Anda di halaman 1dari 11

UJIAN TENGAH SEMESTER(UTS)

SEMESTER GENAP 2019/2020


Matakuliah           : Metode Penelitian Hubungan Internasional Nama : Adhitya Fachri Budiman
Hari/Tanggal        : Senin, 6 April 2020 Jurusan : Ilmu Hubungan Internasional
Waktu                   : 1 hari NRP/Klp: 2016230043 / A
Jam Kuliah           : 08.00 - 10.30 WIB Dosen : Purnama Wulandari, M.Si

PERHATIAN:
1.   Tulislah nama, jurusan, nrp, dan kelompok saudara pada kolom yang telah tersedia.
2.    Bacalah dengan teliti soal-soal dibawah ini, kemudian jawablah dengan tepat.
3.    Janganlah sekali-kali saudara melakukan kecurangan. Kecurangan satu kali dalam satu masa ujian,
saudara mendapat nilai nol.  Kecurangan lebih dari satu kali dalam satu masa ujian, saudara diskors.
SEMOGA SAUDARA MEMPEROLEH NILAI YANG TINGGI, AMIN

NO. URUT DAFTAR HADIR :4

Buatlah sebuah Penelitian yang diangkat dari Isu Internasional berikut ini, (pilih salah
satu topik penelitian), kemudian tentukan :
1. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian
2. Tingkat Analisa (Unit Analisa dan Unit Eksplanasi)
3. Teori/Konsep yang akan dipakai
4. Kerangka Pemikiran
5. Metode : Jenis dan Sifat Penelitian

Note : Topik 1 untuk mahasiswa dengan No. NRP Ganjil


Topik 2 untuk mahasiswa dengan No. NRP Genap

GOOD LUCK 

Nilai Tugas+presentasi (40%) :


Nilai Keaktifan (10%) :
Nilai Ujian Tulis (50 %) :
Nilai UTS :
TOPIK 1
Virus corona: Pertarungan antara AS dan China di tengah pandemi Covid-
19
Jonathan MarcusKoresponden BBC bidang pertahanan dan diplomasi

Saat ini bukanlah periode yang baik bagi dunia dan bagi hubungan antara Amerika
Serikat dan China.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump beberapa kali memilih menyebut virus corona
sebagai "virus China". Sementara Menteri Luar Negeri Mike Pompeo menyebutnya "virus
Wuhan", yang membuat Beijing tersinggung.

Presiden dan menteri luar negeri AS mengecam China karena kegagalannya dalam
penanganan awal wabah tersebut. Tetapi juru bicara China sama sekali menolak gagasan
bahwa mereka kurang transparan tentang apa yang sedang terjadi.

Sementara itu, media sosial di China telah menyebarkan berita bahwa pandemi tersebut
disebabkan oleh program militer AS; rumor yang mendapat daya tarik yang cukup besar.

Akan tetapi, ini bukan hanya perang narasi, sesuatu yang lebih mendasar sedang terjadi.

Awal bulan ini, ketika AS mengumumkan akan menutup perbatasannya untuk pelancong dari
banyak negara Uni Eropa, termasuk Italia, pemerintah China mengumumkan bahwa mereka
mengirim tim medis dan pasokan ke Italia, negara yang menjadi pusat pandemi virus corona.
China juga telah mengirim bantuan ke Iran dan Serbia.

Ini adalah simbol yang besar dan mengindikasikan pertempuran informasi yang sedang
terjadi di balik layar, dengan Cina yang ingin keluar dari krisis ini dengan status baru sebagai
pemain global.

Memang, ini adalah pertempuran dimana AS - saat ini - kalah telak. Dan pengiriman fasilitas
medis Angkatan Udara AS yang terlambat bergerak ke Italia hampir tidak akan mengubah
keadaan.

Ini adalah momen ketika pemerintahan dan sistem politik di seluruh dunia diuji dengan cara
yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Kepemimpinan akan menjadi kunci. Para pemimpin politik akan dinilai tentang cara mereka
memanfaatkan momen itu; kejelasan rencana mereka; dan efisiensi yang mereka gunakan
untuk mengumpulkan sumber daya negara mereka untuk merespons pandemi.

Pandemi virus corona terjadi pada saat hubungan AS-China sedang surut.

Kesepakatan perdagangan parsial hampir tidak terpampang karena ketegangan antara kedua
negara. Baik China dan AS tengah mempersenjatai diri kembali, secara terbuka
mempersiapkan konflik di Asia Pasifik di masa mendatang.

China muncul, setidaknya dalam konteks regional, sebagai kekuatan super militer dan kini
China menghendaki status lebih luas lagi di kancah internasional.
Pandemi itu kemudian mengancam hubungan AS-China ke tingkat yang lebih sulit. Ini bisa
memiliki pengaruh penting bagi keberlangsungan krisis dan dunia.

Ketika virus ini dikalahkan, kebangkitan ekonomi China akan memainkan peran penting
dalam membantu membangun kembali ekonomi global yang hancur.

Tetapi untuk saat ini, bantuan Cina sangat penting dalam memerangi virus corona.

Data dan pengalaman medis perlu terus dibagikan. China juga merupakan produsen besar
peralatan medis dan barang sekali pakai seperti masker dan pakaian pelindung, yang penting
untuk menangani pasien yang terinfeksi dan barang yang diperlukan sangat banyak
jumlahnya.

China dalam banyak hal merupakan bengkel manufaktur medis dunia, yang mampu
memperluas produksi dengan cara yang hanya dilakukan beberapa negara.

China mengambil peluang ini, namun menurut kritikus Presiden Trump, dialah yang telah
menjatuhkan bola.

Pemerintahan Trump awalnya gagal merespons krisis yang serius, menganggapnya sebagai
kesempatan lain untuk menegaskan "America First" dan keunggulan dari sistemnya. Namun,
yang dipertaruhkan sekarang adalah kepemimpinan global.
Seperti yang ditekankan oleh dua pakar Asia, Kurt M Campbell - yang menjabat sebagai
asisten menteri luar negeri untuk urusan Asia Timur dan Pasifik selama pemerintahan
Barrack Obama - dan Rush Doshi, dalam sebuah artikel baru-baru ini yang diterbitkan
oleh Foreign Affairs:  "Status Amerika Serikat sebagai pemimpin global selama tujuh dekade
terakhir telah dibangun tidak hanya pada kekayaan dan kekuasaan tetapi juga, dan sama
pentingnya, pada legitimasi yang mengalir dari pemerintahan domestik Amerika Serikat,
penyediaan barang publik global, dan kemampuan dan kemauan untuk mengumpulkan dan
mengoordinasikan respons global terhadap krisis.

Pandemi virus corona, kata mereka, "sedang menguji ketiga elemen itu dalam kepemimpinan
Amerika. Sejauh ini, Washington telah gagal dalam ujian. Ketika Washington gagal, Beijing
bergerak cepat dan mahir memanfaatkan situasi, mengisi kekosongan untuk tampil sebagai
pemimpin global dalam respons pandemi."

Mudah untuk bersikap sinis. Banyak yang mungkin bertanya-tanya bagaimana China dapat
mencari keuntungan pada saat ini - Campbell dan Doshi menyebutnya "Chutzpah" -
mengingat bahwa di China pandemi ini tampaknya berasal.

Tanggapan awal Beijing terhadap krisis yang berkembang di Wuhan bersifat tertutup.
Namun, sejak itu, ia telah mengelola sumber dayanya yang luas secara efektif dan
mengesankan.

Seperti yang ditulis Suzanne Nossel, CEO PEN America, sebuah organisasi kebebasan pers
di Amerika, di situs Foreign Policy: "Takut bahwa penolakan awal dan salah kelola wabah
dapat memicu kerusuhan sosial, Beijing sekarang telah memasang propaganda kampanye
domestik dan global yang agresif untuk menggembar-gemborkan pendekatan kejamnya
terhadap epidemi, mengecilkan perannya dalam memicu wabah global, dan membandingkan
upaya-upayanya dengan yang menguntungkan pemerintah-pemerintah Barat dan khususnya
Amerika Serikat. "

Banyak komentator barat melihat China menjadi lebih otoriter dan lebih nasionalis, serta
takut tren ini akan dipercepat oleh dampak pandemi dan perlambatan ekonomi. Tetapi
dampak pada kedudukan global Washington bisa lebih besar.

Sekutu Amerika sedang memperhatikan. Mereka mungkin tidak mengkritik administrasi


Trump secara terbuka, tetapi banyak yang memiliki perbedaan yang jelas mengenai sikap
terhadap China; keamanan teknologi China (kontroversi Huawei); dan tentang Iran dan
masalah regional lainnya.

China menggunakan jaringannya dalam penanganan pandemi untuk mencoba menetapkan


parameter hubungan dengan negara-negara lain di masa depan - mungkin di mana China
cepat menjadi "kekuatan penting".

Keterkaitan dalam kampanye kontra-virus corona dengan tetangga dekat - Jepang dan Korea
Selatan - dan penyediaan peralatan kesehatan yang penting bagi UE, dapat dilihat dari sudut
pandang ini.

Campbell and Doshi, dalam tulisan mereka di Foreign Affaris, membuat perbandingan
eksplisit dengan penurunan peran Inggris di dunia internasional.

Mereka mengatakan bahwa operasi Inggris yang gagal pada tahun 1956 untuk merebut
Terusan Suez "menelanjangi pembusukan kekuasaan Inggris dan menandai berakhirnya
pemerintahan Inggris sebagai kekuatan global".

"Hari ini," kata mereka, "pembuat kebijakan AS harus mengakui bahwa jika Amerika Serikat
tidak bangkit untuk menghadapi momen tersebut, pandemi virus corona dapat menandai
'momen Suez' yang lain.
https://www.bbc.com/indonesia/dunia-52044493
TOPIK 2
IMF Nyatakan Pandemi Corona Berubah Jadi Krisis Ekonomi Global!
Fadhly Fauzi Rachman - detikFinance

Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) menyatakan ekonomi
dan keuangan global saat ini mengalami krisis karena pandemi virus corona (COVID-19).
Virus corona telah mewabah hampir ke seluruh negara.

Pernyataan itu diungkapkan oleh Ketua Komite Moneter dan Keuangan Internasional Lesetja
Kganyago dan Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional Kristalina Georgieva setelah
panggilan konferensi hari ini dari Komite Moneter dan Keuangan Internasional.

"Kita berada dalam situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya di mana pandemi
kesehatan global telah berubah menjadi krisis ekonomi dan keuangan. Dengan penghentian
mendadak dalam kegiatan ekonomi, output global akan berkontraksi pada tahun 2020,"
jelas IMF dalam pernyataannya, seperti ditulis Sabtu (28/3/2020).

"Negara-negara anggota telah mengambil tindakan luar biasa untuk menyelamatkan nyawa
dan melindungi kegiatan ekonomi. Tetapi dibutuhkan lebih banyak. Prioritas harus diberikan
pada dukungan fiskal yang ditargetkan untuk rumah tangga dan bisnis yang rentan untuk
mempercepat dan memperkuat pemulihan pada tahun 2021," sambungnya.

IMF menyatakan, dampak kesehatan terbesar adalah di negara maju, pasar negara
berkembang dan negara berkembang, terutama negara berpenghasilan rendah. Negara-negara
itu akan dihantam krisis kesehatan, pembalikan aliran modal secara tiba-tiba, dan penurunan
tajam harga komoditas.

Banyak dari negara-negara ini membutuhkan bantuan untuk memperkuat respons krisis
mereka dan memulihkan pekerjaan dan pertumbuhan, mengingat kekurangan likuiditas valuta
asing di ekonomi pasar berkembang dan beban utang yang tinggi di banyak negara
berpenghasilan rendah.

Karenanya, IMF menyatakan siap menggelontorkan dana hingga US$ 1 triliun atau Rp
16.000 triliun (kurs Rp 16.000) kepada negara-negara anggotanya. IMF juga mengajak
lembaga-lembaga keuangan internasional lainnya untuk ikut membantu.

"IMF siap menggunakan kapasitas keuangan US$ 1 triliun untuk mendukung negara-negara
anggotanya," jelas IMF.

Selain itu, IMF menyatakan akan memberi bantuan pembiayaan utang dan instrumen
keuangan lainnya dengan cepat kepada anggota-anggotanya yang membutuhkan. IMF juga
akan mengeksplorasi opsi tambahan untuk membantu anggota yang mengalami kekurangan
valuta asing.
"Masalah-masalah ini akan dibahas oleh Dewan Eksekutif IMF dalam beberapa minggu
mendatang dengan maksud untuk membawa paket langkah-langkah yang kuat untuk
pertimbangan IMFC di Pertemuan Musim Semi. Tujuan bersama kami adalah membuat
respons krisis IMF semakin efektif dalam membantu para anggotanya mencapai pemulihan
yang lebih cepat dan lebih kuat," ungkap IMF.
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4956158/imf-nyatakan-pandemi-corona-
berubah-jadi-krisis-ekonomi-global
UTS METODE PENELITIAN HUBUNGAN INTERNASIONAL

Virus corona: Pertarungan antara AS dan China di tengah pandemic Covid-19

1. Rumusan Masalah Dan Pertanyaan Penelitian


Berdasarkan topik yang telah di jelaskan bahwa terjadi pertarungan antara
Amerika Serikat dan China dalam menangani wabah COVID-19. Dimana China
dituduh sebagai pusat dan penyerbar virus COVID-19 Oleh Amerika Serikat, maka
timbul pertanyaan peniliti yang ingin di teliti yaitu :
“Bagaimana Upaya China Mempertahankan Hegemoni Dalam
Menghadapi Kecaman Pemerintah Amerika Serikat Dalam Menangani Wabah
Virus COVID-19 Pada Tahun 2019-2020 ?”

2. Tingkat Analisan ( Unit Analisis dan Unit Eksplanasi)


Unit Analisis : China
Unit Eksplanasi : Amerika Serikat

3. Teori/Konsep yang akan dipakai

Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan teori neorealisme


karena pada studi kasus Virus corona: Pertarungan antara AS dan China di
tengah pandemic Covid-19, ada dua aktor yakni China dan Amerika Serikat yang
saling bersaing dan memiliki kepentingan nasional nya masing masing, namun masih
ada pada satu sistem internasional yang sama.

Selain itu Penulis juga menggunakan konsep hegemoni, dimana kedua aktor
yakni China dan Amerika Serikat saling bersaing untuk mendominasi negara negara
lain, dalam studi kasus Virus corona: Pertarungan antara AS dan China di tengah
pandemic Covid-19. China nampak lebih dominan ketika melakukan bantuan serta
memproduksi alat medis guna mengangani Wabah COVID-19

Teori Neorealisme
Neo realisme merupakan sebuah pembaruan teori dari induknya yaitu Realisme,
sesuai dengan kata ‘neo’ yang berarti ‘baru’, Neo Realisme menawarkan cara pandang yang
sedikit berbeda jika dibandingkan dengan Realisme. Jika menurut realisme bahwa pemimpin
sebuah negara dan kebijakannya merupakan pusat perhatian dari sebuah penelitian, menurut
Neo Realisme yang menjadi pusat perhatian dari penelitian ialah struktur dari sistem yang
ada, terutama distribusi kekuasaannya.(Sorensen,2010:73-76)
Penekanan pada struktur ini didasarkan pada sebuah cara berpikir dimana seorang
aktor akan bertindak sesuai dengan sistem yang ada, jadi kehendak bebas dari para aktor
internasional akan dibatasi pergerakannya, oleh sebab itu struktur internasional menentukan
tindakan para aktor. Neo Realisme juga percaya bahwa keadaan di dunia internasional ialah
anarki, dimana asumsi ini didasarkan pada pemahaman bahwa negara-negara di dunia
memiliki tugas pokok dan fungsi yang sama, sehingga menjadikan mereka tidak berbeda
dengan yang lainnya.yang membedakan satu diantara mereka ialah kemampuannya untuk
menunjukan kelebihannya dalam menjalankan tugas-tugas tersebut. (Sorensen,2010:73-76)

Konsep Hegemoni
Di mana, konsep ini dapat menentukan kapabilitas dari sebuah kelas yang paling
berkuasa atau berpengaruh dalam menjalankan dan mengatur kekuasaan yang bersifat non-
koersif dengan menyebarkan nilai-nilai borjuis ke seluruh masyarakat.Implementasi
hegemoni ini bertujuan untuk memperlihatkan seberapa besar peran dan posisi oleh sebuah
negara terhadap negara-negara lainnya(Patria & Arief, 2015:115-118)
Konsep hegemoni juga bisa diartikan sebagai sebuah kekuatan yang paling besar atau
dominan yang dapat mempengaruhi dan mengendalikan beberapa aspek kekuatan global.
Sehingga, konsep hegemoni ini dapat ditemukan pada Amerika Serikat, di mana Amerika
Serikat telah mempunyai kekuasaan secara global di dunia ini. Hal ini dapat dilihat dari
berbagai aspek, yaitu: Pertama,militer, di mana kekuatan militer Amerika Serikat sangat kuat,
sehingga akan membuat sebuah negara dapat mengamankan dan mempertahankan wilayah
dan masyarakatnya dari invasi asing serta membuat Amerika Serikat semakin mudah untuk
melakukan ekspansi agar bisa mencapai international interest mereka (Heywood, 2013,:755-
757).

Kedua, ekonomi, di mana hingga saat ini mata uang Dollar Amerika Serikat masih
digunakan sebagai alat pertukaran internasional. Kemudian, peringkat ekonomi Amerika
Serikat masih menduduki nomor satu di dunia. Sehingga, dapat dikatakan bahwa Amerika
Serikat memiliki kekuatan soft power, di mana Amerika Serikat telah berhasil untuk
memadukan kekuatan militer dan ekonomi. Perpaduan tersebut dapat disebut sebagai
‘kekuatan ko-optif’, yaitu mempengaruhi dan mengontrol orang lain dengan cara persuasif
tanpa menggunakan koersif(Heywood, 2013,:755-757).

4. Kerangka Pemikiran

China Merespon
dengan memberikan
Amerika Serikat
bantuan medis
Kasus pertama Mengecam
kepada Italia dan
COVID-19 di Kegagalan China
Iran. China Juga
Wuhan, China Dalam Penanganan
Memproduksi Alat
Wabah COVID-19
Medis Dengan Skala
Besar

5. Metode : Jenis Penelitian dan Sifat Penelitian

Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan
pendekatan deskriptif. merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data-data
deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari informan penelitian dan perilaku
obyek penelitian yang diamati. Dalam penelitian ini tidak ada perlakuan yang
ditambahkan atau dikurangi dalam perolehan data di lapangan, penelitian ini
menggambarkan suatu gejala, kondisi dan sifat situasi secara apa adanya tanpa adanya
manipulasi pada waktu penyelidikan lapangan dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah
melukiskan variabel atau kondisi obyek yang diamati secara apa adanya tanpa adanya
manipulasi.Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti menggunakan jenis dan pendekatan
penelitian deskriptif kualitatif dengan tujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau
lukisan secara sistematis, faktual, akurat mengenai faktor-faktor, sifat-sifat serta
hubungan antara fenomena yang diselidiki.(Nazir,2003:54)
Sifat Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, salah satu karakteristiknya adalah penelitian


tersebut memiliki banyak sifat. Sifat dalam penelitian ini bersifat deskriptif analitik.
Deskriptif adalah sifat penelitian dengan maksud membuat deskripsi mengenaisituasi-
situasi yang terjadi, Laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data dari beberapa
data-data kepustakaan seperti kata-kata dan gambar. Selain itu, semua data yang
dikumpulkan menjadi kunci terhadap penelitian penulis. Hasil analisis data berupa
pemaparan mengenai situasi yang diteliti yang disajikan dalam bentuk uraian naratif.
Sifat penelitian desktriptif digunakan melalui data yang dikumpulkan berupa kalimat
atupun berita dan jurnal yang menjadi bahan acuan dalam penulisan ini. Dengan
demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi
gambaran penyajian laporan penelitian tersebut. Penulis sekaligus peneliti,
menganalisis data tersebut dengan sebaik mungkin untuk menjawab permasalahan
penelitian. Sifat penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik.
Pemilihan sifat ini didasarkan atas pertimbangan bahwa dalam penelitian ini pertama-
tama akan menjelaskan Upaya China Mempertahankan Hegemoni Dalam
Menghadapi Kecaman Pemerintah Amerika Serikat Dalam Menangani Wabah Virus
COVID-19 Pada Tahun 2019-2020

Sumber :

“Virus corona: Pertarungan antara AS dan China di tengah pandemic Covid-19” 26 Maret
2020, https://www.bbc.com/indonesia/dunia-52044493, diakses 5 April 2020

Jackson, Robert dan George Sorensen. 2005. Pengantar Studi Hubungan Internasional.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Patria, N., & Arief, A. 2015. Antonio Gramsci Negara & Hegemoni.Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

Heywood, A. 2013. Politik (Edisi Keempat).Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Nazir, M. 2003. Metode penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai