Anda di halaman 1dari 5

GOTTFRIED WILHEM LEIBNIZ (1646-1716)

“Dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Individu Pada Mata Kuliah

Filsafat Ilmu”

Dosen Pengampuh : Dr. Sudirman, M.Pd, Ph. D

Oleh :

NURFITRIANI

1847241055

28 D

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2019
1

1. Riwayat Hidup Filosof


Gottfried Wilhem Leibniz atau Leibniz lahir di Leipzig pada 1 Juli 1646 dan meninggal
dunia pada 14 November 1716 di Hannover adalah
seorang filsuf Jerman, matematikawan, fisikawan,
dan sejarawan keturunan Sorbia dari Sachsen.
Ayahnya Friedrich Leibniz sudah sejak awal
membangkitkan rasa ketertarikannya terhadap
masalah-masalah yuridis dan falsafi. Ayahnya
seorang ahli hukum dan profesor dalam bidang
etika dan ibunya adalah putri seorang ahli hukum
pula.
Gottfried Leibniz telah belajar bahasa Yunani dan bahasa Latin pada usia 8 tahun
berkat kumpulan buku-buku ayahnya yang luas. Pada usia 12 tahun ia telah
mengembangkan beberapa hipotesa logika yang menjadi bahasa simbol matematika. Pada
usia 15 tahun ia sudah menjadi mahasiswa di Universitas Leizig, mempelajari hukum,
tetapi ia juga mengikuti kuliah matematika dan filsafat. Tahun 1666, belum berumur 21 ia
menerima ijazah doctor dari Universitas Altdorf, dekat Nuremberg, dengan disertasi
berjudul De casibus perplexis (On Complex Cases Law). Universitasnya sendiri menolak
mengakui gelar doktornya karena umurnya terlalu muda, makanya ia meninggalkan
Leipzig pindah ke Nuremberg. Januari-Maret 1673 Leibniz pergi ke London menjadi atase
politik. Ia bertemu dengan ilmuwan seperti Robert Boyle. Tahun 1675 ia menetap di
Hannover, ia berjalan ke London dan Amsterdam hingga bertemu dengan Spinoza. Pada
tahun 1714-1716, setelah menjadi George I Leibniz mengakhiri hayatnya dalam keadaan
sebagai seorang kesepian dan pemakamannya yang hanya dihadiri seorang pelayat dan
sekretarisnya.
2. Aliran yang dianut

Rasionalisme

3. Uraian aliran

Secara etimologis rasionalisme berasal dari bahasa Inggris


rationalism. Kata ini berasal dari bahasa Latin ratio yang berarti “akal”.
Secara terminologis rasionalisme adalah aliran yang dipandang sebagai
aliran yang berpegang pada prinsip bahwa akal harus diberi peranan
utama dalam ilmu pengetahuan(Solihin, 2007). Rasionalisme adalah
2

faham atau aliran yang berdasar rasio, ide-ide yang masuk akal, tidak
ada sumber kebenaran yang hakiki. Zaman ini berlangsung dari
pertengahan abad XVII sampai akhir XVIII, hal yang khas bagi ilmu
pengetahuan adalah penggunaan yang eksklusif daya akal budi (ratio)
untuk menemukan kebenaran(Solihin, 2007).

Rasionalisme tidak mengingkari kegunaan indera dalam memperoleh


pengetahuan. Pengalaman indera diperlukan untuk merangsang akal
dan memberikan bahan-bahan yang menyebabkan akal dapat bekerja.
Akan tetapi, untuk sampainya manusia kepada kebenaran, adalah
semata-mata dengan akal. Laporan indera menurut rasionalisme
merupakan bahan yang belum jelas dan kacau. Bahan ini kemudian
dipertimbangkan oleh akal dalam pengalaman berpikir. Akal mengatur
bahan itu sehingga dapatlah terbentuk pengetahuan yang benar. Akal
dapat bekerja dengan bantuan indera, tetapi akal juga dapat
menghasilkan pengetahuan yang tidak berdasarkan bahan inderawi
sama sekali. Jadi, akal dapat menghasilkan pengetahuan tentang objek
yang betul-betul abstrak(Rouf, 2014).
4. Sumbangan pendapat tokoh terhadap lmu dan pengetahuan

Leibniz menuliskan karya-karyanya dalam bahasa Latin dan


Perancis,seorang ensiklopedis (orang yang mengetahui segala lapangan
pengetahuan pada masanya). Sumbangsi yang diberikan oleh Leibniz
adalah ilmu pengetahuan dalam bidang matematika tentang lambang-
lambang matematis terbesar yaitu menciptakan nama-nama kalkulus diferensial dan
kalkulus integral dan ilmu kalkulus, geologi dan karyanya yaitu mesin hitung
penyempurnaan dari Blaise Pascal.

Ajaran kefilsafatan Leibniz memusatkan perhatian pada substansi


adalah hidup, dan setiap sesuatu terjadi untuk suatu tujuan. Penuntun
prinsip filsafat Leibniz ialah “prinsip akal yang mencukupi, yang secara
sederhana dapat dirumuskan “sesuatu harus mempunyai alasan”.
Bahkan Tuhan harus juga mempunyai alasan untuk setiap yang
diciptakan-Nya. Terdapat dua titik fokus Leibniz yaitu monadelogi dan
konsep Tuhan, Leibniz mencoba memberikan penjelasan tentang Tuhan
3

dengan membuktikan Tuhan dengan 4 argumen yaitu: a) manusia


memiliki ide kesempurnaan, makanya ada Allah terbukti, ini disebut
bukti ontologis, b) adanya alam semesta dan ketidaksempurnaannya
membuktikan adanya sesuatu yang melebihi alam semesta ini, dan yang
transeden ini disebut Allah, c) kita selalu mencari kebenaran yang abadi,
tetapi tidak tercapai menunjukan adanya pikiran yang abadi,yaitu Allah,
d) adanya keselarasan di antara monad-monad membuktikan bahwa
pada awal mula ada yang mencocokan meraka satu sama lain, yang
mencocokannya itu Allah.

Leibniz banyak membahas keberadaan alam dengan


mengkhususkan bahasannya tentang relasi antara tuhan dengan
ciptaannya terutama manusia. Tentang pengetahuan yang didapat
manusia, menurutnya pemahaman datangnya dari rasionalitas, yang
mana rasionalitas tersebut didapatkan dari proses berfikir serta
anugerah Tuhan. Leibniz menyatakan bahwa suatu substansi yang
membentuk daya hidup alam ini tidak berasal dari pondasi satu
substansi saja, akan tetapi pondasinya berasal dari eksistensi yang
plural yang menjadikannya hidup. Seperti itulah pandangan Leibniz
tentang substansi yang bergantung pada partikel-partikel yang
membentuknya, partikel-partikel tersebut diistilahkan oleh Leibniz
dengan nama monad yang kesemuanya memiliki daya, baik itu daya
untuk hidup atau daya untuk mati, (Russell,2002 : 765). Ada banyak
substansi didunia menurut Leibniz, substansi tersebut disebut juga dengan monade. Tuhan
telah menciptakan dunia sebelumnya sehingga dunia yang sedang berjalan sekarang adalah
dunia yng telah ditentukan oleh Tuhan, Leibniz mengibaratkan sebagai sebuah jam dinding.
Leibniz meyakini bahwa kejahatan adalah sesuai dengan konsep tentang Tuhan yang maha
baik, karena dunia terbaik yang mungkin pun pastilah mengandung kelemahan. Adanya
kejahatan merupakan akibat langsung dari kebebasan manusia yang disalah gunakan. Allah
tidak menghendaki kejahatan, namun Allah membiarkan dosa atau kejahatan itu ada agar
manusia tetap bebas.

5. Pendapat pribadi terhadap aliran tersebut


4

Aliran rasionalisme ini sangat sesuai dengan pemikiran saya. Karna


ada sesuatu hal yang memang perlu kita sandarkan pada akal. Misalnya
saja wujud adanya Allah dan makhuk ghaib yang tak nampak ka6sat
mata, akan tetapi kita dituntut untuk memercayai keberadaan-Nya. Kita
juga bisa berpikir dengan melibatkan indrawi, seperti halnya kita
bertanya-tanya siapa yang menciptakan alam semesta ini jika tiada
Pencipta ? Artinya rasionalisme berpusat pada pengetahuan yang ada
dan pengetahuan sebelumnya yang kita ketahui. Rasionalisme tidak
menjadikan kita untuk mengingkari nilai pengalaman, melainkan
pengalaman hanya dipandang sebagai sejenis perangsang bagi pikiran
untuk menarik persepsi tentang sesuatu.

Anda mungkin juga menyukai