsung
menyalahkan atau memarahi siswa karena tidak memperhatikan sewaktu guru
menerangkan pelajaran. Guru bisa menunjuk siswa lain untuk melaksanakan tugas
itu dan siswa tadi disuruh memperhatikan. Kepada siswa yang menggantikan tugas
tadi guru memberi penguatan dan kepada siswa pertama. Guru memberikan
dorongan agar belajar lebih tekun atau lebih serius dari sebelumnya. Guru tidak perlu
mengeluarkan ucapan, “Makanya perhatikan saat saya menerangkan, jangan sok
tahu!!”

Ucapan atau tanggapan negatif dapat merusak kondisi kelas. Tidak hanya siswa
yang mendapat perlakuan tidak enak saja yang terpengaruh, siswa lain akan ikut
terkena dampaknya. Perasaan tenang yang dirasakan siswa-siswa lain bisa berubah
menjadi tertekan, takut, cemas, dan was-was akan menghantui mereka. Suasana yang
tadinya santai dan nyaman bagi sebagian siswa berubah menjadi menegangkan.

7
Akibatnya mereka tidak konsentrasi lagi mengikuti pelajaran. Khawatir hal yang
sama menimpa mereka.

Siswa yang menerima perlakuan atau tanggapan yang tidak mengenakan atau
bersifat negatif, bukannya akan menjadi bersemangat. Tetapi malah semakin
mundur. Dia malu dengan guru dan teman-temannya. Merasa diadili, dipersalahkan,
dinilai tidak mampu, dan berbagai perasaan lainnya. Ini dapat berakibat tumbuhnya
rasa antipati terhadap guru dan pelajaran fisika dan menimbulkan ketidaknyamanan
dan lebih ekstrim lagi menimbulkan dendam dan rasa benci. Jadi sebaiknya guru
tidak pernah memberikan tanggapan negatif terhadap siswa. Guru boleh menghukum
atau memarahi siswa, tetapi harus dengan santun dan penuh rasa kasih orang tua
kepada siswanya.

(d) Pemberian penguatan dengan segera

Penguatan seharusnya diberikan dengan segera setelah muncul tingkah laku atau
respon dari siswa. Penguatan yang ditunda pemberiannya, cenderung menyebabkan
menjadi kurang efektif. Agar dampak positif yang diharapkan tidak menurun bahkan
hilang, penguatan haruslah diberikan segera setelah siswa menunjukkan respon yang
diharapkan. Dengan kata lain, tidak ada waktu tunggu antara respon yang
ditunjukkan dengan penguatan yang diberikan.

(e) Variasi bentuk penguatan

Proses pembelajaran yang bersifat tatap muka berlangsung 1  atau 2 jam


pelajaran, sekitar 40 atau 45 sampai 80 atau 90 menit. Waktu yang cukup lama untuk
menjaga interaksi positif berlangsung secara terus menerus, atau untuk
mempertahankan semangat belajar.

Banyak aktivitas dan tugas yang bisa diberikan guru selama selang waktu
tersebut. Tentu saja beragam pula pertisipasi yang bisa diberikan oleh siswa. Setiap
sumbangan pikiran siswa layak diberikan penghargaan, semua siswa berhak
mendapatkan penguatan. Agar tidak membosankan dan selalu hidup, guru harus
pintar memvariasikan berbagai bentuk penguatan. Kadang mengatakan bagus, pada
kesempatan lain mengacungkan jempol, berikutnya tersenyum sambil
menganggukan kepala, lalu mendekati siswa, begitu seterusnya. Sehingga ucapan
atau tanggapan yang sama tidak keluar berulang-ulang dalam waktu terbatas.

2. Prinsip penggunaan penguatan dalam pembelajaran

Ada dua cara dalam menggunakan penguatan, antara lain:

(a) Penguatan kepada pribadi tertentu

Penguatan harus jelas kepada siapa ditujukan. Karena apabila tidak, akan kurang
efektif. Oleh karena itu, sebelum memberikan penguatan, guru terlebih dahulu
menyebut nama siswa yang bersangkutan sambil menatap kepadanya.

(b) Penguatan kepada kelompok

8
Penguatan dapat pula diberikan kepada sekelompok siswa, misalnya “Bapak
sangat senang kalian menyelesaikan tugas ini dengan baik”. Dapat juga memberikan
sebuah penghargaan lain.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Penguatan adalah respon terhadap suatu perilaku yang dapat meningkatkan


kemungkinan berulangnya kembali perilaku itu.

Komponen-komponen yang terdapat dalam pemberian penguatan, antara lain penguatan


verbal dan penguatan non verbal. Penguatan verbal adalah respon yang ditunjukkan secara
lisan atau ucapan terhadap suatu perilaku. Penguatan non verbal adalah respon yang
ditunjukkan dengan perbuatan-perbuatan yang berupa mimik, gerak badan, mendekati
siswa, menyentuh, hal yang menyenangkan hati siswa, simbol atau benda, dan penguatan
tak penuh.

Pemberian penguatan di dalam pembelajaran harus memperhatikan beberapa prinsip


pemberian penguatan, antara lain memberikan kehangatan, keantusiasan, kebermaknaan,
menghindari respon negatif, pemberian penguatan dengan segera, dan memvariasikan
bermacam-macam bentuk penguatan.

Ada dua cara dalam menggunakan penguatan, antara lain penguatan kepada pribadi
tertentu dan penguatan kepada kelompok.

Pemberian penguatan dalam proses pembelajaran mempunyai beberapa kelebihan


apabila dapat dilakukan dengan tepat, antara lain dapat meningkatkan perhatian dan
motivasi siswa terhadap materi, dapat mendorong siswa untuk berbuat baik dan produktif,
dapat menumbuhkan rasa kepercayaan diri siswa itu sendiri, dapat meningkatkan cara
belajar siswa menjadi aktif, dan dapat mendorong siswa untuk meningkatkan belajarnya
secara mandiri.

Pemberian penguatan yang diberikan tidak sesuai dengan tindakan yang dilakukan
siswa tersebut akan menyebabkan siswa enggan belajar. Pemberian penguatan yang
berlebihan juga akan berakibat fatal.

B. SARAN

Diharapkan setelah membaca makalah ini, para pembaca terutama untuk para calon
guru atau pendidik dapat lebih mengetahui keterampilan dalam memberikan penguatan
dalam proses pembelajaran. Sehingga hubungan antara guru dan siswa dapat terjalin dengan
baik, dan suasana di dalam kelas tercipta menyenangkan dan tidak tegang.

9
DAFTAR PUSTAKA

Aini, Nur. 2010. Keterampilan Memberi Penguatan, (Online),


(http://zanuraini.blogspot.com, diakses tanggal 25 Agustus 2011).

Badarudin. 2011. Keterampilan Dasar Mengajar, (Online), (http://ayahalby.wordpress.com,


diakses tanggal 25 Agustus 2011).Churohman,

David. 2011. Keterampilan Penguatan, (Online), (http://davidstkipmpl.wordpress.com,


diakses tanggal 25 Agustus 2011).

Sofa. 2010. Penguatan, Variasi, dan Keterampilan Menjelaskan dalam Mengajar, (Online),
(http://massofa.wordpress.com, diakses tanggal 26 Agustus 2011).

Wartono. 2003. Keterampilan Dasar Mengajar. Malang: Universitas Kanjuruhan.

10

Anda mungkin juga menyukai