Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI BENIH

ACARA VI
KALIBRASI MOISTURE TESTER

Disusun oleh:
Nama : Ika Indrawati
NIM : 17/409544/PN/14932
Gol./Kel. : C1/2
Asisten : Yonita Sholihatun
Aditya Hanung Setyaji

RUANG MALIKA LABORATORIUM PEMULIAAN TANAMANN


DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2019
ACARA VI
KALIBRASI MOISTURE TESTER

ABSTRAKSI
1. Praktikum Teknologi Benih acara VI Kalibrasi Moisture Tester dilaksanakan pada hari Selasa
tanggal 02 April 2019 di Ruang Mallika Laboratorium Pemuliaan Tanaman, Departemen Budidaya
Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Tujuan dari praktikum ini
adalah membandingkan dua metode pengujian kadar air benih, mengetahui tingkat akurasi moisture
tester yang digunakan, serta membuat tabel koreksi apabila ternyata alat tersebut sudah tidak akurat.
Alat-alat yang digunakan adalah electrical moisture tester, oven, timbangan elektrik, grinder, cawan
porselin, desikator, serta motar dan penumbuknya. Adapun bahan-bahan yang dibutuhkan adalah
benih jagung (Zea mays), dan kedelai (Glycine max). Metodologi dalam kalibrasi moisture tester
adalah menggunakan metode langsung (oven) dan tidak langsung (moisture tester). Hasil pengukuran
yang dilakukan pada moisture tester tipe Dickey John berbeda nyata dengan pengujian kadar air
menggunakan oven untuk benih kedelai dan tidak berbeda nyata untuk benih jagung. Nilai dari
2
regresi jagung adalah R = 1 dan nilai kalibrasinya adalah y = -x + 33.1. Sedangkan nilai regresi
2
kedelai adalah R =1 dan nilai kalibrasinya adalah y = -0.7692x + 25.038

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Negara Indonesia adalah negara agraris yang begitu melimpah akan kekayaan alam
dengan kondisi iklim yang sangat mendukung bagi pengembangan budidaya tanaman. Namun
demikian, petani juga menyadari bahwa kondisi iklim dan cara bercocok tanam saja belum
menjadi jaminan bahwa tanaman dapat berproduksi secara optimal dan kegiatan usaha tani
yang dilakukan akan berhasil. Bagi petani sebagai langkah awal di dalam usaha
pembudidayaan tanaman perlu adanya penyiapan benih dengan kualitas yang baik. Dengan
penggunaan benih bermutu menjadi upaya penting untuk mendukung keberhasilan produksi
tanaman.
Adanya benih bermutu dapat didapatkan dari pengujian benih, seperti halnya pengujian
kadar air dan pengujian kemurnian benih; merupakan pengujian rutin di laboratorium. Tujuan
pengujian daya tumbuh benih adalah untuk mendapatkan keterangan atau gambaran dari benih
yang diuji yang mendekati kenyataan di lapangan. Dari benih yang baik maka akan muncul
kecambah yang normal dan benih yang rusak maka akan menghasilkan kecambah yang
abnormal. Dengan adanya mengujian benih akan membantu dalam memilih benih mana yang
akan dapat menghasilkan kecambah dan bibit yang normal sehingga baik ketika digunakan
dalam pertanaman.
Perkembangan teknologi perbenihan merupakan langkah awal dalam kegiatan
budidaya tanaman. Salah satu kegiatan perbenihan yang cukup penting adalah
pengukuran kadar air benih. Pengukuran kadar air penting dilakukan karena kadar air
dapat mempengaruhi laju kemunduran benih. Kadar air merupakan komponen penting
yang harus dipertimbangkan ketika pemanenan benih dan penyimpanan benih, dengan
kadar air yang tepat akan mempertahankan kualitas benih selama proses
penyimpanan. Kadar air benih juga erat kaitannya dengan daya simpan dan proses
pengolahan benih. Selama dalam pemrosesan dan penanganan di lapang, diperlukan
hasil pengukuran yang cepat agar tahapan- tahapan selanjutnya dapat berjalan.

Oleh karena itu, metode pengukuran kadar air benih menjadi hal yang penting
untuk dikembangkan, baik menggunakan metode oven maupun menggunakan alat
pengukur kadar air lainnya agar didapatkan metode pengukuran kadar air yang cepat
dan tepat.

B. Tujuan
1. Membandingkan dua metode pengujian kadar air benih.
2. Mengetahui tingkat akurasi moisture tester yang digunakan.
3. Membuat tabel koreksi apabila ternyata alat tersebut sudah tidak akurat.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Benih merupakan awal dari suatu kehidupan tanaman. Dalam suatu sistem budidaya
benih memegang peranan yang sangat penting. Benih bermutu merupakan faktor utama
suksesnya produksi dibidang pertanian. Faktor yang mempengaruhi viabilitas benih dalam
penyimpanan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu faktor dalam yang meliputi jenis dan sifat
benih, viabilitas awal benih dan kadar air benih, sedangkan faktor luar meliputi kelembaban,
temperatur, gas di sekitar benih dan mikroorganisme (Sutopo 1988). Pada umumnya benih
tidak dianjurkan disimpan pada kadar air tinggi, karena akan cepat kehilangan viabilitasnya.
Adanya banyak air dalam benih, maka pernafasan akan dipercepat sehingga benih akan
banyak kehilangan energi. Pernafasan yang hebat disebabkan oleh air yang ada dalam biji dan
temperatur lingkungan. Penyimpanan benih yang baik harus memperhatikan dua hal, yaitu
sifat asli benih dan faktor- faktor lingkungan yang mempengaruhi benih. Antar kedua hal
tersebut terdapat hubungan erat yang dapat mempunyai pengaruh yang menguntungkan atau
merugikan terhadap viabilitas benih.

Kadar air adalah hilangnya berat ketika benih dikeringkan sesuai dengan teknik atau
metode tertentu. Metode pengukuran kadar air yang diterapkan dirancang untuk mengurangi
oksidasi, dekomposisi atau hilangnya zat yang mudah menguap bersamaan dengan
pengurangan kelembapan sebanyak mungkin (ISTA 2006). Metode yang paling umum untuk
mengukur kadar air benih adalah metode langsung, yaitu benih dikeringkan dalam oven.
Penentuan kadar air benih dari suatu kelompok benih sangat penting untuk dilakukan, karena
Iaju kemunduran benih sangat dipengaruhi oleh kadar air benih. Teknik pengukuran kadar air
yang tepat sangat penting dikembangkan untuk memperoleh metode pengukuran yang baku.
Prosedur standar dalam pengukuran kadar air benih dengan metode oven mengenai lama
pengeringan dan subu oven telah diatur oleh ISTA. Penetapan kadar air adalah banyaknya
kandungan air dalam benih yang diukur berdasarkan hilangnya kandungan air tersebut dan
dinyatakan dalam persentase terhadap berat asal contoh benih. Tujuan penetapan kadar air
diantaranya untuk mengetahui kadar air benih sebelum disimpan dan untuk menetapkan kadar
air yang tepat selama penyimpanan dalam rangka mempertahankan viabilitas benih tersebut
(Bonner 1995).
Kadar air benih selalu berubah tergantung kadar air lingkungannya, karena benih
memiliki sifat selalu berusaha mencapai kondisi yang equilibrium dengan kedaan sekitarnya.
Tujuan pengujian kadar air benih adalah untuk mengetahui beberapa besar kandungan air
yang terdapat dalam benih dan apakah kadar air benih telah memenuhi peraturan yang
berlaku sesuai dengan kelas benih yang diproduksi. Kadar air benih ialah berat air yang
dikandung dan yang kemudian hilang karena pemanasan sesuai dengan aturan yang
ditetapkan, yang dinyatakan dalam persentase terhadap berat awal contoh benih (Kuswanto,
1997).

Alat pengukur kadar air benih memiliki kelebihan serta kekurangannya masing-masing.
Pengukuran kadar air benih dengan menggunakan oven lebih akurat, dapat memuat banyak
contoh dalam satu waktu pengukuran, dan merupakan cara yang paling umum dilakukan.
Kekurangan metode oven disebutkan dalam Justice dan Bass (2002) yaitu, penggunaan
metode oven membutuhkan waktu yang lama untuk mendapatkan hasil serta suhu yang tepat
tergantung dari jenis benihnya, selain itu membutuhkan peralatan yang banyak serta harus
seringnya menimbang benih yang diuji.

Pentingnya kalibrasi, yaitu : 1). Menjamin mutu, dalam pengertian setiap produk
memerlukan bukti bahwa hasil ukur telah mampu telusur (traceable) pada standar nasional
maupun internasional. 2). Tidak terdapat cacat atau penyimpangan hasil ukur. 3). Menjamin
kepentingan keselamatan manusia. 4). Menjamin kondisi alat ukur tetap terjaga sesuai
spesifikasinya. Hasil kalibrasi harus disertai pernyataan "traceable uncertainity" untuk
menentukan tingkat kepercayaan yang di evaluasi dengan seksama dengan analisis
ketidakpastian (Wahyudi, et.al., 2009).

Kelebihan alat pengukur Digital Moisture Tester Model TD-1 antara lain, hasil dapat
diperoleh dalam waktu cepat, mudah dibersihkan, mudah dibawa, dan sumber arus listrik
kecil (empat baterai). Justice dan Bass (2002) menyatakan kekurangan alat ini dan alat
pengukur digital lainnya yaitu kekurangtelitian dalam mengukur benih yang berkadar air
sangat tinggi atau sangat rendah dan jumlah sample yang dapat diukur sedikit. Menurut
Baadilla (1975) jumlah sample dapat menjadi faktor penentu ketepatan dalam pengukuran.
Sample dengan jumlah yang lebih besar, hasil pengukuran kadar airnya akan lebih tepat
daripada sample dengan jumlah yang sedikit.
III. METODOLOGI

Praktikum Teknologi Benih acara VI Kalibrasi Moisture Tester dilaksanakan pada hari
Selasa tanggal 2 April 2019 di Ruang Mallika Laboratorium Pemuliaan Tanaman,
Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Alat-alat yang digunakan adalah electrical moisture tester, oven, timbangan elektrik, grinder,
cawan porselin, desikator, serta motar dan penumbuknya. Adapun bahan-bahan yang
dibutuhkan adalah benih jagung (Zea mays), dan kedelai (Glycine max).

Analisis/ pengujian kadar air pada praktikum ini dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan
cara langsung dan tidak langsung. Untuk analisis kadar air secara langsung dilakukan dengan
metode oven. Langkah kerjanya yang pertama disiapkan benih kedelai dan benih jagung lalu
dihancurkan dengan grinder dan ditimbang seberat ± 5 gram sebanyak 2 ulangan. Oven
dihidupkan dan dibiarkan hinga suhu 130 0C. Cawan porselin ditimbang beserta dengan
tutupnya (M1). Benih yang disudah dihancurkan dimasukkan kedalam cawan porselin lalu
ditimbang cawan + benih + tutup sebelum dioven (M2). Cawan berisi benih dimasukkan ke
dalam oven. Didalam oven tutup cawan dibuka. Benih doven selama 2 jam. Setelah 2 jam,
tutup cawan dipasang kembali dan benih dikeluarkan dari oven. Cawan berisi benih
dimasukkan kedalam desikator selama 30 menit. Ditimbang berat cawan + benih + tutup
setelah dioven (M3). Sedangkan kadar air secara tidak langsung dilakukan dengan
menggunakan alat moisture tester. Kadar air dinyatakan dalam % terhadap berat semula
dengan ketelitian satu desimal. Cara menghitungnya dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :

(M2 − M3)
(M2 − M1) x 100%

Keterangan :

M1: berat wadah + tutup (gram)


M2: berat wadah + isi + tutup sebelum di oven (gram)
M3: berat wadah + isi + tutup sesudah di oven (gram)

Adapun secara tidak langsung digunakan alat moisture tester. Data yang telah diperoleh
dibandingkan dengan uji T- test dengan α = 5 %. Apabila ternyata tidak ada beda nyata,
berarti moisture tester yang ditera benar adanya. Bila beda nyata, dibuatkan garis regresi dan
tabel penolongnya.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Kadar Air Benih Jagung dan Kedelai
Kadar Air Kadar Air Moisture
Benih Rep M1 M2 M3 Oven (%) Tester (%)
Jagung 1 59.05 64.07 63.3 15.9 17.2
  2 59.7 64.7 63.9 15.8 17.3
Kedelai 1 57.92 62.69 62 15.5 12.4
  2 59.04 64.04 63.3 15.4 12.53

B. Pembahasan
Kadar air adalah hilangnya berat ketika benih dikeringkan sesuai dengan teknik atau
metode tertentu. Metode pengukuran kadar air yang diterapkan dirancang untuk
mengurangi oksidasi, dekomposisi atau hilangnya zat yang mudah menguap bersamaan
dengan pengurangan kelembapan sebanyak mungkin (ISTA 2006). Metode yang paling
umum untuk mengukur kadar air benih adalah metode langsung, yaitu benih dikeringkan
dalam oven.

Cara Pengujian kadar air yang dilakukan ada 2 metode yaitu:


1. Metode oven
Metode oven, sekarang metode ini merupakan metode standar yang dianjurkan
oleh ISTA untuk menghitung kadar air benih dan merupakan metode yang banyak
dipakai di negara penghasil benih. (Kuswanto, 1997). Tungku yang biasa digunakan,
dipanaskan dengan lisrik. Udara dalam tungku pada tekanan atmosfer disirkulasikan
secara mekanis. Suhu yang umum dipergunakan 130oC dengan lama pengeringan 1 jam.
Atau dipanaskan sampai berat tetap. Kehilangan sebagai akibat pemanasan ini
ditentukan dan dianggap kadar air benih asal. Untuk benih-benih yang besar dan kering
sebaiknya diremukkan terlebih dahulu (jangan sampai hancur), agar panas dapat
menyelinap kedalam benih yang akan dikeringkan apabila benih besar ini kenyataanya
masih dalam kondisi basah, sebaiknya benih semacam ini dikeringkan terlebih dahulu
pada panas matahari.
2. Metode moisture tester
Dengan alat ini ditentukan kadar air benih berdasarkan atas sifat konduktifitas
dan dielektrik benih, yang keduanya tergantung dari kadar air dan tempratur benih.
Dengan mengunakan moisture tester, kadar air benih ditentukan berdasarkan atas sifat
konduktivitas dan dielektrik benih, yang keduanya tergantung dari kadar air dan
temperatur benih. Benih yang akan diuji kadar airnya terlebih dahulu dimasukan ke
dalam penakar benih sampai penuh, kemudaian dimasukan ke dalam corong moisture
tester. Setelah power dihidupkan, ditekan tombol sesuai dengan benih yang diuji dan
nilai dari kadar air benih tersebut secara otomatis akan tertera pada layar. Menentukan
kadar air benih dengan alat ini berjalan sangat cepat hanya beberapa menit saja tetapi
kelemahannya nilai yang diperoleh pada alat lain kecuali itu moisture tester tidak dapat
digunakan untuk menguji kadar air semua kadar benih untuk mengatasi kurang tepatnya
hasil yang dipeoleh, sebaiknya moisture tester dikalibrasi terlebih dahulu.
Dengan adanya kerumitan dari elektrik moisture tester tersebut sewaktu-waktu
kemungkinan alat tersebut tidak berfungsi secara benar dapat terjadi, yang dapat
menyebabkan data yang dihasilkan tidak tepat. Untuk itu kalibrasi terhadap alat-alat ini
kadang-kadang perlu dilakukan secara teratur. Untuk mengetahui apakah moisture tester
tersebut perlu dikalibrasi yaitu dengan membandingkan hasil pengukuran yang di dapat
dengan menggunakan oven dan moisture tester. Jika hasil yang didapat dari moisture
tester berbeda sangat jauh maka alat tersebut perlu dikalibrasi. Kadar air hasil
pengukuran oven dapat digunakan untuk mengetahui perlu tidaknya moisture tester
dikalibrasi karena pengukuran kadar air dengan metode oven lebih tepat dan
memberikan hasil yang selalu sama jika digunakan untuk mengukur kadar air.
Pengukuran kadar air di laboratorium biasanya dilakukan dengan menggunakan
metode oven yang merupakan metode secara langsung. Metode ini juga dapat digunakan
untuk mengkalibrasi moisture tester sebagai pengukur tidak langsung kandungan air
dalam suatu benih. Metode tidak langsung ini memberikan hasil yang cukup cepat,
misalnya untuk menentukan perlu tidaknya pengeringan lebih lanjut (Schmidt, 2000).
Metode pengeringan oven telah mempertimbangkan bahwa hanya air saja yang
diuapkan selama pengeringan. Namun, bagaimanapun juga senyawa yang mudah menguap
mungkin ikut menguap yang akan menyebabkan hasil pengukuran over estimation. Kadar air
yang ditentukan dengan metode oven mungkin saja tidak merepresentasikan kadar air benih
yang sesungguhnya. Namun, metode pengeringan oven merupakan metode yang digunakan
sebagai metode standar. Prinsip kerja dalam pengujian kadar air benih dapat diukur dengan
menggunakan metode langsung (menggunakan oven) maupun tidak langsung dengan
menggunakan moister tester. Prinsip kerja pada pengukuran kadar air secara tidak langsung
dengan menggunakan oven adalah pengurangan antara berat basah yakni berat benih sebelum
dioven dikurangi dengan berat kering. Selisih tersebut dibagi dengan berat basah dikalikan
100% sehingga dapat diperoleh kadar air. Pengukuran kadar air secara tidak langsung dapat
segera diketahui setelah benih dilakukan pengukuran kadar air melalui moiture tester.
Pengukuran kadar air dapat dilakukan dengan menggunakan 2 ulangan dan toleransi yang telah
ditetapkan ISTA adalah antara kedua ulangan perbedaanya dibatasi maksimum 0.2%. Apabila
nilai perbedaan kedua ulangan lebih dari 0.2% maka pengukuran kadar air harus diulang dengan
menggunakan contoh kerja yang baru (BPMBTPH, 2006).
Pada praktikum ini dilakukan dua pengujian kadar air benih dengan oven dan moisture
tester. Hal ini dilakukan untuk menguji apakah moister tester yang digunakan masih bekerja
secara normal atau sudah tidak normal. Hal ini berkaitan dengan hasil yang diperoleh dari alat,
apakah masih sesuai atau sudah menyimpang. Setelah dilakukan percobaan didapat hasil seperti
pada table 1. Pada table dapat dilihat bahwa pengujian kadar air pada benih kedelai
menggunakan kedua metode, didapatkan hasil yang selisihnya besar. Sedangkan pada pengujian
kadar air benih jagung menggunakan kedua metode, hampir menunjukkan angka yang sama. Hal
ini menunjukkan bahwa moisture tester perlu dikalibrasi untuk perhitungan kadar benih jagung.
Kalibrasi sangat penting dilakukan untuk menera kesalahan yang terdapat pada alat
moisture tester, dan menera angka kesalahan tersebut (Fulton et al., 2009).
Kalibrasi memiliki beberapa fungsi, antara lain adalah (Godfrey, 2000) :
a. Perangkat baru
b. Suatu perangkat setiap waktu tertentu
c. Suatu perangkat setiap waktu penggunaan tertentu (jam operasi)
d. Digunakan ketika suatu perangkat mengalami tumbukan atau getaran yang
berpotensi mengubah kalibrasi.
e. Digunakan ketika hasil pegamatan dipertanyakan

Hasil kalibrasi harus disertai pernyataan “traceable uncertainity” untuk menentukan tingkat
kepercayaan yang dievaluasi dengan seksama dengan analisis ketidakpastian. Suatu alat
membutuhkan dilakukan kalibrasi karena beberapa alasan. Pengtingnya dilakukan kalibrasi
adalah: (Wahyudi et al., 2009).
a. Menjamin mutu dalam pengertian setiap produk memerlukan bukti bahwa hasil
ukur telah mampu telusur (traceable) pada standart nasional maupun internasional.
b. Tidak terdapat cacat atau penyimpangan hasil ukur.
c. Menjamin kepentingna keselamatan manusia
d. Menjamin kondisi alat ukur tetap terjaga sesuai spesisifikasinya
Untuk memperkuat analisis kalibrasi, dilakukan analisis data dengan uji T. Hasil yang
didapatkan untuk benih jagung adalah ada beda nyata antara pengukuran kadar air dengan
oven dan moisture tester, hal ini ditunjukkan dengan p-value yang didapat yaitu sebesar
0.02269 (karena p-value < 0,05 , maka ada beda nyata). Karena ada beda nyata antara kedua
metode maka perlu dicari kalibrasi alat moisture testernya. Sedangkan hasil yang didapat
untuk benih kedelai adalah ada beda nyata antara pengukuran kadar air dengan oven dan
moisture tester, hal ini ditunjukkan dengan p-value yang didapat yaitu sebesar 0.012257
(karena p-value < 0,05 , maka ada beda nyata). Karena ada beda nyata antara kedua metode
maka perlu dicari kalibrasi alat moisture testernya juga. Nilai kalibrasi dapat diperoleh
dengan dicari persamaan regresinya. Setela dilakukan analisis regresi didapat R2 sebesar 1.
Untuk nilai kalibrasinya dapat dilihat pada grafik berikut :

jagung
15.9
f(x) = − x + 33.1
Y

R² = 1
15.7
17.18 17.2 17.22 17.24 17.26 17.28 17.3 17.32
Sample Percentile

Gambar 1. Grafik Regresi Jagung (Zea mays)

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa electrical moisture tester yang digunakan untuk
pengujian kadar air benih jagung menunjukkan hasil yang berbeda dengan hasil kadar air
yang didapat dari metode oven. Maka perlu adanya kalibrasi alat moister tester agar hasil
yang didapat diharapkan dapat mendekati hasil dari pengukuran dengan metode oven. Dari
grafik regresi diatas didapatkan nilai kalibrasi untuk alat moister tester khususnya untuk
jagung yaitu y = -x + 33.1. Nilai x diisi nilai kadar air di moisture tester sehingga didapatkan
nilai y (nilai alat setelah dikalibrasi). Dapat disimpulkan bahawa setiap penambahan nilai x
sebesar 1, akan menurunkan nlaii y sebesar 1. Sementara itu, R2 bernilai 1 sehingga
pengujian secara langsung dan tidak langsung member perbedaan nyata sebesar 100%.
Kedelai
15.55
15.5
f(x) = − 0.77 x + 25.04
15.45 R² = 1
Y

15.4
15.35
12.38 12.4 12.42 12.44 12.46 12.48 12.5 12.52 12.54
Sample Percentile

Gambar 1. Grafik Regresi Kedelai (Glycine max)

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa electrical moisture tester yang digunakan untuk
pengujian kadar air benih jagung menunjukkan hasil yang berbeda dengan hasil kadar air
yang didapat dari metode oven. Maka perlu adanya kalibrasi alat moister tester agar hasil
yang didapat diharapkan dapat mendekati hasil dari pengukuran dengan metode oven. Dari
grafik regresi diatas didapatkan nilai kalibrasi untuk alat moister tester khususnya untuk
jagung yaitu y = -0.7692x + 25.038. Nilai x diisi nilai kadar air di moisture tester sehingga
didapatkan nilai y (nilai alat setelah dikalibrasi). Dapat disimpulkan bahawa setiap
penambahan nilai x sebesar 0.7692, akan menurunkan nlaii y sebesar 1. Sementara itu, R2
bernilai 1 sehingga pengujian secara langsung dan tidak langsung member perbedaan nyata
sebesar 100%.
Hasil yang didapat sama dengan analisis dengan R. Untuk memudahkan kalibrasi
maka ada table penolong kalibrasi sebagai berikut :
Jagun
Tabel Koreksi g Kedelai
11 22.1 16.5768
12 21.1 15.8076
13 20.1 15.0384
14 19.1 14.2692
15 18.1 13.5
16 17.1 12.7308
17 16.1 11.9616
18 15.1 11.1924
19 14.1 10.4232
20 13.1 9.654

Pada praktikum ini digunakan dua cara untuk mengkalibrasi alat penguji kadar air
suatu benih, yaitu dengan menggunakan oven dan moisture tester tipe Dickey John. Oven
adalah suatu peralatan yang berfungsi untuk memanaskan ataupun mengeringkan. Biasanya
digunakan untuk mengeringkan peralatan gelas laboratorium, zat-zat kimia maupun pelarut
organik. Dapat pula digunakan untuk mengukur kadar air. Suhu oven lebih rendah
dibandingkan dengan suhu tanur yaitu berkisar antara 105ºC. Tidak semua alat gelas dapat
dikeringkan didalam oven, hanya alat gelas dengan spesifikasi tertentu saja yang dapat
dikeringkan, yaitu alat gelas dengan ketelitian rendah. Sedangkan untuk alat gelas dengan
ketelitian tinggi tidak dapat dikeringkan dengan oven.

Pada oven prinsip kerjanya adalah benih yang akan diketahui kadar airnya
dimasukkan ke dalam cawan porselen dan ditimbang terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke
dalam oven, kemudian atur waktu dan suhu pada oven sesuai dengan yang diinginkan.
Setelah selesai pengovenan benih berserta cawannya ditimbang kembali untuk menentukan
kadar air benihnya. Kelebihan dari alat ini adalah mudah dalam pengamatan, karena terdapat
kaca transparan. Adapun kekurangannya adalah ukurannya relatif besar, sulit untuk dipindah-
pindahkan dan untuk mengetahui kadar air harus menunggu terlebih dahulu, tidak secepat
moisture taster tipe Kett maupun tipe Jucson.

Moisture Tester Tipe Dickey John digunakan untuk mengukur kadar air secara cepat.
Bentuk alat ini berbentuk seperti teko, mempunyai tabung penampungan yang dapat
berfungsi sebagai tutup, dan memiliki pegangan berbentuk pegangan pada teko. Selain itu
juga memiliki tombol dan layar. Kelebihan moisture tester jenis ini adalah dapat mengetahui
kadar air secara cepat karena angka langsung tertera pada layar, mudah dibawa-bawa, mudah
dalam pengoperasian, praktis, dan cepat. Akan tetapi alat ini juga memiliki kekurangan yaitu
hanya dapat digunakan pada kelima jenis benih (padi, jagung, gandum, kedelai, dan satu jenis
lagi) sehingga terbatas untuk mengukur benih-benih tersebut, tidak dapat digunakan untuk
mengukur jenis benih yang lain. Selain itu hasil yang didapat terkadang berbeda dengan hasil
yang didapat bila menggunakan alat yang lain karena alat ini sering error. (Haryana,2013).
V. KESIMPULAN

1, Hasil pengukuran yang dilakukan pada moisture tester tipe Dickey John berbeda nyata
dengan pengujian kdar air menggunakan oven untuk benih kedelai maupun jagung.
2. Moister tester yang digunakan masih terdapat kesalahan, sehingga dibuat garis tabel
koreksi/penolong.
3. Nilai dari regresi jagung adalah R2 = 1 dan nilai kalibrasinya adalah y = -x + 33.1.
Sedangkan nilai regresi kedelai adalah R 2=1 dan nilai kalibrasinya adalah y = -0.7692x +
25.03
DAFTAR PUSTAKA

Baadilla, O. H. 1975. Cara-cara Penentuan Kadar Air Gabah dan Relevansinya. Seminar
Kadar Air dan Daya Tahan Gabah, Bogor ; Fak. Mekanisasi dan Teknologi Hasil
Pertanian, Dep. Teknologi Hasil Pertanian., IPB.Hal: 56-74.

[BPMBTPH] Balai Pengembangan Mutu Benih Tanaman Pangan dan Holtikultura. 2006.
Pedoman Laboratorium Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikutura.
Jakarta (ID): Direktorat Jendral Tanaman Pangan. Direktorat Perbenihan.

Bonner FT. I995.Measurement and Management of Tree Seed Moisture. Denmark (OK):
Danida Forest Seed Centre.

Edition 2006. The International Seed Testing Association. Switzerland (CH): ISTA.

Fulton, J. P., C. J. Sobolik, S. A. Shearer, S. F. Higgins, dan T. F. Burks. 2009. Grain yield
monitor flow sensor accuracy for simulated varying field slopes. American Society of
Agricultural and Biological Engineers 25 (1) : 15-21.

Godfrey, A.2000. Juran's Quality Handbook. Oxford University Press. New York.

Justice OL, Bass LN. 2002. Prinsip dan Praktek Penyimpallan Benih. Roesli R, penerjemah.
Jakarta (lD): PT Raja Grafindo Persada.
Pyzdek, T. 2003. Quality Engineering Handbook. John Wiley & Sons, New York.

Sutopo,

Wahyudi, Adhi Susanto, Sasongko P. Hadi, Wahyu Widada.2009.penentuan factor kalibrasi


accelerometer MMA7260Q pada ketiga sumbu.Jurnal Transmisi 11 (1) : 16-22.

Anda mungkin juga menyukai