Anda di halaman 1dari 30

Disetujui oleh

Dosen Koordinator

UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS)


SEMESTER GENAP 2019/2020
Matakuliah : Seminar I. Hub. Internasional Nama : Adhitya Fachri Budiman
Hari/ Tanggal : Senin/ 6 April 2020 Jurusan : Ilmu Hubungan Internasional
Waktu : 120 menit NRP/Klp : 2016230043/ D
Jam Kuliah : 15.30-18.00 Dosen : Enny S
 P E R H A T I A N :
1.   Tulislah nama, jurusan, nrp, dan kelompok saudara pada kolom yang telah tersedia.
2.    Bacalah dengan teliti soal-soal dibawah ini, kemudian jawablah dengan tepat.
3.    Janganlah sekali-kali saudara melakukan kecurangan. Kecurangan satu kali dalam satu masa ujian,
saudara mendapat nilai nol.  Kecurangan lebih dari satu kali dalam satu masa ujian, saudara diskors.

SOAL:

Mengumpulkan tugas

%%%%%%%$$$$$$$%%%%%%%%
IMPLEMENTASI HUBUNGAN KERJA SAMA PEMERINTAH

REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK SERBIA DI

BIDANG PERTAHANAN TAHUN 2011-2016

SEMINAR

ADHITYA FACHRI BUDIMAN

2016230043

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

INSTITUT ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JAKARTA

JAKARTA

MARET 2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan dunia yang ditandai dengan pesatnya kemajuan ilmu


pengetahuan dan teknologi telah meningkatkan intensitas hubungan dan interdependensi
antarnegara. Sejalan dengan peningkatan hubungan tersebut, semakin meningkat pula kerja
sama internasional dalam berbagai bentuk perjanjian internasional termasuk dalam bidang
pertahanan. Keterlibatan Indonesia dalam kerja sama internasional di bidang pertahanan
merupakan perwujudan tujuan Pemerintah Negara Indonesia sebagaimana tercantum dalam
Alinea IV Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD
NKRI Tahun 1945), yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan
keadilan sosial.

Salah satu kerja sama internasional yang dilakukan oleh Pemerintah Republik Indonesia

adalah dengan Pemerintah Republik Serbia. Kerja sama antara Pemerintah Republik Indonesia

dengan Pemerintah Republik Serbia telah terjalin dengan baik dalam bidang perdagangan.

Komoditas ekspor utama Republik Indonesia ke Republik Serbia meliputi telepon, ikan, pakaian,

alas kaki, dan karet. Komoditas impor utama Indonesia dari Republik Serbia adalah amunisi dan

senjata, makanan, peralatan medis, dan pompa. Dalam konteks pertahanan, kerja sama antara

Pemerintah Republik Indonesia dengan Pemerintah Republik Serbia masih terbatas di bidang

logistik dalam bentuk pembelian amunisi dan senjata yang merupakan alat utama sistem

pertahanan (alutsista) secara rutin (tahunan) yang dilakukan oleh Kementerian Pertahanan
Republik Indonesia dan Markas Besar Tentara Nasional Indonesia.. ( Overview of Indonesia-

Serbia: KBRI Belgrade, https://www.kemlu.go.id/ )

Berdasarkan hubungan baik tersebut, Pemerintah Republik Indonesia melaksanakan


kerja sama di bidang pertahanan dengan Pemerintah Republik Serbia. Pemerintah Republik
Indonesia dan Pemerintah Republik Serbia telah menandatangani Nota Kesepahaman tentang
kerja sama di bidang pertahanan pada tanggal 13 September 2011 di Jakarta. Peningkatan
kerja sama ini didasarkan pada pertimbangan teknologi dan mutu hasil industri pertahanan
Republik Serbia yang sesuai dengan standar North Atlantic Treaty Organization (NATO).
Keunggulan mutu hasil Republik Serbia diperkuat dengan bukti pembelian komponen tertentu
dari beberapa produsen amunisi negara lain seperti Belgia, Spanyol dan Malaysia yang
membeli komponen tertentu dari industri pertahanan Republik Serbia. Keunggulan pabrik
senjata dan amunisi Republik Serbia dapat dimanfaatkan sebagai alternatif penjajakan kerja
sama industri pertahanan. Kerja sama ini dikembangkan dan diperkuat berdasar prinsip
kepentingan bersama dan kesetaraan hak, yang akan memberikan kontribusi bagi kepentingan
bersama kedua negara, serta perdamaian dan keamanan dunia. Selain itu, kerja sama di bidang
pertahanan bertujuan untuk meningkatkan kerja sama di bidang industri pertahanan,
pertukaran pendidikan dan pelatihan, baik dalam level perwira siswa Akademi, Sekolah Staf
dan Komando Angkatan, Sekolah Staf dan Komando Gabungan, Pendidikan S2 dan S3, serta
tenaga medis kesehatan militer. Kerja sama pertahanan ini juga berisi komitmen kedua negara
untuk meningkatkan kerja sama pertahanan dalam hal kebijakan strategis pertahanan,
dukungan logistik, kerja sama industri pertahanan, pendidikan dan pelatihan serta kerja sama
lainnya.

Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 9 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang

Perjanjian Internasional, maka terhadap suatu perjanjian internasional perlu dilakukan

pengesahan sepanjang dinyatakan dalam perjanjian tersebut dan pengesahan dapat dilakukan

menggunakan instrument hukum Undang-Undang atau Peraturan Presiden. Selanjutnya dalam

Pasal 10 dinyatakan bahwa perjanjian internasional yang disahkan menggunakan Undang-

Undang, salah satunya adalah apabila berkenaan dengan masalah politik, perdamaian,
pertahanan, dan keamanan negara. Selain itu dalam Nota Kesepahaman antara Pemerintah

Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Serbia tentang Kerja Sama di Bidang Pertahanan

(Memorandum of Understanding between The Goverment of The Republic of Indonesia and

The Goverment of The Republic of Serbia on Cooperation in The Field of Defence) pada Pasal

XVI dinyatakan bahwa nota kesepahaman ini berlaku pada tanggal diterimanya pemberitahuan

oleh kedua pihak yang menginformasikan satu sama lain dari pemenuhan prosedur internal

mereka diperlukan untuk nota kesepahaman mulai berlaku, sesuai dengan Undang-Undang

nasional mereka masing-masing. ( Kerja sama Republik Indonesia – Republik Serbia,

https://dpr.go.id ).

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas dan dalam rangka memberikan

justifikasi ilmiah mengenai perlu tidaknya Indonesia melakukan pengesahan terhadap perjanjian

dimaksud maka perlu disusun Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang tentang

Pengesahan Nota Kesepahaman antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik

Serbia tentang Kerja Sama di Bidang Pertahanan (Memorandum of Understanding between The

Goverment of The Republic of Indonesia and The Goverment of The Republic of Serbia on

Cooperation in The Field of Defence). yang selanjutnya disebut dengan NA RUU Pengesahan

Persetujuan antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Serbia tentang

Kerja Sama di Bidang Pertahanan. ( Hubungan Bilateral Indonesia-Serbia,

https://www.kemlu.go.id/belgrade. )
1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di jelaskan bahwa Pemerintah Republik

Indonesia dan Pemerintah Republik Serbia memiliki kedekatan yang cukup erat secara historis

sehingga kedua negara menyepakati banyak kerja sama khususnya dalam bidang pertahanan

guna mencapai tujuan dan kepentingan bersama, maka timbul pertanyaan peniliti yang ingin di

teliti yaitu :

“ Bagaimana Implementasi Hubungan Kerja Sama Pemerintah Republik Indonesia

dan Pemerintah Republik Serbia di bidang pertahanan 2011 - 2016 ?”

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk menjelaskan Implementasi hubungan kerja sama Pemerintah Republik

Indonesia dan Pemerintah Republik Serbia di bidang pertahanan 2011 - 2016.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Secara Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam ilmu

Hubungan Internasional yang berkaitan dengan bahasan yang diteliti, yakni Implementasi

hubungan kerja sama Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Serbia di

bidang pertahanan 2011 – 2016.


1.4.2 Secara Praktis

Penulis berharap penelitian ini berguna untuk Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

(IISIP) Jakarta sebagai bahan pertimbangan untuk menjabarkan atau menguji studi kasus

yang ada pada penelitian ini. Penulis juga berharap penelitian ini berguna untuk para

studi HI yang ingin mempelajari dan membahas tentang Implementasi hubungan kerja

sama Republik Indonesia dan Republik Serbia di bidang pertahanan 2011-2016.

1.5 Sistematika Penelitian

Keseluruhan gambaran pada penelitian ini akan diuraikan dalam lima bab, yaitu:

BAB I : PENDAHULUAN

Berisi latar belakang permasalahan, perumusan masalah, tujuan penelitian,

kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan. Latar belakang masalah yang diteliti

adalah Hubungan bilateral Republik Indonesia dengan Republik Serbia dan kerja sama

Republik Indonesia dengan Republik Serbia di bidang pertahanan , dan rumusan masalah

penelitian ini yaitu bagaimana implementasi hubungan kerja sama Pemerintah Republik

Indonesia dan Pemerintah Republik Serbia di bidang pertahanan 2011 – 2016.

BAB II: LATAR BELAKANG TEORI

Bab ini menjelaskan teori yang diambil dari beberapa kutipan buku, berupa

pengertian dan definisi. Bab ini juga menjelaskan konsep-konsep yang berkaitan dengan

maksud penelitian. Teori yang digunakan dalam penelitian ini yakni Liberalisme, dengan

Konsep Kerja Sama Internasional


BAB III: METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan pendekatan yang digunakan yaitu dengan pendekatan

kualitatif dengan metode penelitian studi kasus kemudian Teknik pengumpulan data

melalui studi pustaka dengan teknis analisa data yaitu mengkaji kasus dengan teori yang

digunakan, lalu dilakukan pembuktian berdasarkan data-data untuk kemudian ditarik

kesimpulan. Pada bab ini juga dijelaskan tentang Desain Penelitian, Unit analisa, Teknik

Pengumpulan Data dan Metode Analisa Data serta paradigma yang dipakai penulis.

BAB IV: PEMBAHASAN

Bab ini akan memaparkan penelitian mengenai implementasi hubungan kerja

sama Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Serbia di bidang

pertahanan 2011 – 2016.

BAB V: PENUTUP

Merupakan Bab penutup dari penulisan penelitian yang terdiri dari kesimpulan

yang merupakan rangkuman peneliti mengenai seluruh isi dari penelitian dan saran dari

hasil penelitian yang telah dilakukan.


BAB II

LATAR BELAKANG TEORI

Landasan teori sangat penting dalam sebuah penelitian terutama dalam penulisan skripsi

maupun seminar, peneliti tidak bisa mengembangkan masalah yang mungkin di temui di tempat

penelitian jika tidak memiliki acuan landasan teori yang mendukungnya. Dalam skripsi landasan

teori layaknya fondasi pada sebuah bangunan. Bangunan akan terlihat kokoh bila fondasinya

kuat, begitu pula dengan penulisan skripsi, tanpa landasan teori penelitian dan metode yang

digunakan tidak akan berjalan lancar. Peneliti juga tidak bisa membuat pengukuran atau tidak

memiliki standar alat ukur jika tidak ada landasan teori. Seperti yang diungkapkan oleh Sugiyono

(2012:52), bahwa landasan teori perlu ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang

kokoh, dan bukan sekedar perbuatan coba-coba (trial and error).Sedangkan Menurut Neuman

2003 (dalam Sugiyono:2012) teori adalah seperangkat konstruk (konsep), definisi, dan proposisi

yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematis melalui spesifikasi hubungan antar

variabel, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena.

Selanjutnya fokus teori menurut (Moleong:2002) yaitu teori substantif dan teori formal.

(Gleser dan Strauss dalam Moleong, 2002:37-38) mengemukakan Teori substantif adalah teori

yang dikembangkan untuk keperluan substantif atau empiris dalam suatu ilmu pengetahuan,

misalnya antropologi, sosiologi, dan psikologi. Sedangkan teori formal adalah teori untuk

keperluan formal atau yang disusun secara konseptual dalam bidang ingkuiri suatu ilmu

pengetahuan, misalnya sosiologi, contohnya prilaku agresif, organisasi formal, sosialisasi.Teori

memiliki berbagai fungsi yakni sebagai suatu ikhtisar fakta dan hukum yang dapat diterapkan,

teori berfungsi untuk transformasi. Suatu teori baru dapat mentransformasikan atau dapat
memberikan perubahan hubungan antara hukum dan fakta. Sesuatu yang sudah dikenal

maknanya dapat ditransformasikan menjadi unsur baru dalam teori yang baru. Dengan demikian

akan terjadi pembaharuan isi dan bentuk dalam ilmu yang sedang digeluti (Wahyono, 2005:205).

Teori adalah seperangkat konsep/konstruk, defenisi dan proposisi yang berusaha menjelaskan

hubungan sistimatis suatu fenomena, dengan cara memerinci hubungan sebab-akibat yang

terjadi (Mizther:2005). Dengan teori dan beberapa konsep yang berkorelasi, diharapkan dapat

menjawab pertanyaan penelitian/rumusan masalah. Teori yang digunakan yaitu teori

Liberalisme.

Liberalisme sering kali dianggap alternatif terbaik setelah realisme. Akar-akar dari

liberalisme sebenarnya sudah dapat ditemukan bersamaan dengan munculnya realisme, yaitu

sekitar abad ke-18. Namun, liberalisme baru dianggap sebagai perspektif sejak berlangsungnya

Perang Dunia I (Wardhani, 2016). Munculnya liberalisme banyak dipengaruhi oleh esai seorang

filsuf Jerman, Immanuel Kant, yang berjudul Perpetual Peace di tahun 1795. Esai tersebut

memberikan konsribusi besar bagi terbentuknya perspektif liberalisme (Steans & Pettiford 2009:

23). Realisme memang telah dianggap sebagai teori yang mendominasi dalam Hubungan

Internasional. Namun, liberalisme adalah perspektif yang dapat dikatakan sebagai pesaing utama

dari realisme (Sterling-Folker, 2006: 55).

Berbanding terbalik dengan realisme yang bersikap pesimis terhadap sifat dasar manusia,

kaum liberal lebih terfokus pada sifat positif manusia. Menurut mereka, akal dan pikiran manusia

yang rasional dapat digunakan untuk masalah-masalah internasional (Jackson & Sorensen, 2013:

175). Kaum liberal memang mengakui bahwasannya manusia lebih mementingkan diri sendiri,

dan cenderung kompetitif terhadap suatu hal. Namun, kaum liberalis juga percaya, bahwa

individu-individu memiliki banyak kepentingan, dan dengan demikianlah mereka dapat terlibat
dalam aksi sosial yang bersifat koorperatif dan kolaboratif dalam lingkup domestik maupun

internasional, yang dapat membawa manfaat besar bagi setiap orang baik di dalam negeri

maupun di luar negeri (Jackson & Sorensen, 2013: 175). Asumsi-asumsi dasar kaum liberalis

adalah: (1) pandangan positif mengenai sifat dasar manusia; (2) keyakinan bahwa hubungan

internasional dapat bersifat koorperatif daripada konfliktual; dan (3) percaya adanya kemajuan

(Jackson & Sorensen, 2013: 173).

Terdapat tiga jenis macam liberalisme menurut Tim Dunne (2001), yaitu

internasionalisme (liberal internationalism), idealisme (idealism), dan institusionalisme

(institutionalism) (Dunne, 2001: 170-1). Internasionalisme merupakan pemikiran dari kaum

liberal yang menganggap bahwa alam telah dirusak oleh para pemimpin negara yang tidak

menjunjung nilai demokratis dan kebijakan-kebijakan mereka—seperti balance of power—yang

telah usang sehingga dapat memicu terjadinya perang maupun konflik. Kaum liberal

internasionalis berpendapat bahwa dengan adanya kontak antara masyarakat dunia melalui

perdagangan dan perniagaan akan memfasilitasi bentuk kedamaian yang lebih dalam hubungan

internasional. Tokoh liberal internasionalisme yang terkenal adalah Immanuel Kant dan Jeremy

Bentham (Dunne, 2001: 170). Sedangkan liberal idealis menganggap kebebasan dari suatu

negara merupakan bagian dari masalah dalam hubungan internasional dan bukan merupakan

sebuah solusi. Dibutuhkan dua hal untuk mengikuti anggapan para kaum liberal idealis ini, yang

pertama adalah kebutuhan berfikir normatif, seperti bagaimana cara menciptakan perdamaian

dan dunia yang lebih baik; yang kedua adalah negara harus menjadi bagian dari organisasi

internasional dan terikat oleh aturan dan norma-norma di dalamnya (Dunne, 2001: 171). Di sisi

lan, liberal instusionalisme menegaskan adanya aktor-aktor baru seperti Transnational

Coorperations (TNCs) dan Non-Governmental Orgaizations (NGOs atau lembaga swada


masyarakat), serta pola-pola interaksi baru seperti ketergantungan dan integrasi (Dunne, 2001:

171). Aktor-aktor dan pola-pola baru tersebut diharapkan dapat membantu menyelesaikan

masalah-masalah umum dalam hubungan internasional (Wardhani, 2016).

Bagi kaum liberal, perdamaian merupakan persoalan normal bagi sebuah negara.

Immanuel Kant sebagai salah satu tokoh liberalis terkenal menegaskan bahwa perdamaian dapat

berlangsung secara terus-menerus. Hukum alam menciptakan harmoni dan kerjasama antar

manusia. Oleh sebab itu, perang—baik yang rasional maupun tidak rasional—merupakan hal

yang tidak nyata dan dibuat-buat, serta bukan hasil keganjilan dari sifat manusia. Hal itu

dikarenakan liberalis percaya akan kesempurnaan dari sifat manusia (Burchill, 2005: 58). Kaum

liberal menegaskan bahwa adanya ketergantungan antar negara akan menambah penghasilan

negara serta mengurangi kemungkinan perang. Adapun biaya, perang, embargo, dan bentuk-

bentuk pemaksaan antar negara yang sering mengganggu atau bahkan merusak hubungan

maupun transaksi internasional yang sebenarnya bersifat menguntungkan (Moravcsik, 1992: 27).

Hal ini jelas menunjukkan bahwa perang maupun konflik sangat ditentang di dalam perspektif

ini. Dengan kata lain, perang dijadikan sebagai pilihan terakhir apabila upaya-upaya

penyelesaian konflik yang telah dilakukan sebelumnya tidak membuahkan hasil (Wardhani,

2016). Konflik sering disebabkan oleh berbagai halangan yang dapat menyembunyikan

keselarasan dari kepentingan yang biasanya disebarkan oleh individu-individu di seluruh dunia.

Menurut Adam Smith dan Tom Paine, solusi untuk permasalahan ini adalah perlunya

mengadakan perdagangan dan pertukaran jasa secara bebas (Burchill, 2005: 63).

Liberalisme dapat diklasifikasikan sebagai perspektif yang klasik, karena gagasannya

yang mulai muncul sejak abad ke-18, ketika Immanuel Kant mempublikasikan tulisannya dalam

sebuah buku yang berjudul Perpetual Peace di tahun 1795. Asumsi-asumsi dasar dari liberalisme
bertolak belakang dengan asumsi-asumsi dasar yang dimiliki oleh realisme. Jika realisme fokus

terhadap sisi negatif dalam sifat dasar manusia, liberalis justru menganggap bahwa manusia

sebanarnya memiliki sisi baik yang dapat dimanfaatkan oleh dirinya sendiri dan orang-orang di

sekitarnya. Jika realisme menganggap perang adalah satu-satunya cara untuk menyelesaikan

konflik, maka liberalisme percaya bahwa perang belum tentu dapat menyelesaikan masalah, dan

hanya menimbulkan kerugian yang sangat besar. Dari penjabaran di atas, dapat disimpulkan

bahwa liberalisme merupakan hasil pemikiran dari mereka yang telah lama dan masih

menginginkan kebebasan serta perdamaian di dunia.

2.1 Kerangka Konseptual

Konsep berfungsi memperkenalkan suatu cara mengamati fenomena empiris. Melalui

konseptualisasi saintifik, dunia perseptual dibuat menjadi teratur dan utuh. Sebelum dilakukan

konseptualisasi, keteraturan dan keutuhan tersebut tidak terlihat. Oleh karena itu, konsep

memungkinkan seorang ilmuwan di kalangan ilmuwan-ilmuwan lain untuk mengangkat

pengalaman pribadinya ke tingkat makna yang disepakati bersama. Konsep juga memungkinkan

ilmuwan tersebut melakukan interaksi dengan lingkungan, yaitu dengan cara memberi definisi

tentang apa yang dimaksudkannya dengan konsep itu dan menggunakan konsep itu sesuai

dengan makna yang didefinisikannya (Mas’oed, 1990: 111).

Konsep digunakan sebagai sarana untuk mengorganisasikan gagasan, persepsi dan

simbol, yaitu dalam bentuk klasifikasi dan generalisasi. Dengan menggunakan konsep, ilmuwan

melakukan kategorisasi, strukturisasi, penataan (order) dan generalisasi terhadap fenomena yang

dialami dan diamati. Singkatnya, konseptualisasi melibatkan proses kategorisasi, klasifikasi, dan
pemberian nama pada suatu obyek. Konsep digunakan sebagai batu-bata bagi bangunan yang

disebut teori. Karena teori berkaitan erat dengan penjelasan (eksplanasi) dan prediksi, maka

konsep juga merupakan batu-bata bagi bangunan yang disebut eksplanasi dan prediksi itu

(Mas’oed, 1990: 112-113).

2.1.1 Konsep Kerja Sama Internasional

Kerja sama internasional adalah bentuk hubungan yang dilakukan oleh suatu negara

dengan negara lain yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan rakyat dan untuk kepentingan

negara-negara di dunia. Kerja sama internasional, yang meliputi kerja sama di bidang politik,

sosial, pertahanan keamanan, kebudayaan, dan ekonomi, berpedoman pada politik luar negeri

masing-masing. Kerja sama ekonomi internasional terbagi dalam 4 (empat) macam, yaitu

sebagai berikut :

1. Kerja sama bilateral

Kerja sama bilateral adalah kerja sama yang dilakukan antara dua negara. Kerja sama ini

biasanya dalam bentuk hubungan diplomatik, perdagangan, pendidikan, dan kebudayaan.

2. Kerja sama regional

Kerja sama regional adalah kerja sama yang dilakukan oleh beberapa negara dalam suatu

kawasan atau wilayah. Kerja sama ini biasanya dilakukan karena adanya kepentingan bersama

baik dalam bidang politik, ekonomi, dan pertahanan. Contoh: kerja sama ekonomi antara negara-

negara di kawasan Asia Tenggara (ASEAN), antara negara-negara di kawasan Eropa (MEE),

antara negara-negara di kawasan Asia Pasifik (APEC), dan sebagainya.


3. Kerja sama Antar Regional

Kerja sama ekonomi antarregional yaitu kerja sama ekonomi di antara dua kelompok

kerja sama ekonomi regional. Contoh: kerja sama antara MEE dengan ASEAN.

4. Kerja sama internasional

Kerja sama internasional adalah kerja sama antara negara-negara diseluruh dunia.

Sedangkan bentuk kerja sama dibidang lain, seperti :

- Kerja sama dibidang ekonomi, misalnya FAO, IMF, IBRD, UNCTAD.

- Kerja sama dibidang sosial, misalnya ILO, IRO, UNICEF, WHO.

- Kerja sama dibidang kebudayaan, misalnya pendidikan, IPTEK.

- Kerja sama dibidang pertahanan, misalnya SEATO, ANZUS, NATO, CENTO.

Hubungan kerja sama antar negara (internasional) di dunia diperlukan guna memenuhi

kebutuhan hidup dan eksistensi keberadaan suatu negara dalam tata pergaulan internasional, di

samping demi terciptanya perdamaian dan kesejahteraan hidup yang merupakan keinginan setiap

manusia dan negara di dunia. Setiap negara sudah tentu memiliki kelebihan, kekurangan dan

kepentingan yang berbeda. Hal-hal inilah yang mendorong dilakukannya hubungan dan

kerjasama internasional. Kerjasama antar bangsa di dunia didasari atas sikap saling menghormati

dan saling menguntungkan Kerjasama internasional antara lain bertujuan untuk :

– Memacu pertumbuhan ekonomi setiap negara.

– Menciptakan saling pengertian antar bangsa dalam membina dan menegakkan perdamaian

dunia.
– Menciptakan keadilan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyatnya.

2.2 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikirian menyajikan pola berfikir yang menunjukan hubungan antara

variabel independen dan variabel dependen hingga terjadi hubungan sebab akibat yang kemudian

menimbulkan sebuah pertanyaan pada rumusan masalah yang terdapat dalam penelitian.

Variabel independen atau variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen. Sedangkan variabel dependen

atau variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena

adanya variabel bebas (Sugiyono, 2013: 39). Variabel independen dalam penelitian ini adalah

adanya inisiatif pemerintah Indonesia dan Serbia dalam menghadapi tantangan keamanan global

dan kawasan, sedangkan variabel dependen nya adalah persetujuan kerja sama di bidang

pertahanan Antara pemerintah Republik Indonesia dengan Republik Serbia.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian (research design) adalah cetak biru dari sebuah penelitian. Menurut

David de Vaus (2005), fungsi desain penelitian adalah untuk memastikan bahwa bukti yang akan

dicari dalam penelitian memungkinkan untuk menjawab research question sejelas mungkin.

Untuk memperoleh bukti yang relevan perlu lebih dulu menentukan jenis bukti yang dibutuhkan

untuk menjawab pertanyaan penelitian, untuk menguji teori, untuk mengevaluasi program, atau

untuk menjelaskan beberapa fenomena.

Desain penelitian memberikan prosedur untuk mendapatkan informasi yang diperlukan

untuk menyusun atau menyelesaikan masalah dalam penelitian. Desain penelitian merupakan

dasar dalam melakukan penelitian. Oleh sebab itu, desain penelitian yang baik akan

menghasilkan penelitian yang efektif dan efisien. Penyusunan desain dilakukan setelah kita

menentukan topik dan judul penelitian yang akan diteliti. Desain penelitian memaparkan apa,

mengapa, dan bagaiamana masalah tersebut diteliti dengan menggunakan prinsip-prinsip

metodologis. Desain penelitian adalah pedoman atau prosedur serta teknik dalam perencanaan

penelitian yang berguna sebagai panduan untuk membangun strategi yang menghasilkan model

atau blue print penelitian.

Penelitian kualitatif merupakan kajian terhadap perilaku dalam sebuah lingkungan

alamiah, sehingga tidak perlu dibatasi oleh variabel-variabel tertentu, karena perilaku sosial

cenderung bersifat dinamis dan situasional. Maka, desain penelitian kualitatif harus bersifat

longgar (dapat diubah di lapangan), karena dalam pelaksanaan penelitian kemungkinan


munculnya aspek-aspek baru sangat terbuka. Desain penelitian yang terlalu ketat dan operasional

justru membuat peneliti tidak bebas menangkap data-data dari objek yang dinamis dan tidak

dapat diprekdisikan.

Dari penjelasan mengenai desain penelitian dibutuhkannya kontrol (control) atas data

yang dimiliki sehingga membentuk struktur dalam penjelasannya. Dalam hal ini data yang

dikumpulkan adalah Implementasi Hubungan Kerja sama Pemerintah Republik Indonesia dan

Republik Serbia di bidang pertahanan 2011 - 2016.

Penelitian ini menggunakan literature review, yaitu skripsi yang dibuat oleh Yati

Nurhayati seorang mahasiswi jurusan ilmu hubungan internasional di Universitas Pasundan.

Skripsi tersebut berjudul “Kerja sama Indonesia-Serbia di sektor pertanian dan pengaruhnya

terhadap pengembangan agribisnis di Indonesia” dan Skripsi yang dibuat oleh Aulia Wafda

seorang mahasiswi jurusan ilmu hubungan internasional di Universitas Islam Negeri Jakarta

yang berjudul “ Diplomasi Publik Indonesia melalui bidang pendidikan dalam hubungan bilateral

Indonesia-Serbia ; Studi kasus mahasiswa Serbia di perguruan tinggi Indonesia.” . Perbedaan

terdapat pada subjek dan objek penelitian, skripsi tersebut membahas mengenai kerja sama

kedua negara di bidang pertanian dan dampaknya terhadap pengembangan agribisnis di

Indonesia.
3.2 Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian, terdapat dua pendekatan yaitu pendekatan penelitian kuantitatif dan

kualitatif. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian

kualitatif banyak digunakan di lingkungan ilmu-ilmu sosial, seperti antropologi, sosiologi, dan

psikologi, ilmu politik, dan hubungan internasional. John W. Cresswell (2013) menyatakan,

“Penelitian kualitatif merupakan sebuah pendekatan untuk mengeksplorasi dan memahami

makna (meaning) yang oleh sejumlah individu atau kelompok orang dianggap berasal dari

masalah sosial dan kemanusiaan” (h. 4). Penelitian kualitatif ini melibatkan pertanyaan dan

prosedur yang muncul, mengumpulkan data yang spesifik dari para partisipan, menganalisis data

secara induktif mulai dari tema-tema yang khusus ke tema-tema umum, dan peneliti kemudian

memberikan interpretasi mengenai makna dari data yang diperoleh. Laporan akhir penelitian

kualitatif memiliki struktur atau kerangka yang fleksibel (Cresswell, 2013, h. 4).

Dari pendapat tersebut, dapat dirumuskan beberapa kesimpulan mengenai pendekatan

penelitian kualitatif. Pertama, tujuan penelitian kualitatif adalah untuk memahami (to

understand) dan menafsirkan (to interpret) sebuah perilaku atau interaksi sosial. Penelitian

kualitatif berusaha untuk menemukan makna (meaning), proses, dan konteks sebuah perilaku

atau peristiwa sosial yang sedang diamati. Kedua, dalam penelitian kualitatif, peneliti berfungsi

sebagai instrumen penelitian. Ketiga, data yang dikumpulkan dalam penelitian kualitatif lebih

berupa kata-kata (words), gambar-gambar atau objek, dan bukan angka-angka. Keempat,

kelompok atau objek yang diteliti dalam penelitian kualitatif biasanya kecil (tidak terlalu luas)

dan tidak ditentukan secara acak (random). Kelima, penelitian kualitatif ditujukan untuk

menghasilkan data non-numerik, yakni data-data yang sifatnya verbal (Bakry, 2016, h. 18-20).
Secara substantif, penelitian kualitatif telah memberikan kontribusi dalam setiap program

penelitian hubungan internasional, termasuk dalam isuisu ekonomi politik internasional,

perdamaian demokrasi, konflik etnis, perang sipil, berakhirnya Perang Dingin, politik lingkungan

internasional, dan kajian keamanan (Bakry, 2016, h. 61). Dengan demikian, pendekatan kualitatif

sangat tepat digunakan pada penelitian ini. Untuk mendapatkan hasil penelitian sesuai dengan

masalah pokok, harus dapat memahami dan menafsirkan makna sebuah peristiwa atau perilaku

sosial yang sedang diamati seperti yang dijelaskan di atas, dalam hal ini Implementasi Hubungan

kerja sama Pemerintah Republik Indonesia dan Republik Serbia di bidang pertahanan.

3.3 Metode Penelitian

Cresswell dan Clark menyebut lima jenis tradisi penelitian kualitatif yang sudah cukup

dikenal di kalangan ilmuwan sosial, yaitu narasi, fenomenologi, grounded theory, etnografi, dan

studi kasus (Bakry, 2016, h. 114). Selain itu, sejumlah pakar juga menyebutkan beberapa metode

penelitian lain yang tergolong dalam penelitian kualitatif, misalnya biographical study,

interpretive analysis, discourse analysis, conversational analysis, content analysis, narrative

analysis, field research, ethnomethodology, frame analysis, hermeneutics, dan sebagainya.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian kualitatif bervariasi, mulai dari

teknik yang terstruktur hingga semi-terstruktur. Dalam penelitian ini, metode penelitian yang

digunakan adalah metode studi kasus.

Studi kasus ialah suatu serangkaian kegiatan ilmiah yang dilakukan secara intensif,

terinci, dan mendalam tentang suatu program, peristiwa, dan aktivitas, baik pada tingkat

perorangan, sekelompok orang, lembaga, atau organisasi untuk memperoleh pengetahuan


mendalam tentang peristiwa tersebut. Biasanya, peristiwa yang dipilih (kasus) adalah hal yang

aktual (reallife events), yang sudah berlangsung maupun yang sedang berlangsung.

3.4 Sifat Penelitian

Data yang dikumpulkan dalam penelitian kualitatif lebih berupa katakata dan gambar-

gambar atau objek. Data yang dikumpulkan dari partisipan lebih bersifat open-ended responses

dan reflektif, yang diperoleh dari teknik wawancara, pengamatan berpartisipasi, dan catatan

lapangan. Dengan demikian, laporan penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif dan eksplanatif

(Bakry, 2016, h. 19). Dalam penelitian ini, sifat penelitiannya adalah deskriptif, kalaupun ada

angka-angka atau tabel-tabel sifatnya juga deskriptif. Pada penelitian ini, analisis data disajikan

dalam bentuk asli (natural). Setiap bagian ditelaah satu demi satu dan memberikan makna.

Dalam buku Disiplin dan Metodologi Ilmu Hubungan Internasional Mohtar Mas’oed

(1994) menerangkan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang berupaya untuk

menjawab pertanyaan “bagaimana”. Seperti pada pertanyaan penelitian pada penelitian ini yaitu

“ Bagaimana Implementasi Hubungan kerja sama Pemerintah Republik Indonesia dan Republik

Serbia di bidang pertahanan ”. Penelitian yang bersifat deskriptif yaitu menjelaskan dengan

menggambarkan berdasarkan data-data yang ada secara objektif, apa adanya tanpa ada pengaruh

subjektifitas penulis, dan menjelaskan variabel-variabel yang dibangun dari data-data yang ada

sehingga diperoleh hubungan satu sama lainnya untuk sampai pada suatu kesimpulan. Hasil

penelitian yang bersifat deskriptif adalah tersedianya gambaran yang lengkap tentang subjek

yang diteliti sekaligus aktivitas sosial yang terdapat di dalamnya (Neuman, 2000, h. 21-22).

Sementara itu, sifat penelitian eksplanatif adalah jenis penelitian yang bertujuan untuk
menemukan penjelasan tentang mengapa suatu kejadian atau gejala terjadi. Hasil akhir dari

penelitian ini adalah gambaran mengenai hubungan sebab akibat.

3.5 Unit Analisis

Dalam proses memilih tingkat analisis, ditetapkan unit analisis, seperti yang dikutip dari

Mohtar Mas’oed (1994), yaitu yang perilakunya hendak dideskripsikan, dijelaskan, dan

diramalkan (bisa juga disebut variabel dependen) dan unit eksplanasi yaitu dampaknya terhadap

unit analisis yang hendak diamati (bisa juga disebut variabel independen) (h. 35).

Dalam Ilmu Hubungan Internasional dikenal adanya level of analysis yang ditujukan

untuk mempermudah para peneliti dalam menganalisa masalah dan fenomena yang akan diteliti.

Kenneth Waltz, ilmuwan yang pada pertengahan 1950-an, mengidentifikasi tiga tingkat analisa,

yaitu individu, negara, dan sistem internasional (Mas’oed, 1994, h. 40). Dan J. David Singer

menekankan tingkat analisa negara dan sistem internasional sebagai yang paling efektif untuk

mendeskripsikan, menjelaskan, dan meramalkan fenomena internasional (Mas’oed, 1994, h. 40).

Sementara itu, Mas’oed (1994) menyatakan, “Menerapkan pemilahan tingkat-tingkat

analisa yang paling komprehensif dan tuntas, sehingga memungkinkan untuk menelaah semua

kemungkinan unit analisa, yaitu kerangka yang mengidentifikasikan lima kemungkinan tingkat

analisa, yakni 1) individu; 2) kelompok individu; 3) negara-bangsa; 4) kelompok negaranegara

dalam suatu region dan 5) sistem global” (h. 40).

Pada penelitian ini, unit analisis yang digunakan adalah unit analisis negara-bangsa, yaitu

Indonesia. Karena penelitian ini lebih melihat kepada negara Indonesia dalam menjalankan kerja
sama nya dengan Serbia di bidang pertahanan. Hubungan internasional pada dasarnya

didominasi oleh perilaku negara-bangsa. Dalam hal ini, perilaku individu, kelompok, organisasi,

lembaga dan proses perpolitikan mereka hanya akan diperhatikan sejauh perilaku mereka itu

berkaitan dengan tindakan internasional negara yang bersangkutan (Mas’oed, 1994, h. 41).

Sedangkan untuk unit eksplanasinya adalah upaya reunifikasi dengan Korea Utara.

3.6 Konsep.

Suatu konsep merupakan abstraksi yang mewakili suatu objek, sifat suatu objek, atau

suatu fenomena tertentu. Konsep merupaka sebuah kata yang melambangkan suatu gagasan.

Konsep digunakan untuk menyederhanakan kenyataan yang kompleks dengan mengkategorikan

hal-hal yang ditemukan berdasarkan ciri-ciri yang relevan (Mas’oed, 1990: 94). Konsep

berfungsi sebagai gambaran pembahasan dari suatu penelitian. Dengan menentukan konsep,

penelitian dapat dibatasi pembahasannya. Memfokuskan pembahasan sesuai dengan konsep-

konsep. Selain itu, konsep juga berfungsi sebagai pengorganisir gagasan, persepsi, dan simbol,

yaitu dalam bentuk klasifikasi dan generalisasi. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan

beberapa konsep untuk mempermudah penulis dalam melakukan penelitian. Berikut

batasan/konsep yang akan digunakan:

1. Kerja Sama Internasional

Kerja sama internasional adalah bentuk hubungan yang dilakukan oleh suatu negara

dengan negara lain yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan rakyat dan untuk

kepentingan negara-negara di dunia. Kerja sama internasional, yang meliputi kerja sama

di bidang politik, sosial, pertahanan keamanan, kebudayaan, dan ekonomi, berpedoman


pada politik luar negeri masing-masing. Kerja sama ekonomi internasional terbagi dalam

4 (empat) macam, yaitu sebagai berikut :

1. Kerja sama bilateral

Kerja sama bilateral adalah kerja sama yang dilakukan antara dua negara. Kerja

sama ini biasanya dalam bentuk hubungan diplomatik, perdagangan, pendidikan, dan

kebudayaan.

2. Kerja sama regional

Kerja sama regional adalah kerja sama yang dilakukan oleh beberapa negara

dalam suatu kawasan atau wilayah. Kerja sama ini biasanya dilakukan karena adanya

kepentingan bersama baik dalam bidang politik, ekonomi, dan pertahanan. Contoh: kerja

sama ekonomi antara negara-negara di kawasan Asia Tenggara (ASEAN), antara negara-

negara di kawasan Eropa (MEE), antara negara-negara di kawasan Asia Pasifik (APEC),

dan sebagainya.

3. Kerja sama Antarregional

Kerja sama ekonomi antarregional yaitu kerja sama ekonomi di antara dua

kelompok kerja sama ekonomi regional. Contoh: kerja sama antara MEE dengan

ASEAN.

4. Kerja sama internasional

Kerja sama internasional adalah kerja sama antara negara-negara diseluruh dunia.

Sedangkan bentuk kerja sama dibidang lain, seperti :


- Kerja sama dibidang ekonomi, misalnya FAO, IMF, IBRD, UNCTAD.

- Kerja sama dibidang sosial, misalnya ILO, IRO, UNICEF, WHO.

- Kerja sama dibidang kebudayaan, misalnya pendidikan, IPTEK.

- Kerja sama dibidang pertahanan, misalnya SEATO, ANZUS, NATO, CENTO.

2. Keamanan Regional

Konsep regional security dimaksudkan untuk memahami keamanan internasional

pada level analisis di tingkat subsistem regional. Konsep ini penting merujuk

kekenyataan adanya tingkat otonomi yang relatif tinggi dari hubungan keamanan

regional. Walaupun demikian analisis pada leval subsistem regional ini tetap diletakkan

pada konteks analisis tingkat negara dan tingkat sistemik. Untuk memahami isu

keamanan suatu kawasan regional kita dapat menggunakan pendekatan yang

dikembangkan oleh Barry Buzan. Dalam bukunya yang berjudul People, State and Fear:

an Agenda for International Security Studies in the Post Cold War Era Buzan

berpendapat bahwa keamanan pada dasarnya adalah suatu phenomena relational

(relational phenomenon).

Oleh karena itu, keamanan suatu negara dan suatu kawasan tidak dapat difahami

tanpa memahami pola hubungan saling ketergantungan keamanan diantara negara-negara

kawasan tersebut. Dalam memahami keamanan regional ini maka Buzan menawarkan

suatu konsep yang disebutnya sebagai phenomena security complex. Yang dimaksud

dengan security complex oleh Buzan didefinisikan sebagai “a group of states whose

primary security concern link together sufficiently closely that their national security

cannot realistically be considered apart from one another”. Dengan demikian, konsep
security complex ini mencakup aspek persaingan dan juga kerjasama diantara negara-

negara yang terkait. Karakter security complex yang mencakup “interdependence of

rivalry as well as that of shared interest” ini ini selanjutnya oleh Buzan diistilahkan

dengan “pattern of amity and enmity among states”. ( Koledziej, Edward A. 2007.)

3.7 Alasan Pemilihan Informan

Informan penelitian pada penelitian kualitatif merupakan pilihan peneliti yang secara

purposif disesuaikan dengan tujuan penelitiannya. Informan penelitian adalah orang yang

memberikan informasi mengenai masalah yang berkaitan dalam penelitian. Alasan pemilihan

informan yang tepat adalah informan yang sesuai dengan kajian yang ia dalami. Dalam

penelitian ini, kemungkinan narasumber yang dilibatkan di antaranya berasal dari institusi

Kementerian Luar Negeri dan Kementrian Pertahanan.

3.8 Tekhnik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan kelengkapan informasi yang sesuai dengan fokus penelitian maka

yang dijadikan teknik pengumpulan data. Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang

digunakan untuk mengumpulkan data (Sugiyono, 2010).

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan

data sekunder. Data primer yaitu data yang dibuat oleh peneliti untuk maksud khusus

menyelesaikan permasalahan yang sedang ditanganinya. Data dikumpulkan sendiri oleh peneliti

langsung dari sumber pertama atau tempat objek penelitian dilakukan. Data sekunder diperoleh

melalui studi pustaka atau library research, yaitu dengan memperoleh informasi melalui literatur
(buku, dokumen, hasil penelitian, artikel, jurnal, surat kabar, majalah, atau website) atau

informasi lainnya yang berhubungan dengan masalah yang diteliti kemudian menganalisa data

tersebut sehingga dapat ditemukan jawaban atas pertanyaan penelitian tentang masalah yang

terkait. Data sekunder yang diperlukan berupa literatur yang relevan dengan permasalahan

penelitian seperti buku-buku, dokumen, hasil penelitian, artikel, jurnal, surat kabar, majalah, atau

website (internet).

3.9 Teknik Analisa Data

Metode kualitatif secara umum menggunakan strategi atau teknik analisis data yang

bergantung pada data non-numerik. Informasi atau data-data yang telah terkumpul melalui

metode penelitian kualitatif kemudian dianalisis secara interpretif, subjektif, impersionistik, atau

bahkan diagnostik. Pada dasarnya analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam

bentuk yang paling mudah dibaca dan diintrepretasikan.

Dalam menganalisa, penelitian ini menggunakan teknik analisis data kualitatif, yaitu

dengan menggambarkan suatu fenomena secara faktual dan kemudian menyajikan penjelasan

yang objektif berdasarkan data dan fakta yang tersedia. Teknik analisa menggunakan kualitatif

ini menghubungkan antar faktor sebagai unit analisis dan kemudian melakukan interpretasi untuk

menarik kesimpulan.

Dalam hubungan internasional, ada beberapa teknik analisis kualitatif di antaranya

analisis isi (content analysis) dan analisis wacana (discourse analysis). Dalam studi hubungan

internasional umumnya digunakan teknik analisis wacana, sementara analisis isi lebih banyak

digunakan sebagai metode penelitian kuantitatif. Analisis wacana menaruh perhatian pada

interpretasi bentuk-bentuk linguistik dalam sebuah komunikasi. Hardy (2004), mendefinisikan


analisis wacana sebagai metodologi untuk menganalisis fenomena sosial yang bersifat kualitatif,

interpretif, dan konstruktivis (h. 19). Analisis wacana bukan sekedar sebuah teknik untuk

memahami isi sebuah teks, tetapi juga membawa serta seperangkat asumsi tentang bagaimana

dunia sosial dikonstruksi melalui bahasa.

Langkah-langkah dalam analisis data dalam penelitian ini adalah pada awal pengumpulan

data, dikumpulkan data-data mengenai permasalahan yang diangkat seperti sumber sejarah yang

mendukung penelitian, informasi melalui library research ataupun internet diringkas, disusun

lebih sistematis, serta menonjolkan pokok-pokok permasalahan sehingga lebih mudah

dikendalikan; lalu mengklasifikasikan data yang sudah terkumpul dengan pendekatan kerangka

berpikir yang mencakup berbagai konsep atau teori sehingga didapatkan suatu fakta sejarah yang

dapat dipercaya kebenarannya; kemudian diinterpretasi kembali untuk dijadikan bahan

penelitian. Setelah dilakukan pengumpulan data dan pengolahan data, maka dilakukan analisis

data. Dari hasil analisis data dapat ditarik kesimpulan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan

jalan membandingkan kesesuaian pernyataan dari subyek penelitian dengan makna yang

terkandung dengan konsep-konsep dasar dalam penelitian tersebut. Karena sifat penelitian yang

deskriptif, maka kesimpulan disajikan dalam format narasi dan kualitatif.


DAFTAR PUSTAKA

Website :

- Overview of Indonesia-Serbia: KBRI Belgrade,

https://www.kemlu.go.id/belgrade/en/profil.aspx. (Di akses pada 22 September 2019 )

- Hubungan Bilateral Indonesia-Serbia, https://www.kemlu.go.id/belgrade/id/Pages/Serbia.aspx.

(Di akses pada 20 Maret 2020 )

- Kerja sama Republik Indonesia – Kerajaan Serbia di bidang pertahanan, https://dpr.go.id. (Di

akses pada 20 Maret 2020)

Jurnal/Buku :

- Burchill, Scott. 2005. “Liberalism” dalam Burchill, Scott, Andrew Linklater, Richard Devetak,

Jack Donnely, Matthew Paterson, Christian Reus Smit, Jacqui True. 2005. Theories of

International Relations. New York: Palgrave Macmillan, Chapter 3.

- Dunne, Tim. 2001. “Liberalism,” dalam Baylis, John & Smith, Steve (eds.) 2001. The

Globalization of World Politics, 2nd edition. Oxford University Press. Part 2 Chapter 8.

- Jackson, Robert & Georg Sorensen. 2013. Pengantar Studi Hubungan Internasional, Teori dan

Pendekatan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


- Moravcsik, Andrew. 1992. Liberalisme and International Relations Theory, Paper No. 92-6.

Massachusetts: Harvard University.

- Steans, Jill dan Lloyd Pettiford. 2001. Hubungan Internasional Perspektif dan Tema.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

- Sterling-Folker, Jennifer. 2006. Making Sense of International Relations Theory. Colorado:

Lynne Rienner Publishers.

- Wardhani, Baiq. 2016. Liberalism in IR. Materi disampaikan dalam kelas Teori Ilmu

Hubungan Internasional, Departemen Hubungan Internasional, Universitas Airlangga, 17 Maret

2016.

- Koledziej, Edward A. 2007. “Testing security theories: explaining the rise and the demise of

the Cold War”, dalam Security and the International Relations, Cambridge: Cambridge

University Press, pp. 127-259.

- Richmond, Oliver P. 2016. “Peace in International Relations Theory”, dalam The Palgrave

Handbook of Disciplinary and Regional Approaches to Peace. New York: MacMillan, pp.57-68.

Anda mungkin juga menyukai