Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Kesehatan didalam hidup seseorang merupakan hal yang penting, namun banyak
orang masih belum menyadari bahwa begitu pentingnya kesehatan didalam kehidupannya.
Masyarakat memiliki hak didalam memperoleh pelayanan kesehatan hal ini berdasarkan
undang-undang dasar 1945 yang tercantum didalam pasal 28 ayat I. Untuk itu diperlukan
suatu tindakan yang harus diambil dalam meningkatkan pelayanan kesehatan bagi
masyarakat. Tindakan yang perlu bagi masyarakat adalah salah satunya dengan promosi
kesehatan.
Promosi kesehatan yang akan diberikan kepada masyarakat harus memiliki prinsip,
metode, media juga strategi dan akan diintervensikan ketika dalam memberikan pelayanan
kesehatan pada masyarkat.Sehingga promosi kesehatan yang diberikan kepada masyarakat
dapat dimengerti masyarakat dan ditampilkan dalam bentuk perubahan perilaku masyarakat
yang lebih baik dalam prilaku kesehatan.

Mengingat tugas kita sebgaai tim medis adalah salah satunya memperkanalkan bagaimana
cara hidup sehat dengan masyarakat maka didalam makalah ini kami akan membahas tentang
“PromosiKesehatan”.
B. SEJARAH PROMOSI KESEHATAN
 
Sejarah kesehatan masyarakat (public health) mengisahkan tentang dua tokoh
metologi Yunani, yaitu Asclepius (dalam literatur lain juga disebut Asculapius) dan Higiea.
Berdasarkan mitors Yunani yang dikisahkan Asculapius adalah seorang dokter pertama yang
tampan dan pandai. Ia dapat mengoati penyakit dan bahkan melakukan bedah berdasarkan
prosedur tertentu dengan baik.

 Selanjutnya Higiea adalah asistennya yang kemudian menjadi istri Asclepius, juga
memberikan jasa berupa melakukan kegiatan-kegiatan untuk pencegahan penyakit. Upayanya
berupa mengajarkan masyarakat untuk berprilaku hidup bersih. Ia menekankan bahwa
penyakit tidak akan terjadi jika manusia dapat menjalankan hidup seimbang dan kebersihan
diri, antara lain menghindari makanan dan minuman kotor, beracun, makan makanan yang
bergizi, dan cukup istirahat. Apabila orang telah jatuh sakit, Higiea menganjutkan melakukan
upaya-upaya secara alamiah antara lain memperkuat tubuhnya dengan makanan yang baik,
dari pengobatan.

 Dari mitos tersebut dilihat adanya perbedaan dalam konsep kesehatan, tetapi justru saling
melengkapi.
 Apabila Asclepius melakukan pendekatan pengobatan penyakit maka Higiea dengan
pencegahan penyakit. Perkembangan selanjutnya mitos ini melahirkan dua aliran ilmu yang
berbeda, yaitu Asclepius cenderung menunggu terjadinya penyakit dengan metode
pendekatan kuratif atau pengobatan. Kelompok ini melahirkan ilmu kedokteran dengan
profesinya sebagai dokter, dokter gigi, perawat, perawat gigiy, dan lain-lain. Sedangkan
aliran Higiea cenderung melakukan pendekatan dengan pencegahan penyakit serta upaya
peningkatan atau promosi kesehatah. Aliran ini melahirkan ilmu kesehatan masyarakat
(public health) dengan profesi-profesi terkait, yaitu sanitarian, ahli gizi, dan profesi lain yang
melakukan upaya pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan.

 Cerita di atas merupakan embrio dari ilmu kedokteran dan ilmu kesehatan masyarakat.
Namun, sebelum berkembang menjadi cabang ilmu pengetahuan masih melewati berbagai
fase.
1. Era propaganda dan Pendidikan Kesehatan Rakyat (masa kemerdekaan sampai
1960an)
2. Pada tahun 1924 oleh pemerintah Belanda dibentuk Dinas Higiene. Kegiatan
pertamanya berupa pemberantasan cacing tambang di daerah Banten. Bentuk
usahanya dengan mendorong rakyat untuk membuat kakus/jamban sederhana dan
mempergunakannya. Lambat laun pemberantasan cacing tambang tumbuh menjadi
apa yang dinamakan “Medisch Hygienische Propaganda”. Propaganda ini kemudian
meluas pada penyakit perut lainnya, bahkan melangkah pula dengan penyuluhan di
sekolah-sekolah dan pengobatan kepada anak-anak sekolah yang sakit. Timbullah
gerakan, untuk mendirikan “brigade sekolah” dimana-mana.

Perintisan Pendidikan Kesehatan Rakyat oleh Dr. R. Mohtar


Era Pendidikan dan Penyuluhan Kesehatan (1960-1980)
- Munculnya istilah Pendidikan Kesehatan dan diterbitkannya UU Kesehatan 1960
- Ditetapkannya Hari Kesehatan Nasional (12 November 1964)
Era PKMD, Posyandu dan Penyuluhan Kesehatan melalui Media Elektronik (1975-1995)
- Peran serta dan pemberdayaan masyarakat (Deklarasi Alma Ata, 1978)
- Munculnya PKMD (Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa)
- Munculnya Posyandu
- Penyuluhan kesehatan melalui media elektronik (dialog interaktif, sinetron dll)
Era Promosi dan Paradigma Kesehatan (1995-2005)
  Konferensi Internasional Promosi Kesehatan I di Ottawa, Kanada, munculnya istilah
promosi kesehatan (Ottawa Charter, 1986) memuat 5 strategi pokok Promosi Kesehatan,
yaitu :
(1) Mengembangkan kebijakan yang berwawasan kesehatan (healthy public policy);
(2) Menciptakan lingkungan yang mendukung (supportive environment);
(3) Memperkuat gerakan masyarakat (community action);
(4) Mengembangkan kemampuan perorangan (personnal skills) ; dan
(5) Menata kembali arah pelayanan kesehatan (reorient health services).
 
Konferensi Internasional Promosi Kesehatan II di Adelaide, Australia (1988).
Konferensi ini menekankan 4 bidang prioritas, yaitu:
(1) Mendukung kesehatan wanita;
(2) Makanan dan gizi;
(3) Rokok dan alkohol; dan
(4) Menciptakan lingkungan sehat.
 

Konferensi Internasional Promosi Kesehatan III di Sundval, Swedia (1991).


Konferensi ini mengemukakan 4 strategi kunci, yakni:
(1) Memperkuat advokasi diseluruh lapisan masyarakat;
(2) Memberdayakan masyarakat agar mampu menjaga kesehatan dan Lingkungan
(3) Membangun aliansi; dan
(4) Menjadi penengah diantara berbagai konflik kepentingan di tengah masyarakat.
A. Prinsip Promosi Kesehatan
1. Pengertian Promosi Kesehatan
WHO berdasarkan piagam Ottawa (1986) dalam Heri.D.J. Maulana (2009) hal. 19,
mendefinisikan promosi kesehatan adalah suatu proses yang memungkinkan individu
meningkatkan kontrol terhadap kesehatan dan meningkatkan kesehatannya berbasis filosofi
yang jelas mengenai pemberdayaan diri sendiri.
Promosi kesehatan merupakan proses pemberdayaan seseorang untuk meningkatkan
control dan peningkatan kesehatannya. WHO menekankan bahwa promosi kesehatan
merupakan suatu proses yang bertujuan memungkinkan individu meningkatkan kontrol
terhadap kesehatan dan meningkatkan kesehatannya berbasis filosofi yang jelas mengenai
pemberdayaan diri sendiri (Maulana,2009).

Promosi Kesehatan juga berarti upaya yang bersifat promotif (peningkatan) sebagai
perpaduan dari upaya preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif
(pemulihan) dalam rangkaian upaya kesehatan yang komprehensif. Promosi kesehatan, selain
tetap menekankan pentingnya pendekatan edukatif yang selanjutnya disebut gerakan
pemberdayaan masyarakat, juga perlu dibarengi dengan upaya advokasi dan bina suasana
(social support).

Promosi kesehatan berpatokan pada PHBS yang dikembangkan dalam 5 tatanan yaitu
di rumah/tempat tinggal (where we live), di sekolah (where we learn), di tempat kerja (where
we work), di tempat-tempat umum (where we play and do everything) dan di sarana
kesehatan (where we get health services). Pada promosi kesehatan, peran kemitraan lebih
ditekankan lagi, yang dilandasi oleh kesamaan (equity), keterbukaan (transparancy) dan
saling memberi manfaat (mutual benefit). Kemitraan ini dikembangkan antara pemerintah
dengan masyarakat termasuk swasta dan Lembaga Swadaya Masyarakat, juga secara lintas
program dan lintas sektor. Promosi Kesehatan sebenarnya juga lebih menekankan pada
proses atau upaya, dengan tanpa mengecilkan arti hasil apalagi dampak kegiatan. Jadi
sebenarnya sangat susah untuk mengukur hasil kegiatan, yaitu perubahan atau peningkatan
perilaku individu dan masyarakat. Yang lebih sesuai untuk diukur: adalah mutu dan
frekwensi kegiatan seperti: advokasi, bina suasana, gerakan sehat masyarakat, dll.
C. SASARAN PROMOSI KESEHATAN

Berdasarklan pentahapan upaya promosi kesehatan, maka sasaran dibagi dalam tiga
kelompok sasaran, yaitu :

1. Sasaran Primer (primary target)

Sasaran umumnya adalah masyarakat yang dapat dikelompokkan menjadi, kepala keluarga
untuk masalah kesehatan umum, Ibu hamil dan menyusui anak untuk masalah KIA
(Kesehatan Ibu dan Anak) serta anak sekolah untuk kesehatan remaja dan lain sebagianya.
Sasaran promosi ini sejalan dengan strategi pemberdayaan masyarakat (empowerment).

2. Sasaran Sekunder (secondary target)

Sasaran sekunder dalam promosi kesehatan adalah tokoh-tokoh masyarakat, tokoh agama,
tokoh adat, serta orang-orang yang memiliki kaitan serta berpengaruh penting dalam kegiatan
promosi kesehatan, dengan harapan setelah diberikan promosi kesehatan maka masyarakat
tersebut akan dapat kembali memberikan atau kembali menyampaikan promosi kesehatan
pada lingkungan masyarakat sekitarnya.

Tokoh masyarakat yang telah mendapatkan promosi kesehatan diharapkan pula agar dapat
menjadi model dalam perilaku hidup sehat untuk masyarakat sekitarnya.

3. Sasaran Tersier (tertiary target)

Adapun yang menjadi sasaran tersier dalam promosi kesehatan adalah pembuat keputusan
(decission maker) atau penentu kebijakan (policy maker). Hal ini dilakukan dengan suatu
harapan agar kebijakan-kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok tersebut
akan memiliki efek/dampak serta pengaruh bagi sasaran sekunder maupun sasaran primer dan
usaha ini sejalan dengan strategi advokasi (advocacy)
D. STRATEGI PROMOSI KESEHATAN

Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Ottawa-Canada (1986) menghasilkan piagam


Ottawa Charter yang rumusan strateginya dikelompokkan menjadi 5 butir,yaitu:

a) Kebijakan Berwawasan Kesehatan (Health Public Policy)

Adalah ͢kegiatan yang ditujukan kepada para pembuat keputusan/ penentu kebijakan yang
berwawasan kesehatan. Setiap kebijakan pembangunan di bidang apa saja harus
mempertimbngkan dampak kesehatannya bagi masyarakat. Misalnya, orang yang mendirikan
pabrik/ industri, sebelumnya harus dilakukan analisis dampak lingkungan agar tidak tercemar
dan tidak berdampak kepada masyarakat.

b) Lingkungan Yang Mendukung (Supportive environtment)

Adalah kegiatan untuk mengembangkan jaringan kemitraan dan suasana yang mendukung
yang ditujukan pada:
-pemimpin organisasi masyarakat
-pengelola tempat –tempat umum
Diharapkan memperhatikan dampak terhadap lingkungan, baik lingkungan fisik maupun
lingkungan non fisik mendukung atau kondusif terhadap kesehatan masyarakat.

c) Reorientasi Pelayanan Kesehatan (Reorient Health Services)

Melibatkan masyarakat dalam pelayanan kesehatan untuk memelihara dan meningkatkan


kesehatannya sendiri. Bentuk pemberdayaan masyarakat yaitu LSM yang peduli terhadap
kesehatan baik dalam bentuk pelayanan maupun bantuan teknis (pelatihan-pelatihan) sampai
upaya swadaya masyarakat sendiri.

d) Keterampilan Individu (Personal Skill)

Kesehatan masyarakat adalah kesehatan agregat yang terdiri dari kelompok, keluarga dan
individu- individu. Meningkatnya keterampilan setiap anggota masyarakat agar mampu
memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri ( personal skill) sangat penting.
Masing-masing individu seyogyanya mempunyai pengetahuan dan kemampuan yang baik
terhadap :
-cara – cara memelihara kesehatannya
-mengenal penyakit2 dan penyebabnya
-mampu mencegah penyakit
-mampu meningkatkan kesehatannya
-mampu mencari pengobatan yang layak bilamana sakit
e) Gerakan Masyarakat(Community Action)

Derajat kesehatan masyarakat akan efektif apabila unsur-unsur yang ada di masyarakat
tersebut bergerak bersama-sama. Dari kutipan piagam Ottawa, dinyatakan bahwa: Promosi
Kesehatan adalah upaya yang dilakukan terhadap masyarakat sehingga mereka mau dan
mampu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan sendiri.

Berdasarkan pada 3 hal tersebut sebagai arahan atau dapat dikatakan sebagai misi
promosi kesehatan, Piagam Otawa merumuskan makna atau arti dari gerakan kegiatan
promosi kesehatan. Selanjutnya gerakan ini dapat dipandang sebagai strategi promosi
pesehatan, sebagi pelengkap dari strategi promosi kesehatan yang telah dirumuskan oleh
WHO tahun 1984. Gerakan atau strategi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Mengembangkan Kebijakan Publik Berwawasan Sehat (Build Healthy Public
Policy):

Promosi kesehatan tidak sekedar pada tingkat pelayanan kesehatan semata. Promosi
kesehatan menempatkan kesehatan pada agenda di tingkat pengambil keputusan di berbagai
sektor di tiap lapisan sistem sosial, mengarahkan mereka untuk menyadari konsekuensi
kesehatan dari keputusan yang mereka ambil serta menerima tanggung jawab mereka dalam
upaya kesehatan.
Kebijakan promosi kesehatan mengkombinasikan pendekataan yang berbeda, tapi saling
terkait, mencakup perubahan perundang-undangan, pengukuran fiskal, pajak dan perubahan
organisasi. Harus ada aksi yang terkordinir yang mengarah pada kebijakan kesehatan,
penghasilan dan kebijakan umum (sosial) yang mempercepat upaya kesetaraan/keadilan yang
lebih baik. Kerja sama aksi membantu jaminan pelayanan yang lebih aman dan lebih sehat,
lebih bersih dan lingkungan yang lebih nyaman.
Kebijakan promosi kesehatan membutuhkan upaya identifikasi hambatan-hambatan dalam
mengadopsi kebijakan umum yang sehat untuk sektor non kesehatan, dan cara mengatasi
hambatan tersebut.
Dalam menentukan sasaran harus dapat menciptakan berbagai pilihan yang lebih sehat dan
lebih mudah bagi pembuat kebijakan.
2. Menciptakan Lingkungan yang Mendukung (Supportive Environment)
Masyarakat kita sangat kompleks, saling terkait, saling mempengaruhi dan saling tergantung.
Kesehatan tidak dapat dipisahkan dari tujuan hidup lainnya. Kaitan yang tak terpisahkan
antara manusia dan lingkungannya merupakan dasar pendekatan sosio-ekologis untuk
kesehatan. Seluruh prinsip dasar bagi dunia, negara, wilayah dan masyarakat pada umumnya
merupakan suatu kebutuhan untuk mendorong saling menjaga, saling menolong sesama
anggota masyarakat dan menjaga kelestarian lingkungan. Konservasi lingkungan alam di
kawasan dunia harus ditekankan sebagai tanggung jawab global.
Perubahan gaya hidup, cara kerja dan kegiatan rekreasi mengandung dampak yang signifikan
terhadap kesehatan. Aktivitas kerja dan rekreasi seharusnya merupakan sumber kesehatan
manusia. Cara masyarakat mengatur pekerjaan harus membantu menciptakan masyarakat
sehat. Promosi kesehatan menggerakan kondisi kerja dan kehidupan yang aman, merangsang,
memuaskan serta nyaman.

Perkiraan yang sistematik dari dampak kesehatan yang diakibatkan oleh perubahan
lingkungan yanga cepat, khususnya di bidang teknologi, pekerjaan, produksi bahan bakar dan
urbanisasi merupakan hal penting dan harus diikuti oleh aksi untuk menjamin manfaat yang
positif bagi kesehatan masyarakat. Pelestarian dan perlindungan terhadap lingkungan dan
sumber daya alam harus dicanangkan dalam setiap strategi Promosi kesehatan.
3. Memperkuat Aksi/Gerakan Masyarakat (Strengthening Community Action)
Mekanisme promosi kesehatan berfungsi melalui aksi atau gerakan masyarakat yang konkrit
dan efektif dalam penetuan prioritas, pengambilan keputusan, strategi perencanaan serta
penerapannya untuk mencapai status kesehatan yang lebih baik. Inti dari proses ini adalah
Pemberdayaan Masyarakat (empowerment) - kepemilikan serta kendali (control) terhadap
keinginan dan nasib mereka.
Pengembangan masyarakat diarahkan untuk mencari potensi diri dan sumber data materi
yang ada dalam masyarakat guna meningkatkan kemandirian (self-help) dan dukungan sosial
(sosial support) yang ada dalam masyarakat guna meningkatkan kemandirian dan dukungan
sosial untuk mengembangkan sistem yang fleksibel guna merangsang keterlibatan
masyarakat dalam setiap program kesehatan. Hal ini membutuhkan akses yang memadai
terhadap informasi, kesempatan belajar yang luas dan terus menerus serta penggalian sumber
dana.
4. Pengembangan Keterampilan Perseorangan (Develop Personal Skills)
Promosi kesehatan menunjang pengembangan personal dan sosial melalui penyediaan
akses informasi, pendidikan kesehatan serta peningkatan keterampilan diri. Dengan demikian,
maka promosi kesehatan dapat memperluas pilihan-pilihan yang tersedia bagi anggota
masyarakat menggunakan kendali (control) terhadap kesehatan dan lingkungan, serta
menentukan pilihan yang bermanfaat bagi kesehatan.
Adalah penting memahami kondisi tubuh seseorang untuk mengenal kapan dan mengapa
terjadi masalah. Perubahan kecil yang terjadi pada salah satu fungsi tubuh dapat menjadi
bukti bahwa ada sesuatu yang salah, sehingga memungkinkan untuk pencegahan risiko
penyakit dan tetap sehat.
Menyediakan kemungkinan orang untuk belajar, melalui pengalaman hidup sehari-hari,
menyiapkan diri menghadapi masalah penyakit dan kecelakaan merupakan hal yang sangat
penting. Kesempatan ini dapat difasilitasi pada tatanan sekolah, rumah tangga, tempat kerja
serta pada tataanan masyarakat umum. Aksi-aksi ini diperlukan melalui institusi pendidikan,
profesi, komersial dan lembaga swadaya masyarakat (LSM).

5. Reorientasi sistem Pelayanan Kesehatan (Reorient Health Services)


Tanggung jawab promosi kesehatan dalam pelayanan kesehatan menyebar di tingkat
individual, keluarga, masyarakat, kelompok, petugas kesehatan, institusi pelayanan kesehatan
dan pemerintah. Semua harus bekerja sama dalam upaya pelayanan kesehatan demi
terciptanya status kesehatan yang optimal. Sistem pelayanan kesehatan tidak lagi berorientasi
kuratif, tetapi juga mencakup upaya-upaya preventif, rehabilitatif dan promotif, disamping
upaya-upaya lainnya yang memungkinkan berbagai pihak terlibat dalam memecahkan
masalah kehidupan masyarakat secara menyeluruh.
Peran sektor pelayanan kesehatan harus bergerak dengan cepat mengikuti arah perkembangan
program-program promosi kesehatan disamping tanggung jawabnya dalam
menyelenggarakan pelayanan klinis dan kuratif. Pelayanan kesehatan harus
mempertimbangkan kepekaan sosiobudaya seperti adat, tradisi dan kebiasaan serta kebutuhan
masyarakat setempat. Reorientasi upaya pelayanan kesehatan juga harus menaruh perhatian
pada riset-riset kesehatan serta perubahan yang terjadi, arah pendidikan profesi dan
pendidikan keterampilan Orientasi ini harus dapat menciptakan atau merangsang suatu
perubahan sikap, perilaku, dan perubahan organisasi pelayanan kesehatan yang berfokus pada
kebutuhan total individu sebagai manusia seutuhnya.i
Strategi merupakan cara untuk mencapai/mewujudkan visi dan misi
pendidikan/promosi kesehatan tersebut secara efektif dan efisien. Berikut adalah beberapa
strategi yang dapat dilakukan dalam promosi kesehatan :

1. Strategi Global (Global Strategy)

* Advokasi (advocacy)

* Dukungan sosial (social support)

* Pemberdayaan masyarakat (empowerment)

2. Strategi Promosi Kesehatan Berdasarkan Piagam Ottawa (Ottawa Charter)


Konfrensi internasional promosi kesehatan di Ottawa-Canada tahun 1986 telah menghasilkan
Piagam Ottawa (Ottawa Charter), dan salah satunya adalah rumusan strategi promosi
kesehatan yang telah dikelompokkan menjadi lima bagian diantaranya :

* Kebijakan berwawasan kesehatan (healthy public policy).

* Lingkungan yang medukung (supportive environment)

* Reorientasi pelayanan kesehatan (reorient health service).

* Keterampilan individu (personal skill).

* Gerakan masyarakat (community action).

1. Metode dan Media Promosi Kesehatan

Metode :

1. Metode Promosi Individual

–  Bimbingan dan penyuluhan

–   Interview (wawancara)

2.Metode Promosi Kelompok

–  Kelompok Besar

a)  Ceramah

b)  Seminar
–   Kelompok Kecil

a)    Diskusi

b)    Brain Storming

c)    Snow Ball

d)    Buzz Group

e)    Role Play

f)     Permainan Simulasi

1. Metode Promosi Kesehatan Massal

–       Public Speaking

–       Media Massa


E. TUJUAN PROMOSI KESEHATAN.
Green,1991 dalam Maulana,2009,tujuan promosi kesehatan terdiri dari tiga tingkatan yaitu:
a. Tujuan Program
Refleksi dari fase social dan epidemiologi berupa pernyataan tentang apa yang akan dicapai
dalam periode tertentu yang berhubungan dengan status kesehatan. Tujuan program ini juga
disebut tujuan jangka panjang, contohnya mortalitas akibat kecelakaan kerja pada pekerja
menurun 50 % setelah promosi kesehatan berjalan lima tahun.

b. Tujuan Pendidikan
Pembelajaran yang harus dicapai agar tercapai perilaku yang diinginkan. Tujuan ini
merupakan tujuan jangka menengah, contohnya : cakupan angka kunjungan ke klinik
perusahaan meningkat 75% setelah promosi kesehatan berjalan tiga tahun.

c. Tujuan Perilaku
Gambaran perilaku yang akan dicapai dalam mengatasi masalah kesehatan. Tujuan ini
bersifat jangka pendek, berhubungan dengan pengetahuan, sikap, tindakan, contohnya:
pengetahuan pekerja tentang tanda-tanda bahaya di tempat kerja meningkat 60% setelah
promosi kesehatan berjalan 6 bulan

F. RUANG LINGKUP PROMOSI KESEHATAN 


 
Secara sederhana ruang lingkup promosi kesehatan diantaranya sebagai berikut :
Promosi kesehatan mencakup pendidikan kesehatan (health education) yang penekanannya
pada perubahan/perbaikan perilaku melalui peningkatan kesadaran, kemauan dan
kemampuan.
Promosi kesehatan mencakup pemasaran sosial (social marketing), yang penekanannya pada
pengenalan produk/jasa melalui kampanye.
Promosi kesehatan adalah upaya penyuluhan (upaya komunikasi dan informasi) yang
tekanannya pada penyebaran informasi.
Promosi kesehatan merupakan upaya peningkatan (promotif) yang penekanannya pada upaya
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.
Promosi kesehatan mencakup upaya advokasi di bidang kesehatan, yaitu upaya untuk
mempengaruhi lingkungan atau pihak lain agar mengembangkan kebijakan yang berwawasan
kesehatan (melalui upaya legislasi atau pembuatan peraturan, dukungan suasana dan lain-lain
di berbagai bidang /sektor, sesuai keadaan).
 Ruang lingkup atau bidang garapan promosi kesehatan baik sebagai ilmu (teori) maupun
sebagai seni (aplikasi) mencakup berbagai bidang atau cabang keilmuan lain. Ilmu-ilmu yang
dicakup promosi kesehatan dapat dikelompokkan menjadi 2 bidang yaitu:

Ilmu perilaku, yakni ilmu-ilmu yang menjadi dasar dalam membentuk perilaku
manusia terutama psikologi, antropologi dan sosiologi.
Ilmu-ilmu yang diperlukan untuk intervensi perilaku (pembentukkan dan perubahan
perilaku ), antara lain pendidikan komunikasi, manajemen, kepemimpinan dan sebagainya.
 Disamping itu, promosi kesehatan juga didasarkan pada dimensi dan tempat pelaksanaannya.
Oleh sebab itu ruang lingkup promosi kesehatan dapat didasarkan pada dua dimensi, yaitu
dimensi aspek sasaran pelayanan kesehatan, dan dimensi tempat pelaksanaan promosi
kesehatan atau tatanan (setting).

Ruang lingkup promosi kesehatan berdasarkan aspek pelayanan kesehatan, secara


garis besarnya terdapat 2 jenis pelayanan kesehatan, yakni:
Pelayanan preventif dan promotif, adalah pelayanan bagi kelompok masyarakat yang sehat,
agar kelompok itu tetap sehat bahkan meningkat status kesehatannya. Pada dasarnya
pelayanan ini dilaksanakan oleh kelompok profesi kesehatan masyarakat.
Pelayanan promotif
Sasaran : Kelompok orang sehat
Tujuan : Mampu meningkatkan kesehatannya
Dalam suatu populasi 80% - 85% orang yg benar-benar sehat (Survei di negara
berkembang) sehingga memelihara kesehatannya sehingga jumlahnya dapat dipertahankan

Pelayanan preventif

Sasaran : Kelompok orang sehat & kelompok high risk (bumil, bayi, obesitas, PSK
dan lain-lain)
Tujuan : Mencegah kelompok tersebut agar tidak jatuh sakit
Pelayanan kuratif dan rehabilitatif, adalah pelayanan kelompok masyarakat yang sakit, agar
kelompok ini sembuh dari sakitnya dan menjadi pulih kesehatannya. pada prinsipnya
pelayanan jenis ini dilakukkan profesio kedokteran.
Pelayanan kuratif
Sasaran : Para penderita penyakit, utamanya penyakit kronis (DM, TBC, Hipertensi)
Tujuan : Mencegah penyakit tersebut tidak menjadi lebih parah
Pelayanan rehabilitatif
Sasaran : Para penderita penyakit yg baru sembuh (recovery) dr suatu penyakit
Tujuan : Segera pulih kembali kesehatannya & / mengurangi kecatatan seminimal mungkin

Ruang lingkup promosi keseahatan berdasarkan tatanana (tempat pelaksanaan):


Promosi kesehatan pada tatanan keluarga
Promosi keluarga pada tatanan sekolah
Promosi kesehatana pada tempat kerja
Promosi kesehatan di tempat-tempat umum.
Pendidikan kesehatan di institusi pelayanan kesehatan
Ruang Lingkup Berdasarkan Tingkat Pelayanan
Pada ruang lingkup tingkat pelayanan kesehatan promosi kesehatan dapat dilakukan
berdasarkan lima tingkat pencegahan (five level of prevention) dari Leavel and Clark.
Promosi Kesehatan.
 Perlindungan khusus (specific protection).
Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment).
Pembatasan cacat (disability limitation)
Rehabilitasi (rehabilitation).
G. STRATEGI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)

Ditinjau dari prinsip-prinsip yang dapat dipelajari dalam promosi kesehatan, pada
pertengahan tahun 1995 dikembangkanlah strategi atau upaya peningkatan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS), sebagai suatu bentuk operasional setidaknya merupakan embrio
promosi kesehatan di Indonesia. Strategi tersebut dikembangkan dalam pertemuan baik
internal, pusat penyuluhan kesehatan maupun eksternal secara lintas program dan lintas
sektor, termasuk dengan organisasi profesi, FKM UI dan LSM (Lembaga Swadaya
Masyarakat).

Adapun beberapa hal yang disarikan tentang pokok-pokok promosi kesehatan (health
promotion) atau PHBS yang merupakan embrio promosi kesehatan di Indonesia ini adalah
bahwa:

1. Promosi Kesehatan (Health Promotion), yang diberi definisi: Proses pemberdayaan


masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya

Pendidikan.

2. Penyuluhan Kesehatan (dapat dikatakan) menekankan pada upaya perubahan atau


perbaikan perilaku kesehatan.

3. Promosi Kesehatan juga berarti upaya yang bersifat promotif (peningkatan) sebagai
perpaduan dari upaya preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif
(pemulihan) dalam rangkaian upaya kesehatan yang komprehensif. Promosi
Kesehatan juga merupakan upaya untuk menjajakan, memasarkan atau menjual yang
bersifat persuasif, karena sesungguhnya “kesehatan” merupakan “sesuatu” yang
sangat layak jual, karena sangat perlu dan dibutuhkan setiap orang dan masyarakat.

4. Pendidikan/penyuluhan kesehatan menekankan pada pendekatan edukatif, sedangkan


pada promosi kesehatan, selain tetap menekankan pentingnya pendekatan edukatif
yang banyak dilakukan pada tingkat masyarakat di strata primer (di promosi
kesehatan selanjutnya digunakan istilah gerakan pemberdayaan masyarakat), perlu
dibarengi atau didahului dengan upaya advokasi, terutama untuk strata tertier (yaitu
para pembuat keputusan atau kebijakan) dan bina suasana (social support), khususnya
untuk strata sekunder (yaitu mereka yang dikategorikan sebagai para pembuat opini).
Maka dikenalah strategi ABG, yaitu Advokasi, Bina Suasana dan
Gerakan/pemberdayaan Masyarakat.

5. Pada pendidikan/penyuluhan kesehatan, masalah diangkat dari apa yang ditemui atau
dikenali masyarakat (yaitu masalah kesehatan atau masalah apa saja yang dirasa
penting/perlu diatasi oleh masyarakat); Pada PHBS, masyarakat diharapkan dapat
mengenali perilaku hidup sehat, yang ditandai dengan sekitar 10 perilaku sehat (health
oriented). Masyarakat diajak untuk mengidentifikasi apa dan bagaimana hidup bersih
dan sehat, kemudian mengenali keadaan diri dan lingkungannya serta mengukurnya
seberapa sehatkah diri dan lingkungannya itu. Pendekatan ini kemudian searah
dengan paradigma sehat, yang salah satu dari tiga pilar utamanya adalah perilaku
hidup sehat.
6. Pada pendidikan/penyuluhan kesehatan yang menonjol adalah pendekatan di
masyarakat (melalui pendekatan edukatif), sedangkan pada PHBS/promosi kesehatan
dikembangkan adanya 5 tatanan: yaitu di rumah/tempat tinggal (where we live), di
sekolah (where we learn), di tempat kerja (where we work), di tempat-tempat umum
(where we play and do everything) dan di sarana kesehatan (where we get health
services). Dari sini dikembangkan kriteria rumah sehat, sekolah sehat, tempat kerja
sehat, tempat umum sehat, dan lain-lain yang mengarah pada kawasan sehat seperti :
desa sehat, kota sehat, kabupaten sehat, sampai ke Indonesia Sehat.

7. Pada promosi kesehatan, peran kemitraan lebih ditekankan lagi, yang dilandasi oleh
kesamaan (equity), keterbukaan (transparancy) dan saling memberi manfaat (mutual
benefit). Kemitraan ini dikembangkan antara pemerintah dengan masyarakat termasuk
swasta dan Lembaga Swadaya Masyarakat, juga secara lintas program dan lintas
sektor.

8. Sebagaimana pada Pendidikan dan Penyuluhan, Promosi Kesehatan sebenarnya juga


lebih menekankan pada proses atau upaya, dengan tanpa mengecilkan arti hasil
apalagi dampak kegiatan. Jadi sebenarnya sangat susah untuk mengukur hasil
kegiatan, yaitu perubahan atau peningkatan perilaku individu dan masyarakat. Yang
lebih sesuai untuk diukur: adalah mutu dan frekwensi kegiatan seperti: advokasi, bina
suasana, gerakan sehat masyarakat, dan lain-lain. Karena dituntut untuk dapat
mengukur hasil kegiatannya, maka promosi kesehatan mengaitkan hasil kegiatan
tersebut pada jumlah tatanan sehat, seperti: rumah sehat, sekolah sehat, tempat kerja
sehat, dan seterusnya.

Anda mungkin juga menyukai