Anda di halaman 1dari 43

TUGAS

MAKALAH TENTANG

PROSES TERJADINYA GANGGUAN JIWA DALAM PERSPEKTIF MEDIS, PROSES

TERJADINYA GANGGUAN JIWA DALAM PERPEKTIF KEPERAWATAN JIWA DAN

PENGGOLONGAN DIAGNOSA GANGGUAN JIWA BERDASARKAN DSN 10 DAN

PPDGJ

Disusun oleh :

NAMA : MULIANI INDAH SARI

NIM : 18.01.022

PRODI : S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKKUKANG MAKASSAR

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Dengan segala pyji dan syukur kepada tuhan yang maha esa yang telah melimpahkan rahmat dan
karumianya serta hidayahnya sehingga tugas makalah tentang " proses terjadinya gangguan jiwa
dalam perspektid medis , proses terjadinya gangguan jiwa dalam perpektif keperawatan jiwa,
penggolongan diagnose gangguan jiwa berdasarkan DSM 10 dan PPDGJ bisa selesai dengan
tepat waktu. Adapun penulisan ini sebagai TUGAS KEPERAWATAN JIWA 1.

Tanpa adanya bantuan dari pihak makalah ini tidak akan selesai tepat pada waktunya. Saya
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah
ini

Makassar, 24 maret 2020

MULIANI INDAH SARI


DAFTAR ISI

Sampul……………………………………………………………………………

Kata pengantar……………………………………………………………………

Daftar isi………………………………………………………………………….

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang………………………………………………………………...

B. Rumusan masalah……………………………………………………………..

BAB II PEMBAHASAN

A. Proses terjadinya gangguan jiwa dalam perspektif medis ……………………

B.Proses teerjadinya gangguan jiwa dalam perspektif keperawatan jiwa ………..

C.Penggolongan diagnose gangguan jiwa berdasarkan DSM 10 dan


PPDGJ…………………………..

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………………………

B. Saran ………………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gangguan jiwa menurut Yosep(2007) adalah kumpulan dari keadaan – keadaan yang
tidak normal, baik yang berhubungan dengan fisik, maupun dengan mental.
Keabnormalan terbagi dalam dua golongan yaitu : Gangguan jiwa(Neurosa) dan sakit
jiwa (psikosa). Keabnormalan terlihat dalam berbagai gejala adalah ketegangan(tension),
rasa putus asa dan murung, gelisah, cemas, perbuatan yang terpaksa, hysteria, rasa lemah
dan tidak mampu mencapai tujuan.
Komunikasi terapeutik pada pasien gangguan jiwa dari berbagai masalah sangatlah
penting karena pasien tersebut berbeda dari pasien biasanya. Pasien yang mengalami
gangguan jiwa membutuhkan asuhan keperawatan yang sangat spesifik dari segi mental
atau kejiwaannya.
B. Rumusan Masalah
1. Proses terjadinya gangguan jiwa dalam perspektif medis?
2. Proses teerjadinya gangguan jiwa dalam perspektif keperawatan jiwa?
3. Penggolongan diagnose gangguan jiwa berdasarkan DSM 10 dan PPDGJ ?
C. Tujuan
 Mahasiswa dapat mengklasifikasikan pasien gangguan jiwa dari berbagai masalah dan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Proses terjadinya gangguan jiwa dalam perspektif medis
Gangguan jiwa adalah sindrom pola perilaku individu yang berkaitan dengan suatu gejala
penderitaan dan pelemahan didalam satu atau lebih fungsi penting dari manusia, yaitu
fungsi psikologik, perilaku, biologik, gaangguan tersebut mempengaruhi hubungan antara
dirinya sendiri dan juga masyarakat (Maramis, 2010). Gangguan jiwa atau mental illnes
adalah keadaan dimana seseorang mengalami kesultan mengenai persepsinya tentang
kehidupan, hubungan dengan orang lain, dan sikapnya terhadap dirinya sendiri.
Gangguan jiwa merupakan suatu gangguan yang sama halnya dengan gangguan
jasmaniah lainnya, tetapi gangguan jiwa bersifat lebih kompleks, mulai dari yang ringan
seperti rasa cemas, takut hingga tingkat berat berupa sakit jiwa (Budiono, 2010)
Gangguan jiwa adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami gangguan dalam
pikiran,perilaku, dan perasaan yang termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala atau
perubahan perilaku yang bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan
dalam menjalankan fungsi orang sebagai manusia ( UU.RI No.18, 2014)
B. Faktor Yang Menyebabkan Gagguan Jiwa
Gejala yang paling utama pada gangguan jiwa terdapat pada unsur kejiwaan, biasanya
tidak terdapat penyebab tunggal, akan tetapi terdapat beberapa penyebab dari beragai
unsur yang saling mempengaruhi atau kebetulan terjadi bersamaan, lalu muncul
gangguan kejiwaan. 8 Menurut Maramis 2010 dalam Buku Ajar Keperawatan Jiwa,
sumber penyebab gangguan jiwa dapat dibedakan atas :
1. Faktor Somatik (Somatogenik),yaitu akibat gangguan pada neuroanatomi,
neurofisiologi,dan nerokimia, termasuk tingkat kematangan dan perkembangan
organik, serta faktorpranatal dan perinatal.
2. Faktor Psikologik (Psikogenik), yaitu keterkaitan interaksi ibu dan anak, peranan
ayah,persaingan antara saudara kandung, hubungan dalam keluarga,pkerjaan,
permintaan masyarakat. Selain itu, faktor intelegensi, tingkat perkembangan
emosi, konsep diri, dan pola adaptasi juga akan mempengaruhi kemampuan untuk
menghadapi masalah. Apabila keadaan tersebut kurang baik, maka dapat
menyebabkan kecemasan, depresi, rasa malu, dan rasa bersalah yang berlebihan.
3. Faktor Sosial Budaya, yang meliputi faktor kestabilan keluarga, pola mengasuh
anak, tingkat ekonomi, perumahan, dan masalah kelompok minoritas yang
meliputi prasangka, fasilitas kesehatan, dan kesejahteraan yang tidak memadai,
serta pengaruh mengenai keagamaan Sedagangkan Menurut Faris tahun 2016
faktor-faktor penyebab gangguan jiwa diantaranya :
a. Usia Pada usia menginjak dewasa,dimana pada usia ini merupakan usia
yang produktif, dimana seseorang dituntut untuk menghadapi dirinya
sendiri secara mandiri, masalah yang dihadapi juga semakin banyak,
bukan hanya masalah dirinya sendiri tetapi juga harus memikirkan
anggota keluarganya.
b. Tidak bekerja Tidak mempunyai pekerjaan mengakibatkan seseorang
tidak mempunyai penghasilan dan gagal dalam menunjukan aktualisasi
dirinya, sehingga seseorang tidak bekerja tdak mempunyai kegiatan dan
memungkinkan mengalami harga diri rendah yang berdampak pada
gangguan jiwa.
c. Kepribadian yang tertutup Seseorang yang memiliki kepribadian tertutup
cenferung menyimpan permasalahannya sendiri sehingga masalah yang
dihadapi akan semakin menumpuk. Hal ini yang membuat seseorang tidak
bisa menyelesaikan permasalahan dan enggan mengungkapkan sehingga
menimbulkan depresi dan mengalami gagguan jiwa.
d. Putus obat Pada beberapa penelitian menunjukan bahwa seseorang dengan
gangguan jiwa harus minum obat seumur hidup, terkadang klien merasa
bosan, dan kurang pengetahuan akan menghentikan minum obat dan
merasa sudah sembuh.
e. Pengalaman yang tidak menyenangkan Pengalaman tidak menyenangkan
yang daialami misalnya adanya aniaya seksual, aniaya fisik, dikucilkan
oleh masyarakat atau kejadian lain akan memicu seseorang mudah
mengalami ganguan jiwa 6. Konflik dengan teman atau keluarga
Seseorang yang memepunyai konflik dengan keluarga misalnya karena
harta warisan juga dapat membuat seseorang mengalami gangguan jiwa.
Konflik yang tidak terselesaikan dengan teman atau keluarga akan
memicu stressor yang berlebihan. Apabila seseorang mengalami stressor
yang berlebihan namun mekanisme kopingnya buruk, maka kemungkinan
besar sesorang akan mengalami gangguan jiwa.
C. Tanda dan Gejala Gangguan Jiwa
Tanda dan gejala yang muncul pada pasien dengan gangguan jiwa menurut Maramis
tahun 2010 diantaranya :
a. Normal dan Abnormal Abnormal berarti menyimpang dari yang normal. Seseuatu
dikatakan abnormal apabila terdapat suat norma, dan seseorang tersebut telah
menyimpang dari batas-batas norma
b. Gangguan Kesadaran Kesadaran mrupakan kemampuan individu dalam
mengadakan pembatasan terhadap lingkungannya serta dengan dirinya sendiri
(melalui panca inderanya).apabila kesadaran tersebut baik maka orientasi (waktu,
tempat, dan orang) dan pengertian yang baik serta pemakaian informasi yang
masuk secara efektfif (melalui ingatan dan pertimbangan). Kesadaran menurun
adalah suatu keadaan dengan kemampuan persepsi, perhatian dan pemikiran yang
berkurang secara keseluruhan (secara kwantitatif). Kesadaran yang berubah atau
tidak normal merupakan kemampuan dalam mengadakan hubungan dengan dunia
luar dan dirinya sendiri sudah terganggu dalam taraf tidak sesuai kenyataan.
c. Gangguan Ingatan Ingatan berdasarkan tiga proses yaitu, pencatatan atau
regristasi (mencatat atau meregristasi sesuatu pengalaman didalam susunan saraf
pusat); penahanan atau retensi (menyimpan atau menahan catatan tersebut) ; dan
pemanggilan kembali atau “recall” (mengigat atau mengeluarkan kembali catatan
itu). Gangguan ingatan terjadi apabila terdapat gangguan pada salah satu atau
lebih dari ketiga usnsur diatas.
d. Gangguan Orientasi Gangguan orientasi atau Disorientasi timbul sebagai akibat
gangguan kesadarandan dapat menyangkut waktu, tempat, atau orang. Gangguan
Afek dan Emosi. Afek ialah nada perasaan, menyenangkan atau tidak (seperti
kebanggan, kekecewaan, kasih sayang) yang menyertai suatu pikiran dan
biasanya bermanifestasi afek ke luar dan disertai oleh banyak komponen
fisiologik. Emosi adalah manifestasi fek ke luar dan dsertai oleh banyak
komponen fisiologi dan berlansung relatif tidak lama. Seseorang dikatakan telah
mengalami gangguan afek atau emosi yaitu dapat berupa depresi, kecemasan,
eforia, anhedonia, kesepian, kedangkalan, labil, dan ambivalensi.
e. Gangguan Psikomotor Psikomotor merupakan gerakan badan yang dipengaruhi
oleh keadaan jiwa
D. Manfaat Rawat Jalan pada pasien dengan ganggan jiwa
Rawat jalan merpakan salah satu program dalam proses pemulihan kondisi kejiwaa n
yang terganggu pasca rawat inap, menurut Psychiatric Mental Health Nursing edisi ke-5
tahun 2015 menyebutkan tujuan dilakukan rawat jalan diantaranya :
a. Pemulihan dari kondisi gangguan jiwa
b. Peningkatan kualitas hidup
c. Terwujudnya komunitas yang terintregasi
d. Meningkatkan kemandirian pasca rawat inap
e. Penurunan penerimaan pasien dirumah sakit
f. Perawatan berkelanjutan
g. Mencegah kekambuhan
E. Proses teerjadinya gangguan jiwa dalam perspektif keperawatan jiwa
a. Konsep Dasar Keperawatan Jiwa
Untuk menjadi individu yang produktif dan mampu berinteraksi dengan
lingkungan sekitar, kita harus memiliki jiwa yang sehat. Individu dikatakan sehat
jiwa apabila berada dalam kondisi fisik, mental, dan sosial yang terbebas dari
gangguan (penyakit), tidak dalam kondisi tertekan sehingga dapat mengendalikan
stres yang timbul. Kondisi ini akan memungkinkan individu untuk hidup
produktif, dan mampu melakukan hubungan sosial yang memuaskan. Dalam
melakukan peran dan fungsinya seorang perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan harus memandang manusia sebagai mahluk biopsikososiospiritual
sehingga pemilihan model keperawatan dalam menerapkan asuhan keperawatan
sesuai dengan paradigma keperawatan jiwa. Manusia sebagai mahluk
biopsikososiospiritual mengandung pengertian bahwa manusia merupakan
makhluk yang utuh dimana didalamnya terdapat unsur biologis, psikologis, sosial,
dan spiritual.Sebagai makluk biologi, manusia tersusun dari berjuta-juta sel-sel
hidup yang akan membentuk satu jaringan, selanjutnya jaringan akan bersatu dan
membentuk organ serta sistem organ. Sebagai makhluk psikologi,setiap manusia
memiliki kepribadian yang unik serta memiliki struktur kepribadianyang terdiri
dari id, ego, dan super ego dilengkapi dengan daya pikir dan keceredasan, agar
menjadi pribadi yang selalu berkembang. Setiap manusia juga memiliki
kebutuhan psikologis seperti terhindar dari ketegangan psikologis, kebutuhan
akan kemesraan dan cinta, kepuasan alturistik (kepuasan untuk menolong orang
lain tanpa mengharapkan imbalan), kehormatan serta kepuasan ego. Sedangkan
sebagai mahluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri, manusia selalu ingin
hidup dengan orang lain dan membutuhkan orang lain. Selain itu manusia juga
harus menjalin kerja sama dengan manusia lain untuk memenuhi kebutuhan dan
tuntutan hidup. Manusia juga dituntut untuk mampu bertingkah laku sesuai
dengan harapan dan norma yang berlaku dilingkungan sosialnya. Sebagai
makhluk spiritual manusia mempunyai keyakinan dan mengakui adanya Tuhan
Yang Maha Esa, memiliki pandangan hidup, doronngan hidup yang sejalan,
dengan sifat religius yang dianutnya.
b. DEFINISI SEHAT JIWA
Banyak ahli mendefinisikan mengenai sehat jiwa diantaranya menurut:
1. WHO Kesehatan jiwaadalah suatu kondisi sejahtera secara fisik, sosial dan
mental yang lengkap dan tidak hanya terbebas dari penyakit atau
kecacatan. Atau dapat dikatakan bahwa individu dikatakan sehat jiwa
apabila berada dalam kondisi fisik, mental dan sosial yang terbebas dari
gangguan (penyakit) atau tidak dalam kondisi tertekan sehingga dapat
mengendalikan stress yang timbul. Sehingga memungkinkan individu
untuk hidup produktif, dan mampu melakukan hubungan sosial yang
memuaskan. Keperawatan Jiwa 10
2. UU Kesehatan Jiwa No.03 Tahun 1966 Kesehatan jiwa adalah suatu
kondisi mental yang sejahtera sehingga memungkinkan seseorang
berkembang secara optimal baik fisik, intelektual dan emosional dan
perkembangan tersebut berjalan secara selaras dengan keadaan orang lain
sehingga memungkinkan hidup harmonis dan produktif. Coba Anda
diskusikan dengan teman Anda adakah carilah definisi lain mengenai
sehat jiwa menurut ahli yang lain
c. CIRI-CIRI SEHAT JIWA (MENTAL)
Berikut ini akan dijelaskan ciri sehat jiwa dari menurut beberapa ahli diantaranya
menurut:
1. Yahoda Yahoda mencirikan sehat jiwa sebagai berikut:
- Memiliki sikap positif terhadap diri sendiri

- Tumbuh, berkembang dan beraktualisasi

- Menyadari adanya integrasi dan hubungan antara : Masa lalu dan


sekarangMemiliki otonomi dalam pengambilan keputusan dan
tidak bergantung pada siapapun
- Memiliki persepsi sesuai dengan kenyataan

- Mampu menguasai lingkungan dan beradaptasi

2. WHO (World Health Organisation/Organisasi Kesehatan Dunia) Pada


tahun 1959 dalam sidang di Geneva, WHO telah berhasil merumuskan
kriteria sehat jiwa. WHO menyatakan bahwa, seseorang dikatakan
mempunyai sehat jiwa, jika memiliki kriteria sebagai berikut:
- Individu mampu menyesuaikan diri secara konstruktif pada
kenyataan, meskipun kenyataan itu buruk baginya. b.
- Memperoleh kepuasan dari hasil jerih payah usahanya.

- Merasa lebih puas memberi dari pada menerima.

- Secara relatif bebas dari rasa tegang (stress), cemas dan depresi.

- Mampu berhubungan dengan orang lain secara tolong menolong


dan saling memuaskan.
- Mampu menerima kekecewaan sebagai pelajaran yang akan datang

- Mempunyai rasa kasih sayang. Pada tahun 1984, WHO


menambahkan dimensi agama sebagai salah satu dari 4 pilar sehat
jiwa yaitu: Kesehatan secara holistik yaitu sehat secara jasmani/
fisik (biologik); sehat secara kejiwaan (psikiatrik/ psikologik);
sehat secara sosial; dan sehat secara spiritual (kerohanian/
agama).Berdasarkan keempat dimensi sehat tersebut,the American
Psychiatric Associationmengadopsi menjadi paradigma pendekatan
biopsycho-socio-spiritual. Dimana Keperawatan Jiwa 11 dalam
perkembangan kepribadian seseorang mempunyai 4 dimensi
holistik, yaitu agama, organobiologik, psiko-edukatif dan sosial
budaya.
3. MASLOW: Maslow mengatakan individu yang sehat jiwa memiliki ciri
sebagai berikut:
- Persepsi Realitas yang akurat.

- Menerima diri sendiri, orang lain dan lingkungan

- Spontan.

- Sederhana dan wajar. Berdasarkan definisi diatas, dapat


disimpulkan bahwa sesesorang dikatakan sehat jiwa jika: Nyaman
terhadap diri sendiri , Mampu mengatasi berbagai perasaan : rasa
marah, rasa takut, cemas, iri, rasa bersalah, rasa senang, cinta
mencintai, dll. , Mampu mengatasi kekecewaaan dalam kehidupan.
, Mempunyai Harga Diri yang wajar. ,Menilai diri secara nyata,
tidak merendahkan dan tidak pula berlebihan. ,Merasa puas dengan
kehidupan sehari-hari.
Nyaman berhubungan dengan orang lain. ,Mampu mencintai dan
menerima cinta dari orang lain. ,Mempunyai hubungan pribadi
yang tetap., Mampu mempercayai orang lain. ,Dapat menghargai
pendapat orang yang berbeda. ,Merasa menjadi bagian dari
kelompok. ,Tidak mengakali orang lain, dan tidak memberikan
dirinya diakali orang lain. 3. Mampu memenuhi kebutuhan hidup
,Menetapkan tujuan hidup yang nyata untuk dirinya. ,Mampu
mengambil kjeputusan. ,Menerima tanggung jawab. ,Merancang
masa depan. ,Menerima ide / pengalaman hidup. ,Merasa puas
dengan pekerjaannya.
d. PARADIGMA KEPERAWATAN JIWA
1. Manusia
Keperawatan jiwa memandang manusia sebagai mahluk holisstik yang
terdiri dari komponen bio – psiko – sosial dan spiritual merupakan satu
kesatuan utuh dari aspek jasmani dan rohani serta unik karena mempunyai
berbagai macam kebutuhan sesuai tingkat perkembangannya (Konsorsium
Ilmu Kesehatan, 1992). Kozier, (2000) mengatakan manusia adalah suatu
sistem terbuka, yang selalu berinteraksi dengan lingkungan eksternal dan
internal agar terjadi keseimbangan (homeoatatis), Paradigma keperawatan
memandang manusia sebagai mahluk holistik, yang merupakan sistem
terbuka, sistem adaptif, personal dan interpersonal. Sebagai sistem
terbuka, manusia mampu mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
lingkungannya, baik lingkungan fisik, biologis, psikologis maupun sosial
dan spiritual. Sebagai sistem adaptif manusia akan menunjukkan respon
adaptif atau maladaptif terhadap perubahan lingkungan. Respon adaptif
terjadi apabila manusia memiliki mekanisme koping yang baik dalam
menghadapi perubahan lingkungan, tetapi apabila kemampuan merespon
perubahan lingkungan rendah, maka manusia akan menunjukan prilaku
yang maladaptif. Manusia atau klien dapat diartikan sebagai individu,
keluarga ataupun masyarakat yang menerima asuhan keperawatan.
2. Keperawatan
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional sebagai bagian
integral pelayanan kesehatan yang dilakukan secara komprpehensif
berbentuk pelayanan biologis, psikologis, sosial, spiritual dan kultural,
ditujukan bagi individu, keluarga dan masyarakat sehat maupun sakit
mencakup siklus hidup manusia. Pemberian asuhan keperawatan
dilakukan melalui pendekatan humanistik yaitu menghargai dan
menghormati martabat manusia dan menjunjung tinggi keadilan bagi
semua manusia. Keperawatan bersifat universal yaitu dalam memberikan
asuhan keperawatan seorang perawat tidak pernah membedakan klien
berdasarkan atas ras, jenis kelamin, usia, warna kulit, etnik, agama, aliran
politik dan status ekonomi sosial. Keperawatan menganggap klien sebagai
partner aktif, dalam arti perawat selalu bekerjasama dengan klien dalam
memberikan asuhan keperawatan. Asuhan keperawatan merupakan
metode ilmiah yaang dalam pemberiannya menggunakan proses terapeutik
melibatkan hubungan kerja sama antara perawat dengan klien, dan
masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal ( Carpenito,
1989 dikutip oleh Keliat,1991). Proses keperawatan membantu perawat
melakukan praktik keperawatan, dalam menyelesaikan masalah
keperawatan klien, atau memenuhi kebutuhan klien secara ilmiah, logis,
sistematis, dan terorganisasi. Pada dasarnya, proses keperawatan
merupakan salah satu teknik penyelesaian masalah (Problem solving).
Proses keperawatan merupakan proses yang dinamis, siklik, saling
bergantung, luwes, dan terbuka. Melalui proses keperawatan, perawat
dapat terhindar dari tindakan keperawatan yang bersifat rutin dan
intuisis.Melalui proses keperawatan, seorang perawat mampu memenuhi
kebutuhan Keperawatan Jiwa 14 dan menyelesikan masalah klien
berdasarkan prioritas masalah sehingga tindakan keperawatan sesuai
dengan kondisi klien, hal ini terjadi karena adanya kerja sama antara
perawat dan klien. Pada tahap awal, perawat sebagai pemberi asuhan
keperawatan memiliki peran yang lebih besar dari peran klien, namun
pada tahap selanjutnya peran klien menjadi lebih besar dibandingkan
perawat sehingga kemandirian klien dapat tercapai.
3. Kesehatan
Sehat adalah suatu keadaan dinamis, dimana individu harus mampu
menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi, baik perubahanpada
lingkungan internal maupun eksternal untuk memepertahankan status
kesehatannya. Faktor lingkungan internaladalah faktor yang bersal dari
dalam individu yang mempengaruhi kesehatan individu seperti varibel
psikologis, intelektual dan spiritual serta proses penyakit. Sedangkan
faktor lingkungan eksternal adalah faktor – faktor yang berada diluar
individu dapat mempengaruhi kesehatan antara lain variabel lingkungan
fisik, hubungan sosial dan ekonomi. Salah satu ukuran yang digunakan
untuk menentukan status kesehatan adalah rentang sehat sakit. Menurut
model ini, keadaaan sehat selalu berubah secara konstan. Kondisi
kesehatan individu selalu berada dalam rentang sehat sakit, yaitu berada
diantara diantara dua kutub yaitu sehat optimal dan kematian. Apabila
status kesehatan bergerak kearah kematian, ini berarti individu berada
dalam area sakit (illness area), tetapi apabila status kesehatan bergerak ke
arah sehat maka individu berada dalam area sehat (wellness area).
4. Lingkungan
Yang dimaksud lingkungan dalam keperawatan adalah faktor eksternal
yang mempengaruhi perkembangan manusia, yaitu lingkungan fisik,
psikologis, sosial. budaya, status ekonomi, dan spiritual. Untuk mencapai
keseimbangan, manusia harus mampu mengembangkan strategi koping
yang efektif agar dapat beradaptasi, sehingga hubungan interpersonal yang
dikembangkan dapat menghasilkan perubahan diri individu.
e. FALSAFAH KEPERAWATAN JIWA
Falsafah keperawatan adalah pandangan dasar tentamg hakikat manusia dan
esensi keperawatan yang menjadikan kerangka dasar dalam praktik
keperawatan.Falsafah Keperawatan bertujuan mengarahkan kegiatan keperawatan
yang dilakukan. Keperawatan memandang manusia sebagai mahluk holistic,
sehingga pendekatan pemberian asuhan keperawatan, dilakukan melalui
pendekatan humanistik, dalam arti perawat sangat menghargai dan menghormati
martabat manusia, memberi perhatian kepada klien serta menjunjung tinggi
keadilan bagi sesama manusia. Keperawatan bersifat universal dalam arti dalam
memberikan asuhan keperawatan, perawat tidak membedakan atas ras, jenis
kelamin, usia, warna kulit, etik, agama, aliran politik, dan status sosial ekonomi.
F. Penggolongan diagnose gangguan jiwa berdasarkan DSM 10 dan PPDGJ
a. Tujuan PPDGJ
1. Bidang pelayanan nkesehatan (service clinical use)
- Kodefikasi penyakit/gangguan untuk statistik kesehatan

- Keseragaman diagnosis klinis untuk tatalaksana terapi

2. Bidang pendidikan kedokteran (educasional use)


- Kesamaan konsep diagnosis gangguan jiwa untuk komunikasi
akademik
3. Bidang penelitian kesehatan (research use)
- Memberikan batasan dan kriteria oprasional diagnosis gangguan
jiwa, yang memungkinkan perbandingan data dan analisis ilmiah.
b. Perkembangan PPDGJ
1. PPDGJ I
- Terbit tahun 1973

- Nomor kode dan diagnosis mengacu pada ICD 8 ( International


Clasification of Desease -8 ) yang diterbitkan oleh WHO chapter
V, nomor 290-315 (sitem numerik)
- Diagnosis : mono-aksial

2. PPDGJ II
- Diterbitkan pada tahun 1983

- Diagnosis multi aksial menurut DSM-III

- Nomor kode dan diagnosis : mengacu pada ICD-9 ( sistem numerik )

- Konsep klasifikasi dengan kelas diagnosis memakai kriteria diagnosis DSM (


The Diagnosis statistical manual of mental disorder)
3. PPDGJ III
- Diterbitkan pada tahnun 1993

- Diagnosis multi-aksial

- Nomor kode dan diagnosis merujuk pada ICD-10


- Konsep klasifikasi dengan hirarki blok memakai pedoman diagnoosis ICD-10

- Diagnosis multi aksial menurut DSM-IV (APA,1994)

Pedoman Penggolongan Penyakit dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ-III)


merujuk pada standard dan system pengkodean dari International Classification of Disease
(ICD-10) dan system multiaksis dari Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders
(DSM-IV). Berikut sedikit dijelaskan sekilas tentang DSM yang dikeluarkan oleh American
Psychiatric Association (APA) dan ICD yang dikeluarkan oleh WHO.
DSM-I telah selesai disusun pada tahun 1952 oleh APA(American Psychiatric
Association). Edisi kedua keluar pada tahun 1968, kemudaian disusul setelahnya edisi ke-13
pada tahun 1980, yang akhirnya dilakukan revisi kembali pada tahun1987(DSM-III R), dan
pada tahun 1994 APA mengeluarkan lagi DSM-IV, yang akhirnya di revisi kembali manjadi
DSM-IV TR(text revision) pada tahun 2000. DSM-IV dan DSM-IV TR dikeluarkan setelah
melalui persetujuan dengan ICD-9 CM (clinical modification).
ICD sudah digunakan lebih lama, dan pada saat ini infrastruktur ICD telah
menginvestasikan dalam pengembangan sistem pengkodean komputer, “case-mix”, dan
sistem diagnosis. Dari sumber lain berbahasa Indonesia dikatakan “DSM-IV didesain untuk
mendampingi ICD-10, disusun pada tahun 1992. Pada waktu itu terdapat konsensus yang
kuat bahwa sistem diagnosis di USA harus sesuai dgn klasifikasi penyakit internasional
(ICD-10) sedangkan ICD-10 merupakan sistem klasifikasi tertinggi yg digunakan di Eropa
& negara-negara lain dii dunia.
Klasifikasi yang paling populer digunakan orang adalah klasifikasi gangguan yang
dikemukakan oleh American Psychiatric association (APA) pada tahun 1952 yang akhirnya
pada tahun 1992 telah berhasil melahirkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorder IV (DSM-IV), setelah mengalami tiga kali revisi sejak tahun 1979. Di Indonesia,
pemerintah telah berhasil melahirkan klasifikasi gangguan kejiwaan yang memuat gangguan
kejiwaan yang disebut PPDGJ atau Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa,
yang saat ini telah secara resmi digunakan adalah PPDGJ.
c. Pengertian
Istilah yang digunakan dalam PPDGJ adalah gangguan Jiwa atau gangguan
mental (mental disorder), tidak mengenal istilah penyakit Jiwa (mental
illness/mental desease).
Gangguan jiwa merupakan kondisi terganggunya kejiwaan manusia sedemikian
rupa sehingga mengganggu kemampuan individu itu untuk berfungsi secara
normal didalam masyarakat maupun dalam menunaikan kewajibannya sebagai
insan dalam masyarakat itu (Dep Kes RI, 1997)
Gangguan jiwa adalah perubahan perilaku yang terjadi tanpa alasan yang masuk
akal, berlebihan, berlangsung lama dan menyebabkan kendala terhadap individu
tersebut atau orang lain . ( Suliswati, 2005)
d. Konsep Gangguan Jiwa
1. Konsep gangguan jiwa tersebut ada 2 versi, yaitu:
Menurut PPDGJ II: Gangguan jiwa adalah sindrom atau perilaku tertentu
atau kondisi psikologis seseorang yang secara klinis cukup bermakna, dan
secara khusus berkaitan dengan distress (gejala penderitaan) dan disability
(keterbatasan kemampuan normal pada aktivitas normal pada tingkat
personal).
Kata DSM IV: Gangguan jiwa itu adalah perilaku penting yang signifikan
secara klinis atau sindrom psikologis atau pola acuan tertentu yang terjadi
pada individu yang dihubungkan dengan kondisi distress dan disability
atau dihubungkan dengan peningkatan resiko untuk menderita nyeri,
disability, hilangnya kemampuan bergerak bebas, bahkan kematian.
Definisi ‘disabilitas’ ini sumbernya ICD 10. Sedangkan yang dimaksud
‘aktivitas dalam tingkat personal’… adalah aktivitas hidup sehari-hari
yang diperlukan untuk kelangsungan hidup juga untuk perawatan diri,
yaitu hal yang biasa dilakukan seperti: mandi, BAB, BAK, makan,
berpakaian, dll..
Butir-butir pada konsep gangguan jiwa:
Ada gejala klinis bermakna berupa:
- Bisa sindrom perilaku atau bisa pola perilaku tertentu.

- Bisa sindrom psikologis atau bisa pola psikologis tertentu.


Gejala klinis tersebut menimbulkan penderitaan (distress) contohnya:
nyeri, tidak nyaman, tidak tenteram, dll..
- Gejala klinis tersebut menimbulkan disabilitas.

e. Proses Diagnosis Gangguan Jiwa


Proses diagnosis ggn jiwa mengikuti prosedur klinis yg lazim pada pemeriksaan
medis yaitu meliputi langkah-langkah berikut ini :
1. Anamnesis (dengan menanyakan)
- alasan berobat

- riwayat gangguan sekarang

- riwayat gangguan dahulu

- riwayat perkembangan diri

- latar belakang sosial, keluarga, pendidikan, pekerjaan, dll

2. Pemeriksaan meliputi
- Fisik

- Status mental

- Lab

- Radiologik

- Evaluasi psikologik

3. Diagnosis
- Aksis I : Klinis

- Aksis II : Kepribadian

- Aksis III : Kondisi medik

- Aksis IV : Psiko-sosial

- Aksis V : Taraf fungsi

4. Terapi
- Farmakoterapi

- Psikoterapi

- Terapi sosial

- Terapi okupasional

- Terapi lainnya

5. Tindak lanjut
- Evaluasi terapi

- Evaluasi diagnosis

Dengan rumusan matemtis dapat disimpulkan bahwa :


DIAGNOSIS= ANAMNESIS + PEMERIKSAAN
(data subjektif) (data objektif)
f. Diagnosis Multiaksial
Diagnosis multi aksial terdiri dari 5 aksis:
1. Aksis I: Gangguan Klinis, kondisi lain yang menjadi fokus perhatian klinis
Gangguan klinis merupakan pola perilaku abnormal (gangguan mental)
yang meenyebabkan hendaya fungsi dan perasaan tertekan pada
individu. Kondisi lain yang mungkin menjadi fokus perhatian: masalah
lain yang menjadi fokus diagnosis atau pandangan tapi bukan gangguan
mental, seperti problem akademik, pekerjaan atau sosial, faktor psikologi
yang mempengaruhi kondisi medis. Berikut ini merupakan ringkasan dari
PPDGJ III yang dikutip dari Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa yang
diedit Dr.Rusdi Maslim:
1) F00-F09: Gangguan Mental Organik (ermasuk Gangguan Mental
Simtomatik)
Gangguan Mental Organik adalah gangguan mental yang berkaitan
dengan penyakit/gangguan sistemik atau otak. Gangguan mental
simtomatik adalah pengaruh terhadap otak merupakan akibat
sekunder penyakit/gangguuan sistemik di luar otak.
Gambaran utama:
- Gangguan fungsi kongnitif

- Gangguan sensorium – kesadaran, perhatian

- Sindrom dengan manifestasi yang menonjol dalam bidang


persepsi (halusinasi), isi pikir (waham), mood dan emosi
2) F00 Demensia pada penyakit alzeimer
3) F00.0 demensia pada penyakit alzeimer dengan onset dini
4) F00.1 demensia pada penyakit alzeimr dengan onset lambat
5) F00.2 demensia pada penyakit alzeimer, tipe tak khas atau tipe
campuran
6) F00.9 demensia pada penyakit alzeimer YTT
7) F01 Demensia vaskuler
8) F01.0 demensia vaskuler onset akut
9) F01.1 demensia multi infark
10) F01.2 demensia vaskuler subkortikal
11) F01.3 demensia vaskuler campuran kortikal dan subkortikal
12) F01.8 demensi vaskuler lainnya
13) F01.9 demensia vaskuler YTT
14) F02 Demensia pada penyakit lain YDK
15) F02.0 demensia pada penyakit pick
16) F02.1 demensia pada penyakit creutzfeldt-jakob
17) F02.2 demensia pada penyakit huntington
18) F02.3 demensia pada penyakit parkinson
19) F02.4 demensia pada penyakit HIV
20) F02.8 demensia pada penyakit lain YDT YDK
21) F03 Demensia YTT
Karakter kelima dapat digunakan untuk menentukan demensia
pada F00-F03 sebagai berikut:
- .x0 tanpa gejala tambahan

- .x1 gejala lain terutama waham

- .x2 gejala lain terutama halusinasi


- .x3 gejala lain terutama depresi

- .x4 gejala campuran lain

22) F04 Sindrom amnestik organik bukan akibat alkohol dan zat
psikoaktif lainnya
F05 Delirium bukan akibat alkohol dan zat psikoaktif lainnya
- F05.0 delirium tak bertumpangtintid dengan demsia

- F05.1 delirium bertumpangtindih dengan demensia

- F05.8 delirium lainnya

- F05.9 delirium YTT

F06 Gangguan mental lainnya akibat kerusakan dan disfunsi otak dan penyakit fisik
- F06.0 halusinosis organik

- F06.1 gangguan katatonik organik

- F06.2 gangguan waham organik (lir-skizoprenia)

- F06.3 gangguan suasana perasaan (mood afektif) organik

.30 gangguan manik oranik


.31 gangguan bipolar organik
.32 gangguan defresif organik
.33 gangguan afektif organik campuran
- F06.4 gangguan axietas organik

- F06.5 gangguan disosiatif organik

- F06.6 gangguan astenik organik

- F06.7 gangguan kognitif ringan

- F06.8 gangguan mental lain YDK akibat kerusakan dan disfunsi otak dan
penyakit fisik
- F06.9 ganggguan mental YTT akibat kerusakan dan disfungsi otak dan
penyakit fisik
F07 Gangguan kepribadian dan prilaku akibat penyakit, kerusakan dan disfunsi otak
- F07.0 gangguan kepribadian organik

- F07.1 sindrom pasca-ensefalitis

- F07.2 sindrom pasca-contusio

- F07.8 gangguan kepribadian dan prilaku organik lain akibat penyakit,


kerusakan dan disfungsi otak
- F07.9 gangguan kepribadian dan prilaku organik YTT akibat penyakit,
kerusakan dan disfungsi otak
F09 Gangguan mental organik atau simtomatik YTT
KET: YDT= yang di tentukan
YTT= yang tidak tergolongkan
YDK= yang diklasifikasi di tempat lain
YTK= yang tidak diklasifikasi di tempat lain
1) F10-F19:  Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat Psikoaktif 
F10 Gangguan mental dan prilaku akibat penggunaan alkohol
F11 Gangguan mental dan prilaku akibat penggunaan opioida
F12 Gangguan mental dan prilaku akibat penggunaan kanabionoida
F13 Gangguan mental dan prilaku akibat penggunaan sedativa atau hipnotika
F14 Gangguan mental dan prilaku akibat penggunaan kokain
F15 Gangguan mental dan prilaku akibat penggunaan stimulansia lain termasuk kafein
F16 Gangguan mental dan prilaku akibat penggunaan halusinogenika
F17 Gangguan mental dan prilaku akibat penggunaan tembakau
F18 Gangguan mental dan prilaku akibat penggunaan pelarut yang mudah menguap
F19 Gangguan mental dan prilaku akibat penggunaan multiple dan penggunaan zat
psikoaktif lainnya
2) F20-F29: Skizofrenia, Gangguan Skizotipal dan Gangguan Waham
Skizofrenia ditandai dengan penyimpangan fundamental dan karakteristik dari
pikiran dan persepsi, serta oleh efek yang tidak wajar atau tumpul. Kesadaran jernih
dan kemampuan intelektual tetap, walaupun kemunduran kognitif dapat berkembang
kemudian.
F20 Skizoprenia
F20.0 Skizoprenia paranoid
F20.1 Skizoprenia hibefrenik
F20.2 Skizoprenia katatonik
F20.3 Skizoprenia tak terinci
F20.4 depresi pasca-Skizoprenia
F20.5 Skizoprenia residual
F20.6 Skizoprenia simpleks
F20.8 Skizoprenia lainnya
F20.9 Skizoprenia YTT
F21 Gangguan skizopital
F22 Gangguan waham menetap
F22.0 gangguan waham
F22.8 gangguan waham menetap lainnya
F22.9 gangguan waham menetap
F23 Gangguan psikotik akut dan sementara
F23.0 gangguan psikotik polimorfik akut tanpa gejala skizoprenia
F23.1 gangguan psikotik polimorfik akut dengan gejala skizoprenia
F23.2 gangguan psikotik lir-skizoprenia akut
F23.3 gangguan psikotik akut lainnya dengan predominan waham
F23.8 gangguan psikotik akut dan sementara lainnya
F23.9 gangguan psikotik akut dan sementara YTT
F24 Gangguan waham induksi
F25 Gangguan skizoafektif
F25.0 gangguan skizoafektif tipe manik
F25.1 gangguan skizoafektif tipe depresif
F25.2 gangguan skizoafektif tipe campuran
F25.8 gangguan skizoafektif lainnya
F25.9 gangguan skizoafektif YTT
F28 Gangguan psikotik non organik lainnya
F29 Gangguan psikotik non organik YTT
3) F30-F39: Gangguan Suasana Perasaan (Mood [afektif])
Kelainan fundamental perubahan suasana perasaan (mood) atau afek, biasanya
kearah depresi (dengan atau tanpa anxietas), atau kearah elasi (suasana perasaan yang
meningkat). Perubahan afek biasanya disertai perubahan keseluruhan tingkat aktivitas
dan kebanyakan gejala lain adalah sekunder terhadap perubahan itu.
F30 Efisode manik
F30.0 hipomania
F30.1 mania tanpa gejala psikotik
F30.2 mania dengan gejala psikotik
F30.8 efisode manik lainnya
F30.9 efisode manik YTT
F31 Gangguan afektif bipolar
F31.0 gangguan afektif bipolar, episode kini hipomanik
F31.1 gangguan afektif bipolar, episode kini manik tanpa gejala psikotik
F31.2 gangguan afektif bipolar, episode kini manik dengan gejala psikotik
F31.3 gangguan afektif bipolar, episode kini depresif ringan atau sedang
.30 tanpa gejala somatik
.31 dengan gejala somatik
F31.4 gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat tanpa gejala
psikomatik
F31.5 gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat dengan gejala
psikomatik
F31.6 gangguan afektif bipolar, episode kini campuran
F31.7 gangguan afektif bipolar, episode kini dalam remisi
F31.8 gangguan afektif bipolar lainnya
F31.9 gangguan afektif bipolar YTT
F32 Episode depresif
F32.0 episode depresif ringan
.00 tanpa gejala somatik
.01 dengan gejala somatik
F32.1 episode depresif sedang
.10 tanpa gejala somatik
.11 dengan gejala somatik
F32.2 episode depresif berat tanpa gejala somatik
F32.3 episode depresif berat dengan gejala somatik
F32.8 episode depresif lainnya
F32.9 episode depresif YTT
F33 Gangguan depresif berulang
F33.0 gangguan depresif berulang, episode kini ringan
.00 tanpa gejala somatik
.01 dengan gejala somatik
F33.1 gangguan depresif berulang, episode kini sedang
.10 tanpa gejala somatik
.11 dengan gejala somatik
F33.2 gangguan depresif berulang, episode kini berat tanpa gejala psikotik
F33.3 gangguan depresif berulang, episode kini berat dengan gejala psikotik
F33.4 gangguan depresif berulang, episode kini dalam remisi
F33.8 gangguan depresif berulang lainnya
F33.9 gangguan depresif berulang YTT
F34 Gangguan suasana perasaan (mood [apektif] menetap)
F34.0 siklotimia
F34.1 distimia
F34.8 gangguan suasana perasaan (mood [apektif] menetap) lainya
F34.9 gangguan suasana perasaan (mood [apektif] menetap) YTT
F38 Gangguan suasana perasaan (mood [apektif]) lainnya
F38.0 gangguan suasana perasaan (mood [apektif]) tunggal lainnya
.00 episode afektif campuran
F38.1 gangguan suasana perasaan (mood [apektif]) berulang lainya
.10 gangguan depresi singkat berulang
F38.8 gangguan suasana perasaan (mood [apektif]) lainnya YDT
F39 Gangguan suasana perasaan (mood[afektif]) YTT
4) F40-F48: Gangguan Neurotik, Gangguan Somatoform dan Gangguan Terkait Stres
F40 Gangguan axietas fobik
F40.0 agorafobia
.00 tanpa gangguan panik
.01 dengan gangguan panik
F40.1 fobia sosial
F40.2 fobia khas (terisolasi)
F40.8 gangguan axietas fobik lainnya
F40.9 gangguan axietas fobik YTT
F41 Gangguan axietas lainnya
F41.0 gangguan panik (axietas proksimal episodik)
F41.1 gangguan axietas menyeluruh
F41.2 gangguan campuran axietas dan depresif
F41.3 gangguan axietas campuran lainnya
F41.8 gangguan axietas lainnya YDT
F41.9 gangguan axietas YTT
F42 Gangguan obsesif-kompulsif
F42.0 predominan pikiran obsesif atau pengulangan
F42.1 predominan tindakan kompulsif (obsessional ritual)
F42.2 campuran pikran dan tindaka obsesif
F24.8 gangguan obsesif-kompulsif lainnya
F42.9 gangguan obsesif-kompulsif YTT
F43 Reaksi terhadap stres berat dan gangguan penyesuaian
F43.0 reaksi stres akut
F43.1 gangguan stres pasca truma
F43.2 gangguan penyesuaian
.20 reaksi depresif singkat
.21 reaksi depresif berkepanjangan
.22 reaksi campuran axietas dan depresif
.23 dengan predominan gangguan emosi lainnya
.24 dengan predominan gangguan tingkah laku
.25 dengan gangguan campuran dari emosi dan tingkah laku
.28 dengan gejala predominan lainnya YDT
F43.8 reaksi stres berat lainnya
F43.9 reaksi stres berat YTT
F44 Gangguan disosiatif (konversi)
F44.0 amnesia disodiatif
F44.1 fugue disosiatif
F44.2 stupor disosiatif
F44.3 ganngaun trans dan kesurupan
F44.4 gangguan motorik disosiatif
F44.5 konvulsi disosiatif
F44.6 anestesia dan kehilangan sensorik disosiatif
F44.7 gangguan disosiatif (konversi) campuran
F44.8 gangguan disosiatif (konversi) lainnya
.80 sindrom ganser
.81 gangguan kepribadian multipel
.82 gangguan disosiatif (konversi) sementara terjadi pada masa kanak dan
remaja
.83 gangguan disosiatif (konversi) YDT
F44.9 gangguan disosiatif (konversi) YTT
F45 Gangguan somatoform
F45.0 gangguan somatisasi
F45.1 gangguan somatoform tak terinci
F45.2 gangguan hipokondrik
F45.3 disfungsi otonomik somatoform
.30 jantung dan kardiovaskuler
.31 saluran pencernaan bagian atas
.32 saluran pencernaan bagian bawah
.33 sistem pernafasan
.34 sistem genitourinaria
.38 sistem atau organ lainnya
F45.4 gangguan nyeri somatoform menetap
F45.8 gangguan somatoform lainnya
F45.9 gangguan somatoform YTT
F48 Gangguan neurotik lainnya
F48.0 neurastenia
F48.1 sindrom depresonalisasi-derealisasi
F48.8 gangguan neurotik lainnya YDT
F48.9 gangguan neurotik YTT
5) F50-F59: Sindrom Perilaku yang Berhubungan dengan Gangguan Fisiologis dan
Faktor Fisik.
F50 Gangguan makan
F50.0 anoreksia nervosa
F50.1 anoreksia nervosa tak khas
F50.2 bulimia nervosa
F50.3 bulimia nervosa tak khas
F50.4 makan berlebihan yang berhubungan dengan psikologis lainnya
F50.5 muntah yang berhubungan dengan psikologis lainnya
F50.8 gangguan makan lainnya
F50.9 gangguan makan YTT
F51 Gangguan tidur non organik
F51.0 insomnia non organnik
F51.1 hipersomnia non organik
F51.2 gangguan jadwal tidur jaga non organik
F51.3 somnabulisme (sleep walking)
F51.4 teror tidur (night terrors)
F51.5 mimpi buruk (nightmares)
F51.8 gangguan tidur non organik lainnya
F51.9 gangguan tidur non organik YTT
F52 Disfungsi seksual bukan disebabkan oleh gangguan atau penyakit organik
F52.0 kurang atau hilangnya nafsu seksual
F52.1 penolakan dan kurangnya kenikmatan seksual
.10 penolakan seksual
.11 kurangnya kenikmatan seksual
F52.2 kegagalan dari respon genital
F52.3 disfungsi orgasme
F52.4 ejakulasi dini
F52.5 vaginismus non organik
F52.6 dispareunia non organik
F52.7 dorongan seksual yang berlebihan
F52.8 disfungsi seksual lainnya, bukan disebabkan gangguan atau penyakit
organik
F52.9 disfungsi seksual YTT, bukan disebabkan gangguan atau penyakit organik
F53 Gangguan mental dan prilaku yang berhubungan dengan masa nifas YTK
F53.0 gangguan mental dan prilaku ringan yang berhubungan dengan masa nifas
YTK
F53.1 gangguan mental dan prilaku berat yang berhubungan dengan masa nifas
YTK
F53.8 gangguan mental dan prilaku lainnya yang berhubungan dengan masa nifas
YTK
F53.9 gangguan jiwa masa nifas YTT
F54 Faktor psikologis dan prilaku yang berhubungan dengan gangguan atau penyakit
YDK
F55 Penyalahgunaan zat yang tidak menyebabkan ketergantungan
F55.0 anti depresan
F55.1 pencahar
F55.2 analgetika
F55.3 antasida
F55.4 vitamin
F55.5 steroida atau hormon
F55.6 jamu
F55.8 zat lainnya yang tidak menyebabkan ketergantungan
F55.9 YTT
F59 Sindrom prilaku YTT yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan faktor
fisik
6) F60-69: Gangguan kepribadian dan prilaku masa dewasa
F60 Gangguan kepribadian khas
F60.0 gangguan kepribadian paranoid
F60.1 gangguan kepribadian skizoid
F60.2 gangguan kepribadian dissosial
F60.3 gangguan kepribadian emosional tak stabil
.30 tipe impulsif
.31 tipe ambang
F60.4 gangguan kepribadian hestrionik
F60.5 gangguan kepribadian anankastik
F60.6 gangguan kepribadian cemas (menghindar)
F60.7 gangguan kepribadian dependen
F60.8 gangguan kepribadian khaslainnya
F60.9 gangguan kepribadian YTT
F61 Gangguan kepribadian campuran dan lainnya
F61.0 gangguan kepribadian campuran
F61.1 gangguan kepribadian yang bermasalah
F62 Perubahan kepribadian yang berlangsung lama yang tidak diakibatkan oleh
kerusakan atau penyakit otak
F62.0 Perubahan kepribadian yang berlangsung lama setelah mengalami
katastrofa
F62.1 Perubahan kepribadian yang berlangsung lama setelah menderita gangguan
jiwa
F62.8 Perubahan kepribadian yang berlangsung lama lainnya
F62.9 Perubahan kepribadian yang berlangsung lama YTT
F63 Gangguan kebiasaan dan impuls
F63.0 judi patologis
F63.1 bakar patologis (piromania)
F63.2 curi patologis (kleptomannia)
F63.3 trikotilomania
F63.8 gangguan kebiasaan dan impuls lainnya
F63.9 gangguan kebiasaan dan impuls YTT
F64 Gangguan identitas jenis kelamin
F64.0 transeksualisme
F64.1 transvestisme peran ganda
F64.2 gangguan identitas jenis kelamin masa kanak
F64.8 gangguan identitas jenis kelamin lainnya
F64.9 gangguan identitas jenis kelamin YTT
F65 Gangguan preferensi seksual
F65.0 fetishisme
F65.1 transvestisme fetishistik
F65.2 ekshibisionisme
F65.3 voyeursme
F65.4 pedofilia
F65.5 sadomasokisme
F65.6 gangguan preferensi seksual multipel
F65.8 gangguan preferensi seksual lainnya
F65.9 gangguan preferensi seksual YTT
F66 Gangguan psikologis dan prilaku yang berhubungan dengan perkembangan
orientasi seksual
F66.0 gangguan maturitas seksual
F66.1 orientasi seksual egodistonik
F66.2 gangguan jalinan seksual
F66.8 gangguan perkembangan psikoseksual lainny
F66.9 gangguan perkembangan psikoseksual YTT
F68 Gangguan kepribadian dan prilaku masa dewasa lainnya
F68.0 elaborasi gejala fisik karena alasan psikologis
F68.1 kesengajaan atau berpura-pura membuat gejala atau disabilitas, baik fisik
maupun psikologis
F68.8 Gangguan kepribadian dan prilaku dewasa lainnya YDT
F69 Gangguan kepribadian dan prilaku masa dewasa YTT
7) F70-79: Retardasi mental
F70 Retardasi mental ringan
F71 Retardasi mental sedang
F72 Retardasi mental berat
F73 Retardasi mental sangat berat
F78 Retardasi mental lainnya
F79 Retardasi mental YTT
8) F80-F89: Gangguan perkembangan psikologis
F80 Gangguan perkembangan khas berbicara dan berbahasa
F80.0 gangguan artikulasi berbicara khas
F80.1 gangguan berbahsa ekspresif
F80.2 gangguan berbahsa reseptif
F80.3 afasia didapat dengan epilepsi
F80.8 gangguan perkembangan berbicara dan berbahasa lainnya
F80.9 gangguan perkembangan berbicara dan berbahasa YTT
F81 Gangguan perkembangan belajar khas
F81.0 gangguan membaca khas
F81.1 gangguan mengeja khas
F81.2 gangguan berhitung khas
F81.2 gangguan belajar campuran
F81.8 gangguan perkembangan belajar lainnya
F81.9 gangguan perkembangan belajar YTT
F82 Gangguan perkembangan motorik khas
F83 Gangguan perkembangan khas campuran
F84 Gangguan perkembangan pervasif
F84.0 autisme pada kanak
F84.1 autisme tak khas
F84.2 sindrom rett
F84.3 gangguan desintegratif masa kanak lainnya
F84.4 gangguan aktivitas berlebihan yang berhubungan dengan retardasi mental
dan gerakan stereotipik
F84.5 sindrom asperger
F84.8 gangguan perkembangan pervasif lainnya
F84.9 gangguan perkembangan pervasif YTT
F88 Gangguan perkembangan psikologis lainnya
F89 Gangguan perkembangan psikologis YTT
9) F90-F98: Gangguan prilaku dan emosional dengan onset biasanya pada masa kanak
dan remaja
F90 Gangguan hiperkinetik
F90.0 gangguan aktivitas dan perhatian
F90.1 gangguan tingkah laku hiperkinetik
F90.8 gangguan hiperkinetik lainnya
F90.9 gangguan hiperkinetik YTT
F91 Gangguan tingkah laku
F91.0 gangguan tingkah laku yang terbatas pada lingkungan keluarga
F91.1 gangguan tingkah laku tak berkelompok
F91.2 gangguan tingkah laku berkelompok
F91.3 gangguan sikap menentang (membangkang)
F91.8 gangguan tingkah laku lainnya
F91.9 gangguan tingkah laku YTT
F92 Gangguan campuran tingkah laku dan emosi
F92.0 gangguan tingkah laku defresif
F92.8 gangguan campuran tingkah laku dan emosi lainnya
F92.9 gangguan campuran tingkah laku dan emosi YTT
F93 Gangguan emosional dengan onset khas pada masa kanak
F93.0 gangguan anxietas perpisahan masa kanak
F93.1 gangguan anxietas fobik masa kanak
F93.2 gangguan anxietas sosial masa kanak
F93.3 gangguan persaingan antar saudara
F93.8 gangguan emosional masa kanak lainnya
F93.9 gangguan emosional masa kanak YTT
F94 Gangguan funsi sosial dengan onset khas pada masa kanak dan remaja
F94.0 mutisme elektif
F94.1 gangguan kelekatan reaktif masa kanak
F94.2 gangguan kelekatan tak terkendali masa kanak
F94.8 gangguan funsi sosial masa kanak lainnya
F94.9 gangguan funsi sosial masa kanak YTT
F95 Gangguan TIC
F95.0 gangguan tic sementara
F95.1 gangguan tic motorik atau vokal kronik
F95.2 gangguan kombinasi tic vokal dan motorik multipel
F95.8 gangguan tic lainnya
F95.9 gangguan tic YTT
F98 Gangguan prilaku dan emosional lainnya dengan onset biasanya pada masa kanak
dan remaja
F98.0 enuresis non organik
F98.1 enkopresis non organik
F98.2 gangguan makan masa bayi dan kanak
F98.3 pika masa bayi dan kanak
F98.4 gangguan gerakan stereotipik
F98.5 gagap (stuttering/stammering)
F98.6 berbicara cepet dan tersendat (cluttering)
F98.8 gangguan prilaku dan emosional lainnya YDT dengan onset biasanya pada
masa kanak dan remaja
F98.9 gangguan prilaku dan emosional lainnya YTT dengan onset biasanya pada
masa kanak dan remaja
F99 Gangguan mental YTT
F99 gangguan mental YTT
1. Aksis II: Gangguan Kepribadian, Retardasi Mental
Gangguan kepribadian mencakup pola perilaku maladaptif yang sangat kaku dan
biasanya merusak hubungan antar pribadi dan adaptasi sosial. Gangguan kepribadian,
seperti gangguan kepribadian paranoid, gangguan kepribadian skizoid, gangguan
kepribadian skizotipal, gangguan kepribadian antisosial, dll.
1) F60  Gangguan Kepribadian khas
Kondisi klinis bermakna dan pola perilaku cenderung menetap, dan merupakan
ekspresi pola hidup yang khas dari seseorang dan cara berhubungan dengan diri
sendiri maupun orang lain. Beberapa kondisi dan pola perilaku tersebut berkembang
sejak dini dari masa pertumbuhan dan perkembangan dirinya sebagai hasil interaksi
faktor-faktor konstitusi dan pengalaman hidup, sedangkan lainnya didapat pada masa
kehidupan selanjutnya.
F60 Gangguan kepribadian khas
F60.0 gangguan kepribadian paranoid
F60.1 gangguan kepribadian skizoid
F60.2 gangguan kepribadian dissosial
F60.3 gangguan kepribadian emosional tak stabil
.30 tipe impulsif
.31 tipe ambang
F60.4 gangguan kepribadian hestrionik
F60.5 gangguan kepribadian anankastik
F60.6 gangguan kepribadian cemas (menghindar)
F60.7 gangguan kepribadian dependen
F60.8 gangguan kepribadian khaslainnya
F60.9 gangguan kepribadian YTT
F61 Gangguan kepribadian campuran dan lainnya
F61.0 gangguan kepribadian campuran
F61.1 gangguan kepribadian yang bermasalah
2) F70-F79 Retardasi Mental
Keadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau tidak lengkap, yang terutama
ditandai oleh terjadinya hendaya ketrampilan selama masa perkembangan, sehingga
berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara menyeluruh. Dapat terjadi dengan atau
tanpa gangguan jiwa atau gangguan fisik lainsehingga perilaku adaptif selalu ada.
Z03.2 Tidak ada diagnosis aksis II
R46.8 Diagnosis aksis II tertunda
2. Aksis III: Kondisi Medik Umum
Kondisi medis umum dan kondisi medis yang mugkin penting bagi pemahaman
atau penyembuhan atau penanganan gangguan mental individu. Meliputi kondisi klinis
yang diduga menjadi penyebab atau bukan penyebab gangguan yang dialami individu.

1) Bab I             A00 – B99 Penyakit infeksi dan  parasit  tertentu


2) Bab II           C00 –D48 Neoplasma
3) Bab IV          E00 – G90 Penyakit endokrin, Nutrisi, & metabolik
4) Bab VI          G00 – G99 Penyakit susunan syaraf
5) Bab VII        H00 – H59 Penyakit Mata & adneksa
6) Bab VIII       H60 – H95 Penyakit telinga & Prosesus Mastoid
7) Bab IX          I00 – I99 Penyakit sistem sirkulasi
8) Bab X            J00 – J99 Penyakit sistem Pernafasan
9) Bab XI          K00 – K93 Penyakit sistem Pencernaan
10) Bab XII         L00 – L99 Penyakit kulit & jaringan subkutan
11) Bab XIII     M00 –M99 Penyakit sistem musculoskeletal & Jar. ikat
12) Bab XIV       N00 – N99 Penyakit sistem genito-urinaria
13) Bab XV         O00 – O99 Kehamilan, kelahiran anak & masa Nifas
14) Bab XVII      Q00 – Q99 Malformasi congenital, deformasi, Kel.kr
15) Bab XVIII    R00 – R99 Gejala, tanda & temuan klinis-lab. abn
16) Bab XIX       S00 – T98 Cedera, keracunan & akibat kausa ekst
17) Bab XX         V01 – V98 Kausa eksternal dari Morb. & mort.
18) Bab XXI       Z00 – Z99 Faktor status kes. & Pelayanan kesehatan
3. Aksis IV: Masalah Psikososial dan Lingkungan
Masalah dengan “primary support group” (keluarga)
Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial
Masalah pendidikan
Masalah pekerjaan
Masalah perumahan
Maslah ekonomi
Masalah akses ke pelayanan kesehatan
Maslah berkaitan interaksi dengan hukum/kriminal
Masalah psikososial dan lingkungan lain
4. Aksis V: Penilaian Fungsi secara Global (Global Assesment of Functioning (GAF) Scale)
Assessment fungsi secara global mencakup assessment menyeluruh tentang fungsi
psikologis sosial dan pekerjaan klien. Digunakan juga untuk mengindikasikan taraf
keberfungsian tertinggi yang mungkin dicapai selama beberapa bulan pada tahun
sebelumnya.
100-91 : Gejala tidak ada, berfungsi maksimal, tidak ada masalah yang tidak
tertanggulangi
90-81  : Gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalah harian
biasa
80-71  : Gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan,
sekolah dll
70-61  : Beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara
umum masih baik
60-51  : Gejala dan disabilitas sedang
50-41  : Gejala dan disabilitas berat
40-31  : Beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan komunikasi,
disabilitas berat dalam beberapa fungsi
30-21  : Disabilitas berat dalam komunikasi dan daya nilai, tidak mampu berfungsi
dalam hampir semua bidang
20-11  : Bahaya mencederai diri/orang lain, disabilitas sangat berat dalam komunikasi
dan mengurus diri
10-01  :  Persisten dan  lebih serius
0         :  Informasi tidak adekuat
A. Urutan hierarki blok diagnosis
Pada beberapa jenis gangguan jiwa (misalnya: gangguan mental organik) terdapat
berbagai tanda dan gejala yang sangat luas. Pada bebrapa gangguan jiwa lainya (seperti:
gagguan cemas) hananya terdapat tanda dan gejala yang sangat terbatas. Atas dasar ini
dilakukan suatu urutan penyusunan blok-blok diagnosis yang berdasarkan hierarki, dimana
suatu gangguan yang terdapat dalam urutan hierarki yang lebih tinggi, mungkin mempunyai
ciri-ciri dari gagguan yang terletak dalam hierarki lebih rendah, tetapi tidak sebaliknya.
Terdapatnya hubungan hierarki ini memungkinkan untuk penyajian diagnosis banding dari
berbagai jenis gejala utama. Suatu diagnosis, baru dapat dipastikan setelah kemungkinan
kepastian diagnosis/diagnosis banding dalam blok diatasnya dapat ditiadakan secara pasti.
Urutan hierarki blok diagnosis gangguan jiwa berdasarkan PPDGJ-III:
I = Gangguan mental organik dan simtomatik (F00-F09).
= Gangguan mental dan prilaku akibat zat psikoaktif (F10-F19)
Ciri khas: etiologi organik/fisik jelas, primer/skunder
II = Skizoprenia, gangguan skizopital dan gangguan waham (F20-F29)
Ciri khas: gejala psikotik, etiologi organik tidak jelas
III = Gangguan suasana perasaan [mood/afektif] (F30-F39)
Ciri khas: gejala gangguan afek (psikotik dan non psikotik)
IV= Gangguan neurotik, gangguan stomatoform dan gangguan stres (F40-F48)
Ciri khas: gejala non psikotik, etiologi non organik
V = Sindrom prilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan faktor fisik
(F50-F59)
Ciri khas: gejala disfungsi biologis, etiologi non organik
VI = Gangguan kepribadian dan prilaku masa dewasa (F60-F69)
Ciri khas: gejala prilaku, etiologi non organik
VII = Retardasi mental (F70-F79)
Ciri khas: gejala perkembangan IQ, onset masa kanak
VIII = Gangguan perkembangan psikologis (F80-F89)
Ciri khas: gejala perkembangan khusus, onset masa kanak
IX = Gangguan prilaku dan emosional dengan onset masa kanak dan remaja (F90-F98)
Ciri khas: gejala prilaku/emosional, onset masa kanak
X = Kondisi lain yang menjadi fokus perhatian klinis (Kode Z)
Ciri khas: tidak tergolong gagguan jiwa

B. Perbadingan Penggolongan Diagnostik


No PPDGJ-I PPDGJ-II PPDG-III
I 290 - 294 290 - 294 F00 - F09

Psikosa organik Gg. Mental organik Gg. Mental organik


(psikotik-nonpsikotik)
(termasuk gg. Mental
simtomatik)

F10 - F29

Gg. Mental dan


perilaku akibat zat
psikoaktif.

II 295 - 299 295 - 299 F20 - F29

Psikosa fungsional G.g psikotik lainnya Skizofrenia,

Gg. Skizopital dan

Gg. Waham

F30 – F39

Gg. Suasana Perasaan

(“mood” / afektif)

III 300 – 309 300 – 316 F40 – F48

Neurosa, Gg. Neurotik, Gg. Neurotik

Gg. Kepribadian, Gg. Kepribadian Gg. Somatoform Dan

Gg. Jiwa nonpsikosa Dan gg. Mental non Gg. Terkait stres
psikotik lainnya.
317 F50 – F59
307. 19 – 307. 92
Kondisi yang terkait Sindrom Perilaku
pada Kebudayaan Penomena dan
Berhubungan Dengan
Setempat Sindrom yang
Berkaitan Gg. Fisiologis dan

Dengan faktor Faktor fisik

Sosial budaya di F60 – F69

Indonesia. Gg. Kepribadian

Dan perilaku

Masa dewasa.

IV 310 – 315 317 – 319 F70 – F79

Retardasi mental Retardasi mental Retardasi mental

V 308 307, 309, 312, 313, F80 – F89

Gg. Tingkah laku 314, 315, dll. Gg. Perkembangan

Masa anak dan Gg. Yang biasanya Psikologis

Remaja Mulai nampak F90 – F98

Dalam masa bayi, Gg. Perilaku dan

Kanak, atau Emosional Dengan


onset Biasanya pada
Remaja
Masa kanak dan
Remaja.

KO 316 dan 138 Kondisi yang tidak Kondisi lain Yang


DE menjadi fokus
Kegagalan Tercantum sebagai
perhatiannya Klinis.
V
Penyesuaian sosial Gangguan jiwa, Tetapi
menjadi Pusat perhatian
Tanpa gg. Psikiatrik
Atau terapi.
Yang nyata.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kesehatan jiwa seseorang bisa terganggu karena masalah-masalah yang didapat
selama hidup. Dalam menjalankan kehidupan setiap orang akan mendapatkan masalah.
Sebagian besar manusia tidak mampu mengontrol emosi dan mengelola stresnya,
sehingga akan melakukan yang hal-hal yang tidak baik bagi dirinya. Walaupun begitu
ada sebagian orang yang bisa melaluinya dengan baik. Kesehatan jiwa menjadi masalah
besar di dunia dan dianggap sangat mengancam. Seseorag yang mengalami gangguan
jiwa akan melakukan beberapa hal, seperti menggunakan NAPZA, melakukan bunuh diri
dll. Setiap tahunnya kasus bunuh diri selalu meningkat yang menyebabkan banyak orang
yang meninggal. Pada saat sekarang ini tren dan isu tentang keperawatan jiwa sangat
berkembang. Gangguan jiwa bukan hanya terjadi pada orang dewasa dan lansia saja
tetapi juga terjadi pada anak-anak dan remaja. Dan tidak hanya dialami oleh masyarakt
kalangan bawah saja tetapi juga kalangan menengah ke atas.
B. Saran
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca terutama bagi penulis.
DAFTAR PUSTAKA

http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Keperawatan-
Jiwa-Komprehensif.pdf
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1983), Pedoman Penggolongan Diagnosis
Gangguan Jiwa, Direktorat Kesehatan Jiwa, Jakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1993), Pedoman Penggolongan Diagnosis
Gangguan Jiwa, Direktorat Kesehatan Jiwa ,Jakarta
Departemen Kesehatan. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. Pedoman penggolongan
dan diagnosis gangguan jiwa di Indonesia III. Jakarta: Departemen Kesehatan; 1993.
Fakultas Kedokteran, Jakarta.
Hawari Dadang, dr (2001), Pendekatan Holistik pada Gangguan Jiwa Skizofrenia,
Hurlock, Elisabeth, (1998), Psikologi Perkembangan, Jakarta, Erlangga
Kelliat Budi Anna, Dr, (1998), Peranan Keluarga dalam Perawatan Klien Gangguan
Jiwa, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Maslim, Rusdi (2001) Buku saku diagnosis gangguan jiwa PPDGJ-III. PT Nuh Jaya.
Jakarta
http://masarie.wordpress.com/tag/gangguan-jiwa/2008 diaksese pada tanggal 07 mei
2013 jam 20:00 WITA

Anda mungkin juga menyukai