Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH REGULASI KEPERAWATAN (REGISTRASI & PRAKTIK

KEPERAWATAN)

Disusun Oleh:

1. Irma Rizkawati Dewi (17121020)


2. Isna Wahyuningsih (17121021)
3. Laila Rizqa Nur Fitriani (17121022)
4. Linda Putri Dewi K (17121023)

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN BHAKTI MULIA

TAHUN AKADEMIK 2019


A. LATAR BELAKANG REGULASI PRAKTIK KEPERAWATAN
ASPEK HUKUM REGULASI KEPERAWATAN
1. LATAR BELAKANG
Seorang perawat profesional dalam melaksanakan pelayanan Asuhan
Keperawatan wajib menggunakan metodologi proses keperawatan, berpedoman pada
standart keperawatan dilandasi oleh etik dan etika keperawatan dalam lingkup
kewenangan serta tanggung jawabnya.
Tanggung jawab yang dimaksud adalah dapat dipertanggungjawabkan dari segi
profesi kesehatan maupun segi hukum. Oleh karena itu seorang perawat profesional
dalam menjalankan Praktik Asuhan Keperawatan wajib mentaati standar keperawatan,
etika profesi dan peraturan perundang-undangan, agar melindungi masyarakat dari
praktik perawat yang tidak kompeten, karena belum adanya konsil Keperawatan
Indonesia yang kelak ditetapkan dalam UU Praktek Keperawatan akan menjalankan
fungsinya karena konsil Keperawatan melalui uji kompetensi akan membatasi pemberian
kewenangan melaksanakan praktik keperawatan hanya bagi perawat yang mempunyai
pengetahuan yang dipersyaratkan untuk praktik keperawatan. Saat ini sistem regulasi
berupa registrasi, lisensi dan sertifikasi mulai dijalankan dengan dasar Permenkes Nomor
1796/MENKES/PER/V111/2011.
Sistem registrasi lisensi dan sertifikasi ini akan meyakinkan masyarakat bahwa
perawat yang melakukan praktik keperawatan mempunyai pengetahuan yang diperlukan
untuk bekerja sesuai standar. Masyarakat membutuhkan pelayanan keperawatan yang
bermutu sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan dan memperoleh kepastian
hukum pada pemberi dan penyelenggaraan pelayanan keperawatan.
a. PENGERTIAN
Regulasi Keperawatan (registrasi dan praktek keperawatan) adalah kebijakan atau
ketentuan yang mengatur profesi keperawatan dalam melaksanakan tugas profesinya
dan terkait dengan kewajiban dan hak. Registrasi merupakan percantuman nama
seseorang dan informasi lain pada badan resmi baik milik pemerintah maupun non
pemerintah. Perawat yang telah terdaftar diizinkan melalui sebutan Registered Nurse.
Untuk dapat terdaftar, perawat harus telah menyelesaikan pendidikan keperawatan
dan lulus ujian dari badan pendaftaran dengan nilai yang diterima. Izin praktek
maupun registrasi harus diperbaharui setiap satu atau dua tahun.
Undang-undang praktik keperawatan sudah lama menjadi bahan diskusi para
perawat. PPNI mulai merekomendasikan perlunya bahan-bahan perundang-undangan
untuk perlindungan hukum bagi tenaga keperawatan.
Tidak adanya undang-undang perlndungan bagi perawat menyebabkan perawat
secara penuh belum dapat bertanggung jawab terhadap pelayanan yang mereka
lakukan. Tumpang tindih antara tugas dokter dan perawat masih sering terjadi dan
beberapa perawat lulusan pendidikan tinggi merasa frustasi karena tidak adanya
kejelasan tentang peran, fungsi dan kewenangannya. Hal ini juga menyebabkan
semua pengetahuan dan keterampilannya, tanpa memperhatikan latar belakang ilmiah
yang mereka miliki.
b. TUJUAN REGULASI
Pengaturan penyelenggaraan praktik keperawatan bertujuan untuk:
1.) Memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada penerima dan pemberi
jasa pelayanan keperawatan.
2.) Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan yang diberikan
oleh perawat.
3.) Mendorong para pengambil kebijakan dan elemen-elemen yang terkait lainnya
untuk memberikan perhatian dan dukungan pada model praktik keperawatan.
4.) Mendorong pemerintah mengeluarkan regulasi yang dapat memberikan jaminan
pada penyelenggara praktik keperawatan yang professional
5.) Mendorong terbentuknya sistem monitoring dan evaluasi yang efisien dan efektif.
6.) Meningkatkan mutu pelayanan profesi dengan mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi melalui pendidikan dan pelatihan sesuai dengan
bidang.
2. LINGKUP PRAKTEK KEPERAWATAN
Lingkup praktek keperawatan meliputi:
a. Memberikan Asuhan Keperawatan pada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat dalam menyelesaikan masalah kesehatan sederhana dan kompleks.
b. Memberikan tindakan keperawatan langsung pendidikan, nasihat, konseling, dalam
rangka penyelesaian masalah kesehatan melalui pemenuhan kebutuhan dasar manusia
dalam upaya memandirikan sistem klien
c. Memberikan pelayanan keperawatan di sarana kesehatan dan tatanan lainnya.
d. Memberikan pengobatan dan tindakan medik terbatas, pelayanan KB, imunisasi
pertolongan persalinan normal dan menulis permintaan obat/resep.
e. Melaksanakan program pengobatan secara tertulis dari dokter.

3. CREDENTIALING DALAM PRAKTEK KEPERAWATAN


Peningkatan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas
pada saat ini semakin tinggi. Kualitas pelayanan kesehatan salah satunya ditentukan oleh
berkualitas dan berkompetensinya tenaga kesehatan yang ada di indonesia. Kompetensi
tenaga kesehatan ditentukan oleh banyak faktor, salah satunya oleh pendidikan tenaga
kesehatan yang berkualitas. Dalam buku ini akan membahas tentang pentingnya
credentialing dalam praktik keperawatan sebagai jaminan terhadap asuhan keperawatan
yang berkualitas.
Perawat merupakan salah satu tulang punggung tenaga kesehatan yang ada. Sebagai
seorang tenaga kesehatan, perawat dituntut untuk mampu bertanggung jawab dan
bertanggungjawab gugat terhadap pelayanan keperawatan yang dilakukan terhadap
kliennya. Untuk itulah perawat sebagai tenaga profesional harus memiliki kompetensi
yang ditinjau secara berkala, demi menjamin kualitasnya. Hal ini juga merupakan salah
satu perlindungan terhadap konsumen. Kualitas pemberian jasa pelayanan kesehatan ini
diatur dalam istilah credentialing (Jean M, 2000).
Credentialing secara umum merupakan istilah yang memayungi lisens,
serifikasi,akreditasi, dan registrasi (Hamid, 2010). Credentialing diperlukan untu
menjamin kualitas standar pelayanan praktik seseorang sehingga baik praktisi atau
konsumen mempunyai jaminan yang secara legal dapat dipertanggung jawabkan oleh
instansi atau organisasi.
Credentialing diperoleh melalui 3 tahap yaitu: lisensi, akreditasi dan registrasi
(Jean M, 2000) Lisensi merupakan pencantuman nama seseorang dan informasi lain pada
badan resmi baik milik pemerintah maupun non pemerintah. Untuk dapat terlisensi,
perawat harus telah menyelesaikan pendidikan keperawatan dan menerima ijazah. Ijazah
tersebut akan diberikan oleh institusi pendidikan yang telah Terakreditasi oleh Badan
Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT). Langkah yang berikutnya dalam
keperawatan adalah Registrasi tenaga keperawatan (Hamid, 2010). Tujuan utama
credentialing adalah untuk melindungi masyarakat dengan memastikan tingkat
kompetensi tenaga profesional kesehatan dalam menjamin kepedulian terhadap hak-hak
pasien (Jean M, 2000).

B. REGISTRASI DAN SERTIFIKASI


Kebijakan tentang adanya surat registrasi perwat tidak lepas dari tahapan kebijakan,
meliputi;
1. Tahap pertama adalah penyusunan agenda.
Proses merumuskan permenkes No.1796 tahun 2011 tentang Registrasi Tenaga
Kesehatan,berawal dari feromena di tatanan Praktek pelayanan kesehatan dimana banyak
tenaga kesehatan yang tidak teregistrasi di organisasi profesi.
Kebijakan ini berawal dari aturan yang terdapat dalam amandemen UUD 1945,pada pasal
28 H dijelaskan tentang hak setiap warga negara untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan. Latar belakang lain yang membuat kebijakan ini menjadi penting adalah perlu
meregister/meregistrasi/mendata jumlah perawat yang ada di indonesia,sehingga
memudahakan dalam mengorganisir perawat dan dalam pembutan kebijakan selanjutnya.
Selain itu juga STR merupakan bentuk pengakuaan organisasi profesi terhadap
anggotanya yang telah memiliki kompetensi.
2. Tahap yang kedua adalah Formulasi Kebijakan;
STR merupakan bukti legalitas tenaga kesehatan yang wajib dipunyai termasuk
salah satunya tenaga keperawatan.STR akan di kelurakan oleh MTKI yang merupakan
lembaga resmi pemerintah danBerlaku selama 5 tahun. Tenaga keperawatan berhak
mengajukan pembuatan STR dengan Proses pemutihan bagi lulusan sebelum tahun 2012
diwajibkan untuk mengikuti ujiKompentasi sebelum mendapatkannya. Selama mas
berlaku STR, Tenaga KesehatanKhususnya tenaga keperwatan diwajibkan untuk
mengumpulkan Satuan Kerdit Point (SKP). Sebagian bukti pemeliharaan kompetensi
ynag nantinya akan digunakan sebagai salah satu Syarat dalam pengajuan ulang STR
yang selanjutnya.
3. Tahapan yang ketiga adalah Adopsi/Legitimasi Kebijakan.
Dalam hal ini, legitimasi Permenkes disahkan pada bulan September Tahun 2011.
Legitimasi pemerintahan terkait pentingnya STR bagi perawat Tertuang dalam
permenkes No. 1796 tahun 2011 tentang Registrasi Tenaga kesehatan Dengan adanya
Permenkes tersebut pemerintah memberikan pengakuan terhadap kebijakanYang diambil
oleh PPNI
4. Tahapan yang terakhir adalah Evaluasi.
Saat ini Permenkes No.1796 tahun 2011 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan
sedang disosialisakian dan diimplementasikan kepada seluruh tenaga kesehatan yang ada
di indonesia. Kebijakan ini baru diberlakukan di awal 2012, sehingga masih belum ada
kontrol dan evaluasi terkait kebijakan yang dikelurakan. Saat ini masih belum pembuatan
STR masih dalam pengumpulan berkas. Kebijakan yang dikeluarkan oleh Kementerian
Kesehatan, Ditindak lanjuti oleh PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia) dan
MTKI (Majelis Tenaga Kesehatn Indonesia) untuk berkerjasama dan berperan serta
dalam penertiban STR. Kebijakan tentang penerbitan Surat Tanda Registrasi dibuat agar
MTKI dan PPNI dapat mengatur regulasi secara hukum terhadap praktik profesi
keperawatan. Sehingga pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan dapat menjamin
kualitas tenaga keperawatan dengan memberikan sertifikat kompentasi yang
menunjukkan bahwa tenaga tersebut kompeten sehingga masyarakat mendaptakan
pelayanan kesehatan yang terbaik dan berkualitas (credentialing).
Dengan demikian fasilitas pelayanan kesehatan, diharapkan dapat menyedikan
staf keperawatan dengan kualifikasi yang sesuai dengan tanggung jawab profesi.
Hal ini dapat direalisasikan dengan adanya :
1. Pendidikan dan pelatihan keperawatan secara berkelanjutan
2. Staf yang berlisensi, dan disertifikasi dan
3. Staf yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang tepat untuk diberi tanggung
jawab Dalam menjalankan tugasnya
Dengan demikian perlindungan hukum untuk tenaga kesehatan melalui penerbitan
STR,merupakan hal yang sangat penting dan krusial untuk melindungi perawat secara
hukum dan diharapkan mampu memberikan jaminan pelayanan asuhan keperawatan yang
kerkualitas kepada klien, sehingga yang berkualitas dan dapat dipertanggungjawabkan
secara hukum.
KOMPONEN CREDENTIALING
Credentialing, secara umum, merupakan istilah yang memayungi lisensi,
sertifikasi,akreditasi, dan pendaftaran/registrasi. Seorang Perawat sebelum melaksanakan
Praktik Asuhan Keperawatan wajib memiliki SertifikatKompentensi, dan Surat Tanda
Registrasi.
1. Sertifikasi
Sertifikat kompentasi adalah surat tanda pengakuan terhadap kompentasi sesorang
tenaga kesehatan untuk dapat menjalankan praktik dan/atau pekerjaan profesinya di
seluruh indonesia setelah lulus uji kompentasi (PMK 1796 pasal 1). Untuk
memperoleh Sertifikasi Kompetensi, sebelumnya dilakukan uji kompetensi. Uji
kompetensi adalah suatu proses untuk mengukur pengetahuan, keterampilan dan
sikap tenaga kesehatan sesuai dengan standar profesi (PMK 1779, pasal 1).
Pelaksanaan Uji Kompetensi dilaksanakan oleh MTKP (majelis Tenaga Kesehatan
Propinsi). Di jawa Tengah pelakasanan uji kompentensi dapat diselenggarkan di
MTKP atau di luar/daerah. Setelah diyantakan LULUS yang bersangkutan akan
memperoleh sertifikat kompetnsiyang ditetapkan oleh ketua MTKP.
2. Registrasi
Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap teaga kesehatan yang telah Memiliki
sertifikat kompentensi dan telah memenuhi kualifiksi tertentu lainya. Serta diakui
scara hukum untuk menjalakan praktik dan/atau pekerjaan profesinya (PMK
1796,pasal 1). Surat Tanda Registrasi, selanjutnya disingkat STR adalah bukti tertulis
yang diberikan oleh pemerintah kepada tenaga kesehatan yang diregistrasi setelah
memiliki setifikat kompentensi.Penjelasan tersebut tertuang dalam Permenkes RI No.
1796 tahun 2011, disebutkan :
Pasal 9
(1) MTKI setelah menerima laporan sebagimana dimaksud dalam psal 8 ayat (1),
selain mempersiapkan sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud dalam pasal
8 ayat (2) juga mempersiapkan STR
(2) STR diberikan MTKI kepada pesrta didik yang dinyatakan lulus bersamaan
dengan pemberian sertifikat kompentensi
(3) STR dikeluarkan oleh MTKI dan berlku secara nasional
3. Akreditasi
Aspek kredential yang terkait dengan akreditasi meliputi ijasah yang dikeluarkan
oleh institusi pendidikan. Hal ini berhubungan dengan persyaratan untuk memperoleh
STR diman salah satunya memiliki ijasah. Ijasah tersebut akan diberikan/dikeluarkan
oleh institusi pendidikan yang telah Terakreditasioleh Badan Akreditasi Nasional
Perguruan Tinggi (BAN-PT). Penjelasan tersebut tertuang dalam Permenks RI No
1796 tahun 2011, disebutkan :Permenkes No.1796 tahun 2011 disebutkan pada :
Pasal 2
(1) Setiap tenaga kesehatan yang akan menjalankan pekerjaanyaWajib memiliki Surat
Tanda Registrasi (STR)
(2) Untuk memperoleh surat tanda registrasi (STR),sebagimana yang dimaksud
dalam ayat (1) tenaga kesehatan harus memiliki ijasah dan sertifikat kompentasi.
(3) Ijasah dan sertifikat kompentasi sebagimana dimaksud pada ayat (2) diberikan
kepda peserta didik setelah dinyatakan lulus ujian program pendidikan dan uji
kompentensi.
Pasal 3
(1) Ijazah sebagimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (2) Dikelurakan oleh peguruan
tinggi bidan kesehatanSesuai dengan peperundang-undangan

C. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN


Peraturan tentang ijin tentang tenaga kesehatan diatur dalam Undang-Undang
Kesehatan No.36 tahun 2009 dimana disebutkan pada:
Pasal 22
(1) Bahwa setiap tenaga kesehatan harus memiliki kualifikasi Minimum
Pasal 23
(1) Dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan wajib memiliki ijin dari
pemerintah
Undang-undang tersebut belum menjelaskan bagiman Sistem pengaturan ijin dari
pemerintah. Karena itu diperlukan Suatu kebijakan mengenai ijin dari pemerintah salah
satunya adalah Dalam bentuk surat tanda registrasi. Kebijakan ini diatur dalam Permenkes
No.1796 tahun 2011 disebutkan pada :
Pasal 2
(1) Setiap tenaga kesehatan yang akan menjalankan pekerjaanyaWajib memiliki Surat Tanda
Registrasi (STR).
(2) Untuk memperoleh surat tanda registrasi (STR),sebagaimana yang dimaksud dalam ayat
(1) tenaga kesehatan harus memiliki ijasah dan sertifikat kompentasi.
(3) Ijasah dan sertifikat kompentasi sebagimana dimaksud pada ayat (2) diberikan kepda
peserta didik setelah dinyatakan lulus ujian program pendidikan dan uji kompentensi.

D. CARA DAN ALUR PERIJINAN DALAM PENYELENGAGARAAN PRAKTIK


KEPERAWATAN
Dalam melaksanakan praktik keperawatan seorang perawat wajib memiliki ijin (lisensi) yang
meliputi Surat Izin Praktik Perawat(SIPP) berdasarkan permenkes RI No.
HK.02.02/Menkes/148/1/2010 tentang ijin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat.
Surat Izin Praktik Perawat(SIPP)
Surat Ijin Praktik Perawat atau disingkat SIPP adalah bukti tertulis yang diberikan kepada
perawat untuk melakukan praktik keperawatan secara perorangan dn/atau berkelompok. SIPP
menjadi pedoman perawat dalam menjalankan praktik keperawatan mandiri. Penjelasan tersebut
tertuang dalam Permenkes RI No HK.02.02/Menkes/148/2010 tentang Ijin Dan Penyelenggaraan
Praktik Perawat, disebutkan:
Pasal 2
(1) Perawat yang menjalankan praktik mandiri berpendidikan minimal Diploma III(D III)
Keperawatan
Pasal 3
(1) Setiap perawat yang menjalankan praktik wajib memiliki SIPP
(2) Kewajiban memiliki SIPP dikecualikan bagi perawat yang menjalankan praktik pada fasilitas
pelayanan kesehatan diluar praktik mandiri.
Pasal 4
(1) SIPP sebagaimana yang dimaksdu pada pasal 3 ayat (1) dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota
(2) SIPP berlaku selama STR masih berlaku
Pasal 5
(1) Untuk memperoleh SIPP sebagaimana dimaksud dalam pasal 4, perawat harus mengajukan
permohonan kepada pemerintah daerah Kabupaten/Kota dengan melampirkan:
a. Fotokopi STR yang masih berlaku dan bergelar
b. Surat Keterangan sehat fisik dari dokter yang memiliki Surat Ijin Praktik
c. Surat Pernyataan memiliki tempat praktik
d. Pas foto berwarna terbaru ukuran 4 x 6 cm sebanyak 3 lembar, dan
e. Rekomendasi dari organisasi profesi
(2) SIPP hanya diberikan untuk 1 tempat praktik

E. PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN


1. Standar profesi
a. Tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar
profesi dan hak pasien (UU No. 36 Tahun 2009).
b. Standar adalah yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam menjalankan profesi
yang meliputi standar pelayanan, standar profesi dan standar prosedur operasional
c. Standar profesi: standar diartikan sebagai ukuran atau patokan yang harus sepakati,
sedangkan kopetensi diartikan kemampuan seseorang yang dapat teropservasi mencakup
atas pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam meyelesaikan suatu pekerjaan atau
tugas dengan standar kinerja yang di terapkan, standar profesi adalah pedoman yang
harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam menjalankan profesi secara baik.
d. Dokter atau perawat dalam melaksanankan tugasnya harus menghormati hak pasien
antara lain: hak informasi, hak untuk memberikan persetujuan, hak atas rahasia
kedokteran, hak atas kedua.( secon opinion)
2. Kewenangan perawat
Kewenangan perawat dalam melaksanakan praktik keperawatan berkaitan
penyelenggaraan peraktik terdapat pada permenkes RI no 02.02/ MENKES/ 148/I/2010 pada:
Pasal 8
(1) praktik keperawatan dilaksanakan pada fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama,
tingkat kedua dan tingkat ketiga
(2) praktik keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat satu (1) di tuju akan pada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
(3) praktik keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat satu (1) di laksanakan melalui
kegiatan:
a. pelaksanaan asuhan keperawatan
b. melaksanakan upaya promotif, preventif, pemulihan dan pemerdayaan mayarakat dan
c. pelaksanaan tindakan keperawatan komplementer
(4) asuhan keperawatan sebagaimana di maksud pada ayat tiga(3) huruf a meliputi:
pengkajian, penetapan diagnose keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi
keperawatan
(5) implementasi keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat empat(4) yang meliputi
penerapan perencanaan dan pelaksanaan tindakan keperawatan
(6) tindakan keperawatan sebagaimana di maksud pada ayat lima (5) meliputi: pelaksanaan
prosedur keperawatan observasi keperawatan, pendidikan dan konseling kesehatan
(7) perawat dalam menjalankan asuhan keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat
empat(4) dapat memberikan obat bebas dan atau obat bebas terbatas

Pasal 10

(1) dalam keadaan darurat untuk menyelamatkan seseorang/ pasien dan tidak ada dokter di
tempat kejadian, perawat dapat melakukan pelayanan kesehatan di luar kewenangan
sebagaimana di maksud pada pasal 8
(2) bagi perawat yang menjalanakan praktik di daerah yang tidak memiliki dokter dalam
rangka melaksanakan tugas pemerintah, dapat melakukan pelayanan kesehtan diluar
kewenangan sebagaimana yang di maksud pada pasal 8
(3) dalam pelaksanaan kesehatan sebagaimana di maksud ayat (2) harus mempertimbangkan
kopetensi, tingkat kedaruratan, dan kemungkinan untuk di rujuk.
(4) Daerah yang tidak memiliki dokter sebagaimana yang di maksud pada ayat 2 adalah
kecamtan atau keluraraham/ desa yang di tetapkan oleh Kepala Dinas kesehatan
kabupaten atau kota
(5) Dalam hal daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (4) telah terdapat dokter,
kewenangan perawat sebagaimana yang di maksud pada ayat (2), tidak berlaku
3. Kewajiban perawat
Kewajiban perawat dalam melaksanakan praktik asuhan keperawatan terdapat pada
permenkes RI no 02.02/MENKES/148/I/2010 pada:
Pasal 12
(1) Dalam melaksanakan praktik, perawat wajib untuk:
a. Menghormati hak pasien;
b. Melakukan rujukan
c. Menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundang undang;
d. Memberikan informasi tentang masalah kesehatan pasien pelayanan yang di butuhkan
e. Meminta persetujuan terhadap tindakan keperawatan yang akan di lakukan;
f. Melakukan pencatatan asuhan secara sistematis, dan
g. Memenuhi standar
4. Hak perawat
Hak perawat dalam melaksanakan praktik asuhan keperawatan terdapat pada permenkes
RI no 02.02/MENKES/148/I/2010 pada
Pasal 11
Dalam melaksanakan praktik perawat mempunyai hak:
a. memperoleh perlindungan hokum dalam melaksanakan praktik keperawatan sesuai
standar;
b. Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien dan/ atau keluarganya;
c. Melaksanakan sesuai tugas kompetensi;
d. Menerima imbalan jasa profesi; dan
e. Memperoleh jaminan perlidungan terhadap resiko kerja yang berkaitan dengan tugasnya
5. Sanksi
Sanksi administrative dijelaskan dalam BAB IV pembinaan dan pengawasan permenkes
RI no 02.02/MENKES/148/I/2010 pada
Pasal 14
(1) Dalam rangka pelaksanaan pengawasan, pemerintah dan pemerintah daerah dapat
memberikan tindakan adminisratif kepada perawat yang melakukan pelanggaran terhadap
ketentuan penyelengaraan praktik
(2) Tindakan adminiratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui
a. Teguran lisan
b. Teguran tertulis
c. Pencabutan SIPP

Anda mungkin juga menyukai