Anda di halaman 1dari 8

Nama kelompok : Ernawati

Indah Nur’ariska
Manarul Hidayat
Silvia Dwiyanti
Risna Pauziah
Semester : IV A
Mata Kuliah : Praktikum Fitokimia

Metode Ekstraksi Minyak Atsiri

1. Destilasi
a. Bahan
1) Daun jeruk
2) Air 300 ml

b. Alat
1) Beaker glass
2) Batu didih
3) LAB (labu alas bulat)
4) Pisau
5) Papan potong
6) Timbangan
7) Alat destilasi

c. Prosedur kerja :
1) Potong-potong daun jeruk purut, masukkan kedalam beaker glass
2) Timbang daun jeruk sebanyak 100 gram
3) Masukkan batu didih dan daun jeruk kedalam LAB
4) Pasang alat destilasi, diatur suhunya 40 ⁰C
5) Diamkan beberapa menit sampai terjadi penguapan pada daun
6) Setelah itu, akan terjadinya pemisahan fase air dan minyak pada alat destilasi
7) Pisahkan dan tampung minyak tersebut, masukkan kedalam wadah

1
8) Timbang minyak yang dihasilkan
Link : https://youtu.be/n5GrKe9bRqc

2. Enfleurasi
Enflurasi merupakan salah satu teknik pengambilan minyak atsiri dalam tumbuhan
yang prosesnya menggunakan lemak dan biasanya bagian tanaman yang diambil
menggunakan metode ini yaitu bunga, seperti bunga mawar.
Berdasarkan video yang kami pelajari ada beberapa tahap dalam pembuatan minyak
atsiri menggunakan metode ini, yaitu :
a. Bunga mawar di bersihkan dan dipisahkan dari daun dan pangkal
b. Kelopak bunga yang akan diproses harus memenuhi syarat yaitu pucuk lengkap 90%,
terbebas dari embun, dan tidak busuk.
c. Minyak gaji atau mentega putih dioleskan pada kasis (semacam kaca tempat untuk
penyerapan minyak yang ada pada bunga)
d. Kemudian bunga ditaburkan pada kasis
e. Bunga pada kasis diganti dengan yang baru setiap 24 jam. Waktu penjenuhan bunga
tersebut berkisar selama 30-36 hari dan harus terhindar dari sinar matahari serta
udara bebas.
f. Setelah masa penjenuhan selesai, lemak siap diekstraksi dengan alkohol dengan cara
dicampurkan dengan alkohol dalam labu Erlenmeyer dan aduk. Fungsi pengadukan
tersebut yaitu untuk melarutkan minyak yang terserap lemak.
g. Campuran dalam Erlenmeyer dibiarkan dalam susu dingin selama 1 hari.
h. Setelahnya, dilakukan proses evaporasi atau penguapan untuk mendapatkan ekstrak
minyak atsiri bebas alkohol dengan menggunakan alat rotary evaporator.
i. alkohol mengalami penguapan dan minyak atsiri ada dalam tabung rotafrafor.
Dalam video tersebut disebutkan bahwa dari 20 kg kelopak mawar yang diekstraksi
hanya menghasilkan 1 ml minyak atsiri asli. Sehingga banyak dipasaran yang menjual
minyak atsiri sintetis, yaitu minyak atsiri yang sisalamnya masih mengandung alkohol.
Bau alkohol tersebut yang mengindikasikan bahwa minyak atsiri tersebut sintetis. Karena
pembuatannya yang memerlukan banyak bahan, menjadikan harga minyak atsiri asli
menjadi mahal. Seperti minyak mawar yang ada dalam video tersebut 1 ml minyak

2
mawar dijual seharga Rp. 30.000,00. Hal itu sebanding dengan banyaknya bahan yang
digunakan sebelumnya. Sedangkan harga minyak mawar sintetis berkisar Rp. 2.700,00
per ml nya.
Link : https://youtu.be/y8RL2u85bcQ

3. Pengepresan
Pengambilan minyak atsiri secara mekanis dilakukan dengan metode
pengepresan. Biasanya dilakukan terhadap bahan berupa biji, buah, dan kulit dari
tanaman jeruk. Cara ini hanya dilakukan apabila kandungan minyak atsiri dalam bahan
cukup banyak yaitu berkisar 30-70%, sehingga dapat dilihat tetes-tetes minyaknya
dengan mata telanjang atau dapat ditekan dengan tangan.
Dua metode umum dalam pengepresan mekanis, yaitu:
a. Hydraulic pressing (pengepresan hidrolik), di mana bahan dipress dengan tekanan
sekitar 2.000 lb/inch2 tanpa menggunakan media pemanas, sehingga metode ini
sering juga disebut cold pressing.
b. Expeller pressing (pengepresan berulir), di mana untuk mengambil minyak atau
lemak perlu dilakukan proses pemanasan atau tempering terlebih dahulu pada
suhu sekitar 115,50 C dan tekanan 15.000-20.000 lb/inch2.

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengepresan antara lain:


a. Tekanan yang digunakan
Semakin besar tekanan yang digunakan, maka jumlah minyak atsiri yang
dihasilkan akan semakin banyak sampai minyak atsiri yang ada di dalam kulit
jeruk habis.
b. Ukuran partikel
Untuk kulit jeruk yang ukurannya relatif besar harus dikecilkan agar mudah
dibentuk menjadi flake yang memiliki luas permukaan yang lebih besar, sehingga
dapat mudah dipres dan akan meningkatkan yield minyak.
c. Moisture content

3
Moisture content pada bahan berpengaruh terhadap yield minyak hasil
pengepresan. Semakin besar moisture content, maka yield minyak yang dihasilkan
akan lebih rendah, namun dibutuhkan tekanan pengepresan yang lebih kecil.
d. Suhu dan waktu pemanasan
Suhu dan waktu pemanasan mempengaruhi yield, karena dengan pemanasan
ini dapat memecah sel tumbuhan dan dapat juga mengkoagulasi protein yang ada
dalam kulit, sehingga viskositas minyak turun dan mempercepat aliran minyak ke
luar. Pada suhu yang tinggi dan lama mungkin memberi efek negatif pada kualitas
minyak hasil pengepresan.

Pengepresan kulit jeruk


Untuk pengepresan kulit jeruk, kulit jeruk dipotong-potong menjadi berukuran 5
mm x 5 mm. Kemudian ditimbang kulit jeruk sebanyak 100 gram, dan dimasukkan ke
dalam rangkaian alat pengepresan. Alat pengepresan dijalankan dengan tekanan 1.000
psia. Hasil pengepresan yang diperoleh ditampung dalam gelas beaker dan kemudian
disaring. Natrium sulfat anhidrat ditambahkan ke dalam minyak yang diperoleh untuk
mengurangi kadar air di dalam minyak. Selanjutnya, Na2SO4 dipisahkan dari fase minyak
dengan cara disaring. Minyak kulit jeruk diukur indeks biasnya. Penambahan Na 2SO4
dilakukan sampai diperoleh indeks bias yang konstan. Minyak kulit jeruk selanjutnya
ditimbang, dan dianalisis.
Perubahan tekanan pengepresan tidak terlalu berpengaruh pada indeks bias dan
berat jenis. Hal ini menunjukkan bahwa minyak kulit jeruk yang keluar mengandung
komposisi yang hampir sama. Selain itu, semakin besar tekanan pengepresan, maka akan
didapatkan volume minyak kulit jeruk yang semakin banyak dan dengan bertambahnya
volume, maka massa minyak kulit jeruk juga semakin naik, maka dari itu berat jenis
tidak berubah terlalu signifikan. Namun, bertambahnya tekanan pengepresan
menyebabkan intensitas warna berkurang, meskipun selisih perubahan warna tidak terlalu
besar.
Referensi :
Kurniawan, Adityo., dkk. 2008. Ekstraksi Minyak Kulit Jeruk Dengan Metode Distilasi,
Pengepresan dan Leaching. Widya Teknik Vol. 7, No. 1 Hal 15-24.

4
(Link : http://journal.wima.ac.id/index.php/teknik/article/download/1257/pdf)

Review Jurnal Untuk Ekstraksi Minyak Atsiri Tanaman Herbal


Judul : Ekstraksi Minyak Atsiri Dari Akar Wangi Dengan Metode Microwave Hydrodistillation
(MHD) dan Solvent-Free Microwave Extraction (SFME)
Akar manis merupakan rumput tegak tahunan dengan tinggi antara1,50-2,50 meter. Dan
hanya bagian akar yang mengandung minyak, namun untuk menghasilkan minyak dengan mutu
yang baik dipanen pada umur 22 bulan. Minyak akar wangi merupakan bahan baku untuk
pembuatan parfum yang menghasilkan bau yang kuat dan tahan lama. Minyak akar wangi juga
baik untuk campuran dengan minyak atsiri lain terutama minyak cendana, nilam dan mawar.
Pengekstraksian minyak atsiri dari kayu manis ini berdasarkan penelitian yang dilakukan
Daniswara,E dan Rohadi, dilakukan dengan metode MHD dan SFME. Metode MHD merupakan
kombinasi antara sistem penyulingan dengan air (hydrodistillation) dan penggunaan microwave
sebagai pemanas. Sedangkan pada metode SFME secara umum hampir sama dengan metode
MHD hanya saja pada metode ini tidak ditambahkan pelarut.
Dalam ekstraksi dengan metode MHD dan SFME, uap yang dihasilkan kemudian
dikondensasikan sehingga menghasilkan destilat yang terdiri atas fase heksana dan fase air.
Distilat yang terdiri atas fase heksana dan fase air tersebut selanjutnya dipisahkan dengan
menggunakan corong pemisah. Setelah dipisahkan, campuran heksana dengan minyak atsiri yang
diperoleh kemudian diuapkan untuk menghilangkan heksana.
Bahan yang digunakan selain akar wangi yaitu air, yang digunakan sebagai solvent untuk
metode microwave hydrodistillation dan untuk proses pendinginan pada kondensor dan heksana
dengan kadar 95%. Sedangkan peralatan yang menunjang proses ekstraksi yaitu corong pemisah
cair-cair, hot plate untuk penguapan n-heksana, microwave, distiller yang terbuat dari labu alas
bulat leher dua dan clevenger untuk proses kondensasi dan kohobasi atau penguapan.

Berikut merupakan cara ekstraksi menggunakan metode MHD dan SFME :


Metode MHD Metode SFME
1. Menimbang bahan baku sesuai dengan 1. Menimbang bahan baku sesuai dengan

5
rasio bahan baku terhadap solvent yang rasio bahan baku terhadap solvent yang
telah ditentukan telah ditentukan
2. Melakukan instalasi alat ekstraksi 2. Melakukan instalasi alat ekstraksi
3. Memasukkan bahan baku yang telah 3. Memasukkan bahan baku yang telah
ditimbang pada distiller dan ditimbang pada distiller
menambahkan pelarut (air) sebanyak 200 4. Menambahkan pelarut (air) ke dalam
mL clevenger untuk proses kohobasi
4. Menambahkan pelarut (air) ke dalam 5. Menambahkan n-Heksana sebanyak +10
clevenger untuk proses kohobasi mL kedalam clevenger
5. Menambahkan n-Heksana sebanyak +10 6. Mengalirkan air pada sistem pendingin
mL kedalam clevenger (clevenger dan kondensor reflux)
6. Mengalirkan air pada sistem pendingin 7. Menyalakan microwave agar distiller
(clevenger dan kondensor reflux) yang telah terisi bahan baku dan pelarut
7. Menyalakan microwave agar distiller mendapatkan paparan radiasi microwave
yang telah terisi bahan baku dan pelarut sesuai kondisi operasi dan variabel
mendapatkan paparan radiasi microwave penelitian
sesuai kondisi operasi dan variabel 8. Melakukan proses ekstraksi mulai tetes
penelitian pertama kondensasi hingga waktu telah
8. Melakukan proses ekstraksi mulai tetes ditentukan pada variabel
pertama kondensasi hingga waktu telah 9. Memisahkan heksana dan minyak dari air
ditentukan pada variabel dengan menggunakan corong pemisah
9. Memisahkan heksana dan minyak dari air 10. Menguapkan heksana dari minyak
dengan menggunakan corong pemisah menggunakan hot plate
10. Menguapkan heksana dari minyak 11. Menimbang minyak atsiri yang diperoleh
menggunakan hot plate dengan menggunakan neraca analitik
11. Menimbang minyak atsiri yang diperoleh 12. Melakukan analisa terhadap minyak atsiri
dengan menggunakan neraca analitik yang dihasilkan
12. Melakukan analisa terhadap minyak atsiri
Pada ekstraksi dengan metode MHD dan SFME, dilakukan recycle air ke dalam labu
distiller menggunakan clevenger. Recycle atau kohobasi ini juga bertujuan untuk menghindari
kehilangan minyak yang masih terikut dalam destilat air sehingga bisa didapatkan yield

6
(perbandingan antara massa minyak dengan massa bahan yang diekstrak) minyak yang maksimal
serta membantu proses ekstraksi minyak berlangsung secara kontinyu. Dilakukan pencacahan
bahan bertujuan untuk mengetahui pengaruh ukuran bahan terhadap hasil ektraksi. Dengan
memperkecil ukuran bahan, maka luas permukaan bahan akan semakin besar. Pencacahan bahan
juga dapat menyebabkan kelenjar minyak dapat terbuka sebanyak mungkin. Selain itu
pencacahan membuat ketebalan bahan menjadi berkurang, sehingga ketika dilakukan ektraksi
laju penguapan minyak atsiri dari bahan menjadi cukup cepat.
Ekstraksi minyak akar wangi dengan menggunakan metode microwave hydrodistillation
dan solvent-free microwave extraction pemilihan pelarut merupakan hal yang penting untuk
mendapat yield yang optimal. Hal ini disebabkan karena pada ekstraksi minyak akar wangi
dengan menggunakan metode microwave hydrodistillation dan solvent-free microwave
extraction pemilihan pelarut juga perlu mempertimbangkan kapasitas dari pelarut untuk
menyerap energi microwave dan kemampuan pemanasannya.
Pemilihan air sebagai pelarut pada penelitian ini juga didasarkan pada hal yang telah
dijelaskan sebelumnya yaitu akuades memiliki nilai konstanta dielektrik (dielectric constant)
yang tinggi, yakni sebesar 80,4. Penggunaan air pada saat proses ektraksi bertujuan untuk
membantu proses pemanasan bahan sekaligus untuk menjaga bahan agar tetap dalam kondisi
basah sehingga bahan tidak mudah terbakar. pemanasan menggunakan microwave dengan daya
300, 450 dan 600 W. Proses pendinginan dan recycle air dilakukan menggunakan clevenger.
Sedangkan sebagai media pendingin digunakan air. Proses ekstraksi ini dilakukan selama 180
menit dimulai setelah kondensat terbentuk.
Berdasarkan pengaruh daya terhadap yield dapat dianalisa bahwa apabila daya microwave
semakin besar maka suhu pada sistem semakin cepat meningkat serta energi panas yang diterima
oleh bahan dan air dalam distiller semakin banyak. . Namun, apabila daya yang diberikan terlalu
besar maka dapat menyebabkan terjadinya degradasi minyak sehingga menurunkan nilai yield.
Dilihat dari pengaruh metode ekstraksi terhadap kerusakan bahan, dapat dilihat bahwa
metode MHD memberikan dampak kerusakan yang lebih parah dari pada metode SFME. Hal ini
dikarenakan pada metode MHD pemanasan dilakukan dari luar dan dalam bahan, sedangkan
pada metode SFME pemanasan hanya dilakukan dari dalam bahan karena adanya kandungan air
in-situ pada bahan. Hasil GC-MS menunjukan bahwa minyak akar wangi yang diektstrak
menggunakan metode MHD dan SFME, baik bahan akar wangi diektsrak dalam kondisi segar
7
maupun kering, mengandung salah satu komponen utama pada minyak akar wangi yaitu α-
Vetivone.
Referensi :
Daniswara, Edwin F., Rohadi Taufik I. 2017. Ekstraksi Minyak Atsiri Dari Akar Wangi
Dengan Metode Microwave Hydrodistillation (MHD) dan Solvent-Free Microwave
Extraction (SFME). Surabaya : Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
(link : http://repository.its.ac.id/43119/1/2313100069-Undergraduate_Theses.pdf)

Anda mungkin juga menyukai