Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH TEORI AKUNTANSI

PENDAPATAN

Disusun Oleh :

1. Olivia Prameswari Azrin (1910536004)

2. Raudya Tuzzahra (1910536021)

3. Indah Wina Lubis (1910536024)

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI INTAKE DII

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2020
LATAR BELAKANG

Akuntasi memang sangat dibutuhkan oleh setiap perusahaan karena dengan

Akuntansi kita bisa memantau kinerja perusahaan dan kondisi perusahaan yang kita

jalani, apakah memperoleh laba atau menderita kerugian. Dengan akuntansi kitapun dapat

memperoleh informasi yang nantinya berguna untuk pemakainya, baik itu pihak ekstern

maupun intern. Semua informasi diatas terkait halnya dengan seberapa banyak pendapatan

yang kita peroleh dari kegiatan perusahaan kita, kerana pendapatan adalah sesuatu yang

sangat penting dalam setiap perusahaan. Tanpa ada pendapatan mustahil akan didapat

penghasilan atau earnings . Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari aktivitas

perusahaan yang biasa dikenal atau disebut penjualan, penghasilan jasa (fees), bunga, dividen,

royalti dan sewa.

Menurut PSAK nomor 23 paragraf 6 adalah sebagai berikut: Pendapatan adalah

arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan

selama suatu periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal

dari kontribusi penanaman modal. Namun demikian, Konsep mengenai pendapatan belum

dapat dirumuskan dengan jelas dalam literatur akuntansi, karena pendapatan ini sangat erat

kaitannya dengan pengukuran, penetapan waktu dalam konteks sistem pembukuan

berpasangan. Sehubungan dengan hal diatas, pengertian pendapatan dapat berbeda-beda

tergantung dari sudu tmana pendapatan ini dipandang. Pada dasarnya ada dua pendekatan

terhadap konsep pendapatan yang dapatditemukan dalam literatur akuntansi yaitu :

a. Pendekatan pendapatan yang memusatkan perhatian pada arus masuk aktiva yang

ditimbulkan oleh kegiatan operasional perusahaan.

b. Pendekatan pendapatan yang memusatkan perhatian pada penciptaan barang dan jasa.

Ikatan Akuntan Indonesia ( 2004 : 23.2 ) menyatakan bahwa ”Pendapatan adalah arus

masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normalperusahaan
selama satu periode bila arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikanekuitas, yang

tidak berasal dari kontribusi kenaikan modal”.

Untuk pendekatan yang menekankan pada arus masuk, dapat kita lihat dari pengertian

yang terdapat dalam FASB yang dikutip oleh Smith Skousen ( 2001 : 27 ) pendapatan diakui

sebagai ”arus masuk atau peningkatan aktiva lain sebuah entitas atau penetapan utangnya ( atau

kombinasi dari keduanya ) dari pengantaran barang atau produksi barang yang

menyumbangkan pelayanan atau melakukan aktivitas lain yang membentuk operasi pokok atau

operasi sentral yang sedang berlangsung dari suatu aktivitas”.

Menurut Rosjidi ( 1999 : 128 ) ”Pendapatan adalah peningkatan jumlah aktiva atau

penurunan jumlah kewajiban perusahaan, yang timbul dari transaksi penyerahan barang dan

jasaatau aktivitas usaha lainnya dalam suatu periode yang dapat diakui dan diukur berdasarkan

Prinsip Akuntansi Berlaku Umum”. Dalam pengertian ini pendapatan yang diperoleh dari

transaksi penyerahan barang atau jasa atau aktivitas usaha lainnya itu adalah yang berhubungan

secara langsung dengan kegiatan untuk memperoleh laba usaha yang dapat mempengaruhi

terhadap jumlah ekuitas pemilik. Dengan demikian, tidak termasuk dalam pengertian

pendapatan, adalah peningkatan aktiva perusahaan yang timbul dari pengadaan aktiva,

investasi oleh pemilik, pinjaman ataupun koreksi labarugi pada periode sebelumnya. Menurut

Belkaoui ( 2000 : 178 ) Pendapatan diinterprestasikan sebagai :

1. Aliran masuk asset bersih yang berasal dari penjualan barang dan jasa.

2. Aliran keluar barang atau jasa dariperusahaan kepada pelanggan, dan

3. Produk perusahaan yang dihasilkan dari penciptaan barang atau jasa oleh perusahaan

selama periode waktu tertentu.


PENDAPATAN

A. Definisi Pendapatan
Ikatan akuntan Indonesia dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
PSAK) No. 23 mendefinisikan pendapata sebagai berikut:
“Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas
normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk iti mengakibatkan kenaikan
ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal.
Menurut Eldon S. Hendriksen ( 2000 : 374 ) dalam Teori Akuntansi
menjelaskan bahwa pendapatan adalah:
“Pendapatan (revenue) dapat mendefinisikan secara umum sebagai hasil dari suatu
perusahaan. Hal itu biasanya diukur dalam satuan harga pertukaran yang berlaku.
Pendapatan diakui setelah kejadian penting atau setelah proses penjualan pada dasarnya
telah diselesaikan. Dalam praktek ini biasanya pendapatan diakui pada saat penjualan.”
Sofyan Syafri Harahap (2001:236) mengemukakan bahwa pendapatan adalah :
“Pendapatan adalah hasil penjualan barang dan jasa yang dibebankan kepada
langganan/mereka yang menerima”
Definisi-definisi diatas memperlihatkan bahwa ada 2 konsep tentang
pendapatan yaitu sebagai berikut:
1. Konsep Pendapatan yang meusatkan pada arus masuk (inflow) aktiva sebagai
hasil dari kegiatan operasi perusahaan. Pendekatan ini menganggap pendapatan
sebagai inflow of net asset.
2. Konsep Pendapatan yang memusatkan perhatian kepada penciptaan barang dan
jasa serta penyaluran konsumen atau produsen lainnya, jadi pendekatan ini
menganggap pendapatan sebagai outflow of good and services.

Jika pendapatan dirumuskan dengan cara lain maka pengecualian harus dinyatakan
dengan jelas, misalnya pendapatan diakui sebelum arus masuk aktiva benar-benar
terjadi.
B. Karakteristik Pendapatan
Dari beberapa definisi di atas dapat didaftar karakteristik karakteristik atau kata
kata kunci yang membentuk pengertian pendapatan dan untung. Yang membentuk
pengertian pendapatan dan untung adalah :

1. Aliran masuk atau kenaikan aset


2. Kegiatan yang mempresentasi operasi utama atau sentral yang menerus.
3. Pelunasan, penurunan, atau pengurangan kewajiban.
4. Suatu entitas
5. Produk perusahaan
6. Pertukaran produk
7. Menyandang beberapa nama atau mengambil beberapa bentuk.
8. Mengakibatkan kenaikan ekuitas.

Beberapa karakteristik di atas dikatakan merupakan turunan/konsekuensi dsari


atau dikandung secara implisit oleh kata kunci yang lain. Karakteristik (3) sampai (8)
sebenarnya merupakan penjabaran atau konsekuensi dari ketiga karakteristik
sebelumnya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa karakteristik (1) dan (2)
merupakan karakteristik konsekuensi, pendukung, atau penjelas.

1. Kenaikan Aset
Paton dan Litleton (1970:47) menyebutkan bahwa aset dapat bertambah karena
berbagai transaksi, kejadian, atau keadaan sebagai berikut:
a. Transaksi pendanaan yang berasal dari kreditor dan investor.
b. Laba yang berasal dari kegiatan investasi, misalnya penjualan aset tetap, surat
berharga, segmen bisnis, dan anak perusahaan.
c. Hadiah, donasi atau temuan
d. Revaluasi aset yang telah ada.
e. Penyediaan dan/atau penyerahan produk (barang dan jasa)
2. Operasi Utama Berlanjut
Pengertian ‘operasi utama’ dalam hal ini lebih dikaitkan dengan tujuan utama
perusahaan yaitu menghasilkan produk / jasa untuk mendatangkan laba dan bukan
untuk membatasi jenis produk utama dan produk samping.
Pengertian operasi utama menunjukkan kegiatan sebagaimana pengertian
operasi dalam klasifikasi kegiatan yang membentuk statemen aliran kas yaitu,
operasi, investasi, dan pendanaan.
Dengan demikian, yang disebut pendapatan adalah kenaikan aset yang berkaitan
dengan operasi utama bukan dengan investasi dan pendanaan. Akan tetapi,
pendapatan atau untung yang tidak berasal dari operasi utama dengan sendirinya
lalu dapat disebut sebagai pos nonoperasi.

3. Operasi dan Non-operasi


Produk yang dihasilkan secara tidak rutin atau insidential sering dianggap
sebagai pos pendapatan “non-operasi” dan dipisahkan penyajiannya. Pembedaan
memang perlu tetapi mengklasifikasinya sebagai non-operasi dapat menyesatkan
dalam pengukuran kinerja atau daya melaba perusahaan.
Paton dan Litleton (1970) berpendapat bahwa pemisahan laba atau rugi sebagai
pos operasi dan non-operasi hanya dapat dibenarkan kalau laba atau rugi sebagai
pos operasi tesebut benar benar luar biasa dan berkaitan dengan tujuan perusahaan
utama hanya secara sangat kebetulan saja.Jadi, istilah “non-operasi” kurang
deskriptif untuk mengklasifikasikan beberapa pendapatan atau untung yang
sebenarnya masuk dalam pengertian operasi dalam arti luas.Bila tidak bersifat luar
biasa, pos-pos tersebut lebih tepat dilaporkan sebagai pendapatan lain-lain dan
untung (other revenue and gains).

4. Penurunan Kewajiban
Hal ini terjadi bila suatu entitas telah mengalami kenaikan aset sebelumnya
misalnya menerima pembayarn di muka dari pelanggan penerimaan ini bukan
merupakan pendapatan karena perusahaan belum melakukan prestasi yang
menimbulkan hak penuh atas aset yang diterima. Oleh karena itu, jumlah rupiah
yang diterima biasanya diperlukan sebagai pendapatan tak terhak atau pendapatan
tangguhan yang statusnya adalah kewajiban sampai ada prestasi dari perusahaan
berupa pengirimkan barang atau pelaksanaan jasa. Pengiriman barang atau
pelaksanaan jasa akan mengurangi kewajiban yang menimbulkan pendapatan.
Kejadian itu mengubah kewajiban menjadi pendapatan.

5. Suatu Entitas
Dimasukkan kata entitas atau perusahaan dalam definisi mengisyaratkan bahwa
konsep kesatuan usaha dianut dalam pendefinisian. Pendapatan didefinisikan
sebagai kenaikan aset bukannya kenaikan ekuitas bersih. Jadi, aset yang masuk
itulah yang disebut pendapatan. Aset tersebut dikuasai oleh perusahaan. Akan tetapi,
karena hubungan perusahaan dengan pemilik merupakan hubungan utang-piutang,
pada saat aset naik sebagai pendapatan utang perusahaan kepada pemilik juga naik
dengan jumlah yang sama. Hal ini mengisyaratkan bahwa konsep kesatuan usaha
dianut dalam pendefinisian. Karena pendapatan didefinisikan sebagai kenaikan aset
bukan kenaikan ekuitas.

6. Produk Perusahaan
Paton dan Littleton menyatakan bahwa pendapatan adalah produk perusahaan.
Di sini pendapatan didefinisikan secara fisis bukan moneter. Definisi ini juga netral
terhadap saat pengakuan. Aliran aset dari pelanggan berfungsi hanya sebagai
pengukur tetapi bukan pendapatan itu sendiri produk fisis yang dihasilkan oleh
kegiatan usaha itulah pendapatan. Pengertian semacam ini sesuai dengan konsep
upaya dan capaian (efford and accomplishment) yaitu pendapatan merupakan
capaian upaya produktif perusahaan.
Terdapat dua aliran yang berkaitan dengan pendapatan yaitu aliran fisis dan
moneter. Kam (1990, hlm. 237) mempertanyakan apakah pendapatan itu objek atau
kejadian. Untuk menjawab hali tersebut, Kam merinci lebih lanjut kedua aliran
tersebut yaitu:
a. Aliran fisis berupa :
 Kejadian memproduksi dan menjual produk
 Objek, yaitu produk fisis itu sendiri.
b. Aliran moneter berupa :
 Kejadian menaiknya nilai aset perusahaan karena produksi atau penjualan
produk ke konsumer.
 Objek, yaitu jumlah rupiah aset atau produk yang dihasilkan atau dijual.

7. Pertukaran
Paton dan littleton memasukan kat apertukaran (exchange) dalam definisinya
karena pendapatan akhirnya harus dinyatakan dalam satuan moneter untuk dicatat
dalam sistem pembukuan. Satuan moneter yang paling objektif adalah kalau jumlah
rupiah tersebut merupakan hasil transaksi atau pertukaran antara pihak independen.
Pendapatan untuk suatu periode merupakan akumulasi pendapatan yang diukur
secara objektif tsb.

8. Berbagai bentuk dan Nama


Pendapatan adalah konsep yang bersifat generik dan mencakupi semua pos
dengan berbagai bentuk dan nama apapun. Pendapatan untuk perusahaan
perdagangan misalnya disebut dengan penjualan.

9. Untung
Seperti pendapatan, kata – kata kunci yang melekat pada pengertian untung
adalah :
a. Kenaikan ekuitas ( aset bersih )
b. Transaksi periferal atau insidental
c. Selain yang berupa pendapatan atau investasi oleh pemilik

FSAB merinci lebih lanjut transaksi, kejadian, atau keadaan yang menimbulkan
untung menjadi empat sumber atau karakteristik yaitu :

a. Periferal dan insidental : misalnya penjualan investasi dalam surat-surat


berharga, penjualan aset tetap, pelunasan utang obligasi sebelum jatuh tempo
b. Transfer nontimbal – balik (nonreciprocal transfer) : misalnya hadiah dan
donasi (bagi organisasi nonprofit) dan penerimaan ganti rugi pemenangan
tuntutan perkara hukum
c. Penahanan aset (holding asset) : misalnya kenaikan harga sekuritas investasi,
kenaikan nilai tukar valuta asing, dan kenaikan karena penahanan sediaan
(holding gains)
d. Faktor lingkungan, misalnya ganti rugi asuransii musibah alam yang
melebihi kos aset yang rusak

C. Pengakuan Pendapatan
Pengakuan adalah pencatatan jumlah rupiah secara resmi ke dalam sistem
akuntansi sehingga jumlah tersebut terefleksi dalam statement keuangan. Secara
konseptual pendapatan hanya dapat diakui kalau memenuhi kualitas keterukuran
(measurability) dan keterandalan (reliability).
Untuk menjabarkan kriteria kualitas informasi menjadi kriteria pengakuan
pendapatan, perlu dipahami dua konsep penting yaitu pembentukan pendapatan dan
realisasi pendapatan.
1. Pembentukan Pendapatan (Earning Process)
Proses pembentukkan pendapatan adalah suatu konsep tentang terjadinya
pendapatan. Konsep ini berdasarkan pada asumsi bahwa semua kegiatan opoerasi
yang diperlukan dalam rangka mencapai hasil, yang meliputi semua tahap kegiatan
produksi, pemasaran, maupun pengumpulan piutang, memberikan kontribusi
terhadap hasil akhir pendapatan berdasarkan perbandingan biaya yang terjadi
sebelum perusahaan tersebut melakukan kegiatan produksi.
2. Realisasi Pendapatan (Realization Process)
Proses realisasi pendapatan adalah proses pendapatan yang terhimpun atau
terbentuk sesudah produk selesai dikerjakan dan terjual atas dkontrak penjualan.
Jadi, pendapatan dimulai dengan tahap terakhir kegiatan produksi, yaitu pada saat
barang atau jasa dikirimkan atau diserahkan kepada pelanggan. Jika, kontrak
penjualan mendahului produksi barang atau jasa maka pendapatan belum dapat
dikatakan terjadi, karena belum terjadi proses penghimpunan pendapatan.

Proses realisasi pendapatan ditandai oleh dua kejadian berikut ini:


 Kepastian perubahan produk menjadi potensi jasa yang lain melalui proses
penjualan yang sah atau semacamnya.
 Pengesahan atau validasi transaksi penjualan tersebut dengan aktiva lancar

Dari kedua kejadian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa proses realisasi
merupakan konfirmasi proses penghimpunan dana.

D. Kriteria Pengakuan Pendapatan


Pendapatan baru dapat diakui setelah suatu produk selesei diproduksi dan
penjualan benar-benar telah terjadi yang ditandai dengan penyerahan barang. Dengan
kata lain, pendapatan belum dapat dikatakan ada dan diakui sebelum ada penjualan
yang nyata. Hal ini didasarkan pada gagasan bahwa pengakuan suatu jumlah rupiah
dalam akuntansi harus didasarkan pada konsep dasar keterukuran dan reliabilitas
jumlah rupiah harus cukup pasti dan ditentukan secara objektif oleh pihak independen.
Sebaliknya, terjadinya kontrak penjualan belum cukup untuk mengakui pendapatan
sebelum barang atau jasa sudah cukup selesai dikerjakan walaupun jumlah rupiah
pendapatan telah terealisasi karena belum ada upaya yang membentuk pendapatan.
Atas dasar konsep kesatuan usaha, tidak ada pendapatan tanpa upaya. Tanpa upaya
yang cukup pendapatan belum dapat diakui. FASB mengajukan dua kriteria pengakuan
pendapatan (dan untung) yang keduanya harus dipenuhi yaitu (SFAC No. 5, prg. 83):
1. Terealisasi atau cukup pasti terealisasi (realized or realizable)
Pendapatan dikatakan terealisasi bilamana produk telah terjual atau ditukarkan
dengan kas atau klai atas kas.Dan dikatakan cukup pasti terealisasi bilamana aset
berkaitan yang diterima atau ditahan mudah dikonversi menjadi kas atau klaim atas
kas yang cukup pasti jumlahnya.
2. Terbentuk atau terhak (earned)
Pendapatan dikatakan dapat terbentuk bila mana perusahaan telah melakukan
secara substansial kegiatan yang harus dilakukan untuk dapat menghaki manfaat
atau nilai yang melekat pada pendapatan.

Walaupun kedua kriteria harus dipenuhi, bobot pentingnya untuk suatu kegiatan
tertentu dapat berbeda artinya dalam keadaan tertentu penghimpunan menjadi lebih
kritis daripada realisasi dan sebaliknya. Terbentuknya pendapatan, tidak selalu harus
mendahului realisasi pendapatan, dapat terjadi pendapatan sebelum realisasi terbentuk.
Kam (1990) mengemukakan kriteria pengakuan secara teknis. Pendapatan baru
dapat diakui kalau dipenuhi syarat-syarat berikut :

 Keterukuran nilai asset (measurability of asset value)


 Adanya suatu transaksi (existence of a transaction)
 Proses perhimpunan secara substansial telah selesai

Syarat (1) dan (2) telah dicakupi dalam kriteria dari FASB. Agar dapat
dikatakan terealisasi pendapatan memang harus diukur secara objektif dan hal tersebut
pada umunya dapat dicapai setelah adanya transaksi penjualan atau kontrak. Syarat (1)
berkaitan dengan masalah apakah aliran masuk asset harus bersifat likuid dan bila
pendapatan dalam bentuk piutang apakah ketertagihan (collectability) cukup pasti
sehingga jumlah rupiah pendapatn yang dicatat benar merefleksi jumalh rupiah yang
akhirnya diterima.Dengan demikian pengukkuran pendapatan sangat andal. Syarat (3)
tidak berbeda dengan kriteria b dari FASB.

E. Saat Pengakuan Pendapatan


Masalah kapan suatu pendapatan dapat diakui berkaitan dengan saat (timing)
pengakuan pendapatan itu sendiri. Ada beberapa gagasan mengenai hal ini :
1. Pada Saat Kontrak Penjualan
Dapat terjadi ketika perusahaan telah menandatangani kontrak perusahaan dan
bahkan sudah menerima kas untuk seluruh nilai kontrak tetapi perusahaan belum
mulai memproduksi barang. Pendapatan sudah terealisasi tetapi belum terbentuk
karena hanya satu kriteria yang terpenuhi dan tidak dapat diakui sebagai pendapatan.
Sementara itu, pembayaran dimuka harus diakui sebagai kewajiban sampai barang
atau jasa diserahkan kepada pembeli, biasanya dalam jangka waktu kurang dari satu
tahun. Pada umumnya, perlakuan semacam ini berlaku untuk perusahaan yang
memproduksi barang konsumsi dan jarak antara penandatangan kontrak dan
penyerahan barang cukup pendek (kurang dari satu tahun).
2. Selama proses produksi secara bertahap
Dalam industri tertentu, pembuatan produk memerlukan waktu yang cukup
lama. Misalnya dalam industri konstruksi bangunan. Biasanya produk semacam itu
diperlakukan sebagai projek dan dilaksankan atas dasar kontrak sehingga
pendapatan terealisasi untuk seluruh periode kontrak tetapi mungkin belum cukup
terbentuk pada akhir tiap periode akuntansi. Dalam hal ini, pengakuan pendapatan
dapat dilakukan secara bertahap (per periode akuntansi) sejalan dengan kemajuan
proses produksi atau sekaligus pada saat projek selesai dilakukan. Yang pertama
disebut metode persentase penyelesaian, sedangkan yang terakhir disebut metode
kontrak selesai.
Permasalahan teoritis yang kemudian dapat terjadi jika seluruh pendapatan
diakui dengan memakai metode kontrak selesai, akan terjadi kemungkinan terjadi
ketidakseimbangan volume pendapatan dan kegiatan produksi antar tahun. Masalah
juga timbul kalau perusahaan tidak memperlakukan tiap kontrak sebagai projek dan
mengakui pendapatan pada saat produk diserahkan tanpa mengakumulasi kos yang
berkaitan dengan produk sehingga penandingan yang tepat tidak tercapai.
Suatu alternatif untuk memecahkan masalah di atas adalah penggunaan projek
atau angkatan produksi sebagai wadah atau takaran penentuan dan pelaporan laba
bukannya periode waktu. Sebagai alternatif lain, perusahaan dapat mengakui
pendapatan secara bertahap dan tetap menggunakan periode sebagai takaran
penghitung laba. Masalah yang yang timbul dari pengakuan selama proses produksi
ini adalah :
 Akresi.
Pertambahan nilai akibat pertumbuhan fisis atau prose alamiah lainnya.
Per definisi, akresi memenuhi pengertian pendapatan karena aset jelas telah
bertambah dan banyaknya tambahan fisis tersebut dapat ditentukan secara
objektif.
 Apresiasi.
Selisih “nilai pasar wajar” aset perusahaan dengan kos (atau nilai buku aset
terdepresiasi).
 Penghematan Kos.
Penghematan kos sering dikenal dengan potongan pembelian dan
pembelian dengan harga murah atau pembelian beruntung (lucky buy).
3. Pada saat produk selesai
Pengakuan semacam ini setara dengan pengakuan pendapatan metode kontrak
selesai. Pengakuan pendapatan atas dasar saat produk selesai diproduksi dapat
dianggap layak untuk industri ekstraktif (pertambangan) termasuk pertanian.Bahan
dasar hasil produksi biasanya memiliki harga yang sudah pasti.Kondisi ini
memungkinkan untuk menaksir dengan cukup tepat nilai jual yang dapat direalisasi
suatu sediaan barang jadi ada pada tanggal tertentu, sehingga kedua kriteria
pengakuan dianggap dapat terpenuhi.
4. Pada saat penjualan
Pengakuan ini merupakan dasar yang paling umum karena pada saat penjualan
kriteria penghimpunan dan realisasi telah terpenuhi. Kriteria terealisasi telah
terpenuhi karena telah ada kesepakatan pihak lain untuk membayar jumlah rupiah
pendapatan secara objektif. Dengan demikian, saat penjualan merupakan saat yang
kritis dalam operasi perusahaan. Transaksi penjualan mengakibatkan masuknya aset
baru ke dalam perusahaan (kas atau piutang) untuk:
 Menutup kos (potensi jasa) yang terserap untuk melaksanakan kegiatan
produksi yang berkulminasi dengan penyerahan produk.
 Menyediakan dana sebagai imbalan untuk pembayaran pajak kepada
pemerintah, bunga kepada kreditor, dan dividen kepada pemegang saham.

Kendati saat penjualan menjadi standar umum pengakuan pendapatan, terdapat


beberapa hal yang sering diajukan sebagai keberatan terhadap dasar tersebut.
Masalah pengakuan saat penjualan :

1. Kembalian dan potongan tunai


Adanya hak pengembalian tidak menghalangi pengakuan pendapatan
pada saat penjualan. FASB menyatakan bahwa suatu perusahaan menjual
produknya dengan hak mengembalikan maka pendapatan dapat diakui pada saat
penjualana kalau syarat-syarat berikut terpenuhi (SFAS No. 48 prg.6):
 Harga jual cukup pasti
 Pembeli sudah membayar kepada penjual
 Kewajiban membayar oleh pembeli tidak berubah dalam hal terjadi
penculikan atau kerusakan fisis produk.
 Pembeli benar-benar ada secara substantif
 Penjual tidak mempunyai kewajiban yang material untuk melakukan
tindakan di masa datang yang secara langsung menjadikan pembeli mampu
menjual produk bersangkutan
 Jumlah rupiah kembalian dapat ditaksir secara layak.
Adanya potongan tunai tidak menghalangi pengakuan pendapatan pada
saat penjualan.Masalah yang timbul tidak berkaitan dengan pengakuan
pendapatan tetapi berapa jumlah rupiah pendapatan harus dicatat.

2. Kos purna-jual
Masalah yang paling pelik dan sulit adalah masalah yang bersangkutan
dengan penyesuaian yang diperlukan untuk mengakui pengaruh kegiatan yang
mungkin akan terjadi setelah penjualan dan harus dibebankan terhadap
penjualan tersebut. Prosedur yang umum dilakukan untuk mengantisipasi kos
semacam itu adalah mendebit jumlah rupiah yang sama ke dalam satu akun
cadangan melalui penyesuaian akhir tahun.
3. Kerugian piutang
Keberatan lain terhadap dasar penjualan adalah pendapat yang
menyatakan bahwa piutang bukanlah merupakan bukti yang efektif terhadap
realisasi pendapatan. Alasannya, piutang bukan merupakan sarana yang dapat
digunakan sebagai alat pembayaran sehingga kurang tepat digunakan sebagai
pengukur pendapatan. Masalah kerugian piutang dapat diatasi dengan perlakuan
yang sama seperti kos purna jual, yaitu dengan membentuk cadangan kerugian
piutang. Dengan demikian pendapatan disajikan dalam statemen sejumlah
piutang yang benar-benar dapat direalisasi.
4. Transaksi penjualan
Secara umum, penjualan adalah transaksi pertukaran barang atau jasa
hasil produksi perusahaan dengan kas atau klaim atas kas.Secara teknis,
transaksi penjualan adalah transaksi pertukaran aset secara aktual bukan
transaksi kontrak itu sendiri.Penjualan dikatakan telah terjadi secara teknis bila
produk (dan risiko yang melekat) telah ditransfer ke pembeli dan sebagai
penghargaan penjual mendapat kas atau klaim atas kas.
5. Pada Saat Kas Terkumpul
Pengakuan pendapatan pada saat kas terkumpul sebenarnya merupakan
pengakuan pendapatan berdasarkan asas kas. Penerapan pengakuan berdasarkan
kas paling banyak dijumpai pada perusahaan jasa dan perusahaan yang
melakukan penjualan secara angsuran. Pengakuan dasar kas digunakan untuk
transaksi penjualan yang barang atau jasanya telah diserahkan/dilaksanakn
tetapi kasnya baru akan diterima secara berkala dalam waktu yang cukup
panjang. Alasan digunakannya dasar ini adalah adanya ketidakpastian tentang
kolektabilitas atau ketertagihan piutang

F. Saat Pengakuan Penjualan Jasa


Pengakuan pendapatan dari penjualan jasa secara umum mengikuti pemikiran
yang melandasi pengakuan pendapatan untuk penjualan barang.Masalah teoritis yang
dihadapi lebih banyak menyangkut kriteria realisasi daripada pembentukan
pendapatan.Yang sering sulit ditentukan adalah mengenali kejadian atau kegiatan yang
menandai bahwa penyerahan jasa telah terjadi dan selesai.
AICPA memberikan kaidah pengakuan umum untuk penjualan jasa sebagai berikut:
1. Kalau pemberian jasa terdiri atas pelaksanaan satu pekerjaan atau tindakan, pendapatan
harus diakui pada saat pekerjaan tersebut telah dilakukan.
2. Kalau pemberian jasa terdiri atas pelaksanaan serangkain pekerjaan atau tindakan
secara bertahap, pendapatan harus diakui selama periode pelaksanaan pekerjaan secara
proporsional.
3. Kalau pemberian jasa terdiri atas pelaksanaan serangkaian pekerjaan atau tindakan
secara bertahap, pendapatan dapat diakui pada saat seluruh pekerjaan telah selesai
dilaksanakan bila kondisi berikut terpenuhi:
 Proporsi jasa yang dilaksanakan pada tahap akhir pekerjaan begitu kritisnya
sehingga seluruh pekerjaan tidak dapat dikatakan selesai sebelum tahap akhir
dilaksanakan.
 Jasa harus diberikan dalam beberapa tahap yang tidak dapat ditetukan di muka
selama waktu yang tidak pasti dan tidak ada cara yang cukup layak untuk
menentukan tingkat penyelesaian pekerjaan.
4. Kalau terdapat tingkat ketidak pastian yang tinggi berkenaan dengan ketertagihan atau
kolektabilitas pendapatan jasa, pendapatan baru diakui setelah kas terkumpul.
Dalam PSAK No. 23, IAI menetapkan bahwa pengakuan pendapatan atas dasar
kemajuan pelaksanaan merupkan ketentuan utama sedangkan kaidah lain merupakan
pengecualian dari kaidah ini

G. Pedoman Umum Pengakuan Pendapatan


FASB meringkas pedomam umum dalam SFAC No. 5 paragraf 84 sebagai berikut:
1. Kriteria terbentuk dan terealisasi biasanya dipenuhi pada saat produk diserahkan
kepada konsumen.
2. Kalau kontrak penjualan atau penerimaan kas mendahului produksi atau
pengiriman barang, pendapatan dapat diakui pada saat terhak dan pengiriman.
3. Kalau produk dikontrak sebelum diproduksi, pendapatan dapat diakui secara
bertahap dengan metode persentase penyelesaian pada saat sudah terbentuk
asalkan dapat diukur secara andal.
4. Kalau jasa diberikan atau hak untuk menggunakan aset berlangsung secara terus-
menerus selama suatu periode dengan kontrak harga yang pasti, pendapatan dapat
diakui bersamaan dengan berjalannya waktu.
5. Kalau produk atau aset lain dapat segera terealisasi karena dapat dijual dengan
harga yang cukup pasti tanpa biaya tambahan berarti, pendapatan dan untung rugi
dapat diakui pada saat selesainya produksi atau pada saat harga aset tersebut
berubah.
6. Kalau produk, jasa atau aset lain ditukarkan dengan aset non moneter yang tidak
segera dapat dikonversi menjadi kas, pendapatan atau untung rugi dapat diakui
pada saat telah terhak atau transaksi telah selesai asalkan nilai wajar aset non
moneter yang dapat ditentukan dengan layak.
7. Kalau ketertagihan aset yang diterima untuk produk, jasa, atau aset lain
meragukan, pendapatan dapat diakui atas dasar kas yang terkumpul.

H. Prosedur Pengakuan
Kebijakan akuntansi perusahaan harus menetapkan kejadian atau kegiatan
internal apa yang dapat digunkan sebagai pemicu pencatatan ke dalam sistem akuntansi.

I. Penyajian
Masalah penyajian berkaitan dengan penyajian pendapatan adalah memisahkan
antara pendapatan dan untung dan pemisahan berbagai sifat untung menjadi pos biasa
dan luar biasa dan cara menuangkannya dalam statemen laba rugi.
DAFTAR PUSTAKA

Ikatan Akuntan Indonesia, (2002), Standar Akuntansi Keuangan, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Suwardjono, (1989), Teori Akuntansi, Penerbit BPFE Yogyakarta. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai