MAKALAH TENTANG
PPDGJ
Disusun oleh :
NIM : 18.01.022
PRODI : S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Dengan segala pyji dan syukur kepada tuhan yang maha esa yang telah melimpahkan rahmat dan
karumianya serta hidayahnya sehingga tugas makalah tentang " proses terjadinya gangguan jiwa
dalam perspektid medis , proses terjadinya gangguan jiwa dalam perpektif keperawatan jiwa,
penggolongan diagnose gangguan jiwa berdasarkan DSM 10 dan PPDGJ bisa selesai dengan
tepat waktu. Adapun penulisan ini sebagai TUGAS KEPERAWATAN JIWA 1.
Tanpa adanya bantuan dari pihak makalah ini tidak akan selesai tepat pada waktunya. Saya
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah
ini
Sampul……………………………………………………………………………
Kata pengantar……………………………………………………………………
Daftar isi………………………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang………………………………………………………………...
B. Rumusan masalah……………………………………………………………..
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan……………………………………………………………………
B. Saran ………………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan jiwa menurut Yosep(2007) adalah kumpulan dari keadaan – keadaan yang
tidak normal, baik yang berhubungan dengan fisik, maupun dengan mental.
Keabnormalan terbagi dalam dua golongan yaitu : Gangguan jiwa(Neurosa) dan sakit
jiwa (psikosa). Keabnormalan terlihat dalam berbagai gejala adalah ketegangan(tension),
rasa putus asa dan murung, gelisah, cemas, perbuatan yang terpaksa, hysteria, rasa lemah
dan tidak mampu mencapai tujuan.
Komunikasi terapeutik pada pasien gangguan jiwa dari berbagai masalah sangatlah
penting karena pasien tersebut berbeda dari pasien biasanya. Pasien yang mengalami
gangguan jiwa membutuhkan asuhan keperawatan yang sangat spesifik dari segi mental
atau kejiwaannya.
B. Rumusan Masalah
1. Proses terjadinya gangguan jiwa dalam perspektif medis?
2. Proses teerjadinya gangguan jiwa dalam perspektif keperawatan jiwa?
3. Penggolongan diagnose gangguan jiwa berdasarkan DSM 10 dan PPDGJ ?
C. Tujuan
Mahasiswa dapat mengklasifikasikan pasien gangguan jiwa dari berbagai masalah dan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Proses terjadinya gangguan jiwa dalam perspektif medis
Gangguan jiwa adalah sindrom pola perilaku individu yang berkaitan dengan suatu gejala
penderitaan dan pelemahan didalam satu atau lebih fungsi penting dari manusia, yaitu
fungsi psikologik, perilaku, biologik, gaangguan tersebut mempengaruhi hubungan antara
dirinya sendiri dan juga masyarakat (Maramis, 2010). Gangguan jiwa atau mental illnes
adalah keadaan dimana seseorang mengalami kesultan mengenai persepsinya tentang
kehidupan, hubungan dengan orang lain, dan sikapnya terhadap dirinya sendiri.
Gangguan jiwa merupakan suatu gangguan yang sama halnya dengan gangguan
jasmaniah lainnya, tetapi gangguan jiwa bersifat lebih kompleks, mulai dari yang ringan
seperti rasa cemas, takut hingga tingkat berat berupa sakit jiwa (Budiono, 2010)
Gangguan jiwa adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami gangguan dalam
pikiran,perilaku, dan perasaan yang termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala atau
perubahan perilaku yang bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan
dalam menjalankan fungsi orang sebagai manusia ( UU.RI No.18, 2014)
B. Faktor Yang Menyebabkan Gagguan Jiwa
Gejala yang paling utama pada gangguan jiwa terdapat pada unsur kejiwaan, biasanya
tidak terdapat penyebab tunggal, akan tetapi terdapat beberapa penyebab dari beragai
unsur yang saling mempengaruhi atau kebetulan terjadi bersamaan, lalu muncul
gangguan kejiwaan. 8 Menurut Maramis 2010 dalam Buku Ajar Keperawatan Jiwa,
sumber penyebab gangguan jiwa dapat dibedakan atas :
1. Faktor Somatik (Somatogenik),yaitu akibat gangguan pada neuroanatomi,
neurofisiologi,dan nerokimia, termasuk tingkat kematangan dan perkembangan
organik, serta faktorpranatal dan perinatal.
2. Faktor Psikologik (Psikogenik), yaitu keterkaitan interaksi ibu dan anak, peranan
ayah,persaingan antara saudara kandung, hubungan dalam keluarga,pkerjaan,
permintaan masyarakat. Selain itu, faktor intelegensi, tingkat perkembangan
emosi, konsep diri, dan pola adaptasi juga akan mempengaruhi kemampuan untuk
menghadapi masalah. Apabila keadaan tersebut kurang baik, maka dapat
menyebabkan kecemasan, depresi, rasa malu, dan rasa bersalah yang berlebihan.
3. Faktor Sosial Budaya, yang meliputi faktor kestabilan keluarga, pola mengasuh
anak, tingkat ekonomi, perumahan, dan masalah kelompok minoritas yang
meliputi prasangka, fasilitas kesehatan, dan kesejahteraan yang tidak memadai,
serta pengaruh mengenai keagamaan Sedagangkan Menurut Faris tahun 2016
faktor-faktor penyebab gangguan jiwa diantaranya :
a. Usia Pada usia menginjak dewasa,dimana pada usia ini merupakan usia
yang produktif, dimana seseorang dituntut untuk menghadapi dirinya
sendiri secara mandiri, masalah yang dihadapi juga semakin banyak,
bukan hanya masalah dirinya sendiri tetapi juga harus memikirkan
anggota keluarganya.
b. Tidak bekerja Tidak mempunyai pekerjaan mengakibatkan seseorang
tidak mempunyai penghasilan dan gagal dalam menunjukan aktualisasi
dirinya, sehingga seseorang tidak bekerja tdak mempunyai kegiatan dan
memungkinkan mengalami harga diri rendah yang berdampak pada
gangguan jiwa.
c. Kepribadian yang tertutup Seseorang yang memiliki kepribadian tertutup
cenferung menyimpan permasalahannya sendiri sehingga masalah yang
dihadapi akan semakin menumpuk. Hal ini yang membuat seseorang tidak
bisa menyelesaikan permasalahan dan enggan mengungkapkan sehingga
menimbulkan depresi dan mengalami gagguan jiwa.
d. Putus obat Pada beberapa penelitian menunjukan bahwa seseorang dengan
gangguan jiwa harus minum obat seumur hidup, terkadang klien merasa
bosan, dan kurang pengetahuan akan menghentikan minum obat dan
merasa sudah sembuh.
e. Pengalaman yang tidak menyenangkan Pengalaman tidak menyenangkan
yang daialami misalnya adanya aniaya seksual, aniaya fisik, dikucilkan
oleh masyarakat atau kejadian lain akan memicu seseorang mudah
mengalami ganguan jiwa 6. Konflik dengan teman atau keluarga
Seseorang yang memepunyai konflik dengan keluarga misalnya karena
harta warisan juga dapat membuat seseorang mengalami gangguan jiwa.
Konflik yang tidak terselesaikan dengan teman atau keluarga akan
memicu stressor yang berlebihan. Apabila seseorang mengalami stressor
yang berlebihan namun mekanisme kopingnya buruk, maka kemungkinan
besar sesorang akan mengalami gangguan jiwa.
C. Tanda dan Gejala Gangguan Jiwa
Tanda dan gejala yang muncul pada pasien dengan gangguan jiwa menurut Maramis
tahun 2010 diantaranya :
a. Normal dan Abnormal Abnormal berarti menyimpang dari yang normal. Seseuatu
dikatakan abnormal apabila terdapat suat norma, dan seseorang tersebut telah
menyimpang dari batas-batas norma
b. Gangguan Kesadaran Kesadaran mrupakan kemampuan individu dalam
mengadakan pembatasan terhadap lingkungannya serta dengan dirinya sendiri
(melalui panca inderanya).apabila kesadaran tersebut baik maka orientasi (waktu,
tempat, dan orang) dan pengertian yang baik serta pemakaian informasi yang
masuk secara efektfif (melalui ingatan dan pertimbangan). Kesadaran menurun
adalah suatu keadaan dengan kemampuan persepsi, perhatian dan pemikiran yang
berkurang secara keseluruhan (secara kwantitatif). Kesadaran yang berubah atau
tidak normal merupakan kemampuan dalam mengadakan hubungan dengan dunia
luar dan dirinya sendiri sudah terganggu dalam taraf tidak sesuai kenyataan.
c. Gangguan Ingatan Ingatan berdasarkan tiga proses yaitu, pencatatan atau
regristasi (mencatat atau meregristasi sesuatu pengalaman didalam susunan saraf
pusat); penahanan atau retensi (menyimpan atau menahan catatan tersebut) ; dan
pemanggilan kembali atau “recall” (mengigat atau mengeluarkan kembali catatan
itu). Gangguan ingatan terjadi apabila terdapat gangguan pada salah satu atau
lebih dari ketiga usnsur diatas.
d. Gangguan Orientasi Gangguan orientasi atau Disorientasi timbul sebagai akibat
gangguan kesadarandan dapat menyangkut waktu, tempat, atau orang. Gangguan
Afek dan Emosi. Afek ialah nada perasaan, menyenangkan atau tidak (seperti
kebanggan, kekecewaan, kasih sayang) yang menyertai suatu pikiran dan
biasanya bermanifestasi afek ke luar dan disertai oleh banyak komponen
fisiologik. Emosi adalah manifestasi fek ke luar dan dsertai oleh banyak
komponen fisiologi dan berlansung relatif tidak lama. Seseorang dikatakan telah
mengalami gangguan afek atau emosi yaitu dapat berupa depresi, kecemasan,
eforia, anhedonia, kesepian, kedangkalan, labil, dan ambivalensi.
e. Gangguan Psikomotor Psikomotor merupakan gerakan badan yang dipengaruhi
oleh keadaan jiwa
D. Manfaat Rawat Jalan pada pasien dengan ganggan jiwa
Rawat jalan merpakan salah satu program dalam proses pemulihan kondisi kejiwaa n
yang terganggu pasca rawat inap, menurut Psychiatric Mental Health Nursing edisi ke-5
tahun 2015 menyebutkan tujuan dilakukan rawat jalan diantaranya :
a. Pemulihan dari kondisi gangguan jiwa
b. Peningkatan kualitas hidup
c. Terwujudnya komunitas yang terintregasi
d. Meningkatkan kemandirian pasca rawat inap
e. Penurunan penerimaan pasien dirumah sakit
f. Perawatan berkelanjutan
g. Mencegah kekambuhan
E. Proses teerjadinya gangguan jiwa dalam perspektif keperawatan jiwa
a. Konsep Dasar Keperawatan Jiwa
Untuk menjadi individu yang produktif dan mampu berinteraksi dengan
lingkungan sekitar, kita harus memiliki jiwa yang sehat. Individu dikatakan sehat
jiwa apabila berada dalam kondisi fisik, mental, dan sosial yang terbebas dari
gangguan (penyakit), tidak dalam kondisi tertekan sehingga dapat mengendalikan
stres yang timbul. Kondisi ini akan memungkinkan individu untuk hidup
produktif, dan mampu melakukan hubungan sosial yang memuaskan. Dalam
melakukan peran dan fungsinya seorang perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan harus memandang manusia sebagai mahluk biopsikososiospiritual
sehingga pemilihan model keperawatan dalam menerapkan asuhan keperawatan
sesuai dengan paradigma keperawatan jiwa. Manusia sebagai mahluk
biopsikososiospiritual mengandung pengertian bahwa manusia merupakan
makhluk yang utuh dimana didalamnya terdapat unsur biologis, psikologis, sosial,
dan spiritual.Sebagai makluk biologi, manusia tersusun dari berjuta-juta sel-sel
hidup yang akan membentuk satu jaringan, selanjutnya jaringan akan bersatu dan
membentuk organ serta sistem organ. Sebagai makhluk psikologi,setiap manusia
memiliki kepribadian yang unik serta memiliki struktur kepribadianyang terdiri
dari id, ego, dan super ego dilengkapi dengan daya pikir dan keceredasan, agar
menjadi pribadi yang selalu berkembang. Setiap manusia juga memiliki
kebutuhan psikologis seperti terhindar dari ketegangan psikologis, kebutuhan
akan kemesraan dan cinta, kepuasan alturistik (kepuasan untuk menolong orang
lain tanpa mengharapkan imbalan), kehormatan serta kepuasan ego. Sedangkan
sebagai mahluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri, manusia selalu ingin
hidup dengan orang lain dan membutuhkan orang lain. Selain itu manusia juga
harus menjalin kerja sama dengan manusia lain untuk memenuhi kebutuhan dan
tuntutan hidup. Manusia juga dituntut untuk mampu bertingkah laku sesuai
dengan harapan dan norma yang berlaku dilingkungan sosialnya. Sebagai
makhluk spiritual manusia mempunyai keyakinan dan mengakui adanya Tuhan
Yang Maha Esa, memiliki pandangan hidup, doronngan hidup yang sejalan,
dengan sifat religius yang dianutnya.
b. DEFINISI SEHAT JIWA
Banyak ahli mendefinisikan mengenai sehat jiwa diantaranya menurut:
1. WHO Kesehatan jiwaadalah suatu kondisi sejahtera secara fisik, sosial dan
mental yang lengkap dan tidak hanya terbebas dari penyakit atau
kecacatan. Atau dapat dikatakan bahwa individu dikatakan sehat jiwa
apabila berada dalam kondisi fisik, mental dan sosial yang terbebas dari
gangguan (penyakit) atau tidak dalam kondisi tertekan sehingga dapat
mengendalikan stress yang timbul. Sehingga memungkinkan individu
untuk hidup produktif, dan mampu melakukan hubungan sosial yang
memuaskan. Keperawatan Jiwa 10
2. UU Kesehatan Jiwa No.03 Tahun 1966 Kesehatan jiwa adalah suatu
kondisi mental yang sejahtera sehingga memungkinkan seseorang
berkembang secara optimal baik fisik, intelektual dan emosional dan
perkembangan tersebut berjalan secara selaras dengan keadaan orang lain
sehingga memungkinkan hidup harmonis dan produktif. Coba Anda
diskusikan dengan teman Anda adakah carilah definisi lain mengenai
sehat jiwa menurut ahli yang lain
c. CIRI-CIRI SEHAT JIWA (MENTAL)
Berikut ini akan dijelaskan ciri sehat jiwa dari menurut beberapa ahli diantaranya
menurut:
1. Yahoda Yahoda mencirikan sehat jiwa sebagai berikut:
- Memiliki sikap positif terhadap diri sendiri
- Secara relatif bebas dari rasa tegang (stress), cemas dan depresi.
- Spontan.
2. PPDGJ II
- Diterbitkan pada tahun 1983
- Diagnosis multi-aksial
2. Pemeriksaan meliputi
- Fisik
- Status mental
- Lab
- Radiologik
- Evaluasi psikologik
3. Diagnosis
- Aksis I : Klinis
- Aksis II : Kepribadian
- Aksis IV : Psiko-sosial
4. Terapi
- Farmakoterapi
- Psikoterapi
- Terapi sosial
- Terapi okupasional
- Terapi lainnya
5. Tindak lanjut
- Evaluasi terapi
- Evaluasi diagnosis
22) F04 Sindrom amnestik organik bukan akibat alkohol dan zat
psikoaktif lainnya
F05 Delirium bukan akibat alkohol dan zat psikoaktif lainnya
- F05.0 delirium tak bertumpangtintid dengan demsia
F06 Gangguan mental lainnya akibat kerusakan dan disfunsi otak dan penyakit fisik
- F06.0 halusinosis organik
- F06.8 gangguan mental lain YDK akibat kerusakan dan disfunsi otak dan
penyakit fisik
- F06.9 ganggguan mental YTT akibat kerusakan dan disfungsi otak dan
penyakit fisik
F07 Gangguan kepribadian dan prilaku akibat penyakit, kerusakan dan disfunsi otak
- F07.0 gangguan kepribadian organik
F10 - F29
Gg. Waham
F30 – F39
(“mood” / afektif)
Gg. Jiwa nonpsikosa Dan gg. Mental non Gg. Terkait stres
psikotik lainnya.
317 F50 – F59
307. 19 – 307. 92
Kondisi yang terkait Sindrom Perilaku
pada Kebudayaan Penomena dan
Berhubungan Dengan
Setempat Sindrom yang
Berkaitan Gg. Fisiologis dan
Dan perilaku
Masa dewasa.
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Keperawatan-
Jiwa-Komprehensif.pdf
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1983), Pedoman Penggolongan Diagnosis
Gangguan Jiwa, Direktorat Kesehatan Jiwa, Jakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1993), Pedoman Penggolongan Diagnosis
Gangguan Jiwa, Direktorat Kesehatan Jiwa ,Jakarta
Departemen Kesehatan. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. Pedoman penggolongan
dan diagnosis gangguan jiwa di Indonesia III. Jakarta: Departemen Kesehatan; 1993.
Fakultas Kedokteran, Jakarta.
Hawari Dadang, dr (2001), Pendekatan Holistik pada Gangguan Jiwa Skizofrenia,
Hurlock, Elisabeth, (1998), Psikologi Perkembangan, Jakarta, Erlangga
Kelliat Budi Anna, Dr, (1998), Peranan Keluarga dalam Perawatan Klien Gangguan
Jiwa, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Maslim, Rusdi (2001) Buku saku diagnosis gangguan jiwa PPDGJ-III. PT Nuh Jaya.
Jakarta
http://masarie.wordpress.com/tag/gangguan-jiwa/2008 diaksese pada tanggal 07 mei
2013 jam 20:00 WITA