Anda di halaman 1dari 11

KataPengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt karena kami masih diberi kesehatan
dankesempatan untu
k menyelesaikan makalah ”PSIKOLOGI KONSELING” ini sebagai bentuk
 pendalaman materi Psikologi Konseling yang merupakan mata kuliah yang sedang saya
tempuh.Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita nabi besar
Muhammadsaw. Beserta keluarga dan para sahabatnya, yang telah membimbing dan
memberdayakan umatmelalui dakwah dan pendidikan sehingga dapat melaksanakan
pengabdiannya kepada Allah swt.Tak lupa kami ucapkan terima kasih pada dosen
pengampuh Mata Kuliah saya yang telahmencurahkan ilmunya kepada saya yang masih
sangat haus ilmu. Dan tak lupa pula sayaucapkan terimakasih pada teman-teman yang telah
mendukung atau menginspirasi kami dalammenyelesaikan makalah ini.saya sadar bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu saya pihak pemakalah
sangat mengharapkan saran-saran yang sekiranya dapat memperbaiki kesalahan
ataukekurangan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I    PENDAHULUAN......................................................................................iii
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2  Rumusan Masalah...............................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................................3
BAB II   PEMBAHASAN........................................................................................iv
2.1          Pengertian konseling psikologi individual..................................................1
2.2         Karakteristik konseling psikologi individual...............................................2
2.3         Teknik-teknik konseling psikologi individual.............................................3
2.4         Analisis dan penerapan konseling psikologi individual  dalam konseling. .4   
BAB III  PENUTUP.................................................................................................v
3.1     Kesimpulan......................................................................................................1
3.2     Saran.................................................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA
Pertanyaan

   1.   Pendekatan sistematis yang dikenal paling tua yang menjelaskan dan menangani masalah

psikologis adalah ...

                   a.     Psikoanalisis klasik

                   b.     Psikoloanalisis modern

                   c.     Behavior

d.     Gestalt
                 

     2.        Struktur kepribadian yang merupakan bagian moral dari kepribadian manusia, merupakan

filter baik-buruk, salah-benar, boleh-tidak, sesuatu yang dilakukan oleh dorongan ego

adalah ...

a.    Id

b.    Ego

c.    Super ego

d.   Dunia eksternal

     3.Terapi menggunakan pendekatan modifikasi perilaku secara khusus paling efektif untuk

menangani ...

                   a.     Pecandu alkohol

                   b.     Pedofilia
                   c.     Narsisme

d.     Menangani fobia dan pemikiran yang obsesif


                 

     4.          Berikut ini yang harus dilakukan konselor dalam memulai proses konseling,kecuali :

                   a.     Evaluasi psikodiagnostik

                   b.     Membentuk kesiapan konseling

                   c.     Memberikan tugas – tugas pada konseling

d.     Memperoleh informasi riwayat kasus


                 

     5.          Williamson mengemukakan 6 tahap metode konseling, yaitu ...

a.    Analisisdiagnosaprognosiskonselingsintesistindak lanjut

b.    Sintesisanalisisdiagnosaprognosiskonselingtindak lanjut

c.    Analisissintesisdiagnosaprognosiskonselingtindak lanjut

d.   Sintesisdiagnosaprognosiskonselinganalisistindak lanjut
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Alfred Adler pada mulanya adalah seorang anggota psikoanalisis tetapi lalu
memisahkan diri dari freud, karena tidak setuju dengan konsep-konsep psikoanalisis. Adler
membentuk aliran baru dinamakan Individual Psycology. Adler tidak setuju dengan konsep
dorongan seks sebagai satu-satunya dorongan yang utama dalam kehidupan manusia, juga
dengan konsep kejiwaan yang dibagi-bagi menjadi id, ego dan superego.
Psikologi individual dikembangkan oleh Alfred Adler, sebagai suatu sistem yang
komparatif dalam memahami individu dan dalam kaitannya dengan lingkungan sosial.
Individual psychology atau psikologi individual dikembangkan oleh Alfred Adler dan
pengikutnya antara lain adalah Rudolph Drekurs, Martin Son Tesgard, dan Donal Dinkmeyer.
Alfred Adler selain siswa juga rekan kerja Freud dan berumur empat belas tahun lebih
muda dari Freud. Adler  telah menjadi dokter praktek. Ketika bergabung dengan Freud dan
ahli lain ketika dibentuknya Masyarakat Psychoanalytic Vienna. Adler keluar dari paham
Freud dan Masyarakat Psychoanalytic Vienna dan pada tahun 1911 Adler mulai
mengembangkan
pemikirannya yang dikenal sebagai Psikologi Individu.
Aliran Psikologi Individual dikenal dengan nama Adlerian Counseling. Adler mengatakan
bahwa seorang tidaklah dikendalikan semata-mata untuk memenuhi kesenangannya sendiri
tetapi sebaliknya, seseorang dimotivasi oleh rasa tanggung jawab sosial dan kebutuhan untuk
berhasil. Adler benar-benar berbicara tentang hubungan sosial, yang mana Individu sibuk
mengejar realisasi diri yang dapat mendukung dirinya untuk membuat dunia lebih baik dalam
menempatkan hidup. Inilah yang menjadi dasar pemikiran dari teori psikologi individual.
Menurut Adler manusia tidak dapat dibagi-bagi menjadi bagian-bagian, manusia sebagai
suatu keseluruhan dan sebagai suatu kesatuan yang unik. Adler mengemukakan bahwa motif
utama yang merupakan dorongan hidup adalah superioritas dan kekuatan. Adler melihat
bahwa kejantanan (masculin) adalah identik dengan superioritas(keunggulan), sedang
kewanitaan (feminin) adalah inferioritas. Sesuai dengan dorongannya untuk hidup maka baik
pria maupun wanita setuju superioritas. Alasan utamanya karena manusia pada saat
dilahirkan dalam keadaan inferioritas, dalam keadaan lemah, perlu bantuan orang lain, dan
hidupnya tergantung pada orang sekitarnya. Adler melihat manusia dalam keadaan inferior
ini melihat orang dewasa yang kuat dan  serba lebih menyebabkan inferior yang laten. Adler
juga melihat adanya pengaruh situasi keluarga terhadap perkembangan pribadi seorang anak,
antara lain urutan dalam kelahiran, anak tunggal, anak bungsu mempunyai kepribadian yang
khas. Demikian pula iklim keluarga mempengaruhi kepribadian seseorang. Pada usia sangat
dini (4 dan 5 tahun) menurut adler anak sudah membentuk pedoman untuk hidup (life style)
yang relative tetap. Untuk lebih jelasnya akan dibahas dalam makalah ini.

1.2    Rumusan Masalah
Adapun rumusalah dalam makalah ini yaitu sebagai berikut;
a)    Apa pengertian konseling psikologi individual?
b)   Bagaimana karakteristik konseling psikologi individual?
c)    Apa saja teknik-teknik konseling psikologi individual?
d)   Bagaimana analisis dan penerapan konseling psikologi individual  dalam konseling?
1.3    Tujuan Masalah
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu sebagai berikut;
a)    Untuk mengetahui  pengertian konseling psikologi individual.
b)   Untuk mengetahui  karakteristik konseling psikologi individual.
c)    Untuk mengetahui  teknik-teknik konseling psikologi individual.
d)   Untuk mengetahui  analisis dan penerapan konseling psikologi individual  dalam
konseling.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Pengertian konseling psikologi individual

Model konseling psikologi individual didasarkan atas pandangan holistik mengenai


pribadi manusia. Kata individual tidak berarti bahwa model ini dipusatkan kepada individu
sebagai lawan kelompok manusia. Kata tersebut berarti bahwa manusia dipandang sebagai
suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Karena itu manusia juga tidak terpisah menjadi
bagian-bagian, maka kepribadian itu dipandang sebagai suatu keesatuan atau keseluruhan
yang tidak dapat dipisahkan. Manusia tidak terpisah menjadi bagian-bagian, dan
kepribadiannya pun berpadu menjadi suatu kesatuan dan hanya dapat dipahami apabila
kepribadian tersebut dipandang sebagai suatu keseluruhan.
Salah satu implikasi dari pandangan tesebut adalah bahwa klien seyogyanya dipandang
sebagai suatu bagian terpadu dalam sistem sosial. Psikologi individual tertumpu pada
keyakinan pokok bahwa kebahagiaan dan keberhasilan seseorang pada umumnya berkaitan
dengan keterikatan sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia mempunyai kebutuhan untuk
bermanfaat pula dalam masyarakat, mengingat manusia itu tidak melekat di dalam
masyarakat, maka manusia tidak dapat dipahami dalam keadaan terpisah dari konteks sosial.
Adler berpendapat bahwa manusia mempunyai kebutuhan kuat untuk merasa bersatu dengan
orang lain. Dengan demikian manusia akan mampu bertindak dengan berani dalam
menghadapi dan menangani permasalahan hidup.
Manusia memiliki kebutuhan yang kuat untuk menempati dan menemukan tempat yang
berarti dalam masyarakat. Tiadanya perasaaan untuk mendapatkan tempat dan diterima oleh
orang lain merupakan salah satu musibah yang paling hebat terhadap perasan manusia.
Manusia itu tidak hanya membutuhkan manusia lain, manusia juga mempunyai perasaan
untuk diterima oleh orang lain. Pada gilirannnya pengembangan minat sosial akan merasa
sakit, dan manusia yang memiliki minat sosial hidupnya akan merasa sehat. Adler
menyamakan konsep minat sosial ini dengan perasaan identifikasi dan simpati terhadap orang
lain. Adler mengemukakan bahwa minat sosial itu berarti: “melihat dengan mata orang lain,
mendengar dengan telinga orang lain, dan merasa dengan hati orang lan.”

2.2    Karakteristik konseling psikologi individual

Karakteristik konseling paikologi individual Tentang Manusia sebagai berikut;


1.    Manusia tidak semata-mata bertujuan memuaskan dorongan-dorongannya, tetapi secara
jelas juga termotivasi untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan pemenuhan
kebutuhan untuk mencapai susuatu.
2.    Tingkah laku individu ditentukan oleh: lingkungan, pembawaan, dan individu itu
sendiri.
3.    Tingkah laku tidak ditentukan oleh kejadian yang diluar individu, melainkan oleh
bagaimana individu mempersepsi dan meng-interpretasikan kejadian itu:
a)      Persepsi dan interpretasi itu membentuk fiksi yang menjadi tujuan bagi tingkah laku
individu --- fictional goal (fg).
b)      Life goal (lg): fictional goal menjadi arah dari tingkah laku individu untuk mengatasi
kelemahannya dalam menghadapi dunianya. --- fictional goal menjadi life goal.
c)      Life style (ls): life goal yang menjadi arah tingkah laku itu lebih jauh akan
membentuk life style.
d)     Social interest (si): manusia dilahirkan sebagai makhluk social dan adapun yang
dilakukannya selalu dalam hubungannya dengan kelompok social.
Karakteristik konseling paikologi individual Tentang kepribadian  sebagai berikut;
1.    Perkembangan Kepribadian
a)      Dasar kepribadian terbentuk pada usia empat – lima tahun pertama.
b)      Pada awalnya manusia dilahirkan dengan feeling of inferiority (foi) yang selanjutnya
menjadi dorongan bagi perjuangannya kearah feeling of superiority (fos).
c)      Anak-anak menghadapi lingkungannya dengan kemampuan dasarnya dan
menginterpretasikan lingkungannya itu dan pada saat itu juga social interest-nya juga
berkembang.
d)     Selanjutnya terbentuklah life style yang unik pada masing-masing individu --- human
individuality yang bersifat: self-deterministik, teleologis, dan holistic.
e)      Sekali terbentuk life style sukar untuk berubah; perubahannya akan membawa
kepedihan.
2.    Individu sukar menyadari sepenuhnya life style-nya sendiri, untuk menjelaskannya
biasanya diperlukan orang lain.

2.3    Teknik-teknik konseling psikologi individual

Teknik konseling yang digunakan oleh konselor adalah:


a)      Teknik komparatif. Dalam teknik ini konselor melakukan perbandingan dirinya dengan
konselor. Dengan empati, konselor mencoba membayangkan gaya hidup dan masalah
klien dalam dirinya. Atas dasar itu konselor kemudian membantu klien untuk
memperbaiki gaya hidup dan memecahkan masalah klien.
b)      Teknik analisis mimpi. Menurut Adler, mimpi merupakan refleksi gambaran tujuan
hidup klien. Dengan menganalisis mimpi yang dialami klien maka konselor dapat
memperkirakan tujuan hidup klien. Atas dasar itu kemudian konselor membantu klien.
Selain itu ada beberapa fase yang dilakukan konselor dalam memberikan layanan
konseling berdasarkan model ini, yaitu menciptakan hubungan (fase I), menggali dinamika
individual (fase II), memberi semangat untuk pemahaman (fase III), menolong agar bisa
berorientasi ulang (fase IV) .
Fase membina hubungan akan sangat menentukan proses konseling selanjutnya hingga
menentukan fase selanjutnya yaitu menggali dinamika individu. Dinamika individu harus
digali untuk mengetahui gaya hidup dan pemecahan masalah yang tepat bagi individu. Hal-
hal yang digali diantaranya adalah konstelasi keluarga berupa urut-urutan kelahiran, karena
hal itu mempunya pengaru yang besar dalam membentuk gaya hidup individu. Selanjutnya
pengalaman sewaktu usia antara empat hingga enam tahun atau berbagai kenangan masa
kecil. Mimpi yang sering dialami karena bagi Adlerian hal itu menggambarkan prioritas dan
keinginan. Mengenai prioritas itu sendiri klien diarahkan untuk menilai mana prioritas yang
lebih utama dalam hidupnya.
Proses selanjutnya klien diberi semangat, dorongan dan pemahaman untuk memupuk
semangat dan kepercayaan dirinya kembali, karena diri atau self membutuhkan hal itu.
Terakhir adalah menolong agar bisa berorientasi ulang yang difokuskan untuk mendorong
klien agar bisa melihat alternatif yang baru dan lebih fungsional. Klien didorong
semangatnya dan sekaligus ditantang untuk mengembangkan keberaniannya mengambil
resiko dan membuat perubahan yang baik dalam hidupnya.
Konseling psikologi individu tidak dirumuskan teknis khusus, namun dalam berbagai
literatur hanya disarankan sejenis pedoman umum/teknik umum yang dapat memandu
konselor dalam konseling. Hansen merumuskan teknik tersebut sebagai berikut :
1.    Menganalisis gaya hidup klien. Kegiatan yang termasuk dalam hal ini adalah:
a.       Konselor harus sampai pada kenyataan tentang faktor-faktor yang meyakinkan akan
mempengaruhi kepribadian klien sampai dia mengalami masalah hingga saat konseling
berlangsung
b.      Pemahaman yang sebenarnya tentang pola-pola tingkah lakunya selama ini secara
nyata, untuk menemuka kesenjangan.
c.       Konselor harus sampai dapat membandingkan konstelasi (keadaan) keluarga dimana
kien hidup dengan yang seharusnya, sebab semua itu akan sangat mempengaruhi
tingkah laku klien.
d.      Konselor harus bisa menyampaikan penafisrannya kepada klien, tentang hubungan apa
yang diperolehnya dari butir a, b, dan c tersebut di atas.
2.    Menginterpretasikan ingatan-ingatan masa lampau yang lebih ada kaitannya dengan
kondisi sekarang, yaitu keadaan pada waktu berumur dibawah 10 tahun. Keadaan masa
lampau itu diperkirakan akan berpengaruh pada masa sekarang, khususnya pembentukan
kepribadian yang abnormal.
3.    Dengan penafisiran tersebut diharapkan persepsi klien berubah, dan pada akhirnya dia
dapat mengubah tingkah lakunya, sehingga sesuai dengan keadaan sekarang.

2.4    Analisis dan penerapan konseling psikologi individual  dalam konseling

Apabila telah ditelaah secara lebih mendalam tentanf model konseling psikologi
individual, cukup banyak konsep-konsepnya yang memberikan sumbangan dalam proses
konseling kelompok maupun konseling individual. Sumbangan tersebut antara laindari
penekannya pada unsur sosial dalam pembentukan dan perkembangan kepribadian individu.
Dapat disimpulkan sumbangan model ini dalam konseling  secara keseluruhan adalah
sebagai berikut;
1.    Pandangan tentang persepsi, dan fiksi yang amat menentukan tingkah laku; dalam hal ini
konselor dapat menggali persepsi yang keliru dari kliennya, sehingga terlihat tidak logis
dan realistis.  Tugas konselor dala, konseling tentunya mengembalikan persepsi yang tidak
pernah tersebut kembali agar dapat menjadi logis sehingga dapat di terima dalam interaksi
sosial bersama orang lain.
2.     Konsep adler tentang minat sosial dapat di pakai konselor pada saat konseling guna
mengungkap apakah selama ini pada diri klien telah berkembang minat sosialnya. Banyak
masalah yang disebabkan oleh tidak berkembangnmya minat sosial ini. Pengungkapan
tentang hal ini diperlukan konselor guna mengajak klien membangkitkan minat sosial ini
dengan cara berfikir dan bertingkah laku yang selalu memperhatikan kondisi lingkungan
soial.
3.    Konsep dasar tentang feeling of inferiotity  dan feeling of superiority,  membawa konselor
untuk mengajak klien yang bermasalah melakukan tindakan mmonpensasi positif,
sehingga dapat diraihnya keberhasilan dalam bidang lain. Keberhasilan yang dicapainya
akan dapat menekan feeling of inferiority yang mungkin selama ini dominan yang ada
pada diri klien.
BAB III
PENUTUP
1.    Kesimpulan
Model konseling psikologi individual didasarkan atas pandangan holistik mengenai
pribadi manusia. Kata individual tidak berarti bahwa model ini dipusatkan kepada individu
sebagai lawan kelompok manusia. Kata tersebut berarti bahwa manusia dipandang sebagai
suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Karena itu manusia juga tidak terpisah menjadi
bagian-bagian, maka kepribadian itu dipandang sebagai suatu keesatuan atau keseluruhan
yang tidak dapat dipisahkan.
Apabila telah ditelaah secara lebih mendalam tentanf model konseling psikologi
individual, cukup banyak konsep-konsepnya yang memberikan sumbangan dalam proses
konseling kelompok maupun konseling individual. Sumbangan tersebut antara laindari
penekannya pada unsur sosial dalam pembentukan dan perkembangan kepribadian individu.
Dapat disimpulkan sumbangan model ini dalam konseling  secara keseluruhan adalah
sebagai berikut;
1.      Pandangan tentang persepsi, dan fiksi yang amat menentukan tingkah laku; dalam hal ini
konselor dapat menggali persepsi yang keliru dari kliennya, sehingga terlihat tidak logis
dan realistis. 
2.      Konsep adler tentang minat sosial dapat di pakai konselor pada saat konseling guna
mengungkap apakah selama ini pada diri klien telah berkembang minat sosialnya.
3.      Konsep dasar tentang feeling of inferiotity dan feeling of
superiority,  membawa  konselor untuk mengajak klien yang bermasalah melakukan
tindakan konpensasi positif.

2.    Saran
Pahamilah model-model pendekatan konseling psikologi individu  agar
pemahamannya bertambah. Sehingga, mampu menerapkan nantinya didunia lapangan kerja.
DAFTAR PUSTAKA

Prayitno. 1998. Konseling Pancawaskita Kerangka Konseling Eklektik. Padang :


UNIVERSITAS NEGERI PADANG
Taufik. 2016. Pendekatan dalam Konseling. Padang : UNIVERSITAS NEGERI PADANG

Anda mungkin juga menyukai